Anda di halaman 1dari 10

SSS

Book Chapter

ORGANISASI DAN
FUNGSI
MANAJEMEN RISIKO

TATA KELOLA DAN MANAJEMEN RISIKO


Oleh: Kelompok 4
Anggota Kelompok:

Mohammad Fajar F (7211422223)

Dian Selasih S (7211422224)

Selya Nuraini (7211422237)

Malika Aurora (7211422381)


Jenjang Pertahanan Manajemen Risiko
Perusahaan harus mempunyai organisasi dan fungsi yang jelas dalam melaksanakan proses dan sistem
manajemen risiko yang efektif dalam dunia usahanya. Pengaturan struktur organisasi dan fungsi yang jelas
dapat memudahkan perusahaan dalam melakukan pengelolaan manajemen risiko korporasi. Fungsi yang
jelas harus sesuai dengan tujuan dan kebijakan usaha, ukuran, dan kompleksitas kegiatan usaha. Dalam
menerapkan manajemen risiko terdapat 3 (tiga) jenjang pertahanan yang disebut dengan istilah Model Tiga
Lini Pertahanan (three lines of defense).
Model three lines of defense (3LoD) diterapkan pada 20 tahun yang lalu pada sektor jasa keuangan
yang berada di Inggris. Pada tahun 2010, Guidance on the 8 th EU Company Law Directive-article 41 yang
diterbitkan oleh ECIIA (European Confederation of Institute of Internal Auditors) dan FERMA (Federation
of European Risk Management Associations)- dua konfederasi dari asosiasi audit internal dan manajemen
risiko di Eropa, mulai diperkenalkan model 3LoD. Saat ini, banyak organisasi atau perusahaan di Indonesia
yang sedang semangat-semangatnya menerapkan model 3LoD dalam melaksanakan manajemen perusahaan
mereka.
Model 3LoD merupakan salah satu model yang membantu dalam memperjelas peran dan
tanggungjawab dalam menjalankan pengelolaan dan pengendalian risiko organisasi. Sesuai dengan
namanya, model ini membagi dalam tiga lini lini dalam pengelolaan risiko dan pengendalian, yakni jenjang
pertama (first line of defense) yaiitu fungsi bisnis dan operasional (risk-talking function), jenjang kedua
(second line of defense) yaitu fungsi manajemen risiko (risk management function), dan jenjang ketiga (third
line of defense) yaitu fungsi pengendalian internal atau fungsi audit internal (internal audit function).
Model Tiga Lini Pertananan adalah model pertahanan internal organisasi perusahaan yang secara
sederhana dapat diringkas sebagai berikut:
1. Jenjang Pertama (First Line of Defense), Fungsi Bisnis dan Operasional
Pertahanan pada lapis pertama dilakukan oleh unit atau komponen atau fungsi bisnis yang
melakukan aktivitas operasional perusahaan dalam kegiatan sehari-hari, yang menjadi garis depan atau
ujung tombak sebuah organisasi atau perusahaan. Fungsi bisnis dan operasional mencakup manajemen
pada fungsi-fungsi inti, seperti fungsi logistic, fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi penjualan,
dan fungsi pelayanan.
Fungsi bisnis dan operasional mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam menyampaikan
eksposur risiko yang melekat dalam masing-masing unit bisnis dan operasional kepada fungsi
manajemen risiko secara berkala. Dalam hal ini fungsi bisnis dan operasional diharapkan untuk:
a. Memastikan lingkungan pengendalian yang aman dan kondusif dalam unit bisnis perusahaan.
b. Menerapkan kebijakan manajemen risiko yang telah ditetapkan ketika menjalankan peran dan
tanggungjawab terkait mengejar pertumbuhan perusahaan. Fungsi bisnis dan operasional
diharapkan dapat mempertimbangkan risiko ketika mengambil keputusan dan tindakan yang
nantinya akan dilakukan.
c. Mampu menunjukkan adanya pengendalian internal yang efektif di unit bisnis yang dijalankan
dan juga adanya pemantauan dan transparansi terhadap efektibitas pengendalian internal
tersebut.
d. Dapat menunjukkan adanya pengendalian internal yang efektif dalam unit bisnis perusahaan
yang nantinya akan djalankan dan melakukan pemantauan dan transparansi terhadap efektibilitas
pengendalian internal perusahaan.

2. Jenjang Kedua (Second Line of Defense), Fungsi Manajemen Risiko


Pertahanan pada lapis kedua dilakukan oleh unit atau komponen atau fungsi bisnis yang
menjalankan fungsi-fungsi manajemen risiko dan kepatuhan terutama fungsi-fungis manajemen risiko
dan kepatuhan yang sudah terstruktur, misal departemen atau unit manajemen risiko dan kepatuhan.
Fungsi manajemen risiko mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam mengindentiifkasi
risiko termasuk risiko yang melekat pada kegiatan usaha korporasi, menyusun metode pengukuran
risiko yang sesuai dengan ukuran dan kompleksitas usaha perusahaan, termasuk mendesain dan
menerpakan peranhkat yang dibutuhkan dalam penerapan manajemen risiko. Dalam hal ini, fungsi
manajemen risiko diharapkan untuk:
a. Bertanggung jawab dalam mengembangkan dan memantau implementasi manajemen risiko
perusahaan secara keseluruhan.
b. Melakukan pengawasan terhadap bagaimana fungsi bisnis yang dilaksanakan dalam koridor
kebijakan manajemen risiko dan prosedur-prosedur standard operasionalnya yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
c. Memantau dan melaporakan risiko-risiko perusahaan secara menyeluruh kepada organ yang
memiliki akuntabilitas tertinggi di perusahaan.
3. Jenjang Ketiga (Third Line of Defense), Fungsi Pengendalian Internal
Pertahanan lapis ketiga dilakukan oleh unit atau komponen atau fungsi bisnis yang bertugas
sebagai auditor baik auditor internal maupun audit eksternal. Peran auditor internahl jauh lebih intens
dalam model 3LoD sebab mereka ialah bagian dari internal perusahaan yang bersifat independen
terhadap fungsi-fungsi lainnya.
Fungsi pengendalian internal atau fungsi audit internal memiliki wewenang dan tanggung jawab
untuk memastikan kepatuhan seluruh jenjang organisasi perusahaan terhadap pedoman kerja,
kebijakan, sistem, dan prosedur manajemen risikoyang sesuai dengan strategi dan kebijakan
manajemen risiko suatu perusahaan. Dalam hal ini, auditor internal diharapkan untuk:
a. Melakukan review dan evaluasi terhadap rancang bangun dan implementasi manajemen risiko
secara keseluruhan.
b. Memastikan bahwa pertahanan lapis pertama dan lapis kedua berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.

Kriteria Struktur Organisasi


Manajemen Risiko
Organisasi manajemen risiko harus memenuhi berbagai kriteria untuk memastikan efektivitas dan
efisiensi dalam pengelolaan risiko. Beberapa kriteria utama yang harus dipertimbangkan dalam membangun
organisasi manajemen risiko yang baik meliputi:
1. Menggambarkan alur pendelegasian wewenang/penugasan, koordinasi, dan pelaporan.
2. Disertai uraian wewenang, tugas, dan tanggung jawan masing-masing fungsi dan level jabatan.
3. Disesuaian dengan tujuan, strategi, kebijakan, ukuran, kompleksitas usaha perusahaan.
4. Mempertimbangkan risiko yang relevan dan melekat pada setiap kegiatan usaha perusahaan.
5. Memperhatikan praktik dan tata kelola perusahaan yang baik.
6. Terdapat komite manajemen risiko dan fungsi manajemen risiko yang independen.
7. Fungsi pengendalian internal dan fungsi manajemen risiko harus independen terhadap fungsi bisnis
dan operasional perusahaan
Dengan memastikan bahwa organisasi memenuhi kriteria-kriteria ini, mereka dapat membangun
fondasi yang kuat untuk mengelola risiko secara efektif dan merespons perubahan lingkungan bisnis dengan
lebih adaptif.

Komite Manajemen Risiko


Sesuai dengan regulasi Otoritas Jasa Keuangan (2016), Komite Manajemen Risiko (KMR) harus
bersifat nonstructural. Komite Manajemen Risiko harus terdiri dari mayoritas anggota direksi dan pejabat
eksekutif terkait.
Keanggotaan dalam Komite Manajemen Risiko dapat bersifat tetap atau tidak tetap, disesuaikan
dengan kebutuhan. Salah satu anggota direksi yang wajib menjadi bagian dari Komite Manajemen Risiko
adalah direktur yang memimpin fungsi kepatuhan. Pejabat eksekutif adalah individu yang bertanggung
jawab langsung kepada direksi atau memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan atau operasional
perusahaan. Keanggotaan Tetap ini merujuk pada individu yang secara permanen menjadi anggota komite
dan bertanggung jawab atas manajemen risiko dalam jangka waktu yang ditetapkan. Anggota tetap
umumnya merupakan individu yang memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus dalam domain
manajemen risiko atau yang memiliki peran kunci dalam organisasi terkait dengan risiko tertentu. Mereka
seringkali terlibat secara berkelanjutan dalam proses manajemen risiko dan bertugas untuk menyusun,
mengevaluasi, serta memberikan rekomendasi strategis manajemen risiko kepada manajemen tingkat atas.
Adapun contoh keanggotaan tetap sebagai berikut:
a. Direktur Keuangan: Bertanggung jawab atas penilaian risiko keuangan dan pengembangan
strategi manajemen risiko keuangan.
b. Direktur Operasi: Memiliki wawasan mendalam tentang operasi bisnis dan mengidentifikasi
risiko operasional serta mengusulkan langkah-langkah mitigasi yang diperlukan.
c. Kepala Sumber Daya Manusia (SDM): Bertugas untuk mengevaluasi risiko-risiko terkait dengan
SDM seperti kebijakan kepegawaian, kesehatan dan keselamatan kerja, dan mengembangkan
rencana mitigasi yang sesuai.
d. Kepala Teknologi Informasi (TI): Bertanggung jawab atas penilaian risiko keamanan TI dan
kebocoran data, serta merancang strategi pengelolaan risiko yang efektif dalam konteks teknologi
informasi.
Keanggotaan Tidak Tetap yaitu anggota tidak tetap biasanya terdiri dari individu yang dipanggil untuk
bergabung dengan komite dalam situasi-situasi khusus, seperti ketika risiko tertentu timbul atau ketika
diperlukan perspektif tambahan. Anggota ini dapat berasal dari berbagai bagian atau tingkatan organisasi,
tergantung pada jenis risiko yang sedang dibahas. Keanggotaan tidak tetap memungkinkan fleksibilitas dan
membantu memastikan bahwa semua sudut pandang yang relevan dipertimbangkan dalam proses
pengambilan keputusan.

Adapun contoh keanggotaan tidak tetap sebagai berikut:

a. Manajer Proyek: Dipanggil untuk bergabung dalam KMR ketika proyek besar diluncurkan untuk
memberikan wawasan tentang risiko-risiko proyek yang mungkin timbul.
b. Perwakilan Legal: Diperlukan ketika KMR mengevaluasi risiko-risiko hukum yang kompleks
atau ketika merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan risiko hukum.
c. Ahli Eksternal: Mungkin diundang untuk memberikan pandangan independen atau keahlian
khusus dalam bidang tertentu, seperti risiko lingkungan atau risiko pasar global.
d. Perwakilan Karyawan: Mewakili suara karyawan dan memberikan perspektif dari sudut pandang
mereka terhadap risiko-risiko yang mungkin memengaruhi mereka secara langsung.

Komite Manajemen Risiko memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk memberikan rekomendasi
kepada direktur utama terkait hal-hal berikut:

 Penyusunan kebijakan, strategi, dan pedoman penerapan manajemen risiko.


 Perbaikan atau penyempurnaan implementasi manajemen risiko berdasarkan hasil evaluasi
implementasi manajemen risiko.
 Menetapkan hal-hal terkait keputusan bisnis yang tidak sesuai dengan prosedur normal, seperti
pelanggaran rencana bisnis bank terkait ekspansi usaha yang signifikan dan pengambilan
posisi/eksposur risiko melebihi batas yang telah ditetapkan.

Satuan Kerja Manajemen Risiko


Satuan kerja manajemen risiko merupakan bagian dari struktur organisasi (bersifat struktural). Struktur
organisasi satuan kerja manajemen risiko harus disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas usaha
perusahaan serta risiko yang melekat pada perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menentukan sendiri
struktur organisasi yang tepat dan sesuai dengan kondisi, termasuk kemampuan keuangan dan sumber daya
manusia (SDM).
Satuan kerja manajemen risiko harus independen terhadap satuan kerja operasional dan terhadap
satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian internal. Maksud dari independen adalah:
1. Pemisahan fungsi/tugas antara satuan kerja manajemen risiko, satuan kerja operasional, dan
satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian internal.
2. Proses pengambilan keputusan yang tidak memihak satuan kerja operasional tertentu atau
mengabaikan satuan kerja operasional lainnya.
Wewenang dan tanggung jawab satuan kerja manajemen risiko:
1. Pemantauan pelaksanaan strategi manajemen risiko yang telah disetujui oleh direksi
2. Pemantauan posisi risiko secara keseluruhan, per jenis risiko, dan/atau per jenis aktititas
fungsional, serta melakukan stress testing yang dilakukan untuk mengetahui dampak dari
implementasi kebijakan.
3. Kaji ulang secara berkala terhadap proses manajemen risiko.
4. Pengkajian usulan aktivitas dan/atau produk baru, contohnya adalah penilaian kemampuan
perusahaan untuk melakukan aktivitas dan/atau produk baru dan kajian usulan perubahan sistem
dan prosedur.
5. Evaluasi terhadap akurasi model dan validasi data yang digunakan untuk mengukur risiko bagi
perusahaan yang menggunakan model untuk keperluan internal.
6. Memberikan rekomendasi kepada satuan kerja operasional dan/atau kepada KMR sesuai
kewenangan yang dimilikinya.
7. Menyusun dan menyampaikan laporan profil risiko secara berkala kepada direktur utama atau
direktur yang ditugaskan secara khusus oleh KMR secara berkala.
Hubungan Satuan Kerja Operasional
dengan SKMR
Satuan Kerja Operasional (SKO) dan Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) adalah dua entitas
yang berbeda dalam konteks manajemen risiko organisasi, namun keduanya memiliki hubungan yang erat.
 Satuan Kerja Operasional
SKO adalah unit atau departemen di dalam organisasi yang bertanggung jawab atas menjalankan
kegiatan operasional utama atau core business dari organisasi tersebut. Contohnya bisa berupa
departemen produksi, pemasaran, keuangan, dan lain sebagainya. SKO secara langsung terlibat dalam
melakukan aktivitas operasional dan mungkin juga menjadi penyebab atau penerima dampak dari risiko
yang timbul dari aktivitas operasional tersebut.
 Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR)
SKMR merupakan unit khusus yang bertanggung jawab atas manajemen risiko di seluruh organisasi.
Biasanya, SKMR memiliki tanggung jawab untuk mengidentifikasi, menilai, mengelola, dan memantau
risiko-risiko yang dihadapi oleh organisasi. SKMR membantu organisasi untuk mengembangkan strategi
manajemen risiko yang efektif dan memastikan bahwa risiko-risiko tersebut dikelola secara tepat di
seluruh unit dan departemen organisasi.
Hubungan antara SKO dan SKMR melibatkan:
 Keterlibatan dalam Identifikasi Risiko
SKO dapat membantu SKMR dalam mengidentifikasi risiko-risiko yang muncul dari aktivitas
operasional mereka. SKO memiliki pengetahuan mendalam tentang proses operasional dan risiko-risiko
yang terkait, sehingga informasi ini penting bagi SKMR untuk memahami gambaran risiko secara
menyeluruh.
 Pelaporan dan Kolaborasi
SKO bertanggung jawab untuk melaporkan risiko yang teridentifikasi kepada SKMR, sehingga SKMR
dapat menggabungkannya ke dalam kerangka manajemen risiko organisasi. Selain itu, SKMR dan SKO
dapat bekerja sama untuk mengembangkan strategi mitigasi risiko yang sesuai dengan kebutuhan
operasional dan tujuan organisasi secara keseluruhan.
Pembahasan Case Study
Studi kasus organisasi dan fungsi manajemen risiko

Perusahaan Manufaktur Pangan "NutriFood" adalah produsen pangan terkemuka yang beroperasi secara global.
Mereka menghasilkan berbagai produk pangan, termasuk makanan siap saji, produk susu, makanan ringan, dan
minuman kesehatan. NutriFood berkomitmen untuk menyediakan produk berkualitas tinggi yang memenuhi standar
keamanan pangan internasional dan memperhatikan kebutuhan nutrisi konsumen.

Jelaskan masing-masing risiko dan organisasi terkait dengan fungsi-fungsi organisasi tersebut!

Pembahasan:
1. Fungsi Bisnis dan Operasional:
 Risiko terkait dengan persaingan pasar global yang ketat, di mana NutriFood harus terus berinovasi dan
mempertahankan kualitas produk untuk tetap bersaing. Organisasi terkait: Tim pemasaran dan penjualan,
tim riset dan pengembangan produk.
 Risiko rantai pasokan, termasuk gangguan dalam pasokan bahan baku, perubahan harga, atau kualitas
yang tidak konsisten, yang dapat mempengaruhi produksi dan pengiriman produk. Organisasi terkait: Tim
manajemen operasi, tim pembelian.
 Risiko terkait dengan fluktuasi nilai tukar mata uang, karena NutriFood beroperasi secara global dan
berurusan dengan banyak mata uang yang berbeda. Organisasi terkait: Tim keuangan, tim manajemen
risiko.
2. Fungsi Manajemen Risiko:
 Risiko terkait dengan keamanan pangan, termasuk kemungkinan kontaminasi atau cacat produk, yang
dapat merugikan reputasi NutriFood dan menyebabkan kerugian finansial. Organisasi terkait: Tim
pengawasan kualitas, tim keamanan pangan.
 Risiko terkait dengan perubahan regulasi pangan di berbagai negara di mana NutriFood beroperasi, yang
dapat memengaruhi proses produksi dan distribusi produk. Organisasi terkait: Tim hukum dan tim
kepatuhan peraturan.
 Risiko terkait dengan krisis reputasi, seperti skandal kesehatan publik atau kejadian negatif lainnya yang
dapat menimbulkan ketidakpercayaan konsumen terhadap merek NutriFood. Organisasi terkait: Tim
komunikasi korporat dan manajemen senior.
3. Fungsi Pengendalian Internal:
 Risiko terkait dengan kepatuhan terhadap standar keamanan pangan internasional dan regulasi
pemerintah di setiap pasar di mana NutriFood beroperasi. Organisasi terkait: Tim kepatuhan peraturan,
tim pengendalian kualitas.
 Risiko terkait dengan manajemen inventaris dan pengelolaan stok, termasuk kehilangan atau kerusakan
barang yang dapat mengganggu operasi bisnis. Organisasi terkait: Tim manajemen persediaan dan tim
operasional.
 Risiko terkait dengan keamanan informasi dan privasi data, karena NutriFood memiliki informasi sensitif
tentang produk, pelanggan, dan bisnis mereka yang harus dijaga kerahasiaannya. Organisasi terkait: Tim
keamanan informasi dan tim teknologi informasi.
Soal Pilihan Ganda
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen risiko…
A. Proses identifikasi masalah dalam organisasi.
B. Pengelolaan keuntungan dan kerugian dalam bisnis.
C. Pendekatan untuk mengelola risiko yang berkaitan dengan tujuan organisasi.
D. Proses pengambilan keputusan yang terkait dengan sumber daya manusia.
E. Penerapan teknologi untuk meningkatkan efisiensi operasional.
Jawaban yang benar: C

2. Menurut OJK, Komite Manajemen Risiko bersifat…


A. Struktural
B. Nonstruktural
C. Pengendalian
D. Manajerial
E. Nonmanajerial
Jawaban yang benar: B

3. Organisasi memilih untuk melakukan manajemen risiko karena:


A. Tidak ada risiko yang terlibat dalam bisnis.
B. Untuk menciptakan ketidakpastian.
C. Untuk meminimalkan dampak risiko negatif dan memaksimalkan peluang.
D. Untuk menambah kompleksitas proses bisnis.
E. Untuk mengurangi fleksibilitas dalam pengambilan keputusan.
Jawaban yang benar: C

4. Tahapan pertama dalam manajemen risiko adalah:


A. Evaluasi risiko.
B. Identifikasi risiko.
C. Pengendalian risiko.
D. Pemantauan risiko.
E. Mitigasi risiko.
Jawaban yang benar: B

5. Dokumen yang sering digunakan untuk mencatat identifikasi risiko adalah:


A. Laporan keuangan.
B. Laporan produksi.
C. Daftar staf.
D. Daftar inventaris.
E. Daftar risiko.
Jawaban yang benar: E

6. Salah satu strategi manajemen risiko adalah mitigasi risiko. Apa yang dimaksud dengan mitigasi risiko?
A. Proses menghindari risiko sepenuhnya.
B. Proses mentransfer risiko ke pihak lain.
C. Proses mengurangi dampak risiko.
D. Proses menerima risiko apa adanya.
E. Proses mengabaikan risiko.
Jawaban yang benar: C

7. Komite manajemen risiko biasanya bertanggung jawab untuk:


A. Mengabaikan risiko.
B. Mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko.
C. Menambah risiko organisasi.
D. Memaksimalkan risiko.
E. Menghindari risiko sepenuhnya.
Jawaban yang benar: B

8. Risiko yang disebabkan oleh perubahan dalam kondisi eksternal, seperti perubahan kebijakan pemerintah
atau kondisi pasar, disebut:
A. Risiko operasional.
B. Risiko keuangan.
C. Risiko eksternal.
D. Risiko strategis.
E. Risiko kompetitif.
Jawaban yang benar: D
9. Manfaat utama dari manajemen risiko yang efektif adalah:
A. Meningkatkan tingkat risiko secara keseluruhan.
B. Mengurangi fleksibilitas dalam pengambilan keputusan.
C. Mengurangi kemungkinan kerugian finansial.
D. Menambah kompleksitas proses bisnis.
E. Meningkatkan tingkat ketidakpastian.
Jawaban yang benar: C

10. Salah satu langkah dalam proses manajemen risiko adalah pemantauan risiko. Apa yang dilakukan
dalam tahap ini?
A. Mengidentifikasi risiko.
B. Mengevaluasi kinerja karyawan.
C. Memantau risiko yang teridentifikasi dan mengukur efektivitas strategi manajemen risiko.
D. Membangun strategi pemasaran.
E. Mengendalikan risiko.
Jawaban yang benar: C

Soal Essay
1. Bagaimana model 3LoD dapat diadaptasi dengan kebutuhan organisasi yang berbeda-beda?
Pembahasan:
a. Menentukan peran dan tanggungjawan masing-masing lini pertahanan sesuai dengan struktur
organisasi dan kompleksitas risiko.
b. Menyesuaikan proses dan prosedur manajemen risiko dan pengendalian internal dengan kebutuhan
organisasi.
c. Membangun budaya sadar risiko yang sesuai dengan nilai-nilai dan budaya organisasi.

2. Sebutkan beberapa faktor yang dapat memengaruhi desain struktur organisasi manajemen risiko!
Pembahasan:
a. Ukuran dan kompleksitas organisasi.
b. Industri dan profil risiko organisasi.
c. Struktur organisasi dan budaya perusahaan.
d. Ketersediaan sumber daya dan kapabilitas.
e. Persyaratan peraturan.

3. Bagaimana cara memastikan bahwa Komite Manajemen Risiko efektif dalam menjalankan tugasnya?
Pembahasan:
a. Memberikan pelatihan dan edukasi kepada anggota komite tentang manajemen risiko.
b. Memberikan akses kepada komite terhadap informasi dan sumber daya yang diperlukan.
c. Memastikan bahwa komite memiliki waktu yang cukup dalam menjalankan tugasnya.
d. Membangun komunikasi yang efektif antara komite dan dewan direksi, manajemen senior, dan unit
organisasi lainnya.

4. Mengapa penting bagi sebuah organisasi untuk memiliki Satuan Kerja Manajemen Risiko yang efektif?
Jelaskan!
Pembahasan:
Satuan kerja manajemen risiko penting bagi setiap organisasi, karena
a. Membantu organisasi mengidentifikasi dan memahami risiko-risiko yang mungkin dihadapi sehingga
dapat diantisipasi.
b. Meminimalkan kerugian finansial dan reputasi yang mungkin timbul akibat risiko-risiko yang tidak
terkelola dengan baik.
c. Memungkinkan organisasi untuk merespons perubahan lingkungan bisnis dengan lebih cepat dan
efisien.
d. Menyediakan kerangka kerja yang sistematis untuk mengelola risiko, sehingga memungkinkan
organisasi untuk mengambil keputusan yang lebih baik dan lebih terinformasi.

5. Jelaskan hubungan antara Satuan Kerja Operasional dengan Satuan Kerja Manajemen Risiko dalam sebuah
organisasi!
Pembahasan:
Satuan Kerja Operasional bertanggung jawab untuk menjalankan kegiatan sehari-hari dalam sebuah
organisasi, sedangkan Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) bertanggung jawab untuk mengidentifikasi,
menganalisis, dan mengelola risiko-risiko yang mungkin dihadapi oleh organisasi. Hubungan antara
keduanya adalah bahwa SKMR menyediakan kerangka kerja dan arahan bagi Satuan Kerja Operasional
untuk mengelola risiko-risiko yang terkait dengan kegiatan operasional mereka.
Daftar Pustaka
Rustam, Bambang Rianto. 2022. Manajemen Risiko: Prinsip, Penerapan, dan Penelitian
(Edisi 2). Jakarta: Salemba Empat
Menyongsong Revisi Model Three Lines of Defense: Bagi-Bagi Tugas Governance Measures. 2020. Diakses
pada10 Maret 2024 dari
https://irmapa.org/menyongsong-revisi-model-three-lines-of-defense-bagi-bagi-tugas-governance-measures/
Pertahanan 3 Lapis (The 3 Lines of Defence) – Konteks ERM Perusahaan Publik di Indonesia. 2020. Diakses
pada 10 Maret 2024 dari
https://crmsindonesia.org/publications/pertahanan-3-lapis-the-3-lines-of-defence-konteks-erm-perusahaan-
publik-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai