Anda di halaman 1dari 11

PERJANJIAN KERJA SAMA

ANTARA
SENTRA “PARAMITA” DI MATARAM
DENGAN
DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN
LOMBOK UTARA

Nomor: 6 TAHUN 2024

Nomor: 470/85/Dukcapil/2024

TENTANG

SINERGITAS TUGAS DAN FUNGSI DALAM LAYANAN ADMINISTRASI


KEPENDUDUKAN BAGI PEMERLU PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
LINGKUP TUGAS PADA SENTRA “PARAMITA” DI MATARAM

Pada hari ini Rabu, tanggal Enam bulan Maret tahun 2024, bertempat di
Kabupaten Lombok Utara, yang bertanda tangan dibawah ini:
1. Raden Latifah Ningrum Selaku Kepala Sentra “Paramita” di Mataram
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Sentra “Paramita” di
Mataram Kementerian Sosial yang berkedudukan di Jalan Tgh. Saleh
Hambali Nomor 339, Bengkel, Labuapi, Lombok Barat 83361, untuk
selanjutnya disebut PIHAK KESATU.
2. H. Rubain, S.Sos., M.Si. Selaku Kepala Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Lombok Utara dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Lombok Utara yang berkedudukan di Gangga untuk
selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

Untuk selanjutnya PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA secara bersama-


sama disebut PARA PIHAK dan secara sendiri-sendiri disebut PIHAK terlebih
dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut:
a. bahwa PIHAK KESATU merupakan unit pelaksana teknis di bawah
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial yang
memberikan layanan rehabilitasi sosial kepada Pemerlu Pelayanan
Kesejahteraan Sosial yang terdiri dari penyandang disabilitas, anak,
lanjut usia, serta korban bencana dan kedaruratan.

- 1–
b. Bahwa PIHAK KEDUA adalah unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten
Lombok Utara dibidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang
bertanggung jawab kepada Bupati Lombok Utara;
c. Bahwa PARA PIHAK memiliki sumber daya, kemampuan, dan potensi
yang dapat disinergikan dan didayagunakan bersama untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial.
d. PARA PIHAK sepakat untuk melakukan Perjanjian Kerja Sama yang
disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4674), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang 23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 232, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5475);
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir
Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5871);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang 23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 102, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6354);

- 2–
7. Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang Persyaratan dan
Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan SipilLembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 96);
8. Peraturan Presiden Nomor 110 Tahun 2021 tentang Kementerian
Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
270);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 96 Tahun 2019 tentang
Pendataan dan Penerbitan Dokumen Kependudukan Bagi
Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1479);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 108 Tahun 2019 tentang
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018
tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 1789);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 109 Tahun 2019 tentang
Formulir dan Buku yang digunakan dalam Administrasi
Kependudukan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 1791);
12. Peraturan Menteri Sosial Nomor 7 Tahun 2021 tentang Asistensi
Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 1007) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Sosial Nomor 7 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Sosial Nomor 7 Tahun 2021 tentang Asistensi Rehabilitasi
Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 822);
13. Peraturan Menteri Sosial Nomor 3 Tahun 2022 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat
Rehabilitasi Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022
Nomor 273);
14. Peraturan Bupati Lombok Utara Nomor 2 Tahun 2021 tentang
Layanan Administrasi Kependudukan Berbasis Desa (Berita
Daerah Kabupaten Lombok Utara Tahun 2021 Nomor 8);

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dengan itikad baik, saling percaya,


dan berpedoman kepada ketentuan peraturan perundang-undangan, PARA
PIHAK sepakat untuk mengadakan kerja sama dalam rangka Sinergitas
Tugas dan Fungsi Dalam Penerbitan Dokumen Administrasi Kependudukan
Bagi Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lingkup Tugas Pada Sentra
“Paramita” Di Mataram, dengan menyatakan beberapa hal sebagai berikut:

- 3–
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Perjanjian Kerja Sama ini yang dimaksud dengan:
1. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan
penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan
melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi
Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk
pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
2. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata penduduk,
pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan
penduduk rentan Administrasi Kependudukan serta penerbitan
dokumen kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan
kependudukan.
3. Pencatatan Sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang dialami oleh
seseorang dalam register pencatataan sipil pada dinas kependudukan
dan pencatatan sipil kabupaten/kota
4. Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan adalah Penduduk yang
mengalami hambatan dalam memperoleh dokumen kependudukan
yang disebabkan oleh bencana alam dan kerusuhan sosial.
5. Orang Terlantar adalah warga negara Indonesia yang karena suatu
sebab sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara wajar,
baik rohani, jasmani maupun sosial.
6. Pendataan adalah upaya mengumpulkan data Penduduk Korban
bencana alam, korban bencana sosial, orang terlantar, komunitas
terpencil serta penduduk yang menempati kawasan hutan, tanah
negara dan/atau tanah dalam kasus pertanahan.
7. Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat
PPKS adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat
yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak dapat
melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga memerlukan pelayanan sosial
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani dan rohani
maupun sosial secara memadai dan wajar.
e. Layanan Rehabilitasi Sosial adalah kegiatan Rehabilitasi Sosial
ditujukan kepada seseorang yang mengalami kondisi kemiskinan,
ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan
penyimpangan perilaku, serta yang memerlukan perlindungan khusus
yang meliputi penyandang cacat fisik; penyandang cacat mental;
penyandang cacat fisik dan mental; tuna susila; gelandangan;

- 4–
pengemis; eks penderita penyakit kronis; eks narapidana; eks
pencandu narkotika; eks psikotik; pengguna psikotropika sindroma
ketergantungan; orang dengan Human Immunodeficiency
Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome; korban tindak kekerasan;
korban bencana; korban perdagangan orang; anak terlantar; dan anak
dengan kebutuhan khusus.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2
(1) Perjanjian Kerja Sama ini dimaksudkan sebagai landasan kerja sama
serta menyamakan persepsi dan cara bertindak bagi PARA PIHAK
dalam sinergitas tugas dan fungsi dalam penerbitan dokumen
administrasi kependudukan bagi PPKS lingkup tugas pada Sentra
“Paramita” di Mataram.
(2) Perjanjian Kerja Sama ini bertujuan untuk:
a. pemenuhan hak dokumen administrasi kependudukan bagi PPKS
PIHAK KESATU;
b. mengefektifkan fungsi dan peran PARA PIHAK dalam rangka
sinkronisasi, verifikasi, dan validasi atas data PPKS dan/atau
program kerja di lingkungan PIHAK KESATU melalui layanan
Administrasi Kependudukan bagi PPKS;
c. menunjang dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi
PARA PIHAK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
d. penyelesaian data kependudukan PPKS PIHAK KESATU yang
tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
e. peningkatan mutu layanan Administrasi Kependudukan bagi
masyarakat di Kabupaten Lombok Utara.

BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 3
(1) PIHAK KESATU mempunyai hak:
a. memperoleh data dan/atau informasi PPKS yang sudah dilakukan
pemadanan data administrasi kependudukan oleh PIHAK KEDUA;
b. memperoleh pelayanan khusus dalam layanan penerbitan

- 5–
dokumen administrasi kependudukan bagi PPKS;
c. menerima dokumen kependudukan hasil layanan Penerbitan
Dokumen Administrasi Kependudukan bagi PPKS yang dikirimkan
oleh PIHAK KEDUA;
d. memperoleh data dan/atau informasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan monitoring dan evaluasi pendataan PPKS; dan
e. memperoleh laporan dari PIHAK KEDUA terkait pelaksanaan
pemadanan data dan pelayanan penerbitan administrasi
kependudukan bagi PPKS paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau
sesuai dengan kebutuhan.
(2) PIHAK KESATU mempunyai kewajiban:
a. mencantumkan nomor induk kependudukan yang sudah dijamin
ketunggalannya oleh PIHAK KEDUA dalam Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial atau aplikasi lain terkait pendataan PPKS.
b. melakukan koordinasi dan konsultasi dengan PIHAK KEDUA
dalam rangka layanan Penerbitan Dokumen Administrasi
Kependudukan bagi PPKS;
c. memberikan data dan/atau informasi PPKS yang belum memiliki
dokumen administrasi kependudukan dan/atau belum dilakukan
pemadanan data kepada PIHAK KEDUA;
d. memberikan pelayanan program kerja PIHAK KESATU sesuai
wilayah kerja pada PIHAK KEDUA;
e. membantu memberikan penyuluhan mengenai Administrasi
Kependudukan kepada PPKS;
f. menjamin kerahasiaan, keutuhan, dan kebenaran data, serta
tidak melakukan penyimpanan data kependudukan dan tidak
memberikan data kepada pihak lain;
g. menyampaikan dokumen Administrasi Kependudukan hasil
layanan penerbitan dokumen Administrasi Kependudukan bagi
PPKS yang diperoleh dari PIHAK KEDUA; dan
h. Melengkapi bukti pendukung berupa biodata/riwayat PPKS yang
diperlukan untuk memudahkan dalam pelayanan administrasi
kependudukan.
(3) PIHAK KEDUA mempunyai hak:
a. memperoleh data dan/atau informasi PPKS dari PIHAK KESATU
berkaitan dengan permohonan Penerbitan Dokumen Administrasi
Kependudukan bagi PPKS;
b. memperoleh data dan/atau informasi mengenai PPKS dari PIHAK
KESATU yang akan dilakukan pemadanan data; dan

- 6–
c. menerima koordinasi dan konsultasi dari PIHAK KESATU dalam
rangka layanan Penerbitan Dokumen Administrasi Kependudukan
bagi PPKS.
(4) PIHAK KEDUA mempunyai kewajiban:
a. menjamin ketunggalan Nomor Induk Kependudukan pada
Dokumen Administrasi Kependudukan PPKS dalam wilayah kerja
PIHAK KEDUA;
b. memberikan data dan/atau informasi PPKS yang sudah dilakukan
pemadanan data administrasi kependudukan;
c. memberikan pelayanan khusus dalam layanan penerbitan
dokumen administrasi kependudukan bagi PPKS sesuai wilayah
kerja pada PIHAK KEDUA;
d. menerima koordinasi dan konsultasi dari PIHAK KESATU dalam
rangka layanan Penerbitan Dokumen Administrasi Kependudukan
bagi PPKS;
e. melakukan penyelesaian data kependudukan PPKS PIHAK
KESATU yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
f. menyerahkan dokumen kependudukan hasil layanan Penerbitan
Dokumen Administrasi Kependudukan bagi PPKS kepada PIHAK
KESATU.
BAB IV
JANGKA WAKTU

Pasal 4
(1) Perjanjian Kerja Sama ini berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun
sejak penandatanganan Perjanjian Kerja Sama ini dan dapat
diperpanjang atau diakhiri sebelum berakhirnya jangka waktu sesuai
dengan kesepakatan tertulis oleh PARA PIHAK.
(2) Perjanjian Kerja Sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat:
a. Diperpanjang melalui pemberitahuan secara tertulis oleh salah
satu Pihak kepada Pihak lainnya paling lambat 3 (tiga) bulan
sebelum berakhirnya Perjanjian Kerja Sama; dan
b. Diakhiri sebelum berakhirnya jangka waktu dengan ketentuan
bahwa Pihak yang akan mengakhiri menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada Pihak lainnya paling lambat
1 (satu) bulan sebelum rencana pengakhiran Perjanjian Kerja
Sama.

- 7–
BAB V
KEADAAN KAHAR

Pasal 5
(1) Yang dimaksud keadaan memaksa (force majeure) yaitu segala
keadaan atau peristiwa yang terjadi di luar kekuasaan PARA PIHAK,
seperti bencana alam, sabotase, pemogokan, huru-hura, epidemi,
pandemi, kebakaran, banjir, gempa bumi, perang, Keputusan
Pemerintah atauinstansi yang berwenang, kerusakan atau tidak
berfungsinya jaringan sistem daya Iistrik, perangkat lunak/perangkat
keras komputer, serangan virus, peretasdan/atau sistem/jaringan
telekomunikasi yang jasanya dimanfaatkan oleh satu PIHAK, yang
menghalangi secara langsung atau tidak langsung untuk
terlaksananya Perjanjian Kerja Sama ini.
(2) Keadaan memaksa (force majeure) hanya menunda dan/atau
melakukan negosiasi ulang dalam pelaksanaan Perjanjian dan tidak
mengakhiri Perjanjian, setelah berakhirnya keadaan memaksa (force
majeure), PIHAK yang terkena keadaan memaksa (force majeure) harus
melaksanakan kembali Perjanjian ini, kecuali ditetapkan lain oleh
PARA PIHAK sebagai hasil musyawarah untuk mufakat dan
kesepakatan PARA PIHAK yang dituangkan dalam notula rapat
tertulis.
(3) PIHAK yang mengalami keadaan memaksa (force majeure) yang
mempengaruhi sebagian atau seluruh kewajiban sebagaimana diatur
dalam Perjanjian ini memberitahukan secara tertulis, dengan
melampirkan bukti dari instansi yang berwenang, selambat-lambatnya
3 (tiga) hari kerja terhitung sejak terjadinya kejadian, kepada PIHAK
lainnya.
(4) Dalam hal setelah 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya pemberitahuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum atau tidak ada tanggapan
dari PIHAK yang menerima pemberitahuan, maka adanya peristiwa
dimaksud dianggap telah disetujui oleh PIHAK yang menerima
pemberitahuan.
(5) Hal-hal yang diambil untuk mengatasi atau menanggulangi
permasalahan yang terjadi sebagai akibat keadaan memaksa (force
majeure) ditetapkan melalui musyawarah untuk mufakat dan
kesepakatan PARA PIHAK yang dituangkan secara tertulis.

- 8–
BAB VI
PEMBIAYAAN

Pasal 6
Segala biaya yang timbul dalam rangka pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama
ini dibebankan pada anggaran PARA PIHAK berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB VII
KERAHASIAAN INFORMASI

Pasal 7
(1) PARA PIHAK wajib menjaga dan merahasiakan segala data, informasi,
dan dokumen lainnya dalam rangka pelaksanaan Perjanjian Kerja
Sama ini, namun tidak terbatas pada seluruh data penerima manfaat
dan wali.
(2) PARA PIHAK tidak boleh mengungkapkan rahasia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada pihak ketiga kecuali kepada pihak yang
dikecualikan dengan cara apapun tanpa persetujuan tertulis dari
PIHAK lainnya, kecuali hal-hal yang merupakan milik umumatau
untuk keperluan pelaporan atau sebagaimana diminta oleh aparat
penegak hukum, pejabat pemerintah yang berwenang dan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Kerahasiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ini masih tetap
berlaku meskipun Perjanjian Kerja Sama ini berakhir.

BAB VIII
PELAPORAN, PEMANTAUAN, DAN EVALUASI

Pasal 8
(1) Untuk mengetahui perkembangan kerja sama, PIHAK KESATU dan
PIHAK KEDUA membuat laporan untuk dapat digunakan secara
bersama-sama guna penyempurnaan penyelenggaraan kerja sama.
(2) PARA PIHAK melaksanakan pemantauan secara bersama-sama
maupun sendiri-sendiri terhadap pelaksanaan kegiatan kerja sama
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

- 9–
(3) Apabila dari hasil pemantauan dijumpai kendala dan hambatan dalam
pelaksanaan kegiatan kerja sama, PARA PIHAK segera melakukan
koordinasi untuk mencari solusi pemecahannya.
(4) Untuk keberlangsungan pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama, PARA
PIHAK dapat menyelenggarakan evaluasi sesuai kebutuhan masing-
masing PIHAK yang dapat dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali
terhadap sinergitas pelaksanaan tugas dan fungsi.

BAB IX
KORESPONDENSI

Pasal 9
(1) PARA PIHAK adalah pejabat penanggung jawab yang akan
melaksanakan Perjanjian Kerja Sama ini, dengan korespondensi
masing-masing sebagai berikut:
a. Sentra “Paramita” di Mataram
Nama : Ibrahim Firdaus, S.ST, ME
Jabatan : Kasubbag Tata Usaha
Alamat : Jalan TGH. Saleh Hambali No. 339 Bengkel, Labuapi
Kabupaten Lombok Barat
Telepon : 085248965943
Email : paramita.mataram@gmail.com
b. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lombok
Utara
Nama : Baiq Erika Ramadhan, A.Md., A.Md.
Jabatan : Pengelola Sistem Administrasi Kependudukan
Alamat : Jl. Raya tanjung Bayan Kecamatan Gangga Kabupaten
Lombok Utara
Telepon : 085934561066
Email : -
(2) PARA PIHAK dapat mengubah alamat korespondensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan wajib memberitahukan perubahan
alamat korespondensi paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sebelum
terjadinya perubahan alamat korespondensi tersebut.
(3) Selama pemberitahuan perubahan alamat korespondensi tersebut
belum diterima, maka segala korespondensi penyampaian informasi
tetap menggunakan alamat korespondensi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).

- 10–
BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 10
(1) Perubahan dan/atau hal-hal yang belum diatur dalam Perjanjian Kerja
Sama ini akan diatur dan ditetapkan berdasarkan kesepakatan PARA
PIHAK yang dituangkan secara tertulis dalam kesepakatan tambahan
(adendum) yang merupakan satu kesatuan dan menjadi bagian tidak
terpisahkan dari Perjanjian Kerja Sama ini.
(2) Apabila di kemudian hari terjadi permasalahan dalam pelaksanaan
Perjanjian Kerja Sama ini akan diselesaikan oleh PARA PIHAK secara
musyawarah untuk mufakat.

BAB XI
PENUTUP

Pasal 11
Perjanjian Kerja Sama ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) asli, masing-masing
bermeterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama setelah
ditandatangani oleh PARA PIHAK dan mulai berlaku sejak tanggal
ditandatangani oleh PARA PIHAK.

PIHAK KESATU, Pihak Kedua,

Raden Latifah Ningrum H. Rubain, S.Sos., M.Si.

- 11–

Anda mungkin juga menyukai