Anda di halaman 1dari 1

Katalog Produk Berlangganan Pro

Share

... > Pidana > Jerat Hukum Menyebar...

Pidana

Jerat Hukum Menyebarluaskan KTP


Orang Lain
Kamis, 20 Oktober 2022 Bacaan 15 Menit

Bernadetha Aurelia Oktavira, S.H.

Si Pokrol

Pertanyaan
Data pribadi KTP seorang wartawan disebarluaskan
oleh menteri. Apa hukumnya?

Konsultasi Hukum dengan


Advokat Pilihan
15.000+ masalah hukum telah dikonsultasikan
bersama kami

60+
30 Menit Konsultasi via Chat
Rp50.000 Rp30.000

Chat Sekarang

Powered by

Intisari Jawaban

Ulasan Lengkap
Artikel di bawah ini adalah pemutakhiran dari
artikel dengan judul Hukumnya
Menyebarluaskan Identitas Orang Lain yang
dibuat oleh Sovia Hasanah, S.H., dan pertama
kali dipublikasikan pada Jumat, 19 Mei 2017.

Seluruh informasi hukum yang ada di Klinik


hukumonline.com disiapkan semata – mata
untuk tujuan pendidikan dan bersifat umum
(lihat Pernyataan Penyangkalan selengkapnya).
Untuk mendapatkan nasihat hukum spesifik
terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung
dengan Konsultan Mitra Justika.

Klinik Terkait :

Hukumnya Perusahaan Jual Aset Pakai


Identitas Eks Karyawan

Hukumnya Perusahaan Asuransi Transfer


Data Pribadi Tanpa Izin

Apakah KTP Merupakan Data Pribadi


yang Dilindungi?

Hukumnya Menggunakan Data Orang


Lain di Internet untuk Promosi

KTP Sebagai Data Pribadi yang


Dilindungi
Sebagaimana disarikan dari Apakah KTP
Merupakan Data Pribadi yang Dilindungi? jika
ditanya apakah KTP merupakan data pribadi?
Jawabannya adalah benar, KTP termasuk data
pribadi yang dilindungi karena memuat
informasi data perseorangan antara lain NIK,
nama lengkap, jenis kelamin, tempat lahir,
tanggal/bulan/tahun lahir, golongan darah, status
perkawinan, pekerjaan, alamat, dan tanda
tangan.[1]

Masih bersumber dari artikel yang sama, KTP


adalah dokumen kependudukan resmi yang
diterbitkan oleh instansi pelaksana yang memuat
data kependudukan yang diperoleh dari kegiatan
pendaftaran penduduk dan juga memuat data
pribadi yang wajib disimpan dan dilindungi
oleh negara.[2]

Belajar Hukum Secara Online dari


Pengajar Berkompeten Dengan
Biaya Terjangkau

Mulai Dari

Rp 149.000

Lihat Semua Kelas 

Perlindungan Data Pribadi


Menurut UU PDP
Ketentuan lebih lanjut mengenai perlindungan
data pribadi terdapat dalam UU PDP. Patut Anda
ketahui, terdapat istilah badan publik yaitu
lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan
lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan
dengan penyelenggaraan negara,[3] yang dalam
kasus ini, menurut hemat kami, termasuk
kementerian negara yang dipimpin oleh seorang
menteri.

Badan publik di sini merupakan pengendali data


pribadi yang bertindak sendiri-sendiri atau
bersama-sama dalam menentukan tujuan dan
melakukan kendali pemrosesan data pribadi.[4]

Rekomendasi Berita :

MA Bahas Permasalahan Hukum WNI di


Arab Saudi

Geram dengan Tindakan Israel, Negara-


negara Ini Tempuh Jalur Hukum ke ICC

Pilihan Langkah Hukum Pidana dan


Perdata dalam Kasus Pencemaran Nama
Baik

Sejumlah Masalah Hukum dalam Pemilu


dan Pilkada

Kemudian menyambung pertanyaan Anda,


tindakan seorang menteri yang
menyebarluaskan KTP wartawan adalah
sehubungan dengan pemrosesan data pribadi
yaitu penampilan, pengumuman, atau
penyebarluasan. Penampilan adalah perbuatan
memperlihatkan data pribadi untuk tujuan
tertentu dan pihak-pihak tertentu. Sedangkan
pengumuman adalah pemberitahuan sebuah
informasi yang ditujukan kepada orang banyak
dan bersifat umum.[5]

Pengendali data pribadi wajib memiliki dasar


pemrosesan data pribadi yang salah satu
dasarnya adalah persetujuan yang sah secara
eksplisit dari subjek data pribadi (pemilik data
pribadi) melalui persetujuan tertulis atau terekam
secara elektronik atau nonelektronik.[6]

Bahkan, ditegaskan kembali bahwa dalam


melakukan pemrosesan data pribadi, pengendali
data pribadi wajib menjaga kerahasiaan data
pribadi serta wajib bertanggung jawab dalam
pemenuhan kewajiban pelaksanaan prinsip
pelindungan data pribadi.[7]

Akan tetapi, kewajiban pengendali data pribadi


menjaga kerahasiaan data pribadi sebagaimana
disebut sebelumnya hanya dalam rangka
pelaksanaan ketentuan undang-undang
dikecualikan untuk:[8]

a. kepentingan pertahanan dan keamanan


nasional;
b. kepentingan proses penegakan hukum;
c. kepentingan umum dalam rangka
penyelenggaraan negara; atau
d. kepentingan pengawasan sektor jasa
keuangan, moneter, sistem pembayaran,
dan stabilitas sistem keuangan yang
dilakukan dalam rangka penyelenggaraan
negara.

Tanggung Jawab Menteri Dalam


Negeri
Sebagaimana telah diketahui, KTP merupakan
dokumen kependudukan, sehingga Menteri
Dalam Negeri adalah penanggung jawab
memberikan hak akses data kependudukan dan
data pribadi kepada petugas provinsi dan
petugas instansi pelaksana serta pengguna.[9]
Yang dimaksud dengan pengguna antara lain
lembaga negara, kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian, dan/atau badan
hukum Indonesia.[10]

Adapun baik petugas dan pengguna dilarang


menyebarluaskan data kependudukan yang
tidak sesuai dengan kewenangannya, ketentuan
ini secara tegas tertulis dalam Pasal 79 ayat (3)
UU 24/2013.

Sanksi Pelaku yang


Menyebarluaskan KTP Tanpa
Hak
Jika seseorang mengakses database
kependudukan (KTP) tanpa hak, ia dipidana
penjara paling lama 2 tahun dan/atau denda
paling banyak Rp25 juta.[11]

Selanjutnya, setiap orang yang tanpa hak


menyebarluaskan data kependudukan dan data
pribadi termasuk dalam hal ini KTP dipidana
penjara paling lama 2 tahun dan/atau denda
paling banyak Rp25 juta.[12]

Tak hanya itu, setiap orang yang dengan sengaja


dan melawan hukum mengungkapkan data
pribadi yang bukan miliknya dipidana penjara
paling lama 4 tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp4 miliar.[13]

Sementara itu, untuk badan publik (kementerian)


selaku pengendali data pribadi dapat dijerat
sanksi administratif berupa peringatan tertulis,
penghentian sementara kegiatan pemrosesan
data pribadi, penghapusan atau pemusnahan
data pribadi, dan/atau denda administratif.[14]

Namun demikian, menurut Raditya Kosasih,


Ketua Asosiasi Praktisi Perlindungan Data
Indonesia (APPDI) pada Instagram Live
Hukumonline “Mampukah UU PDP atasi
Persoalan Keamanan Data di Indonesia” perlu
dilihat konteksnya case by case terkait
penyebarluasan e-KTP tersebut. Apakah hal itu
terjadi karena suatu kesalahan atau berdasarkan
suatu kewenangan yang diperbolehkan oleh
undang-undang.

Jika terkait ada proses hukum atau hal-hal yang


memang diperbolehkan peraturan perundang-
undangan maka ini seharusnya tidak masalah.
Tetapi jika ini tidak sengaja disebarluasakan
karena suatu kesalahan maka perlu dicek
mengapa kesalahan tersebut bisa terjadi, siapa
yang bertanggung jawab, dan perlu dipastikan
tidak ada e-KTP lainnya yang tersebar karena
banyak data-data pribadi di dalam e-KTP itu.

Jadi, tindakan penyebarluasan KTP tanpa hak


yang dilakukan oleh seorang menteri karena
disengaja atau karena suatu kesalahan, maka
termasuk pelanggaran data pribadi dan
terhadapnya dapat dijerat sanksi pidana hingga
denda. Sedangkan untuk badan publik
(kementerian) sebagai pengendali data pribadi
dapat dijerat sanksi administratif.

Demikian jawaban dari kami, semoga


bermanfaat.

Dasar Hukum:

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006


Tentang Administrasi Kependudukan
sebagaimana diubah dengan Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2006 Tentang Administrasi
Kependudukan;
2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022
tentang Pelindungan Data Pribadi.

Referensi:

Instagram Live Hukumonline dengan topik


“Mampukah UU PDP atasi Persoalan Keamanan
Data di Indonesia?” yang diselenggarakan pada
Selasa, 18 Oktober 2022.

[1] Pasal 58 ayat (2) Undang-Undang Nomor 24


Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang
Administrasi Kependudukan (“UU 24/2013”)

[2] Pasal 79 ayat (1) UU 24/2013

[3] Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 27


Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi
(“UU PDP”)

[4] Pasal 1 angka 4 UU PDP

[5] Pasal 16 ayat (1) huruf e dan penjelasannya UU


PDP

[6] Pasal 20 ayat (1) dan (2) huruf a dan Pasal 22


ayat (1) dan (2) UU PDP

[7] Pasal 36 dan 47 UU PDP

[8] Pasal 50 UU PDP

[9] Pasal 79 ayat (2) dan Pasal 86 ayat (1) UU


24/2013

[10] Penjelasan Pasal 79 ayat (2) UU 24/2013

[11] Pasal 95 Undang-Undang Nomor 23 Tahun


2006 Tentang Administrasi Kependudukan

[12] Pasal 95A UU 24/2013

[13] Pasal 67 ayat (2) UU PDP

[14] Pasal 57 ayat (1) dan (2) UU PDP

Tags:

#data kependudukan #data pribadi #e-ktp

#google #hukum #hukumonline

#kartu keluarga #kemendagri #kk

#klinik #klinik hukumonline #ktp

#lembaga pemerintah #mendagri

#menteri dalam negeri #pelindungan data pribadi

#pidana #uu pdp

Punya Masalah Hukum Yang Sedang Dihadapi?

 Kirim Pertanyaan

Baca Disclaimer

Atau

 Chat Sekarang

Mulai dari Rp 30.000

Klinik Terbaru

Barang Curian Dikembalikan, Apakah Pencuri


1
Tetap Dipidana?

Kewajiban Bayar Ganti Rugi karena Memutus


2
Kontrak Pada Perusahaan Pailit

Berapa Lama Jangka Waktu Pelaksanaan


3
Wajib Lapor?

4 Catat! Ini 6 Perbedaan CV dan PT

Call for Boycott of Israeli Products in Indonesia,


5
Whats the Law?

Tips Hukum

Dasar Hukum Poligami di Indonesia dan


Prosedurnya

Ingin Rujuk, Begini Cara Cabut Gugatan


Cerai di Pengadilan

Cara Hitung Pesangon Berdasarkan UU


Cipta Kerja

Lihat Semua Tips

Konsultasi Hukum dengan


Advokat Pilihan
15.000+ masalah hukum telah dikonsultasikan
bersama kami

60+
30 Menit Konsultasi via Chat
Rp50.000 Rp30.000

Chat Sekarang

Powered by

AD Premier 9th floor, Jl. TB Simatupang No.5 Ragunan, Pasar Minggu,

Jakarta Selatan 12550, DKI Jakarta, Indonesia

Phone: +62 21 - 2270 - 8910

Fax: +62 21 - 2270 - 8909

customer@hukumonline.com

redaksi@hukumonline.com

Pro Wawasan Hukum

Legal Analysis Klinik

Pusat Data Berita

Premium Stories Jurnal

Online Course

Solusi Event
Regulatory Compliance System
PKPA
Document Management System
Ranking
Izin Usaha
Online Publication
Konsultasi Hukum

Pembuatan Dokumen

Hukumonline

Tentang Kami

Redaksi

Pedoman Media Siber

Kode Etik

Syarat Penggunaan Layanan

Bantuan & FAQ

Karir Pantau Kewajiban Hukum


Perusahaan Anda di sini!

2023 Hak Cipta Milik Hukumonline.com

Anda mungkin juga menyukai