Anda di halaman 1dari 6

Onegai

Posted originally on the Archive of Our Own at http://archiveofourown.org/works/1820827.

Rating: Explicit
Archive Warning: Choose Not To Use Archive Warnings
Category: M/M
Fandom: Shingeki no Kyojin | Attack on Titan
Relationship: Levi/Eren Yeager
Additional Tags: Plot What Plot/Porn Without Plot, Horny Eren Yeager, Sexual Tension
Series: Part 6 of AraKura
Stats: Published: 2014-06-21 Words: 1903

Onegai
by Aratte, AsakuraHannah

Summary

Eren memohon.

Notes

SnK belongs to Hajime Isayama. We take no profit.

"Heicho... Aku sudah tidak tahan. Mohon dimasukkan segera. "

"Eren, dasar bocah tidak sabaran, kau ingin sekali aku masuk ke dalam. Kau tidak berhak
memerintah kaptenmu." Levi mendelik

"Heicho, kumohon. Masukkan pedangmu yang besar dan gemuk itu ke dalamku, buat aku penuh,
buka aku lebar-lebar, heicho."

"Eren, kau harus kubasahi dulu sebelum aku masuk." Levi mengangkat kaki Eren ke atas bahu,
lidahya menjilati lubang mungil itu.

"Ahnnnn he-heicho." Eren menggeliat geli, nafsunya makin memuncak. "heicho jangan dengan
mu-mulutmu. Nnnhh."

Levi tidak menghiraukannya, dia menahan pinggul Eren agar bocah itu berhenti menggeliat.
Lidahnya masuk semakin dalam, membasahi liang Eren dengan air liurnya.

"Jangan bergerak, bocah. Kau ini suka merasakan sakit ya?" Levi berkata peda setelah dia menarik
lidahnya keluar.
Eren menggeleng malu. "heicho...lidahnya bergerak-gerak di dalamku. Aku merasa panas dan
basah." Eren meremas pahanya sendiri.

Melihat Eren meremas pahanya sendiri, Levi menyerigai, jarinya yang sudah dilumuri pelumas
menekan masuk. Levi menunduk, menjilati ereksi Eren

Eren menjerit nikmat, matanya berbinar menatap kapten perkasa berpedang panjang di antara
kedua kakinya. "ni-nikmat, heicho, nnh. Kumohon jangan godai aku terus. Ma-masukkan, lebih
salam, onegai."

"Nnmm Eren, kau ini rasanya sangat menggairahkan. Cukup panjang, diusiamu ini, meskipun
punyaku lebih panjang lagi."

Levi memasukkan jarinya kedalam, perlahan, sengaja membuat Eren semakin menginginkan lebih.

"Umn...pu-punya heicho sangat besar, dan kolosal... a-aku ingin heicho. Kumohon." Eren
meliukkan pinggulnya dengan sangat seduktif, menekan balik jar itu, lalu menjerit.

"Aku mau jari heicho yang lain, onegai...."

Levi menggeleng kepala, dia memasukkan satu jari lagi kedalam Eren, puas melihat Bocah itu
merintih dan menggeliat akibat perbuatannya.

"Bersuaralah lebih keras, Eren. Keluarkan suaramu!" Levi menampar sisi bokong Eren, tertawa
rendah.

"Ah! he-heicho, aku tidak bisa...keras-keras... nanti Hanji-san mendengar kita. Mmnnnh."
Bokongnya terasa panas dan terguncang akibat tamparan Levi, getaran nikmatnya menjalar hingga
ke paha dalamnya. Dua jari di dalamnya bergerak maju mundur, Eren ingin lebih. Eren meliuk
nikmat dengan keringat mengucur dari pelipisnya. "Le-lebih dalam heicho, onegai, heicho."

Levi mengecup ujung ereksi Eren, memasukkan tumpulnya ke dalam mulut, menghisap pelan.
Jarinya yang ketiga dimasukkan, membuka lubang mungil itu perlahan lebih besar, menghujam
masuk tanpa aba-aba. Jarinya yang terpanjang menyentuh titik pusat kenikmatan Eren secara tidak
sengaja.

Mau tidak mau bocah itu harus berteriak keras.

Eren menjerit, kemudian menutup mulut dengan kedua tangannya. "Mmmggh he-he-
heicho..arggghhh!" Badannya menggelinjang nikmat. Jari-jari kakinya mengepal lemah. "Nikmat,
heicho, nnnghhh. Aku mau, heicho, kumohon masukkan, heicho. kumohon. aku sudah siap." Eren
menekuk kaki dan memeluk lututnya, memperlihatkan liang mungkin memerah yang sudah siap
dimasuki.

Memandang Eren dari bawah, dia bisa melihat air liur bocah itu menetes, memperlihatkan betapa
ia sangat menikmatinya hanya dengan jari. Levi mendorong penis Eren keluar dari mulutnya
dengan lidah. Menjilat bibirnya yang basah, sang kapten mendelik.

"Berapa kali aku harus mengatakn padamu untuk tidak memerintahku? Kau mau mendapat
hukuman?"

Tangannya ditarik keluar, memegang barang miliknya sendiri, dia menyentuh Eren sedikit dengan
tumpulnya yang basah.

badan penisnya digesekkan naik turun di antara kedua pipi bokong


"Heicho, ku-kumohon." Eren mulai terisak, menggerakkan bokongnya dan menekannya ke bawah
sehingga ujung tumpul Levi menusuk daging bokongnya yang kenyal. "Kumohon, masukkan.
Mnnnh." Eren membuka lebar kedua kakinya.

Levi tergelak melihat Eren merintih, berusaha untuk merasakan gesekan lebih, terutama bagian
dalamnya.

"Kau ingin aku masuk, Eren? Memohon lagi, aku ingin kau memohon dengan lantang." Levi
mencubit pipi bokong Eren, dia tidak berhenti menggoda lubang mungil itu dengan ujung penisnya
yang lengket dan basah.

"onegai, heico, aku sudah tidak kuat." Eren meneguk ludah, menggesekkan permukaan lubangnya
dengan penis kemerahan yang berkedut-kedut itu. "Aku mau, heicho, di dalamku, bergerak-gerak
di dalamku. Membukaku selebar mungkin, mengisiku sampai penuh, heicho, sampai aku tidak bisa
memikirkan apapun lagi...ha-hanya heicho."

Levi menyungging bibirnya, dia tidak puas dengan permohonan bocah itu yang hanya merintih
mesum.

"Kau tidak dengar, Eren? Aku ingin kau mengatakannya dengan lantang, bukan dengan merintih
terbata-bata seperti itu." Levi menekan tumpul penisnya masuk perlahan dan kembali menarik
keluar dengan cepat. Hal ini dilakukannya dua kali, membuat kaki Eren gemetar.

"Sobs. He-heicho, jangan siksa aku, onegai." Penis Eren berdenyut kuat setiap kali lubangnya
digoda. Eren meremas alat kelaminnya sendiri, mendesah-desah. Tangan lainnya meremas
bokongnya sendiri dan menarik liang mungilnya terbuka, di bawah mata Levi. "Heicho, kumohon
masukkan penis heicho ke dalam sini. Aku ingin heicho, aku sudah tidak tahan. Aku ingin penis
heicho!"

Levi menyeringai, dia bisa melihat depresi bocah itu meningkat. Dia menepuk liang mungil Eren
dengan tumpulnya perlahan. Memainkan dengan gerakan zig-zag, Levi menampar tangan Eren
yang meraih ereksinya sendiri.

"Kau tidak boleh menyentuh apa pun, Eren, kecuali tubuhku ini." Levi meggertak.

Eren menggigit bibir, menggoyangkan bokongnya perlahan, berusaha memasukkan penis Levi ke
dalam dirinya. Bocah itu duduk, dengan berani meraih penis Levi dengan tangannya yang
gemetaran. "A-apa yang harus kulakukan. Aku menginginkanmu, heicho. Aku ingin disetubuhi ole
heicho, dengan sangat keras, sampai aku berteriak sekencang-kencangnya. Aku...aku lakukan
apapun, heicho, onegai." Eren mengarahkan liang mungilnya ke ujung kepala tumpul itu.

"Teriaklah Eren, sekencang-kencangnya, sampai seluruh gedung ini bisa mendengar kau berteriak.
Lakukanlah." Perintah itu akan sangat sulit dikerjakan Eren. Levi memandang dengan puas
wajahnya yang merah hanpir menyerupai apel.

Levi melenguh pelan ketika jemari Eren meraih penisnya yang menegang. Dia menarik tangan
Eren ke mulutnya, menciumi telapak tangan bocah itu. Gesekan tidak henti dilakukannya, lubang
mungil itu berkedut menerima sentuhan, mengundangnya masuk.

Eren memejamkan matanya rapat-rapat, air mata mengalir keluar. Dia membungkuk, mengulum
penis heicho ke dalam rongga mulutnya yang panas. "mmmnhh, o-onegaai." Eren mengerang
sambil menghisap dan menjilati penis Levi yang tidak masuk seluruhnya ke dalam mulutnya.
Menatap wajah pria itu di atasnya. "Hukum aku, heicho, hukum aku sampai aku berteriak kuat.
Setubuhi aku, heicho!"
Levi mengelus rambut Eren, nampak puas dengan tindakannya sendiri. Dia mengelus bokongnya
yang mencuat di udara. Levi menampar bokongnya, mendengar desahan nikmat dari sang bocah.

"Kau kuhukum karena kau tidak sabaran, bocah. Kau harus menahan emosimu, sebagai prajurit."
telapak tangan Levi kembali bertemu dengan bokongnya yang kenyal itu. Jilatan eren tidak teratur,
dia meremas pipi bokongnya yang montok itu dengan gemas.

"hukum aku, heicho." Eren menghisap kuat-kuat penis Levi, berusaha memasukkan jauh ke dalam
mulut. Ia terbatuk, bibir berlepotan benang liur yang menyambung ke tumpul hangat itu. "Hukum
aku, setubuhi aku, heicho, lakukan apapun yang heicho mau terhadap tubuhku. Tubuhku ini
milikmu, heicho, kuasai aku, onegai."

Levi menggesek penisnya masuk ke dalam mulut Eren yang hangat itu, dia memegangi wajahnya,
memaksa Eren untuk membuka mulut, pinggulnya bergerak cepat, membuat dirinya keluar masuk
mulut bocah itu.

"Eren, ingin aku masuk, Eren? Jika aku sudah masuk, apalagi yang kau inginkan? satu permintaan
sudah cukup untuk satu malam, kurasa."

"Uffh!" Eren tersedak, tapi membiarkan Levi memakai mulutnya sebagai pemuas. "Aku ingin
heicho mengisiku penuh dengan cairan susunya, sampai meleh keluar dan meluap-luap."

Levi menarik penisnya keluar dari mulut Eren, memandang tajam bocah itu. jarinya menyeka
cairan lengket dari bibir Eren.

"Kau akan menadapatkan apa yang kau inginkan. Balikkan badanmu, tunjukkan padaku bokongmu
yang mulus itu, biarkan aku membuatnya merah sebelum aku masuk." Levi menggulingkan tubuh
Eren ke samping setelah mendorongnya berbaring di tempat tidur.

Pipi Eren merona pekat, perlahan ia berputar dan memperlihatkan punggungnya kepada Levi. Ia
tidak terlalu menyukai posisi ini. Jantungnya berdebar lebih kuat dari yang seharusnya. Tidak bisa
melihat bagaimana wajah predator Levi dan hanya mampu merasakan, membuatnya berkali-kali
lipat lebih bergairah. "Onegai," bisiknya. Bokongnya terangkat ke udara sambil tangannya
meremas sprei.

Tangan Levi terangkat, dia melayangkan telapak tangannya, mendarat tepat pada pipi kanan
bokong Eren, menamparnya keras. Tanda kemerahan ditinggalkannya, Levi tersenyum puas.

"Kau harus belajar untuk menunggu dengan sabar, Eren. Satu kali saja tamparan untukmu tidak
akan cukup." Levi menanmpar pipi kiri dan kanan bokong bocah itu bergantian.

"Aaaakk!!" Tamparan kasar dari sang kapten mendarat di kedua pipi bokongnya, panas dan pedas.
Getarannya mencapai selangkangan Eren dan organnya yang sudah mengeluarkan cairan pre-
klimaks, menetes ke atas kasur. Eren bertahan dengan kedua tumpuan tangan, mengangkat bokong
tebalnya lebih tinggi. Liur meleleh dari mulutnya, Eren terengah.

"Kau menyukai ini, Eren? Berapa kali tamparan yang kau mau?" Levi tertawa ringan, dia
menampar keras kiri-kanan bergantian, meremas pipi montok itu beberapa saat sebelum menarik
tangannya. Posisi Eren yang berlutut di hadapannya membuatnya tergoda untuk menjamah dari
belakang. Tangan satunya dibawa ke tengah paha Eren, meremas ereksi Eren. Telapak tangannya
kembali kontak dengan pipi yang sudah memerah itu.

"Heicho...onegai, jangan buat aku datang lagi. Tolong dimasukkan ke sini." Eren melebarkan pipi
bokongnya yang panas memerah, memamerkan liangnya yang berkedut menggoda ke arah Levi.
"Aku ingin kau datang berkali kali, Eren, sampai aku puas melihatmu." Memandang lubang
mungkil pink itu, Levi menjilat bibirnya. Dia meremas bokong Eren, menarik kedua pipinya untuk
tetap membuka, Levi menjilati pintu masuk itu. Giginya menggigit pelan, membiarkan bocah itu
mengerang nikmat.

Kuku tangan Eren menggali ke dalam seprei, mengoyaknya. "Sir.. he-heicho," rintihnya makin
kuat. Pahanya bergetar pelan, basah oleh liur yang mengalir dari mulut Levi. "Buat aku datang
ketika nanti, nnh, heicho sudah berada di dalamku." Eren menoleh ke belakang dengan wajah
merah pekat, ingin mendorong kepala Levi, tapi tidak berani.

Mata Levi bertemu dengan Eren, tangannya mengelus bokongEren yang masih memerah seperti
buah persik. Menjilati sisi kemerahannya, Levi mengecup pelan.

"Aku ingin melihatmu mempersiapkan dirimu, Eren. Lakukan seperti apa yang sudah kulakukan
padamu sebelumnya dengan jari. Tetap dengan posisimu yang sekarang." Levi memerintah,
memberikan botol kecil berisi pelumas ke pada Eren.

"Perlihatkan apa yang dapat kau lakukan padaku. Berikan aku suatu pertunjukan hebat darimu
malam ini."

Darah berkumpul memadati pipi Eren, panas bukan main. Ia membelalak menoleh ke arah Levi,
dada berdebar keras melihat senyum tipis sang kapten yang jarang berekspresi. Tangannya
menjangkau bagian belakang dan satu ibu jarinya membelai permukaan liangnya, tangan lainnya
menuangkan cairan dari atas. Kedua kakinya dilebarkan, pelan-pelan jari tengah dan telunjuknya
masuk ke dalam lubang yang sudah basah. Levi sedang memerhatikan seolah-olah bersiap
menghukum jika Eren berbuat kesalahan. Eren tersengal, memejamkan matanya rapat. "Mnnh,
onegai, heicho." Jarinya bergerak maju mundur mengisi liangnya sendiri.

Tangan Levi meraih ereksinya sendiri, memompa pelan ketika Eren memasukkan jarinya ke dalam
lubangnya sendiri. Levi menatap puas, memperhatikan jemari itu keluar masuk liang yang basah.

"Lebih seksi, Eren, kau harus melakukannya lebih seksi. Gerakan pinggulmu perlahan mengikuti
irama basah yang kau ciptakan." Levi menampar pipinya kembali, menyuruh bocah itu melakukan
gerakan sensual yang lebih menggoda.

"He-heicho mesum..." desah Eren diam-diam di sela erangan. Eren menjatuhkan kepalanya di atas
kasur. Jari dari tangan lainnya bergabung untuk melebarkan liangnya, saling menarik sehingga
Levi dapat melihat liang mungil itu membuka lebar berwarna kemerahan. Perlahan sekali ia
memundurkan pinggulnya, sampai bokongnya menyentuh ereksi Levi, dengan sengaja bokongnya
meliuk pelan. Wajahnya panas seperti masuk ke dalam mangkuk sup mendidih. Eren berharap
tindakannya sudah memenuhi definisi seksi sang kapten.

"Kau bilang apa, Eren?" Levi berdesis ketika perkataan Eren tidak jelas. Dia merasakan gesekan
singkat bokong remaja itu pada tumpul ereksinya. Levi melenguh pelan, merasakan bukaan liang
itu mengundangnya masuk. Pinggul Eren diraih oleh Levi, dia menggesekkan penisnya tepat pada
pintu masuk dinding itu.

"Katakan dengan jelas apa yang barusan kau katakan, Eren." tamparan kencang diikuti dengan
cubitan pada pipi montok Eren.

"Ughh! Tidak, heicho, aku tidak berkata apapun." Eren menggeleng kuat-kuat, matanya berair dan
pengar. Merasakan denyutan kuat di depan bukaannya, Eren meliukkan bokongnya sekali lagi,
berharap apa yang dilakukannya bisa mengalihkan perhatian Levi. "O-Onegai."
"Berapa kali kau mengatakan 'onegai'?" Levi mendorong kepala penisnya masuk sedikit, dia tidak
bergerak, mendengar desahan Eren yang terdengar putus asa. Eren menggeliat kebelakang, ingin
merasakan tekanan dari kaptennya. Dia menahan pinggul Eren, memaksanya untuk tidak bergerak.

"Kau tidak jujur, kau berbohong." Levi mencubit keras sisi bokong Eren, dia menunduk dan
menjilat belakang telinga bocah itu. Tangannya meraba keatas, mencubit putingnya yang
menegang.

The End

Please drop by the archive and comment to let the author know if you enjoyed their work!

Anda mungkin juga menyukai