Anda di halaman 1dari 17

Majalah Farmasetika, 8 (3) 250, 250-266

https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v8i2.40678
e-ISSN : 2686-2506 Artikel Penelitian

Formulasi Sediaan Nanoemulgel Ekstrak Buah Lada Hitam (Piper ningrum L.)
dengan Variasi Konsentrasi Tween 80 dan PEG 400
Septia Andini*,Yulianita, E Nurul Kholisoh Febriani

Program Studi Farmasi, FMIPA,Universitas Pakuan, Jawa Barat, Indonesia


*E-mail: septiaandini85@gmail.com

(Submit 12/07/2022, Revisi 29/07/2022, Diterima 04/02/2023, Terbit 21/03/2023)

Abstrak

Buah lada hitam memiliki komponen utama yaitu senyawa piperin yang berkhasiat
sebagai antiinflamasi. Pemakaian secara topikal dengan penghantaran obat melalui
TDDS (Transdermal drug delivery system) diharapkan dapat meningkatkan penetrasi
obat sehingga lebih efektif. Nanoemulgel merupakan sediaan nanoemulsi dengan
ukuran droplet kisaran 50-1000 nm dengan penambahan basis gel. Nanoemulgel dipilih
karena sistem penghantaran obat berpenetrsi kedalam kulit sehingga dapat
meningkatkan bioavailabilitas suatu zat aktif. Penelitian ini bertujuan untuk membuat
sediaan Nanoemulgel dengan variasi konsentrasi surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan
PEG 400. Sebanyak tiga formula dibuat dengan variasi konsentrasi surfaktan Tween 80
dan kosurfaktan PEG 400 yaitu F1 (30:30); F2 (35:25); dan F3 (40:20). Ekstraksi buah
lada hitam dengan metode sokletasi dengan pelarut etanol 96%. Tahap pembuatan
sediaan Nanoemulgel dibuat dalam 3 tahap yaitu pembuatan nanoemulsi, pembuatan
basis gel dan pencampuran nanoemulsi ke dalam basis gel. Hasil penelitian
menunjukkan Formula 3 merupakan formula terbaik dan stabil dilihat dari hasil
pengujian ukuran partikel (59,37) nm, polidispersitas indeks (0,25), zeta potensial (-
28,9) mV, dan pH sediaan (5,60±0,01).

Kata Kunci: Buah Lada Hitam, Formulasi, Nanoemulgel

250
S.Andini, Majalah Farmasetika, 8 (3) 2023, 250-266

Pendahuluan

Tanaman lada hitam ( Piper nigrum L.) merupakan tanaman yang banyak tumbuh di
tempat beriklim tropis dengan kelembaban yang cukup, bagian yang dimanfaatkan
biasanya yaitu bagian buah yang telah dikeringkan1. Buah lada hitam mengandung
senyawa metabolit yaitu asam askorbat, asam palmitat, asam miristat, champene,
carvacrol, metil eugenol, alkohol, piperin, minyak atsiri, resin, piperidin, dan pati2. Lada
hitam memiliki komponen terbesar yaitu piperin3.
Senyawa piperin merupakan alkaloid utama yang memberikan rasa pedas pada buah
lada hitam. Berdasarkan penelitian Shakel dan Ramadhan (2010) ekstrak buah lada
hitam memiliki efektivitas sebagai antiinflamasi pada mencit betina dengan dosis
sebesar 3,75%. Hasil dari studi farmakologi bahwa senyawa piperin dapat menimbulkan
aktivitas farmakologis yang bermacam-macam salah satunya yaitu sebagai
antiinflamasi, antipiretik, analgesik, antikonvulsan dan depresan sistem syaraf pusat2.
Transdermal Drug Delivery System (TDDS) merupakan penghantaran obat paling
efektif untuk obat yang bersifat hidrofilik. TDDS dapat meningkatkan bioavailabilitas
obat meningkat, penyerapan lebih cepat dan mudah digunakan4. Ukuran droplet yang
kecil pada sediaan Nanoemulgel dapat meningkatkan penetrasi obat secara
transdermal sehingga lebih efektif.
Nanoemulgel dipilih karena memiliki kestabilan kinetik yang lebih tinggi sebab ukuran
droplet nanoemulgel jauh lebih kecil dari pada emulsi konvensional dengan ukuran
droplet >1000 nm, pembuatan Nanoemulgel tergantung pada ukuran partikel dengan
adanya kecepatan pengadukan yang berpengaruh terhadap homogenitas dan
viskositas ekstrak buah lada hitam5. Semakin tinggi kecepatan pengadukan akan
menurunkan viskositas dan memperlambat waktu pemisahan. Pada penelitian Singh, et
al (2012) semakin kecil ukuran partikel maka semakin mudah obat menembus
penghalang atau barrier membran kulit dan efeknya semakin baik.
Sediaan nanoemulgel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan variasi
konsentrasi surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400. Tujuan dari penelitian ini
untuk membuat dan menentukan formulasi sediaan nanoemulgel ekstrak buah lada
hitam dengan variasi konsentrasi surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 dengan
hasil mutu fisik yang baik. Evaluasi nanoemulgel yang dilakukan meliputi organoleptik,
pH, viskositas, homogenitas sediaan, uji sentrifugasi, uji daya sebar, penentuan tipe
emulsi, uji stabilitas, penentuan ukuran partikel dan polidispersitas indeks (PDI) serta
penentuan zetapotensial menggunakan particle size analyzer.

251
S.Andini, Majalah Farmasetika, 8 (3) 2023, 250-266

METODE

Alat

Alat yang digunakan adalah alat-alat gelas (Pyrex®-Prancis), grinder (Vienta®, Jakarta,
indonesia), oven (Mammert®-Jerman), pH meter (Ohaus®-Polandia), homogenizer
(IKA®-Malaysia), tanur (Daihan®-Indonesia), timbangan analitik (LabPro), sonikator,
centrifuge, waterbath, Particel Size Analizer (Malvern®,Worcestershire,United Kingdom),
Rotary evaporator, vacuum pump (IKA®-Malaysia), viskometer Brookfield (DV-I Prime®-
India).

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah lada hitam, aquadest, etanol
96%, Tween 80 (Arantor), PEG 400 (Tose Alkamid), metil paraben (Brataco),
Triethanolamin (Sigma-Aldrich), karbopol 940 (Fargon), paraffin cair (Fargon), silica gel
(Indexim International), HCl 2N (Brataco), pereaksi mayer, pereaksi dragondrooff,
serbuk Mg (Brataco), FeCl3 1% (Brataco), kloroform (Brataco), anhidrat asetat
(Brataco), asam sulfat p (Brataco).

Prosedur Rinci

1. Pembuatan Ekstrak Kental Buah Lada Hitam

Buah lada hitam diperoleh dan di determinasi di Unit Konservasi Budidaya


Biofarmatika (UKBB) Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM Institut Pertanian Bogor
(IPB). Ditimbang sebanyak 500 gram dan diekstraksi dengan metode sokletasi
menggunakan pelarut etanol 9 % dengan perbandingan (1:10). Hasil ekstrak cair
dikumpulkan lalu disaring menggunakan vacuum pump dan diuapkan cairan
penyarinya menggunakan rotary evaporator, kemudian untuk mendapatkan hasil
ekstrak kental maka diuapkan diatas waterbath pada suhu 80°C (6)

2. Formulasi Sediaan Nanoemulgel

Sediaan nanoemulgel dibuat sebanyak 3 formula, jumlah masing-masing formula


100 gram dengan variasi konsentrasi Tween 80 dan PEG 400 sebagai surfaktan.

252
S.Andini, Majalah Farmasetika, 8 (3) 2023, 250-266

Tabel 1. Formula Sediaan Nanoemulsi Ekstrak Buah Lada Hitam


Formula % (b/b)
Bahan Formulasi F1 F2 F3 Fungsi
Nanoemulsi
Ekstrak buah lada hitam 3,75 3,75 3,75 Antiinflamasi
Etanol 96% 2,3 2,3 2,3 Pelarut
Paraffin cair 4 4 4 fase minyak
Tween 80 30 35 40 Surfaktan non-ionik
PEG 400 30 25 20 Ko-Surfaktan
Metil paraben 0,05 0,05 0,05 Pengawet
Basis Gel 20 20 20 Pembentuk gel
Aquadest ad 100 100 100 Pelarut
Tabel 2. Formula Nanogel Ekstrak Buah Lada Hitam
Basis gel Konsentrasi (%) Fungsi
Karbopol 940 1,5 Gelling agent
TEA 0,6 pH Adjument
Aquadest ad 100 Pelarut

3. Pembuatan Sediaan Nanoemulgel


Nanoemulgel dibuat 3 tahap yaitu tahap pembuatan nanoemulsi, pembuatan gel
dan tahap penggabungan nanoemulsi ke dalam basis gel. Pada tahap pembuatan
nanoemulsi ekstrak buah lada hitam dilarutkan dengan etanol 96% dan ditambahkan
paraffin cair (fase minyak), kemudian campuran Tween 80 dan PEG 400 (fase air)
dimasukan ke dalam fase minyak dihomogenkan dengan homogenizer selama 5000
rpm dengan waktu 1 jam (massa 1). Metil paraben dilarutkan dengan etanol 95% dan
dimasukan sedikit demi sedikit ke dalam massa 1 sambil terus diaduk menggunakan
homogenizer 5000 rpm selama 1 jam. Lalu dilanjutkan dengan proses sonikasi suhu
40°C selama 1 jam.
Tahap pembuatan basis gel, dengan cara dikembangkan karbopol 940 sebagai
gelling agent dengan air panas suhu 80-100°C, kemudian karbopol 940 didiamkan
sampai mengembang selama 24 jam, ditambahkan TEA sedikit-sedikit lalu digerus
sampai terbentuk basis gel yang jernih. Selanjutnya tahap pencampuran dengan cara
nanoemulsi dimasukan ke dalam basis gel sambil di homogenizer dengan kecepatan
3000 rpm selama 5 menit. Setelah semua nanoemulsi sudah ditambahkan maka
kecepatan ditingkatkan menjadi 5000 rpm dan diaduk selama 5 menit dan dilanjutkan
dengan sonikasi suhu 40°C selama 1 jam7

253
S.Andini, Majalah Farmasetika, 8 (3) 2023, 250-266

4. Evaluasi Sediaan Nanoemulgel


a. Pengujian organoleptik
Uji organoleptik dilakukan pengamatan langsung terhadap warna, aroma, dan
bentuk sediaan.
b. Karakteristik Nanoemulgel
Karakteristik nanoemulgel diukur menggunakan alat Particle Size Analyzer
(PSA) tipe yang digunakan dynamic light scattering seri Zetasizer nano
(Malvern).
c. Penentuan Ukuran Partikel dan Polidispersitas Indeks (PDI)
Sebanyak 3 mL sediaan nanoemulgel diisikan ke dalam kuvet lalu dimasukan
pada Particle Size Analyzer (PSA) untuk diukur dropletnya, lalu dilihat nilai
partikel dan nilai polidispersitas indeksnya8
d. Penentuan Zetapotensial
Zetapotensial dianalisis menggunakan zetasizer. Sejumlah 2 mL sediaan
nanoemulgel dimasukan ke dalam kuvet, lalu kuvet yang berisi sampel
dimasukan ke dalam holder dan dipilih menu zetapotensial (mV) lalu dibaca
nilai zetapotensialnya. Nanopartikel dengan nilai potensial zeta lebih kecil dari –
30 mV dan lebih besar dari +30 mV memiliki stabiltas lebih tinggi9
e. Uji Homogenitas
Uji homogenitas menggunakan objek gelas atau bahan transparan lain yang
cocok. sampel 3 tetes dioleskan pada sekeping kaca lalu ditutup dengan cover
glass, menunjukkan susunan yang homogen dan tidak adanya butiran kasar
yang menempel10.
f. Pengujian pH Sediaan
Alat yang digunakan untuk menentukan pH sediaan nanoemulgel yaitu pH
meter, dilakukan sebanyak 3 kali (triplo). Alat dikalibrasi dahulu menggunakan
larutan dapar standar dengan pH 4 dan pH 7. Setelah dilakukan kalibrasi,
elektoda dicelupkan ke dalam sediaan nanoemulgel yang sudah diencerkan
menggunakan aquadest dengan perbandingan 1:10, dibiarkan sampai alat
menunjukkan harga pH sampai konstan. Rentang pH yang aman pada kulit
antara 4,5-6,511.
g. Pengujian Viskositas
Alat yang digunakan pada pengujian ini yaitu viskometer brookfield, sebanyak
50 mL sediaan nanoemulgel dimasukan ke dalam wadah berbentuk tabung lalu
dipasang spindel yang sesuai. Spindel harus terendam di dalam sediaan uji,
pastikan sampel tersebar merata pada permukaan cup dan tidak ada
gelembung. Kemudian viskometer dinyalakan dan diatur kecepatan viskometer.
Catat pembacaan viskositas yang tertera pada display12

254
S.Andini, Majalah Farmasetika, 8 (3) 2023, 250-266

h. Uji Daya Sebar


Nanoemulgel ditimbang sebanyak 0,5 gram lalu diletakan diatas lempeng kaca
bulat berskala dengan diameter kaca 15cm, kemudian diatas sediaan ditutupi
kaca lain dan diberi beban seberat 10 gram. Didiamkan selama 1 menit, lalu
ditambahkan kembali beban sebesar 20 gram, 50 gram, 100 gram dan dicatat
diameter penyebarannya. Daya sebar 5-7 cm menunjukkan konsentrasi
semisolid nyaman dalam penggunaan12
i. Penentuan Tipe Nanoemulgel
• Uji Pewarnaan
Sampel nanoemulgel sebanyak 1-2 tetes dioleskan diatas objek gelas, lalu
ditambahkan 1-2 tetes metil biru diaduk menggunakan batang pengaduk, jika
metil biru tersebar merata maka sediaan termasuk tipe M/A, sedangkan jika
bintik-bintik biru berarti sediaan termasuk tipe emulsi A/M.
• Uji Metode Dilusi/ Pengenceran13
Sejumlah sampel 1 gram dilarutkan ke dalam fase air dengan perbandingan
1:10, 1:50 dan 1:100. Jika sampel larut dengan sempurna di dalam fase air
dan tidak ada tanda-tanda pemisahan berarti termasuk tipe minyak di dalam
air (M/A)14
j. Uji Sentrifugasi
Sampel nanoemulgel sebanyak 1 mL dimasukan ke dalam tabung centrifuge
dengan kecepatan putaran 3800 rpm selama 60 menit. Pengamatan dilihat
setiap interval waktu sampai terjadi pemisahan15 , kemudian diamati sediaan
yang telah melewati uji sentrfugasi lalu dibandingkan dengan sediaan sebelum
diuji sentrifugasi, jika tidak mengalami pemisahan fase maka sediaan yang
terbentuk stabil16
k. Uji Stabilitas
Uji stabilitas menggunakan metode cycling test dengan cara menyimpan sediaan
nanoemulgel pada suhu 4°C selama 24 jam lalu dipindahkan pada suhu 40°C
selama 24 jam (1 siklus). Dianjurkan sampai 6 siklus (12 hari), diamati setiap 1
siklus ada tidaknya pemisahan fase pada sediaan, jika semua siklus selesai
maka dilakukan pengamatan terhadap organoleptik, pH, viskositas, daya sebar,
dan karakterisik nanoemulgel 17

Hasil

Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak menggunakan metode sokletasi memiliki kelebihan yaitu
mendapatkan hasil ekstraksi yang banyak, waktu yang digunakan cepat, serta pelarut
yang digunakan sedikit, selain itu aktivitas biologis saat dipanaskan tidak hilang18. Hasil
ekstraksi yang diperoleh dari 500 gram serbuk simplisia adalah 57,82 gram ekstrak
dengan rendemen sebesar 11,56%.

255
S.Andini, Majalah Farmasetika, 8 (3) 2023, 250-266

Organoleptik Sediaan Nanoemulgel Ekstrak Buah Lada Hitam


Hasil yang didapatkan dari pengujian ini yaitu berwarna coklat tua, aroma khas aromatik
kuat dan bentuk yang kental. Sediaan nanoemulgel terdapat pada Gambar 1.

Gambar 1. Sediaan Nanoemulgel, F1 = Formula 1, F2= Formula 2 dan


F3 = Formula 3

Distribusi Ukuran Partikel, Indeks Polidispersitas dan Nilai Zeta Potensial


Penentuan ukuran partikel nanoemulgel ekstrak buah lada hitam menggunakan alat
Particle Size Analyzer (PSA), pengujian zeta potensial menggunakan alat Zetasizer.
Hasil pengukuran ukuran partikel, indeks polidipersitas dan nilai zeta potensial terdapat
pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Distribusi Ukuran Partikel, Indeks Polidispersitas dan Nilai Zeta Potensial

Formula Ukuran partikel (nm) PDI Nilai Zeta Potensial


1 147,5 0,32 -25,2
2 123,6 0,27 -21,7
3 59,3 0,25 -21,5
Hasil yang di dapatkan pada pengukuran partikel F1, F2 dan F3 masuk kedalam
rentang yang diharapkan 50-1000 nm (Octarika 2017). Nilai polidispersitas indeks yang
didapatkan yatitu <0,5 menandakan distribusi ukuran partikel seragam. Semakin
mendekati angka 0 maka menggambarkan distribusi ukuran partikel yang semakin
homogen dan formula nanoemulgel yang dibuat stabil19. Nilai zeta potensial F1, F2 dan
F3 memiliki nilai lebih besar dari +25 mV atau -25 mV mV dapat memberikan stabilitas
yang cukup rendah20.

Pengujian pH Sediaan, Homogenitas, dan Viskositas

Pengujian pH sediaan nanoemulgel menggunakan pH meter, hasil menunjukkan semua


formula memiliki pH dibawah 6. Pengujian homogenitas menunjukkan semua formula
homogen yang ditunjuukan tidak terdapat butiran halus pada kaca objek. Pengujian
256
S.Andini, Majalah Farmasetika, 8 (3) 2023, 250-266

viskositas menggunakan alat viskometer Brookfield spindle 5 dengan kecepatan 100


rpm12. Hasil pengujian pH, homogenitas dan viskositas nanoemulgel terdapat pada
Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pH, Homogenitas, dan viskositas


Formula pH ± SD Homogenitas Viskositas ± SD

1 5,59 ± 0,04 Homogen 4098,66 ± 2,30

2 5,55 ± 0,01 Homogen 4796,66 ± 107,0

3 5,60 ± 0,01 Homogen 5066,00 ± 61,28

Syarat pH sediaan yang dapat di toleransi kulit agar tidak mengiritasi yaitu 4,5-
6,5 hasil yang didapatkan memenuhi syarat11. Uji homogenitas pada semua formula
tidak ada butiran-butiran kasar dan homogen ((Ditjen POM,1979).Syarat nilai viskositas
untuk sediaan semi solid 2000-50000 cPs, dan syarat untuk sediaan nanoemulgel yaitu
500-10000 cPs21. Hasil yang didapatkan semua formula memenuhi syarat

Pengujian Daya Sebar

Pengujian daya sebar nanoemulgel dilakukan dengan meletakkan 0,5 gram


nanoemulgel pada lempeng kaca bulat berskala 15 cm, lalu ditutup kaca dan
ditambahkan beban seberat 10 gram, 20 gram, 50 gram dan 100 gram, kemudian
dihitung diameter daya sebarnya12 .Hasil uji daya sebar nanoemulgel dapat dilihat pada
Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Daya Sebar Nanoemulgel


Diameter Daya Sebar (cm)
Formula Dengan penambahan beban

10 g 20 g 50 g 100 g
F1 6,12 6,29 6,38 6,42
F2 5,38 5,61 5,91 6,39
F3 4,82 5,29 5,59 5,91
Syarat nilai daya sebar pada sediaan semisolid adalah 5-7 cm, semua formula
memenuhi syarat.

257
S.Andini, Majalah Farmasetika, 8 (3) 2023, 250-266

Hasil Uji Tipe Emulsi


Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan 2 metode, yaitu metode pewarnaan dengan
metilen blue 13 dan metode dilusi dengan perbandingan 1:10, 1:50 dan 1:10014. Hasil
pengujian tipe emulsi sediaan nanoemulgel dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Pengujian Tipe Emulsi Sediaan Nanoemulgel


Metode
Formula Pewarnaan dengan metylen blue Dilusi
1:10 1:50 1:100
1 Merata Larut larut Larut
2 Merata Larut larut Larut
3 Merata Larut larut Larut

Hasil yang didapatkan pada pengujian tipe emulsi dengan 2 metode yaitu dengan
pewarnaan metylen blue dan metode dilusi (pengenceran) didapatkan tipe nanoemulgel
M/A.

Hasil Pengujian Stabilitas


1. Sentrifugasi
Hasil pengujian sentrifugasi sediaan nanoemulgel menunjukan semua formula tidak
mengalami pemisahan fase yang menandakan bahwa sediaan nanoemulgel yang
terbentuk memiliki kestabilan yang baik.
2. Pengujian Cycling test
Hasil pengujian organoleptik menunjukkan sediaan nanoemulgel tidak mengalami
perubahan warna, aroma. Hasil pengujian ukuran partikel sebelum dan setelah siklus
dapat dillihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil pengujian ukuran partikel sebelum dan setelah siklus


Parameter Sebelum Cycling Test Setelah Cycling Test

F1 F2 F3 F1 F2 F3

Ukuran partikel 147,5 123,6 59,3 260,8 174,2 114,9

PDI 0,32 0,27 0,25 0,33 0,31 0,27

Zetapotensial -25,2 -21,7 -21,5 -30,0 -24,2 -28,9

pH sediaan 5,59 5,55 5,60 5,25 5,35 5,40

Viskositas 4098,66 4796,66 5066,00 3375,33 4018,66 4454,33

Keterangan : F1 (Formula 1), F2 (Formula 2), F3 (Formula 3)


258
S.Andini, Majalah Farmasetika, 8 (3) 2023, 250-266

Pembahasan

Pembuatan Ekstrak Buah Lada Hitam

Ekstrak buah lada hitam dilakukan ekstraksi dengan metode sokletasi dengan pelarut
etanol 96% mampu menghasilkan rendemen yang tinggi sebesar 11,56%. Hasil ini
menandakan pelarut etanol 96% dapat menghasilkan kadar piperin yang tinggi. Etanol
96% mempunyai kemampuan menyari dengan polaritas yang luas mulai dari senyawa
nonpolar sampai dengan polar22. Metode sokletasi merupakan metode ekstraksi terbaik
untuk mendapatkan banyak hasil ekstraksi, waktu yang digunakan cepat, serta pelarut
yang digunakan sedikit18. Ekstrak berwarna coklat tua, memiliki aroma khas dan tekstur
kental. Kadar air serbuk dan ekstrak buah lada hitam memiliki kadar sebesar 4,74% dan
5,67% sehingga memenuhi persyaratan. Menurut Kemenkes RI (2017), bahwa syarat
kadar air serbuk dan ekstrak tidak boleh lebih dari 14%. (2). Kadar abu serbuk dan
ekstrak kental memiliki kadar 5,47% dan 1,12%, hasil yang didapatkan memenuhi
persyaratan. Menurut23, bahwa syarat kadar air serbuk <6,1% dan ekstrak kental
<1,7%.(3). Dilakukan uji fitokimia, hasil yang didapatkan positif mengandung alkaloid,
flavonoid dan tanin24.

Organoleptik

Hasil pengujian organoleptik diantaranya warna, aroma dan bentuk. F1, F2 dan
F3 memiliki warna coklat tua, aroma khas aromatik kuat dan bentuk sediaan kental25.

Karakteristik Nanoemulgel
Hasil karakteristik nanoemulgel pengukuran partikel pada 3 formula didapatkan
147,5 (F1); 123,6 (F2) dan 59,3 (F3), masuk ke dalam rentang yang diharapkan yaitu
50-1000 nm(26). Formula 3 menghasilkan ukuran partikel yang lebih kecil dengan
perbandingan surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 sebesar 40:20. Hal ini
menunjukkan peningkatan surfaktan dapat meningkatkan absorpsi diantara permukaan
minyak-air dan menyebabkan penurunan tegangan antar muka sehingga terjadinya
pembentukan sediaan nanoemulgel dengan ukuran globul yang lebih kecil27. Kombinasi
surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 dapat mempengaruhi ukuran droplet
yang terbentuk, apabila kombinasi surfaktan dan kosurfaktan yang digunakan sudah
sesuai maka hasil ukuran droplet menjadi kecil dan stabil28.
Polidispersitas indeks (PDI) didapatkan hasil yaitu 0,32 (F1); 0,27 (F2) dan 0,25
(F3). Nilai polidispersitas indeks <0,5 menandakan distribusi ukuran partikel seragam.
Semakin mendekati angka 0 maka menggambarkan distribusi ukuran partikel yang
semakin homogen dan formula nanoemulgel yang dibuat stabil19. Nilai polidispersitas
indeks <0,5 bersifat monodispersi yaitu ukuran partikel mempunyai satu bentuk yang
259
S.Andini, Majalah Farmasetika, 8 (3) 2023, 250-266

seragam dan distribusi partikel yang sempit12. Hasil pengujian polidispersitas indeks
menunjukkan bahwa semua formula memiliki nilai polidispersitas indeks kurang dari 0,5
yang berarti distribusi ukuran partikel homogen dan stabil.
Hasil zeta potensial pada sediaan nanoemulgel diperoleh nilai -25,2 (F1); -21,7
(F2) dan -21,5 (F3). Pada formula 2 dan formula 3 didapatkan nilai zeta potensial
sesuai persyaratan yaitu lebih besar dari +25 mV atau -25 mV, menurut penelitian29 nilai
zetapotensial sekitar ±20 mV hanya memberikan stabilitas jangka pendek, namun
dalam hal ini jika nilai zeta potensial hanya ±20 mV atau lebih rendah dapat
memberikan stabilitas yang cukup.

pH Sediaan dan uji homogenitas

Pengujian pH dilakukan bertujuan untuk mengetahui sediaan nanoemulgel yang


dibuat memenuhi persyaratan dari rentang pH kulit yang aman digunakan serta
menghindari terjadinya iritasi Persyaratan pH sediaan yang ditoleransi kulit agar tidak
mengiritasi yaitu 4,5-6,5(16). Hasil yang di dapatkan memenuhi syarat yaitu sekitar 5,55-
5,60. Hasil penelitian uji homogenitas diperoleh bahwa F1, F2 dan F3 menunjukkan
tidak adanya butiran-butiran pada objek glass, yang menunjukkan bahwa sediaan
nanoemulgel ekstrak buah lada hitam yang dihasilkan homogen30.

Uji Viskositas

Syarat nilai viskositas untuk sediaan semisolid adalah 2000-50000 cPs12.


Menurut Amna (2020) syarat nilai viskositas sediaan nanoemulgel yaitu 500-10.000
cPs. Hasil nilai viskositas tertinggi yaitu formula 3 sebesar 5066,00 ± 61,2. Menurut32
semakin besar konsentrasi Tween 80 yang digunakan maka semakin tinggi nilai
viskositas, sesuai dengan pernyataan penelitian dari Fatmasari (2018) Tween 80
memiliki pengaruh meningkatkan viskositas sedangkan interaksi antara Tween 80 dan
PEG 400 dapat menurunkan viskositas dari sediaan nanoemulgel. Nilai viskositas
sediaan nanoemulgel tidak boleh terlalu kental karena dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada kulit saat digunakan, sedangkan jika nilai viskositas terlalu cair
maka dapat berpengaruh pada daya lekat dan daya sebar sehingga efektivitas
penghantaran zat aktif akan rendah31.

Uji Daya Sebar

Uji daya sebar bertujuan untuk mengetahui kemampuan sediaan nanoemulgel


menyebar di permukaan kulit dan memudahkan pada saat sediaan diaplikasikan di kulit.
Semakin besar daya sebar nanoemulgel maka akan semakin mudah untuk dioleskan.
Syarat nilai daya sebar pada sediaan semisolid adalah 5-7 cm25. Hasil yang didapatkan
memenuhi syarat yaitu antara 5,29-6,42.
260
S.Andini, Majalah Farmasetika, 8 (3) 2023, 250-266

Uji Tipe Emulsi

Pengujian tipe emulsi dilakukan dengan 2 metode yaitu metode pewarnaan


menggunakan methylen blue dan metode dilusi/ pengenceran. Tujuan dilakukan
pengujian ini untuk mengetahui tipe emulsi dari sediaan nanoemulgel ekstrak buah lada
hitam33. Berdasarkan hasil yang didapatkan, pengujian tipe emulsi menggunakan
metylen blue pada semua formula terlihat larut dan berwarna biru dengan merata
sehingga menunjukkan bahwa fase luar sediaan yaitu air, hal ini terjadi karena metylen
blue merupakan zat warna yang larut dalam air33. Pada pengujian metode dilusi,
dilarutkan ke dalam fase air dengan perbandingan 1:10, 1:50, dan 1:100. Prinsip dari
pengujian metode ini tipe nanoemulgel M/A dapat diencerkan dengan air dan tipe
nanoemulgel A/M dapat diencerkan dengan minyak23. Hasil yang didapatkan semua
formula larut di dalam air dengan adanya perbandingan konsentrasi air yang
menunjukkan sediaan termasuk ke dalam nanoemulgel tipe M/A.

Uji Stabilitas

1. Pengujian Sentrifugasi
Pada pengujian ini dilakukan menggunakan alat centrifuge dengan kecepatan 3800
rpm selama 60 menit. Tujuan dari pengujian ini untuk mengetahui ada tidaknya
pemisahan fase yang mungkin terjadi akibat gaya gravitasi15. Berdasarkan hasil
yang diperoleh pengujian sentrifugasi menunjukkan semua formula tidak mengalami
pemisahan fase yang menandakan bahwa sediaan nanoemulgel yang terbentuk
memiliki kestabilan yang baik.
2. Pengujian Cycling Test
Uji Cycling test yaitu uji stabilitas dipercepat dengan perubahan suhu secara ekstrim
(antara 4°C dan 40°C), tujuan dari pengujian ini untuk mengetahui kestabilan fisik
sediaan nanoemulgel selama proses penyimpanan dengan perubahan suhu yang
berbeda. Perubahan suhu yang ekstrim dilakukan sebagai simulasi pada saat
pendistribusian melalui transportasi. Perubahan yang di amati dari awal siklus
sampai akhir siklus dilakukan sebanyak 6 siklus yaitu 12 hari. Pengujian 1 siklus
disimpan di dalam kulkas pada suhu 4°C selama 24 jam lalu dipindahkan dan
disimpan di dalam oven pada suhu 40°C selama 24 jam. Pengamatan yang
dilakukan yaitu uji organoleptik, ukuran partikel, polidispersitas indeks, zeta
potensial, pH sediaan dan viskositas17.
a. Hasil pengujian organoleptik, pengamatan organoleptik sediaan nanoemulgel
dilakukan pada semua siklus. Hasil yang didapatkan pada uji organoleptik pada
siklus ke-0 sampai siklus ke-6 menunjukkan ketiga formula tidak terjadi
perubahan dari segi aroma, warna, dan konsistensi serta tidak adanya
pemisahan fase ataupun pembentukan kristal. Hal ini dapat disimpulkan sediaan
nanoemulgel ekstrak kental buah lada hitam yang dibuat memiliki kestabilan
yang baik.

261
S.Andini, Majalah Farmasetika, 8 (3) 2023, 250-266

b. Hasil pengukuran partikel, polidispersitas indeks (PDI) dan nilai zeta potensial
pada siklus ke-6 meningkat setelah dilakukan pengujian stabilitas, tetapi masih
masuk ke dalam rentang yang diharapkan untuk hasil ukuran partikel dan
polidispersitas indeks. Hal ini menunjukkan bahwa partikel kurang stabil selama
penyimpanan dan mengalami agregasi molekul yang dapat menyebabkan
ukuran partikel menjadi lebih besar. Peningkatan temperatur juga dapat
mempengaruhi partikel, sehingga peningkatan temperatur mempunyai pengaruh
terhadap ukuran partikel yang semakin besar34 .Fenomena ini dapat dijelaskan
melalui mekanisme Ostwald ripening, dimana ukuran partikel yang tidak seragam
menginduksi terjadinya difusi zat terlarut dari partikel yang berukuran kecil
menuju ke partikel yang berukuran besar sehingga partikel tersebut akan
semakin bertambah besar ukurannya dan terjadi agregasi35.
c. Hasil pengujian pH Sediaan, hasil pengukuran yang didapatkan menunjukkan
nilai pH sediaan nanoemulgel ekstrak buah lada hitam mengalami penurunan
setiap siklusnya. Dapat disimpulkan bahwa nilai pH dari ketiga formula masih
dalam rentang pH yang dapat diterima kulit yaitu 4,5-6,5 dan tidak menimbulkan
kulit menjadi iritasi dan kering36. Penurunan pH kemungkinan karena sediaan
nanoemulgel akan mencapai kesetimbangan sesuai dengan pH ekstrak. Nilai pH
ekstrak kental buah lada hitam yaitu 4,784. Menurut31 bahwa perubahan pH
terjadi karena oksidasi dari suatu zat obat yang kebanyakan terjadi ketika zat
tersebut dipaparkan ke cahaya atau dikombinasi ke dalam formula dengan zat-
zat kimia lainnya tanpa melihat pengaruh terhadap oksidasi yang tepat.
d. Hasil pengukuran viskositas semua formula mengalami penurunan setiap
siklusnya. Penurunan viskositas sediaan nanoemulgel disebabkan oleh waktu
penyimpanan. Waktu penyimpanan sangat mempengaruhi viskositas karena
semakin lama sediaan nanoemulgel disimpan, maka semakin lama pula sediaan
terpengaruh oleh lingkungan37 .Kenaikan viskositas terjadi karena adanya
penggumpalan pada sediaan38, sedangkan penurunan viskositas dapat
dipengaruhi oleh perubahan suhu dan tekanan, jika suhu meningkat, maka
viskositasnya akan menurun, begitupun sebaliknya apabila suhu menurun, maka
viskositasnya akan meningkat ini berarti sediaan nanoemulgel mudah mengalir
ketika suhu panas dibandingkan pada suhu dingin39. Selain itu faktor yang
mempengaruhi viskositas diantaranya zat pengental, surfaktan, kosurfaktan,
jumlah fase terdispersi, pengadukan, dan ukuran partikel40. Secara keseluruhan
dari ketiga formula sediaan nanoemulgel mendapatkan hasil nilai viskositas
masih dalam rentang yang diinginkan adalah 2000-50000 cPs12.

Kesimpulan

Sediaan nanoemulgel ekstrak buah lada hitam pada formula 3 dengan konsentrasi
surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 (40:20) merupakan formula dengan mutu
fisik yang paling baik dan stabil dilihat dari pengujian ukuran partikel (59,37) nm,
polidispersitas indeks (0,25), nilai zeta potensial (-21,5) mV, pH sediaan (5,60±0,01).,
Viskositas (5066,00±61,28), uji homogenitas, uji daya sebar, dan uji cycling test.
262
S.Andini, Majalah Farmasetika, 8 (3) 2023, 250-266

Daftar Pustaka

1. Shamina., Azeez; V.V., Vandana; R., Suseela Bhai, (2014). Biochemical defense
responses of black pepper (Piper nigrum L.) lines to Phytophthora capsici.
Physiological and Molecular Plant Pathology, 88, 18 27.
2. Kumar, B., Singh, B. P., Jain, S. K., & Shafaat, K. (2012). Development and
characterization of a nanoemulsion gel formulation for transdermal delivery of
carvedilol. International Journal of Drug Development and Research, 4(1), 151–
161.
3. Meghwal, M., & Goshwami, T. K. (2012). Chemical composition, nutritional,
medicinal and functional properties of black pepper: A review.Journal. Indian
Institute of Technology Kharagpur, India, 1(2), 1-5.
4. Shakeel F, Ramadan W. (2010). Transdermal delivery of anticancer drug caffeine
from water-in-oil nanoemulsions. Coll Surf B 75: 356–62.
5. Utami, S. S. (2012). Formulasi Dan Uji Penetrasi in Vitro Nanoemulsi, Nanoemulsi
Gel, Dan Gel Kurkumin.Skripsi, Depok : Universitas Indonesia, 16–21.
6. Dewi christina dina. (2012). "Penetapan Kadar Nikotin Dalam Ekstrak Daun
Tembakau Vorstenlanden Bawah Naungan Dan Oogst Secara Kromotografi Cair
Kinerja Tinggi Fase Terbalik”.skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sanata
Dharma.
7. Indalifiyani Astri, Malaka, H., Sahidin., Fritiohady., Andriani, R. (2021). Formulasi
dan Uji Stabilitas Fisik Nanoemulgel Ekstrak Etanol Spons Petrosia Sp. Jurnal
Farmasi Sains dan Praktis, 7:3 Hal 321-331.
8. Nuraeni, W., Daruwati, I., W, E. M., & Sriyani, M. E. (2013). Verifikasi kinerja alat
Particle Size Analyzer (PSA) Horiba Lb-550 untuk penentuan distribusi ukuran
nanopartikel. Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Nuklir, 268–269.
9. Murdock, R. C., Braydich-Stolle, L., Schrand, A. M., Schlager, J. J., & Hussain, S.
M. (2008). Characterization of nanomaterial dispersion in solution prior to in vitro
exposure using dynamic light scattering technique. Journal Toxicological Sciences,
101(2), 239–253.
10. Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan Ri. Hal. 83-86, 195-197.
11. Tranggono, R.I, Dan Latifah, F. 2013. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
12. Handayani, M.,Nurmita., Arsyik Ibrahim. (2015). “Formulasi dan Optimasi Basis
Emulgel Carbopol 940 dan Triethanolamin Dengan Berbagai Variasi Konsentrasi”.
Journal. Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda.
13. Syamsuni, 2006.Pdf. (n.d.).Tambunan, S., & Sulaiman, T. N. S. (2018). Formulasi
Gel Minyak Atsiri Sereh Dengan Basis HPMC dan Karbopol. Majalah Farmaseutik,
14(2), 87–95.

263
S.Andini, Majalah Farmasetika, 8 (3) 2023, 250-266

14. Cicili Septia, F. (2016). Pengaruh Nilai HLB (Hydrophile-Liphopil Balance)


Campuran Surfaktan Polysorbate 80 Dan Cetyl Alcohol Terhadap Stabilitas Fisk
Losion VCO (Virgin Coconur Oil). “Skripsi”. Faklutas Farmasi. Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
15. Priani, E,S., Darusaman, F., Humanisya, H. 2014. Formulasi Sediaan Emulgel
Anti oksidan Mengandung Ekstrak Etanol Kulit Batang Kayu Manis
(Cinnamomum Burmanni Nees Ex. Bl.). Jurnal Farmasi, 4(1).
16. Iradhati A.H and Jufri M., 2017, Formulation and Physical Stability Test of
Griseofulvin Microemulsion Gel, Internasional journal of Applied Pharmaceutics,
9 (4),7-10.
17. Dewi RK. 2010.Optimasi Formulasi Mikroemulsi Sediaan Hormon Testosteron
Undekanoat.Skripsi.Jakarta:Universitas Negeri Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
18. Heinrich, M. Barnes, J. Gibbons, S. Williansom. 2004. Fundamental of
Pharmacognocy and Phytotherapy. Philadelpia. Elsevier.
19. Kaur, R., & Ajitha, M. (2019). Transdermal delivery of fluvastatin loaded
nanoemulsion gel: Preparation, characterization and in vivo anti-osteoporosis
activity. European Journal of Pharmaceutical Sciences, 136, 104956.
20. Haidar, I., Harding, I. H., Bowater, I. C., Eldridge, D. S., & Charman, W. N.
(2017). The role of lecithin degradation on the pH dependent stability of
halofantrine encapsulated fat nano-emulsions. International Journal of
Pharmaceutics, 528(1–2), 524–535.
21. Amna. S. R. (2020). " Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Nanoemul Gel Minyak
Atsiri Sereh Wangi (Cymbopogon nardu L.) Yang Berpotensi Sebagai Anti
Jerawat.skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Islam Indonesia.
22. Susanty dan Fairus, B.(2016) “Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi Dan
Refluks Terhadap Kadar Fenolik Dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea mays L.)”.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Jakarta.
23. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Farmakope Herbal Suplemen
1. Jakarta: Kemenkes Republik Indonesia.
24. Nahak, G., & Sahu, R. K. (2011). Phytochemical evaluation and antioxidant
activity of Piper cubeba and Piper nigrum. Journal of Applied Pharmaceutical
Science, 1(8), 153–157.
25. Octarika A.N.R, (2017). "Formulasi Sistem Nanoemulsi Meloxicam Menggunakan
Virgin Coconut Oil (VCO) Sebagai Fase Minyak".skripsi. fakultas kedokteran dan
ilmu kesehatan. Universitas Islam Negri Malang.
26. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Farmakope Herbal Indonesia
Edisi II. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

264
S.Andini, Majalah Farmasetika, 8 (3) 2023, 250-266

27. Salim, N., Basri, M., Rahman, M. B. A., Abdullah, D. K., Basri, H., & Salleh, A. B.
(2011). Phase behaviour, formation and characterization of palm-based esters
nanoemulsion formulation containing ibuprofen. Journal of Nanomedicine and
Nanotechnology, 2(4).
28. Syaputri, F.N., Patricia, V.M.,2019. Pengaruh Penambahan Emulgator Tween
dan Span Terhadap Stabilitas Krim. Journal of science, Technology and
Enterpreneurship, 1(2), 140-146.
29. Ambarwati, R., Rustiani, E. 2022. “Formulasi dan Evaluasi Nanopartikel Ekstrak
Biji Alpukat (Persea Americana Mill) Dengan Polimer Plga. Majalah
Farmasetik.7(4) 2022, 305-313.
30. Ditjen POM. (1979).Farmakope Indonseia,Edisi ke III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesian, Jakarta.
31. Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta:
Penerbit UI Press. Halaman 158, 387-389.
32. Maharini, Rismarika, & Yusnelti. (2020). Pengaruh konsentrasi PEG 400 sebagai
kosurfaktan pada formulasi nanoemulsi minyak kepayang. Chempublish Journal,
5(1), 1–14.
33. Syamsuni, 2006.Pdf. (n.d.).Tambunan, S., & Sulaiman, T. N. S. (2018). Formulasi
Gel Minyak Atsiri Sereh Dengan Basis HPMC dan Karbopol. Majalah
Farmaseutik, 14(2), 87–95.
34. Rosanti, S.D., Puryanti, D., 2015. Pengaruh Temperatur Terhadap Ukuran
Partikel Fe3O4 Dengan Template PEG-2000 Menggunakan Metode
Kopresipitasi. J. Ilmu Fis. Univ. Andalas 7, 39–44.
35. Dzakwan, M. (2020). Formulasi Dan Karakterisasi Nanosuspensi Morin Dengan
Metode Sonopresipitasi. Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa, 3(2), 121–131.
36. Sudjono, T. A., Honniasih, M., & Pratimasari, Y. R. (2012). Pengaruh Konsentrasi
Gelling Agent Carbomer 934 dan HPMC Pada Formulasi Gel Lendir Bekicot
(Achatina Fulica) Terhadap Kecepatan Penyembuhan Luka Baka Pada
Punggung Kelinci,Journal. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.13(1), 6–11.
37. Budiman Haqqi, M. (2008). Uji stabilitas fisik dan aktivitas antioksidan sediaan
krim. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
38. Iswindari, D. (2014). Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Rice Bran Oil.
Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah.
Jakarta.
39. Effendi, M. Syafwansyah dan Adawiyah, Rabuatul. 2014. “Penurunan Nilai
Kekentalan Akibat Pengaruh Kenaikan Temperatur Pada Beberapa Merek
Minyak Pelumas”. Jurnal INTEKNA. No. 1, Tahun XIV, 1-101

265
S.Andini, Majalah Farmasetika, 8 (3) 2023, 250-266

40. Martin, Alfred . 2008. Farmasi Fisik Jilid 2. Jakarta: Universitas Indonesia : Press.

© 2020 di penulis. Majalah Farmasetika (ISSN : 2686-2506) berlisensi dibawah Creative


Commons Attribution 4.0 International (CC BY 4.0). Majalah Farmasetika menerima karya
ilmiah di bidang farmasetika di alamat http://jurnal.unpad.ac.id/farmasetika/.

266

Anda mungkin juga menyukai