Anda di halaman 1dari 76

0

BUKU AJAR TERTULIS

SENI KERAMIK

oleh:
DRS. ONANG MURTIYOSO M.Sn.
NIP. 196702251993031002

JURUSAN SENI RUPA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
1

PRAKATA

Mata kuliah Seni Keramik ini merupakan salah satu muatan materi
kurikulum Jurusan Seni Rupa yang dalam struktur programnya disajikan pada
semester gasal dan mulai pada semester 1. Mata kuliah Seni Keramik ini bersifat
praktik yang penempatan penyajian dalam struktur yang demikian didasari dengan
pertimbangan bahwa mata kuliah ini bersifat basic, artinya bertujuan memberi
kemampuan keterampilan dasar berkarya seni rupa bagi para mahasiswa.
Sebagai mata kuliah yang bersifat praktek dasar, buku ajar tertulis ini
disusun dengan struktur materi yang terdiri atas dua bagian, yakni pengetahuan
tentang seni keramik dan praktek studio. Penyajian materi buku ajar tertulis ini
telah disesuaikan dengan dan sekaligus merupakan implementasi silabus dan SAP
yang telah disusun sebelumnya serta topik materi disusun dan disampaikan pada
tiap pertemuan tatap muka. Ini semua dilakukan dengan tujuan pokok agar dapat
membantu mempermudah mahasiswa dalam mengikuti setiap sajian perkuliahan.
Kepada semua pihak yang langsung ataupun tidak langsung membantu
terwujudnya buku ajar tertulis, saya ucapkan terima kasih. Terutama bagi
mahasiswa, saya mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan penyusunan
buku ajar tertulis ini di masa mendatang.

Semarang, September 2017


Penyusun

Drs. Onang Murtiyoso M.Sn.


2

DAFTAR ISI

PRAKATA ………………………………………………………………. 1
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. 2
Pertemuan 1 :
Pengertian dan Karakteristik Seni Keramik
1. Pengertian Seni Keramik …………………………………………….. 5
2. Karakteristik Seni Keramik ………………….................................. 6
Pertemuan 2 :
Ruang Lingkup dan Media Seni Keramik
1. Ruang Lingkup Seni Keramik . …………………………………….. 7
2. Media Seni Keramik . ………………………................................. 7
a. Unsur Bahan Tanah Liat ………………………………………….. 12
b. Bahan Tambahan Tanah Liat ……………………………………... 13
3. Tinjaauan Umum Bahan Keramik …………………………………... 14
4. Proses Pengolahan Bahan …………………………………………… 17
a. Pengolahan Tanah dalam Keadaan Basah ………………………... 19
b. Pengolahan Tanah dalam Keadaan Kering ………………………. 20
Pertemuan 3 :
Peralatan, Proses dan Teknik Pembentukan Badan Keramik
1. Peralatan Pembentukan ……………………………………………... 22
2. Proses Pembentukaan ………………………................................... 29
a. Teknik Pijit (Pinching) …………………….................................. 29
b. Teknik Pilin (Coilling) …………………………………………… 31
c. Teknik Lempeng (Slabbing) ……………………………………… 33
Pertemuan 4 :
Dekorasi Badan Keramik
1. Lingkup Dekorasi Badan Keramik …………………………………. 35
2. Teknik Dekorasi dalam Pembentukan ……………………………… 37
a. Teknik Marbling Body …………………….................................. 38
b.Teknik Nerikomi ………………………………………………….. 38
3

c. Teknik Agate Ware ………………………………………………. 38


A. Dekorasi Clay-Body Plastis …………………..................................... 39
1. Teknik Faceting............................................................................... 39
2. Teknik Combing ............................................................................... 39
3. Teknik Impress ................................................................................. 40
4. Teknik Relief ....................................................................................... 40
B. Dekorasi Clay-Body Leather Hard ………………………………… 41
1. Teknik Ukir (Carving) …………………………………………… 41
2. Teknik Toreh (Sgraffito) …………………………………………. 41
3. Teknik Toreh Isi (Inlay) ……………………................................ 41
4. Teknik Terawang (Piercing) ……………………………………... 42
5. Teknik Gores (Engobe) …………………………………………... 42
6. Teknik Ornamentasi Cetak Tempel/Embossing (Etching) ………… 42
7. Teknik Dekorasi Pilin Tempel ……………………………………. 43
8. Teknik Dekorasi Painting (Sapuan Kuas) …................................. 43
Pertemuan 5 :
Pengeringan dan Pembakaran Badan Keramik
1. Teknik Pengeringan ………………………………………………... 44
- Bentuk dan Luas Permukaan Barang …………………………….. 48
- Tempat Penggeringan ……………………………………………. 48
- Penyusutan …………………………………................................ 51
2. Teknik Pembakaran ………………………………………………... 53
3. Tungku Pembakaran ……………………………………………….. 56
a. Tungku Ladang …………………………………………………... 58
b. Tungku Bak ………………………………………………………. 59
c. Tungku Botol …………………………………………………….. 60
d. Tungku Api Berbalik …………………………………………….. 61
e. Tungku Gas ..................................................................................... 62
f. Tungku Listrik ................................................................................. 63
4

Pertemuan 6 - 8 :
Latihan Membuat Badan Keramik dengan Teknik Pijit (Pinching)
- Latihan membuat topeng dengan eksplorasi teknik pijit ...………… 64
- Latihan membuat bunga-bungaan mawar dengan teknik pijit ........ 64
Pertemuan 9 - 11 :
Latihan membuat benda keramik dengan teknik pilin (coilling)
- Latihan membuat vas dengan elementasi teknik pilin………………. 66
Pertemuan 12 : Mid Semester .......................................................... 68
Pertemuan 13 - 16 :
Latihan membuat badan keramik dengan teknik lempeng (slabbing)
- Latihan membuat kotak dengan teknik lempeng……………………. 69
- Latihan membuat wadah dengan eksplorasi teknik lempeng……..... 71
- Latihan membuat wadah dengan eksplorasi teknik lempeng dan
pilin………………………………………………………………….. 72
Proses Pembakaran ……………………………………………………... 73
Teknik Pembakaran dalam Tungku Listrik …….................................... 73
SUMBER PUSTAKA …………………………………………………. 75
Lampiran
-Silabus
5

MATERI BUKU AJAR TERTULIS


MATA KULIAH SENI KERAMIK

Pertemuan 1
Pokok Bahasan : Pengertian dan Karakteristik Seni Keramik.
Tujuan Perkuliahan : Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan
karakteristik seni keramik.

1. Pengertian Seni Keramik


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah keramik bahkan
mungkin kita juga memilikinya. Bentuk dan macamnya juga bervariasi demikian
juga dengan fungsinya. Bentuk dan fungsi keramik bisa kita ketahui dari genteng
sampai dengan bahan pelapis badan pesawat ruang angkasa.
Keramik memiliki sifat yang keras dan tahan terhadap suhu yang tinggi
tetapi relatif mudah pecah, karena dalam proses pembuatannya dilakukan dengan
teknik pembakaran pada suhu yang tinggi. Dengan pengertian bahwa keramik
adalah semua barang atau bahan yang terbuat dari bahan-bahan anorganik bukan
logam dengan bahan tanah dan batu-batuan silikat sebagai bahan pokok yang
dalam proses membuatannya melalui proses pembakaran pada suhu yang tinggi.
Benda keramik pada pokoknya dapat dibagi dalam dua golongan besar
yaitu:
a. Benda keramik yang tidak menghisap air.
Badan keramik yang tidak menghisap air terdiri dari golongan porselen dan
golongan gerabah keras (stoneware). Badan keramik tersebut dibuat dari tanah
putih (kaolin) dicampur dengan kwarsa, batu kapur (linestone) dan filespat
kemudian dibakar sampai dengan suhu 1250°C. Bahan-bahan untuk porselen
harus bersih dan tidak mengandung partikel-partikel besi dan sebagainya, agar
badan keramik tersebut kelihatan putih bersih. Lain halnya dengan badan keramik
dari golongan gerabah keras (stoneware), yang dapat/boleh berwarna asal tidak
menghisap air.
6

b. Benda keramik yang mengisap air.


Badan keramik yang menghisap air terdiri dari golongan gerabah yang lunak
(baik putih maupun merah) dan golongan badan keramik untuk bahan bangunan,
seperti batu bata, genteng, dan sebagainya. Badan keramik yang menghisap air
dari golongan gerabah yang lunak, terdiri dari bahan kaolin, tanah liat dan kwarsa,
hanya suhu pembakarannya yang lebih rendah dari pada porselen, yaitu 800°C
sampai dengan 900°C. Bahan-bahan untuk barang bangunan dibuat dari tanah liat
merah dengan suhu pembakaran 700°C sampai dengan 800°C.

2. Karakteristik Seni Keramik


Karya seni keramik yang dalam pembuatannya menggunakan bahan utama
tanah liat yang sifatnya plastis, maka dalam proses berkarya mahasiswa dapat
mengeksploitasi bahan tanah liat tsb sebebas mungkin karena bahan tanah liat
begitu mudah untuk dibentuk dan diberlakukan, dari ditekuk, diplintir, digulung
sampai dengan dicetak. Oleh karena itu seni keramik sangat membuka peluang
kreatifitas mahasiswa untuk berkarya dalam menciptakan atau membuat karya-
karya seni keramik sesuai dengan gagasan keinginanya.
Berdasarkan kekhususan bahan yang digunakan untuk berkreasi maka seni
keramik memiliki karakteristik yang berbeda dengan jenis karya seni lainnya.
Keasyikan berkarya dengan tanah liat yang bersifat plastis menjadikan mahasiswa
dapat melakukannya secara bebas karena bentuk-bentuk yang diinginkannya akan
sangat mudah untuk dicapai dan apabila mengalami masalah kesalahan dalam
pembentukannya maka dengan mudah pula untuk merubahnya atau
menggantinya. Akan tetapi apabila badan keramik sudah dipanaskan di dalam
tungku pembakaran maka badan keramik tersebut sudah tidak dapat diproses lagi
dalam hal pembentukannya. Karakteristik karya keramik yang khas lainnya adalah
badan keramik tersebut pasti pecah.
7

Pertemuan 2
Pokok Bahasan : Ruang Lingkup dan Media Seni Keramik
Tujuan Perkuliahan : Mahasiswa mampu menjelaskan ruang lingkup dan
media seni keramik

1. Ruang Lingkup Seni Keramik


Badan keramik yang dihasilkan tidak hanya terbatas, seperti yang diketahui
secara umum, misalnya genteng, batu bata, kendi, cobek, piring, mug, mangkok,
dll ataupun yang terkait dengan nilai praktis atau nilai guna (terapan) perkakas
perabot makan dan minum saja tetapi juga bukan hanya seperti hiasan-hiasan
rumah tangga misalnya guci, vas, mainan-mainan dari keramik. Melainkan juga
termasuk didalamnya adalah untuk produk karya seni atau karya artistik yang
memiliki nilai seni dan nilai estetika (nilai keindahan) melainkan juga sebagai
media ekspresi dalam berkarya seni rupa. Berkarya keramik sangat memberikan
keleluasaan dalam berkreasi walaupun untuk mata kuliah seni keramik 1 ini
materi yang disampaikan baru mulai belajar dan mempelajari mengenai teknik
pembentukan badan keramik, yaitu melalui teknik pijit, teknik pilin, dan teknik
lempeng, sedangkan untuk teknik putar, teknik cetak padat, dan cetak tuang akan
dipelajari pada mata kuliah keramik lanjutan, yaitu pada seni keramik 2. Dengan
menggunakan teknik-teknik tersebut mahasiswa sudah dapat berkreasi dalam
pembentukan badan keramik, dan yang terpenting di sini adalah mahasiswa akan
mengetahui dan merasakan serta memiliki pengalaman bagaimana berproses
dalam pembentukan badan keramik dengan teknik-teknik tersebut.

2. Media Seni Keramik


Tanah liat/lempung memiliki ciri-ciri:
a. Tanahnya sulit menyerap air sehingga tidak cocok untuk dijadikan lahan
pertanian.
b. Tekstur tanahnya cenderung lengket bila dalam keadaan basah dan kuat
menyatu antara butiran tanah yang satu dengan lainnya.
c. Dalam keadaan kering, butiran-butiran tanahnya terpecah-pecah secara
halus.
8

Tanah liat pada dasarnya dibagi menjadi dua jenis tipe yaitu primer dan skunder.
a. Tanah liat primer.
Tanah liat primer (residu) adalah tanah liat yang dihasilkan dari pelapukan
batuan feldspatik oleh tenaga endogen yang tidak berpindah dari batuan induk
(batuan asalnya), karena tanah liat tidak berpindah tempat sehingga sifatnya
lebih murni dibandingkan dengan tanah liat skunder. Selain tenaga air, tenaga
uap panas yang keluar dari bumi mempunyai andil dalam pembentukan tanah
liat primer. Karena tidak terbawa arus air dan tidak tercampur dengan bahan
organik seperti humus, ranting, atau dedaunan dan sebagainya maka warna
tanah liat tersebut berwarna putih, yang termasuk tanah liat primer antara lain
kaolin, bentonite, feldspatik, kwarsa, dan dolomite. Biasanya terdapat di
tempat-tempat yang lebih tinggi daripada letak tanah liat skunder. Pada
umumnya batuan keras basalt dan andesit akan memberikan tanah liat merah
sedangkan granit akan memberikan tanah liat putih. Mineral kwarsa dan alumia
dapat digolongkan sebagai jenis tanah liat primer karena merupakan hasil
samping pelapukan batuan feldspatik yang menghasilkan tanah liat kaolinit.
Tanah liat primer memiliki ciri-ciri:
- warna putih atau putih kusam.
- cenderung berbutir kasar.
- tidak plastis.
- daya lebur tinggi.
- daya susut kecil.
- bersifat tahan api (suhu bakarannya tinggi)
Dalam keadaan kering tanah liat primer sangat rapuh sehingga mudah
ditumbuk menjadi tepung. Hal ini disebabkan partikelnya yang terbentuk tidak
simetris dan bersudut-sudut.
b. Tanah liat skunder
Tanah liat skunder atau sedimen endapan) adalah jenis tanah liat hasil
pelapukan batuan feldspatik yang berpindah jauh dari batuan induknya karena
tenaga eksogen yang menyebabkan butiran-butiran tanah liat lepas dan
mengendap pada daerah rendah seperti lembah sungai, tanah rawa, tanah
9

marine, tanah danau. Dalam perjalanan karena air dan angin, tanah liat
bercampur dengan bahan-bahan organik maupun anorganik sehingga merubah
sifat-sifat kimia maupun fisika tanah liat menjadi partikel-partikel yang
menghasilkan tanah liat skunder yang lebih halus dan lebih plastis.
Jumlah tanah liat skunder lebih banyak dibandingkan dengan tanah liat primer.
Transportasi air mempunyai pengaruh khusus pada tanah liat, salah satunya
adalah gerakan arus air cenderung menggerus mineral tanah liat menjadi
partikel-partikel yang semakin kecil. Pada kecepatan arus yang lambat, partikel
yang lebih besar/berat akan mengendap dan meninggalkan partikel yang halus
dalam larutan. Pada saat arus tenang, seperti di danau atau dilaut, paertikel-
partikel halus akan mengendap di dasarnya.
Tanah liat skunder memiliki ciri-ciri:
- Kurang murni (tercampur oksida logam besi, nikel, titan, mangan,dan humus)
- Cenderung berbutir halus.
- Plastis.
- Warna krem, abu-abu, kuning, kecoklatan, kemerahan, kehitaman.
- Daya susut tinggi.
- Suhu bakaran rendah.
Bahan baku keramik adalah tanah liat yang merupakan hasil dari
pelapukan batuan keras dan merupakan batuan sedimen. Berdasarkan asal tempat-
tempat pengendapan dan jarak pengangkutannya dari daerah asal (tipe geologi
tanah), jenis tanah liat asal dapat dibagi menjadi 6 jenis, yaitu :
a. Tanah liat residual adalah tanah liat yang terdapat pada tempat di mana
tanah liat tersebut terbentuk atau dengan perkataan lain tanah liat tersebut
belum berpindah tempat sejak terbentuknya. Sifat-sifat tanah liat residual
adalah berbutir kasar yang bercampur dengan batuan asal yang belum lapuk,
tidak plastis, makin ke bawah flaksinya (butiran kecil) makin kasar
(terutama batuan segar atau asal) makin banyak di mana pada ke dalaman
tertentu batuan asalnya dapat ditemukan.
b. Tanah liat illuvial adalah tanah liat yang terangkut dan menggendap pada
suatu tempat tidak jauh dari tempat asalnya, misalnya di kaki-kaki bukit.
10

Tanah liat illuvial ini sifat-sifatnya mirip dengan tanah liat residual, hanya
pada jenis tanah liat illuvial ini di bagian dasarnya tidak diketemukan
batuaan asalnya.
c. Tanah liat alluvial adalah tanah liat yang diendapkan oleh air sungai di
sekitar atau di sepanjang sungai. Pada saat banjir sungai akan meluap,
sehingga tanah liat dan pasir yang di bawahnya akan menggendap di
tempat-tempat lebih jauh dari sungai.
d. Tanah liat rawa adalah tanah liat yang diendapkan di rawa-rawa. Jenis tanah
liat ini dicirikan oleh tanahnya yang hitam dan apabila terdapat dekat laut,
tanah liat tersebut menggandung garam.
e. Tanah liat danau adalah tanah liat yang diendapkan di danau (air tawar).
Endapan tanah liat ini umumnya tidak tebal dan mempunyai sifat seperti
tanah liat air tawar.
f. Tanah liat marin (serpih) adalah tanah liat yang endapannya terjadi di laut.
Tanah liat yang dibawa oleh sungai sebagian besar diendapkan di laut.
Hanya saja sebagian kecil saja yang diendapkan sebagai tanah alluvial.
Tanah liat marin sangat halus dan biasanya bercampur dengan cangkang-
cangkang foraminifera (binatang laut) cangkang-cangkang tersebut banyak
menggandung kapur. Tanah liat marin dapat menjadi padat karena pengaruh
beban di atasnya. Oleh gaya geologi tanah liat marin ini dapat terangkat ke
atas permukaan air laut.
Disamping asal tanah liat berdasarkan asal (tipe geologi tanah) juga
diketahui 3 macam tanah liat berdasarkan suhu bakaran, yaitu earthenware,
stoneware, dan porcelain, dan sebagai tambahan pengertian ada pula
modifikasi jenis tanah liat, yaitu paper clay.
Jenis tanah liat yang berdasarkan suhu bakarannya, yaitu:
a. Earthenware: tanah liat jenis earthenware suhu pembakarannya paling
tinggi 900°C dan hasilnya disebut gerabah, setelah dibakar akan berwarna
kemerahan, daya serap airnya sangat tinggi (10% s/d 15%).
b. Stoneware: tanah jenis stoneware, suhu pembakaranya bisa mencapai
1250°C, sehingga tidak mudah tembus oleh air, penyerapan airnya bisa
11

mencapai 2% s/d 5%, apabila badan keramik ini dilapisi dengan glasir maka
penyerapan airnya menjadi lebih kecil, dan disamping sebagai penahan/
pengurang daya serap airnya, glasir juga berfungsi sebagai elemen dekorasi
badan keramik tersebut. Jenis tanah stoneware inilah yang lebih banyak
digunakan dalam dunia industri rumah tangga dan manufaktur keramik.
c. Porcelain: suatu sumber mengatakan porcelain atau porselen berasal dari
kata “Porsellno” yang berarti benda putih tembus pandang seperti kerang.
Penulis tidak mendapat data yang jelas asal mula dari porselen tetapi dari
buku Susan Peterson dikatakan bahwa bangsa Cina mulai mengenal
Porselen sekitar 1000 SM, dan porselen memang sangat berkembang di
Cina dibandingkan dengan di Jepang dan Korea. Bentuk porselen sangat
tidak plastis, tetapi paling keras dan daya serap airnya hanya 0-2%. Porselen
berwarna putih dan bisa tembus cahaya tetapi semakin diberi pewarna,
semakin berkurang daya tembus cahayanya, dan temperaturnya adalah yang
paling tinggi yaitu sekitar 1300°C. bahan dasar dari Porcelain adalah kaolin,
feldspar, dan silica. Karena tidak plastis, maka porcelain paling sulit
dibentuk, dan hanya yang sudah sangat terampil bisa membuat benda-benda
dengan teknik putar dari bahan ini.
d. Paper Clay: atau tanah kertas adalah tanah liat yang dicampur dengan bubur
kertas. Perbandingannya disesuaikan dengan tingkat ke’kasar’an tekstur
yang diinginkan. Semakin banyak bubur kertas yang dicampurkan, hasilnya
setelah dibakar keramik menjadi semakin ringan. Cara membuatnya cukup
mudah. Yaitu buatlah bubur kertas dengan cara merendam kertas yang telah
disobek-sobek. Kemudian rendaman kertas diremas-remas atau diblender
sampai menyerupai bubur. Selanjutnya bubur kertas (sekitar 30-50%)
dicampurkan ke dalam rendaman tanah liat.
12

Unsur Bahan Tanah Liat


a. Kaolin
Kaolin atau disebut juga China Clay merupakan bahan baku yang paling
dominan digunakan untuk pembuatan bahan keramik halus dan berwarna putih,
abu-abu, krem hingga kuning.
Sifat-sifat fisik kaolin antara lain:
- Ukuran butir relatif halus.
- Bila terkena aia bersifat plastis.
- Suhu bakaran 1300°C dengan susut bakar 6% s/d 7%.
b. Ball Clay
Jenis tanah liat sedimen yang mempunyai butiran sangat halus, biasanya
mengandung bahan organik dan juga mempunyai keplastisan yang tinggi,
kekuatan kering yang tinggi berwarna krem kecoklatan. Jadi Ball Clay termasuk
lempung sedimen atau lempung endapan sangat plastis dengan butiran yang
sangat halus. Ball Clay banyak dipakai sebagai bahan campuran jenis tanah liat
stoneware, disamping berguna pula untuk memperoleh tahan kering, menambah
plastisitas serta kekerasan bakar, demikian juga Ball Clay juga berperan agar
keramik tidak menyerap air (Porous). Ball Clay sangat membantu keplastiasan
kaolin juga dipakai sebagai bahan keramik Porcelain, disamping itu juga dapat
mempercepat proses penggelasan pada waktu pembakaran. Ball Clay tersebut
terdapat di dataran rendah (bekas lahan sawah yang tidak produktif) ataupun di
dataran tinggi.
Bahan Ball Clay yang paling aman dan cukup bagus serta tidak merusak
lingkungan adalah tanah endapan yang berasal dan ada di pinggir-pinggir atau di
ceruk-ceruk sungai (tanah Alluvial).
c. Felsdpar
Felsdpar adalah bahan tambang dalam kelompok batuan beku yang terdiri
dari senyawa alumina silica, bahan ini berfungsi sebagai bahan pelebur. Dalam
proses pembakaran telah bereaksi dengan tanah liat dan membantu fitrivikasi,
yakni yang melarutkan tanah liat dan selanjutnya mengalami proses
penggelasan dan merakatkan bahan padat keramik sehingga tak tembus air.
13

Pengerasan yang terbentuk akan mempengaruhi kepadatan dan kekokohan


badan keramik. Felsdpar juga salah satu bahan yang diperlukan untuk
menurunkan suhu bakar dalam membuat keramik jenis stoneware, terutama
pada glasir temperature tinggi Felsdpar dapat berfungsi sebagai flux , atau
unsur peleleh yang sangat baik untuk keramik hias stoneware, terutama jika di
campur tanah liat hingga mencapai 75% dari jumlah bahan secara keseluruhan.
Selebihnya merupakan bahan-bahan lain non plastis seperti kuarsa, feldpart,
grog, secara keseluruhannya tidak mencapai 25%.
d. Kuarsa
Juga disebut Flint merupakan salah satu unsure bahan pokok membuat
gelas atau kaca. Dalam prosesr glasir keramik, kuarsa berfungsi sebagai bahan
penambah kekuatan struktur bahan keramik dan menambah kekerasan benda
keramik serta berfungsi sebagai unsur penggelas setelah dibakar.
e. Pasir Samot
Merupakan zat pengisi dalam bahan badan keramik yang berfungsi untuk
mengurangi susut kering dan susut bakar serta memberi kekokohan badan
keramik ketika dibentuk dan dibakar. Untuk memperoleh bahan ini umumnya
dilakukan dengan memanfaatkan limbah kapsul,yaitu dengan menumbuk
kapsul (tempat wadah pembakaran keramik) yang sudah rusak. Pada jenis
keramik pasir samot biasa menggunakan pasir sungai dan sudah bercampur
dengan endapan lumpur. Endapan lumpur tersebut merupakan endapan tanah
liat yang sudah bercampur dengat butiran-butiran pasir sungai. Sedangkan pada
keramik stoneware samot dapat berupa pasir kuarsa atau tumbukan butitan
badan keramik putih atau bekas kapsul tersebut (Ponimin 2007:11)

Bahan Tambahan Tanah Liat


Pasir adalah suatu bahan tambahan (bahan untuk campuran tanah liat)
penambahan pasir ke dalam tanah liat pada dasarnya di maksudkan sebagai bahan
untuk menggurangi kerusakan yang terjadi selama pengeringan dan pembakaran
(terjadinya retak-retak). Pasir yang dipakai dipilih yang butiran-butirannya sangat
halus. Keuntungan penambahan pasir adalah mengurangi penyusutan pada waktu
14

pengeringan maupun pembakaran yang berlebihan berarti menggurangi kerusakan


yang timbul karena terjadinya penyusutan yang berbeda pada bagian-bagian
tertentu dari suatu bahan keramik.
Kapur juga merupakan bahan tambahan sebagai campuran. Penambahan
kapur ke dalam tanah liat dimaksudkan sebagai bahan pengikat glasir dari badan
keramik. Kapur yang ditambahkan ke dalam tanah liat berbentuk batuan kapur asli
yang digiling halus.

Tinjaauan Umum Bahan Keramik


Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak hasil tambang untuk
bahan-bahan keramik. Bahan-bahan tersebut tersebar di berbagai wilayah baik di
dataran tinggi ataupun di dataran rendah. Bahan-bahan tersebut banyak yang
belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal bahan-bahan tersebut memiliki
kualitas yang baik untuk pembuatan barang-barang keramik. Memang tidak serta
merta barang tersebut dapat diambil dari asalnya dan kemudian langsung dibentuk
menjadi barang-barang keramik. Namun diperlukan suatu keahlian khusus untuk
mengelola sumber tambang tersebut, agar menjadi suatu bahan yang layak dan
berkualitas untuk membuat barang-barang keramik. Hal ini diperlukan proses
percampuran antara bahan dari tempat satu dengan tempat lainnya agar kualitas
bahan sesuai dengan tuntutan persyaratan barang keramik yang akan dibuat. Oleh
karena itu, diperlukan pengetahuan dan keterampilan dalam proses pengolahan
bahan-bahan keramik.
Untuk memahami bahan-bahan yang dipersyaratkan sebagai bahan keramik,
terlebih dahulu memahami asal muasal dan kandungan zat apa dari bahan-bahan
tersebut dari tempat aslinya. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan
badan keramik pada hakikatnya terdiri dari beberapa unsur yang harus terpenuhi,
artinya beberapa unsur dengan komposisi bahan yang lebih berkualitas. Bahan-
bahan yang menjadi bagian dari proses pembuatan badan keramik tersebut
ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya. Unsur-unsur dalam bahan keramik
terdiri atas bahan pengikat, bahan pengisi, bahan pelebur, dan bahan-bahan
tambahan.
15

Bahan pengikat yang dimaksud adalah tanah liat atau clay. Tanah liat,
disamping bahan-bahan lainnya merupakan salah satu bagian yang mempunyai
kegunaan penting. Bahan ini mempunyai karakteristik yang menentukan
kemudahan dan kualitas bahan keramik. Bahan pengikat ini mempunyai sifat
utama sebagai penentu keplastisan, walaupun plastisitas tersebut dapat dicapai
dengan campuran dari beberaapa unsur lain. Tetapi unsur pengikat tersebut
merupakan faktor utama yang harus terpenuhi. Selain berfungsi sebagai penentu
plastisitas, fungsi lainnya adalah untuk mempermudah proses pembentukan. Pada
tahap pembakaran unsur pengikat berupa tanah liat tersebut menjadi unsur
pengikat dan mempercepat proses sintering, sehingga produk mempunyai
kekuatan bakar dan menimbulkan warna tertentu. Secara geologis, bahan pengikat
yang berupa tanah liat tersebut dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu tanah
liat residu dan tanah liat endapan. Tanah liat residu merupakan jenis tanah liat
yang belum mengalami proses transportasi, artinya tanah liat yang belum
berpindah tempat sejak terbentuknya dan merupakan hasil dari pelapukan batuan
keras. (Ponimin, 2002:70)
Tanah liat adalah salah satu contoh dari bahan residu, yang bagi para
pembuat keramik jenis bahan keramik ini paling banyak digunakan untuk
dicampur dengan bahan lain. Sementara tanah liat endapan adalah tanah liat yang
dipindahkan oleh angin, air, dan sebagainya dari tempat batuan cadas induk yang
bercampur bahan endapan residu. Bahan lainnya yang merupakan bagian dari
bahan campuran adalah bahan pengisi. Bahan pengisi ini terdiri dari silica dan
grog. Bahan ini memiliki titik bakar tinggi dengan susut kering randah, disamping
itu juga berfungsi sebagai kerangka, mencegah perubahan bentuk serta mampu
mengendalikan tingkat susut kering. Pada akhir produk bahan pengisi berfungsi
sebagai kerangka, memperbesar korositas dan mengurangi susut kering bakar.
Bahan pelebur yang digunakan untuk pembuatan keramik adalah feldpart. Bahan
ini mermiliki tingkat titik lebur tinggi. Fungi bahan ini hampir sama dengan bahan
pengisi, tetepi pada produk akhirnya berfungsi sebagai pembentuk masa gelas,
mengurangi porousitas, dan menambah susut bakar. Bahan-bahan yang telah
diperoleh tersebut selanjutnya diolah menjadi satu kesatuan bahan yang
16

berkualitas. Sebelum dilakukan proses pembentukan perlu dilakukan pengolahan


bahan terlebih dahulu. Teknik pengolahan bahan yang dilakukan perajin
dilakukan secara keseluruhan belum meninggalkan cara tradisional. Namun
demikian terdapat pengolahan keramik yang mengolah bahan-bahan dengan cara-
cara yang lebih modern, yaitu dengan menggunakan peralatan mesin. Pembuatan
keramik memerlukan bahan tanah liat yang bersifat plastis atau non palastis sesuai
dengan sifat dan teknik pembentukan yang dilakukan. Proses pembentukan
dengan teknik cetak tuang misalnya menggunakan bahan tanah liat yang bersifat
cair (non plastis), berbeda dengan pembentukan yang mengunakan tanah liat yang
bersifat plastis. Sumber lain menjelaskan bahwa bahan-bahan keramik dari tempat
asalnya yang berada disuatu daerah memiliki karakteristik fisik, dapat dijelaskan
sebagai berikut:

Bahan-bahan keramik dapat dibedakan menjadi paling tidak dua jenis yaitu
bahan-bahan yang masih berada di tempat aslinya yang berupa batuan. Bahan-
bahan seperti ini sering disebut bahan keramik dari tambang, bahan sedimen yaitu
bahan tambang bahan keramik yang masih berada pada tempat asalnya. Umumnya
masih berupa bahan-bahan batuan yang berwarna putih, apabila sudah diolah
dengan campuran Ball clay, maka tujuan pencampuran bahan tersebut agar bahan
keramik tersebut memiliki sifat plastis sehingga mudah dibentuk. Umumnya
warna tanah liat ini putih, dan bila dibakar, maka suhu panas bakarnya mencapai
1300°C sebab mengandung bahan kaolin (Suwandono:2002)

Sedangkan jenis tanah kedua adalah jenin bahan tambang endapan yang
merupakan erosi dari tanah sedimen atau tambang sediment, yang berupa tanah
liat earthenware dengan limbah tumbuh-tumbuhan/humus, oleh karena itu bahan
tersebut dalam kondisi basah berwarna hitam kecoklatan dan setelah dibakar
menghasilkan barang keramik berwarna krem kecoklatan. Dalam kondisi basah,
jenis bahan keramik ini memiliki sifat plastis yang lebih baik ketika dibentuk,
namun suhu bakarannya tidak lebih dari 900°C. Sehingga produk keramik yang
dihasilkan mudah pecah serta sangat porosis.
17

Cara memperoleh bahan tambang earthenware sangat mudah karena


terdapat diberbagai wilayah, yakni wilayah dataran rendah berupa tanah
persawahan. Untuk mempermudah dalam proses pembentukan keramik biasanya
dicampur dengan pasir sungai sebagai bahan pengisinya. (Ponimin, 2007:15)

Proses Pengolahan Bahan


Tanah liat yang diambil atau hasil penggalian dari suatu tempat belum
dalam keadaan murni atau baik karena tanah liat tersebut masih banyak
mengandung kotoran-kotoran seperti adanya krikil, sisa-sisa tanaman, ataupun
akar-akaran, dan lain sebagainya. Tentunya kotoran-kotoran tersebut harus
dibuang atau dipisahkan terlebih dahulu agar bahan keramik menjadi baik dan
plastis.
Tanah liat yang diambil dari penggalian tidak bisa langsung digunakan
sebagai bahan baku pembuatan badan keramik. Apalagi kalau tanah tersebut
masih dalam keadaan bongkahan (kering). Untuk bisa dibentuk menjadi tanah liat
harus menggalami pengolahan secara sederhana yang tidak menggunakan mesin-
mesin penggolah tanah, dan hal tersebut banyak dipraktekan oleh pengerajin
keramik di daerah-daerah Indonesia.
Pengolahan tanah ini dimaksudkan untuk meningkatkan sifat plastisitas
tanahnya, semakin plastis tanah liat maka semakin mudah untuk dibentuk dan
juga tanah liat tersebut akan memiliki kepadatan yang baik, kekuatan, kehalusan
strukturnya dan tidak retak ketika dikeringkan dan dibakar. Oleh karena itu sifat
keplastisitasan tanah liat dituntut seoptimal mungkin.
Untuk mencapai sifat plastis yang maksimum, diperlukan air dalam jumlah
tertentu. Banyaknya air yang diperlukan untuk mencapai batas-batas keplastisan
tertentu disebut sebagai air pembentukan. Air pembentukan ada dua tingkat
pembatasnya, yaitu air pembentukan maksimal dan air pembentukan minimal. Air
pembentukan maksimal yang dimaksudkan adalah penambahan atau percampuran
air ke dalam tanah liat sampai terjadi keplastisan tanah liat, dalam arti bahwa
apabila penambahan air ke dalam tanah liat berlebihan maka yang akan terjadi
bukan tanah liat yang plastis melainkan bubur tanah (slip). Demikian juga
18

sebaliknya apabila penambahan air pembentukan kurang maka akan terjadi tanah
liat yang kurang atau tidak plastis. Keplastisan suatu tanah liat dapat ditingkatkan
dengan cara pengolahan tahap demi tahap.
Untuk mengetahui keplastisan tanah liat dapat diketahui dengan tiga
cara,yaitu:
1. Apabila segumpal tanah liat kita kepal dan kemudian kita tekankan jari kita
di atas tanah liat tersebut dan apabila rajah sidik jari belum tercetak pada
tanah liat tersebut, maka air pembentukan untuk tanah liat tersebut masih
belum cukup. (tidak ideal)
2. Apabila segumpal tanah liat kita kepal dan kemudian kita capkan rajah sidik
jari ke atas tanah liat tersebut dan rajah sidik jari tercetak dengan jelas pada
permukaan tanah liat dan tidak ada tanah liat yang menempel di telapak
tangan, maka air pembentukan untuk tanah liat tersebut sudah cukup.
(sangat ideal)
3. Apabila segumpal tanah liat dan kita kepal dan rajah sidik jari yang tercetak
di atas tanah liat tersebut menjadi tidak beraturan dan tanah liatnya banyak
yang menempel di telapak tangan maka air pembentukan tanah liatnya
terlampau banyak. (kurang ideal)
Dengan cara mengetahui keplastisan tanah liat, maka dapat diperoleh
tingkatan keplastisan tanah liat, yaitu tanah liat plastis, agak plastis , sedikit
plastis, dan tidak plastis.
Untuk membedakan keempat tingkatan keplastisian tersebut di atas dapat
dilakukan cara pengujian yang sederhana, seperti sebagai berikut : ambil tanah liat
kemudian dibuat batang silinder tanah liat dengan cara digulung-gulung dengan
diameter kurang lebih 1 cm, dan panjangnya kurang lebih 20 cm, kemudian
batang silinder tersebut dilengkungkan/ditekuk.
19

a. Batang silinder tanah liat tersebut dapat


dibuat menjadi sebuah lingakaran penuh
tanpa terjadi keretakan-keretakan, maka
tanah liat tersebut dikatakan mempunyai
tingkatan sifat plastis.

b. Batang silinder tanah liat tersebut hanya


dapat dibuat menjadi tiga seperempat
lingkaran tanah tanpa terjadi keretakan,
maka tanah liat tersebut dikatakan
mempunyai tingkatan sifat agak plastis.

c. Batang silinder tanah liat hanya dapat


dibuat setengah lingkaran saja tanpa terjadi
keretakan, maka tanah liat tersebut
dikatakan mempunyai tingkatan sifat
sedikit plastis.

d. Batang silinder tanah liat tersebut sama


sekali tidak dapat dilengkungkan tanpa
terjadi keretakan, maka tanah liat tersebut
dibahan dikatakan mempunyai tingkatan
sifat tidak plastis.

Pengolahan Tanah Dalam Keadaan Basah


Apabila bahan mentah yang ada sudah dalam keadaan basah dan sudah
cukup plastis, maka tanah liat tersebut hanya memerlukan penambahan air sedikit
saja, yaitu dengan cara menyiramkan air pada tanah sambil diinjak-injak dan
dibolak-balik juga ditaburkan /dicampurkan pasir halus sebagai bahan campuran.
20

Selama proses penginjakan, kalau ditemukan kerikil atau kotoran segera diambil
dan disingkirkan. Proses penginjakan dapat dihentikan apabila telah memperoleh
campuran antara tanah liat dengan pasir sudah homogen/tercampur dengan baik.
Pada pengolahan yang menggunakan mesin-mesin pengolahan tanah, seperti
mesin penghancur (ballmill), mesin penyaring (straingpresh) mesin pengulet
(ekstruder) akan lebih menghasilkan tanah liat yang memilih kualitas yang lebih
baik.
Setelah selesai pengolahan tanah menjadi tanah liat, maka sebaiknya
dilakukan pengereman tanah liat, yaitu dengan cara gunukan tanah liat ditutupi
dengan kain yang basah/karung basah dan biarkan semalam, supaya adonan tanah
liat benar-benar homogen dan tidak terjadi penguapan yang kemudian pada
akhirnya tanah liat tersebut ditutupi atau dimasukan ke dalam kantong plastik dan
diikat rapat dengan tujuan agar tanah liat tersebut tidak akan mengering dalam
penyimpanan jangka waktu lama.

Pengolahan Tanah Dalam Keadaan Kering


Apabila tanah hasil dari galian dalam keadaan kering, maka agar dapat
diinjak-injak, terlebih dahulu tanah direndam di dalam sebuah bak selama
semalam/lebih. Air yang dipakai untuk merendam jangan terlalu banyak, yaitu
secukupnya yang diperkirakan bahwa campuran tanah liat dengan air akan
tercampur menjadi tanah liat yang cukup plastis, bukan menjadi seperti
bubur/lumpur, sehingga tanah liat tersebut dapat diinjak-injak dan selanjutnya
dilakukan pengolahan seperti pengolahan tanah dalam keadaan basah.
Urutan pengolahan tanah liat secara traditional dapat disebutkan sebagai
berikut :
1. Tanah liat diambil dari tempat penggalian.
2. Diletakan di atas tanah datar dan terbuka untuk beberapa hari agar
terkena hujan dan panas.
3. Karena pengaruh alam tersebut, tanah liat menjadi lebih baik sifat-
sifatnya, mudah di bentuk. Karena tanah liat tersebut telah mengalami
21

penyimpanan di tempat terbuka (selama 1 s/d 2 minggu) kemudian


diletakan dalam suatu bak pemeraman yang dangkal.
4. Kemudian direndam dengan air selama semalam.
5. Kalau tanah liat perlu ditambah dengan pasir halus, maka pemberian
pasir dapat dilakukan sebelum atau sesudah perendaman.
6. Keesokan harinya setelah perendaman airnya dibuang.
7. Tanah liat tersebut diinjak-injak sampai campuran pasir dan tanah liat
jadi merata/homogen.
8. Kerikil dan batu-batuan yang ada diambil dan disingkirkan.
9. Peluluhan dilakukan sedemikian rupa sampai telah dianggap
matang/homogen.
10. Tanah liat yang sudah jadi ditumpuk dan siap untuk dibuat badan
keramik.
11. Penyimpanan tanah liat biasanya ditempatkan di tempat yang teduh dan
ditutupi /dibungkus dengan plastik agar tidak cepat kering.
22

Pertemuan 3
Pokok Bahasan : Peralatan, Teknik dan Proses Pembentukan Badan
Keramik
Tujuan Perkuliahan : Mahasiswa mampu menjelaskan jenis peralatan, teknik
dan proses pembentukan badan keramik

1. Peralatan Pembentukan
Peralatan pembentukan adalah seperangkat peralatan dalam prosedur
pembuatan badan keramik yang berfungsi untuk mencapai bentuk tertentu ketika
melakukan pembentukan badan keramik. Peralatan ini digunakan dalam teknik
hand building maupun dalam teknik cetak. Peralatan tersebut sangat penting dan
mempengaruhi cara kita bekerja dan menilai hasil pekerjaan yang dihasilkan.

a. Meja Putar (putaran pedal kaki)

Alat ini berfungsi untuk membentuk benda keramik dengan bentuk dasar
silinder dengan teknik pembentukan throwing cepat (fast wheel), atau throwing
lambat (slow wheel). Alat ini terdiri dari bagian meja berbenruk lingkaran.
Pada poros dari meja bagian bawah terdapat as besi yang disenterkan pada as
23

bagian bawah dikaitkan dengan tangkai pedal. Ketika tangkai pedal diayun
dengan kaki ke arah depan atau belakang, meja akan memutar ke arah kanan
atau ke kiri. Hal ini memudahkan ketika membentuk benda-benda yang
berbentuk dasar silinder. Pastikan as pada meja putar benar-benar senter agar
hasil pembentukan trowing benar-benar silinder simetris.

b. Meja Putar (putaran pedal elektrik)

Alat ini memiliki spesifikasi yang hampir seperti meja putar pedal akan tetapi
as meja putar dipasang pada karet ban berbentuk kerucut yang dapat berputar
cepat atau lambat. Ketika karet ban tersebut bergesekan dengan as dynamo
elektrik yang sudah terpasang untuk menggerakkan meja putar. Dynamo listrik
bergerak karena tersalurkan kepedal kaki dan pedal tangan yang merupakan
sumber listrik.
24

c. Butsir Kawat (Wire Modelling Tools)

Alat tersebut berfungsi untuk merapikan, menghasilkan, mengerok, membentuk


detail dan tekstur badan keramik. Ukuran panjang 22 cm, bahan kawat dari
stainlees steel, tangkai terbuat dari kayu sawo.

d. Butsir Kayu/Sudip (Wood Modeling Tools)

Alat ini berfungsi untuk menghaluskan, membentuk detail, merapikan, dan


menghaluskan badan keramik. Ukuran panjang 22cm, lebar 3cm, tangkai
berbahan dari kayu sawo.
25

e. Trowing Ribs

Terbuat dari papan kayu/karet dengan bentuk bervariasi. Bentuk-bentuk


tersebut akan mempengaruhi dinding tubuh bagian dalam pada saat
pembentukan tanah liat dengan teknik throwing. Alat ini juga berfungsi untuk
menghaluskan dan membentuk permukaan luar benda kerja, ukuran 10cm x
6cm, tebal 0,4cm, bahan: kayu,plat stainless steel, maupun karet untuk
membentuk bagian dalam wadah pada waktu membentuk dengan taknik
throwing, bentuk menyesuaikan dengan ruang wadah yuang dikehendaki.

f. Kawat Pemotong/Serat

Alat ini terbuat dari kawat baja yang pada kedua ujungnya diikatkan pada
tangkai sebagai handle. Alat ini berfungsi untuk memotong ujung bibir, dasar
benda kerja, dam memotong tanah liat plastis.
26

g. Pisau Pemotong (Felting Knife)

Alat ini terbuat dari pelat baja dengan pegangan terbuat dari kayu atau yang
lainnya. Berfungsi untuk memotong, mengiris lempengan tanah liat.

h. Spon (Sponge)

Terbuat dari busa halus ataupun kasar yang difungsikan untuk menyerap
kadungan air, membersihkan handtool, dll.
27

i. Throwing Stick

Terbuat dari papan kayu dengan ujung berbentuk oval atau setengah lingkaran
yang berfungsi untuk membentuk, menghaluskan, merapikan bagian dalam
badan keramik yang bersifat cembung dan ruang bidang yang ada di dalam.

j. Kaliper (Caliper)

Terbuat dari kayu ataupun logam yang berfungsi sebagai jangka untuk
mengukur diameter badan keramik.
28

k. Roll Kayu

Terbuat dari bubutan kayu yang berbentuk silindris dengan permukaan yang
bervariasi, dengan maksud sebagai penekan permukaan tanah liat di atas
pelandas agar mendapatkan ketebalan tanah liat yang sama, alat ini digunakan
untuk pembentukan dengan teknik slab/lempeng.

l. Kawat Pembelah (Bow Harp)

Berfungsi untuk membuat belahan-belahan tanah liat dengan ketebalan yang


sama atau memiliki fungsi hasil yang sama dengan alat roll kayu.
29

m. Meja Putar Pelandas (Whirler/Bandding Wheel)

Terbuat dari papan kayu, plat logam, cor semen yang berbentuk bulat. Pada
poros meja putar terangkai laker as dengan pelandas. Alat ini digunakan untuk
memudahkan memutar-mutar dalam pembuatan badan keramik.

Proses Pembentukaan
Proses pembentukan badan keramik yang dimaksud adalah cara pembuatan
benda keramik dengan menggunakan teknik pijit (pinching), pilin (coilling), dan
lempeng (slabing). Dengan menggunakan teknik-teknik di atas akan dapat dibuat
berbagai macam bentuk-bentuk badan keramik, dari bentuk berbagai wadah
sampai dengan pembuatan benda seni. Untuk lebih memahami masing-masing
teknik dalam proses membentukan badan keramik dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Teknik Pijit (Pinching)
Teknik pijit merupakan teknik yang paling sederhana dalam proses
pembentukan badan keramik, yaitu dilakukan secara langsung dari segumpal
tanah liat dengan cara memijit tanah liat tersebut sampai terwujud sebuah benda
keramik sesuai dengan yang direncanakan, baik keramik terapan maupun keramik
seni.
30

Proses kerja teknik pijit:


1. Ambil segumpal tanah liat yang sudah diulet/diuli, lalu dipijit-pijit
membentuk sebuah benda menurut kehendak hati/menurut desain.
2. Teknik ini dapat menghasilkan berbagai macam benda keramik, baik benda
pakai maupun benda hias tetapi hasilnya tidak simetris dan permukaannya
relatif tidak rata.

1 2

3 4

5 6
Gambar pembentukan badan keramik dengan teknik pijit (pinching)
31

b. Teknik Pilin (Coilling)


Dalam proses teknik pilin ini memerlukan alat putar tangan atau kaki yang
berguna untuk memudahkan dalam merangkai susunan pilinan-pilinan dan
biasanya benda yang dibuat berbentuk wadah.
Proses kerja teknik pilin:
1. Ambil segumpal tanah liat yang siap dipakai, kemudian ambil sebagian dan
buat pilinan dengan cara digulung-gulung yang kemudian buat bentuk spiral
lingkaran yang digunakan sebagai bentuk alas wadah dengan panjang
diameter yang disesuaikan dengan rencana bentuk badan keramik yang telah
ditentukan.
2. Buat pilin/silinder dengan cara digulung-gulung dan buat kurang lebih
sebesar garis telunjuk, kemudian disusun di atas alas.
3. Buat pilin-pilin selanjutnya dan disusun di atasnya, begitu seterusnya
sampai bentuk yang diinginkan tercapai. Setiap susunan yang akan
direkatkan harus dilumuri dengan slip (bubur tanah), dengan tujuan agar
dapat merekat dengan baik.
4. Setelah bentuk yang diinginkan tercapai, maka permukaan bagian dalam
maupun luar benda dapat dihaluskan, tetapi apabila dikehendaki hanya
permukaan dalam saja yang dihaluskan sedangkan permukaan bagian luar
tetap dibiarkan berpilin, karena susunan pilin tersebut bisa merupakan
dekorasi yang unik.
32

1 2

3 4

5 6

Gambar pembentukan badan keramik dengan teknik pilin (coiling)


33

c. Teknik Lempeng (Slabbing)


Teknik lempeng diperkenalkan untuk membuat benda-benda keramik yang
bentuknya persegi/bersudut-sudut.
Proses kerja teknik lempeng :
1. Siapkan dua belah kayu setebal 1cm, dan roll silinder kayu.
2. Letakkan 2 bilah kayu tersebut sejajar di atas permukaan papan/tripleks,
kemudian ambil segumpal tanah liat dan letakkan di antara belahan kayu
tersebut, tekan dan ratakan sampai seluruh permukaan terisi penuh.
Kemudian tanah liat tersebut diratakan/dipadatkan dengan roll kayu sampai
tercapai ketebalan yang sama dengan ketebalan bilah kayu.
3. Buatlah pola dari bagian-bagian benda yang akan dibuat (misalnya untuk
membuat kotak), buatlah pola untuk dinding, dasar, dan tutupnya) kemudian
potong.
4. Bagian-bagian lempengan ditegakkan satu per satu di atas dasarnya, bagian
yang akan disambung diberi slip (bubur tanah) agar melekat dengan baik.
5. Setelah tersambung semua benda dapat dihaluskan dengan menggunakan
kain atau spons yang dibasahi.
34

2 3

4 5

6 7

Gambar pembentukan badan keramik dengan teknik lempeng (slabbing)


35

Pertemuan 4
Pokok Bahasan : Dekorasi Badan Keramik
Tujuan Perkuliahan : Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis dekorasi
badan keramik.

1. Lingkup Dekorasi Badan Keramik


Dekorasi adalah unsur hiasan/ornamen atau bagian yang fungsinya sebagai
penghias untuk memperindah penampilan suatu benda, termasuk keramik. Tahap
ini merupakan tahap yang memerlukan cita rasa estetis, sebab dalam proses
pendekorasian dituntut dapat menciptakan desain dekoratif yang menarik, serta
mampu menggugah rasa indah bagi para pengguna keramik. Pendekorasian
merupakan penggayaan dari bentuk desain srukturalnya, dalam hal ini elemen
pelengkap atau penghias menampilkan badan keramik. Pendekorasian merupakan
tahap pengekspresian pengalaman estetis dalam berbagai bentuk produk yang di
hasilkan. Pendekorasian adalah menghiasi dengan elemen-elemen berupa garis,
ruang, tekstur, dan bidang yang menimbulkan rasa indah dan artistik (Atkin Jaqui,
2005)
Perkembangan dekorasi/ornamen berubah dari masa ke masa. Pada zaman
pra-sejarah, ornamen digambarkan masih sangat sederhana berupa: lingkaran,
spiral, meander, dan sebagainya. Pada zaman perunggu, manusia mulai mengenal
unsur ornamen geometris, pada zaman besi, perkembangan dekorasi sampai pada
taraf flora dan fauna. Dalam perkembangannya, ornamen yang ada diolah menjadi
desain baru dengan pengembangan motif bentuk yang bila tidak diperhatikan
peletakannya justru merusak keindahan dekorasi tersebut. Oleh karena itu
beberapa keramik dapat dihias dengan dekorasi, sedangkan beberapa diantaranya
tidak membutuhkan hiasan sama sekali.
Proses pendekorasian benda keramik dilakukan dengan berbagai
cara/teknik, yang masing-masing teknik menimbulkan kualitas estetis yang
berbeda-beda. Teknik pendekorasian juga ditentukan oleh bentuk dan bidang
yang dihias serta peralatan yang digunakan. Teknik pendekorasian dalam
pembuatan keramik menimbulkan karakter visual yang berbeda. Dalam
mendekorasi pada badan keramik perlu memperhatikan pengetahuan mengenai
36

bentuk-bentuk yang ada dalam dekorasi, agar nilai estetika keramik yang ada
tidak rusak (Ponimin 2008: 42)
Badan keramik tidak selalu memerlukan dekorasi, penerapan unsur-unsur
dekorasi harus mempertimbangkan:
1. Faktor harmoni, proporsi, keseimbangan, irama, dan aksen.
2. Memperkuat penampilan bentuk.
3. Digunakan secukupnya untuk memperkaya suatu permukaan.
4. Hindarkan adanya ketakutan akan kekosongan (horror vacum) sehingga
kedalaman estetika dapat tercapai.
Teknik pendekorasian juga ditentukan oleh bentuk bidang yang dihias serta
peralatan yang digunakannya. Teknik pendekorasian dalam pembuatan keramik
menimbulkan karakter visual yang berlainan. Secara garis besar, teknik
pendekorasian ditinjau dari sifatnya dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis,
yaitu dekorasi dengan cara menambahkan (additive) dan mengurangkan. Pada
dekorasi keramik penambahan dilakukan dengan menambahkan tanah liat atau
bahan sejenis dengan menambah zat pewarna untuk diterapkan pada badan
keramik. Proses penambahan sebagai teknik dekorasi biasanya dilakukan ketika
badan keramik yang dihias masih dalam keadaan basah. Selanjutnya penambahan
dapat dilakukan dengan menempelkan tanah liat dengan cara memelototkan bahan
dekorasi pada bakan keramik. Penguasaan warna pada sistim penambahan adalah
teknik dekorasi dengan cara menambah bahan pewarna. Dekorasi dengan pewarna
dapat dibagi menjadi dekorasi di atas glasir (overglaze decoration) dan dekorasi di
bawah glasir (underglaze decoration).

Sementara itu pendekorasian dengan cara mengurangi dapat dilakukan dengan


pahat, pisau, butsir, dan jenis alat lainya. Teknik pengurangan sebagai cara
menghias dapat dilakukan dengan cara menoreh, menusuk, mengikis, memahat,
untuk menonjolkan hiasan yang dimaksudkan. Pada tingkat tertentu pengurangan
dapat bersifat dangkal pada satu sisi dan mendalam serta berlubang di sisi lain.
Teknik dekorasi lain dengan cara mengurangi dapat dengan cara dipahat, ditusuk,
ditoreh, dipotong, dan lain-lain. Dekorasi dengan memotong atau melubangi
37

menghasilkan keramik krawangan. Selain itu teknik dekorasi dapat dilakukan


dengan kedua teknik tersebut secara bersamaan. Perbedaan yang mencolok dari
kedua sifat dekorasi ini adalah yang satu menambahkan bahan sebagai elemen
hias pada badan keramik, sedangkan yang lain mengurangi badan keramik itu
sendiri. (Ponimin, 200:35)

Mendekorasi benda keramik berdaskan prosesnya yaitu:


1. Dekorasi langsung
Yang dimaksud dekorasi langsung yaitu, membuat secara langsung selesai
membuat bentuk pokok. Mengias semacam ini sebenarnya lebih praktis,
sebab bisa langsung jadi. Caranya menghias di sini bisa menggunakan
beraneka ragam alat yang disebut rib. Alat ini bisa mengurangi bagian-
bagian yang akan dihias atau dengan menggores dan mencukilkan.
2. Dekorasi tempel
Dekorasi tempel yaitu menghias dengan jalan menempelkan bagian-bagian
elemen. Caranya yaitu setelah bentuk pokok sudah baik, baru bagian mana
yang perlu diberi hiasan, sambil membuat hiasan lansung ditempelkan.
Hiasan semacam ini hasilnya lebih rapih dan kelihatan rajin. Cara
menempelkan yaitu bagian yang akan ditempeli perlu dibasahi supaya
tidak mudah lepas. Kebasahan tanah harus sama dan harus dikulai dulu
pada bagian yang akan di tempel, supaya tanahnya bisa menjadi satu dan
mengkait (Ponimin, 2006:38)

Dalam hal dekorasi keramik tersebut di atas dapat dilakukan dengan cara:
1. Dekorasi dalam proses pembentukan
2. Dekorasi setelah proses pembentukan dan,
3. Dekorasi setelah proses pembakaran.

2. Teknik Dekorasi Dalam Pembentukan


Pada bagian ini akan membahas dekorasi dalam poroses pembentukan yang
meliputi dekorasi marbling, nerikomi, dan agateware. Bila ditinjau dari awalnya
38

maka dapat dikatakan bahwa agate(ware) merupakan induk dari beberapa jenis
dekorasi yang secara spesifik mempunyai nuansa yang berbeda dan secara prinsip
prosesnya sama dilakukan ketika pembentukan berlangsung dengan
memanfaatkan perbedaan tanah dan warna (I Made Saken, 2000:17)

a. Teknik Marbling Body


Dekorasi Marbling Body pada umumnya dilakukan dengan teknik
pembentukan putar dan cetak padat dengan menggunakan beberapa campuran
tanah liat warna yang sejenis. Tanah liat tersebut dicampur dan diuli dengan
sedikit pengulian sehingga tanah liat dengan pengulian tersebut akan memberikan
efek seperti marmer. Hasil dari pembentukan merupakan pola hiasan tanah
berwarna yang spontan dan acak mengikuti proses pembentukannya.

b. Teknik Nerikomi
Teknik Nerikomi merupakan pola yang lebih menyerupai mosaik yang
diintregrasikan dari bagian atau block lempengan tanah liat yang sudah dibuat
secara berlapis dan berpola. Masing-masing bagian disambung atau diletakkan
dengan menggunakan slip, pembuatannya membutuhkan perencanaan/desain yang
baik, ketelitian, ketekunan dan kesabaran yang tinggi. Teknik ini dilakukan
dengan menggunakan cetakan, pola lempengan lapisan berbeda warna menjadi
seperti mangkok, piring dan bentuk lain. Ketika hampir kering permukaannya
perlu sedikit “dikupas” dan dihaluskan menggunakan serat sehingga pola
hiasannya menjadi lebih tegas.

c. Teknik Agateware
Agate(ware) merupakan induk dari beberapa jenis dekorasi yang secara spesifik
mempunyai nuansa yang berbeda dan secara prinsip prosesnya sama dilakukan
ketika pembentukan berlangsung dengan memanfaatkan perbedaan tanah dan
warna. Beberapa teknik yang kelihatan mirip dengan cara yang sama di Jepang
dikenal dengan Neriage yang mempunyai pola hiasan yang sangat terkontrol, di
Amerika khususnya hiasan semacam ini dikenal dengan istilah “Scroddled Ware”.
39

Agateware dapan dibuat menggunakan cetakan dimana pola lapisan tanah yang
berbeda warna menyerupai batu alam, marmer, ataupun batu akik akan kelihatan
lebih tampak, selain itu dapat juga dibuat dengan teknik putar yang dikenal
dengan marbling body. Dari semua aplikasi agate yang mempunyai cara dan ciri
yang khusus dalam tekniknya dapat dibedakan menjadi beberapa teknik seperti
inlay, laminasi, marquerty, dan neriage. Permukaan dekorasi dengan efek yang
sama dengan agate tapi menggunakan slip warna yang dikelompokkan dengan
marbled ware. Neriage ataupun nerigate sendiri di Jepang dikenal dengan istilah
nerikomi yang kemungkinan berasal dari Cina yang kemudian populer di Jepang.

A. Dekorasi Clay-Body Plastis


Penampilan benda keramik perlu direncanakan sejak proses pembentukan
hingga penerapan dekorasi/hiasanya. Dalam penerapan dekorasi pada benda
keramik dapat dilakukan dengan beberbagai kondisi tanah liat, seperti benda
masih basah (bersamaan pada waktru pembentukan), kondisi benda setengah
keras/kering,dan setelah pembentukan, hal ini terkait dengan keteknikan dekorasi
yang akan dikerjakan. Namun begitu perlu dipikirkan pula desain dekorasi, nilai
estetis, dan artistiknya.

1. Teknik Faceting
Faseting merupakan metode/cara merubah bentuk bulat dengan mengiris
dinding luar keramik, sehingga terbentuk benda yang persegi atau memiliki
banyak permukaan bidang (yang bervariatif). Faceting disebut juga cara
mendorong dinding bagian luar keramik luar benda keramik setelah selesai
pembentukan.

2. Teknik Combing/teknik ornamentasi dengan menyisir permukaan dinding body


Istilah Comb berarti sisir atau sikat. Dalam konteks ini comb berarti suatu
alat yang digunakan untuk menyisir (lebih tepat menggores) permukaan benda
keramik yang telah dilapisi slip warna. Hasil goresan tersebut berupa jejak
garis yang berjajar, membentuk suatu ritme yang terstruktur atau tidak
40

terstruktur. Sebagai efek permukaan benda yang berupa tekstur kadang jejak
goresan combing digunakan untuk membubuhkan pengisi (filter) pada
goresan, hal ini juga bisa disebut cara menghias dengan sederhana. Peralatan
untuk ini berupa sisir yang terbuat dari kayu yang lain, pada Comb jumlah gigi
yang digunakan 2-5 atau paling banyak 10 gigi untuk membuat garis paralel.

3. Teknik Impress/teknik ornamentasi cetak tekan


Impressing Techniques Decoration, merupakan dekorasi yang aplikasinya
menggunakan alat bantu yang sebaiknya digunakan saat benda keramik masih
dalam kondisi basah. Peralatan bantu yang biasanya digunakan berupa alat
cetak (cap) dari gips atau kayu, namun media karet juga dapat dipergunakan
sebagai alat bantu yang telah dibuat motif. Perlu diingat bahwa hasil
percetakan dengan alat bantu (cetak) tersebut menghasilkan motif yang
terbalik (negatif) dengan motif pada cetakannya. Pola yang ditampilkan sangat
beragam bentuknya, misal bentuk geometris, organis, bentuk-bentuk figuratif,
dan lainnya akan meninggalkan jejak yang berulang-ulang. Sebagai referensi
untuk menghasilkan kesan motif yang ditinggalkan dapat ditampilkan selain
alat bantu (cap) tersebut di atas, dapat pula dari bentuk permukaan baut, tutup
spidol, bentuk daun yang memiliki tekstur timbul yang dapat digali bentuk-
bentuk alam. Teknik cap digunakan apabila kita menginginkan suatu hiasan
atau motif yang seragam.

4. Teknik Relief
Relief merupakan efek hiasan timbul yang dapat ditampilkan dari hasil
cetakan langsung dibuat di atas permukaan benda keramik. Dekorasi reliaf
yang langsung dibuat benda keramik pada dasarnya dilakukan dengan
mengurangi atau menambahkan tanah liat pada obyek yang bervariatif seperti:
relief ceritera, motif geometris, dan sebagainya. Teknik ini dilakukan pada
benda keramik yang masih basah agar dapat menempel dengan kuat. Benda
keramik yang dapat didekorasi dengan teknik ini berupa vas bunga, piring hias,
dan lain sebagainya.
41

B. Dekorasi Clay-Body Leather Hard


Dekorasi Clay-Body Leather Hard merupakan dekorasi pada keramik yang
diterapkan pada badan keramik mentah dalam kondisi setengah kering (Leather
Hard) dengan kondisi seperti ini maka tidak semua jenis dekorasi dapat
diterapkan pada benda keramik tersebut.

1. Teknik Ukir (Carving)


Istilah teknik mengukir/carving amat sukar memisahkan mengukir dan
menggores dengan ukiran yang berbentuk goresan lengkung. Dan dalam
menghias keramik menurut sejarah hiasan dengan ukiran jarang dibuat
dibandingkan dengan semua teknik menghias lainya. Teknik dekorasi ini
dilakukan langsung pada benda keramik dalam kondisi setengah kering dan
sebaiknya menggunakan rancangan gambar di atas permukaan badan keramik.
Tidak ada ketentuan seberapa dalam membuat cekungan ukuran, namun
sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan desainnya. Mengukir sebagai
penampilan keindahan keramik dengan motif-motif yang sesuai juga lebih
harmoni, jika dapat menempatkan pola dengan bentuk benda keramik.

2. Teknik Toreh (Sgraffito)


Dekorasi teknik sgraffito dilakukan pada saat kondisi badan keramik masih
dalam kondisi setengah kering (Leather Hard). Slip tanah liat yang digunakan
melapisi benda keramik sebaiknya berbeda dengan warna tanah liat yang
digunakan membuat benda keramiknya, hal ini dilakukan agar dekorasi yang
dihasilkan dapat muncul setelah benda keramik digores atau ditoreh.

3. Teknik Toreh Isi (Inlay)


Dekorasi tehnik inlay merupakan dekorasi yang dilakukan pada badan
keramik setengah kering (leather hard) dengan cara membubuhkan jenis tanah
liat warna pada goresan atau torehan yang berupa motif dekorasi pada
permukaan badan keramik. Untuk mendapatkan hasil dekorasi yang baik
42

selanjutnya permukaan badan benda keramik yang telah diisi tanah liat warna
tersebut dihaluskan sehingga menghasilkan motif dekorasi yang rapi.

4. Teknik Terawang (Piercing)


Teknik dekorasi piercing merupakan salah satu teknik hias dengan cara
menembus permukaan tanah liat. Dengan pisau fettling adalah suatu alat yang
baik untuk proses ini, sebab ujung pisau yang sempit akan memberi
memudahkan untuk menembus permukaan. Jika pisau tidak memotong dengan
mudah untuk menembus ke dalam tanah liat, maka badan keramik akan retak.
Pola hias yang mudah diterapkan adalah bentuk geometris, yang ditampilkan
secara berulang-ulang atau selang-seling.

5. Teknik Engobe Gores


Teknik dekorasi ini adalah suatu metode menghias dengan cara melapiskan
cairan tanah liat atau oksida pewarna yang berbeda warna dengan warna badan
keramik pada permukaan benda dengan cara mengoleskan dengan kuas atau
dengan kain hingga rata membentuk motif tertentu, selanjutnya dengan kondisi
basah permukaan yang terkena engobe tersebut diselingi dengan gores,
sehingga setelah dibakar akan tampak warna yang terdiri dari unsur hias gores
dan warna.

6. Teknik Embossing (Etching) / teknik ornamentasi cetak tempel


Dekorasi dengan teknik ini merupakan dekorasi impressed dekoration
stamping dan beating. Stamping atau cap dapat digunakan untuk
mengembangkan hiasan timbul. Stamping dan embossing memiliki perbedaan
kecil, dalam embossing adalah tanah liat yang ditempelkan pada permukaan
badan keramik dalam kondisi setengah kering dengan mengolesi lumpur
sebagian bakal motif, kemudian bakal motif tersebut ditekan menggunakan
pallet (butiran cetakan dari gips). Sedang pada motif stamping motif hias
langsung ditekan pada permukaan badan keramik. Motif dekorasi ini bisa
dilakukan dengan motif tertentu atau khusus. Tetapi caranya bisa dilakukan
43

dengan cara yang bebas, satu demi satu atau berulang-ulang dengan alat yang
dirancang khusus berupa pallet dengan replika. Dengan membubuhkan slip ke
permukaan badan, kemudian menekannya dengan alat tersebut, akan
meninggalkan jejak yang dapat dilihat kenampakan dari replikanya.

7. Teknik Dekorasi Pilin Tempel


Teknik dekorasi ini merupakan jenis dekorasi untuk menghasilkan efek
permukaan badan keramik bertekstur timbul yang bersifat ornamentik tersebut
merupakan hasil penempelan tanah liat plastis yang dipilin ditempelkan pada
badan keramik tersebut, berupa motif spiral, spiral ganda, sisik, bulatan, dan
lainnya.

8. Teknik Sapuan Kuas (Dekorasi Painting)


Yaitu teknik menghias badan keramik dengan teknik pewarnaan yang
umumnya menggunakan bahan oksida yang dicampur air yang dikuaskan
seperti teknik melukis, sehingga setelah dibakar akan menghasilkan efek
seperti lukisan.

C. Dekorasi Raku
Dekorasi badan keramik yang diperoleh dengan cara keramik yang dibakar
sampai membara kemudian dikeluarkan seketika dan langsung dimasukkan ke
dalam suatu tempat yang sudah ada tumpukan kertas (koran) atau tumpukan
dedaunan sehingga terbakar dan langsung ditutup. Proses ini akan menghasilkan
dekorasi badan keramik yang unik tetapi hanya saja terjadinya dekorasi tidak bisa
dikontrol alias terjadi dengan sendirinya.
44

Pertemuan 5
Pokok Bahasan : Proses Pengeringan dan Pembakaran Badan Keramik
Tujuan Perkuliahan : Mahasiswa mampu menjelaskan pengeringan dan
pembakaran badan keramik

1. Teknik Pengeringan
Pembentukan badan keramik dilakukan pada saat tanah liat masih dalam
keadaan plastis, hal ini berarti bahwa massa tersebut masih mengandung air,
masih lunak sehingga apabila kurang hati-hati banyak hal-hal yang
memungkinkan merusak bentuknya. Oleh karena itu setelah proses pembentukan
dan penyempurnaan badan keramik selesai maka badan keramik yang masih
basah tersebut perlu dikeringkan terlebih dahulu secara sempurna sebelum
pembakaran, hal ini perlu dilakukan agar diperoleh bentuk badan keramik yang
utuh yang tidak cacat (retak ataupun pecah).
Caranya bisa bermacam-macam tergantung dari karakteristik dari tanah liat
yang dipakai dan air pembentuknya. Tanah liat yang sangat plastis jumlah air
pembentuknya lebih banyak dibandingkan dengan tanah liat yang kurang plastis,
maka cara pengeringannya harus secara perlahan-lahan, sedangkan tanah liat yang
kurang plastis hanya membutuhkan waktu pengeringan yang lebih pendek.
Tanah liat yang plastis pada umumnya mengandung partikel-partikel yang
sangat halus (2 mikron), sehingga untuk mencapai keplasitasan optimalnya
membutuhkan banyak air. Oleh karena butiran-butirannya sangat halus, maka pori
pada badan keramik juga sangat halus.
Pada saat badan keramik sedang mengalami proses pengeringan air
pembentuknya mengalami proses penguapan sampai kering. Pada saat proses
pengeringan sedang berlangsung dimensi badan keramikpun mengalami
perubahan yaitu menjadi lebih kecil.
Pengecilan ukuran semula menjadi ukuran setelah kering dikenal sebagai
susut kering. Susut kering untuk badan keramik yang baik adalah sekitar 10% -
12%. Penyusutan yang lebih besar dari angka tersebut bisa menimbulkan banyak
masalah, yaitu menimbulkan kerusakan pada badan keramik yang sedang
mengalami proses pengeringan, antara lain: retak, berubah bentuk, pecah. Oleh
45

karena itu untuk proses pengeringan perlu diketahuai terlebih dahulu karakteristik
tanah liat yang digunakan, sehingga bisa menentukan cara pengeringan yang
tepat. Untuk lempung yang susut keringnya lebih dari 12%, ada dua cara yang
bisa dilakukan yaitu dengan menambahkan/mencampurkan pasir halus pada tanah
liat atau melakukan proses pengeringan secara perlahan-lahan dengan cara cukup
diangin-anginakan di dalam ruangan selama beberapa hari dan hindari
pengeringan dengan menjemur langsung di bawah terik matahari.
Badan keramik yang selesai dibentuk perlu dikeringkan, supaya mendapat
kekuatan untuk pekerjaan selanjutnya. Bila badan keramik yang sudah dibentuk
tersebut kering betul, barulah badan keramik dapat dibakar. Perlu diperhatikan
bahwa udara di sekeliling kita mengandung uap air, dan kadar air udara itu
tidaklah tetap. Di musim hujan, kadar air lebih tinggi daripada di musim kemarau,
atau keadaan udara pada malam hari sudah tentu berlainan dari keadaannya pada
siang hari. Hal ini harus dijadikan pertimbangan karena hal tersebut bertujuan
agar dalam proses pengeringan mendapatkan hasil yang optimal.

Yang harus diperhatikan dalam mengeringkan badan keramik itu ialah:


a) penguapan air.
b) difusi air dari badan keramik basah (penyebaran).

Dalam proses pengeringan, yang pertama-tama menjadi kering ialah bagian


permukaan dari badan keramik itu, kemudian baru bagian dalamnya karena
disebabkan oleh daya fusi air dari bagian dalam disalurkan ke bagian permukaan
dan kemudian menguap. Keringnya badan keramik disertai dengan susut, maka
untuk mencegah kegagalan-kegagalan pada saat pengeringan harus diusahakan
agar penguapan air pada permukaan harus sesuai dengan difusi air dari bagian
dalam.

Untuk mempelajari teknik pengeringan, maka perlu diketahui dulu tentang


keadaan air dalam tanah.
46

Air dalam tanah ada 3 macam, yaitu:


a) Air selaput, yang merupakan selaput tipis yang meliputi butir-butir tanah,
sehingga memungkinkan pergeseran butiran-butiran tersebut.
b) Air tanah yang diserap oleh fraksi-fraksi koloid.
c) Air pori atau air yang masuk ke dalam lubang-lubang kecil (pori) antar
butir.
Jika tanah basah dikeringkan, maka air selaput dan air koloid akan menguap
dan butir-butir akan menjadi rapat dan menimbulkan susut (susut kering), tetapi
air yang masih berada di dalam lubang-lubang kecil (pori) antara butir-butir jika
kemudian menguap hal ini tidak akan menimbulkan susut lagi.
Tanah liat yang sangat plastis mengandung air pembentuk yang lebih
banyak dibandingkan dengan tanah liat yang kurang plastis. Karena itu susut
keringnya pun akan lebih tinggi. Jumlah air yang ditambahkan sangat erat
berhubungan dengan susutnya tanah liat tersebut. Maksudnya adalah apabila
kandungan air pembentuk tanah liat semakin banyak maka nilai susut keringnya
juga semakin besar. Untuk mengurangi nilai susut tanah liat dapat diatasi dengan
penambahan bahan yang tidak plastis, seperti kwarsa ataupun bubuk keramik yang
halus (samot) ke dalam tanah liat. Menguapnya air selaput dan air yang diisap
oleh fraksi-fraksi koloid disertai dengan susut, karena dengan menguapnya air
tersebut, butir-butir menjadi lebih rapat sehingga lubang-lubang saluran
bertambah halus lagi dan akhirnya tertutup sekali.
Setelah air susut menguap semua dan butir-butir sudah menjadi rapat maka
tertinggal air pori yang tidak dapat menyebabkan susut lagi, karena keadaan butir-
butir sudah lengket satu sama lainnya.
Air terakhir dari tanah sukar sekali dikeluarkan karena:
a) Atraksi butir-butir koloid terhadap air bertambah besar, apabila selaput air
semakin tipis.
b) Air pori tidak dapat jalan untuk keluar.

Maka untuk menggeluarkan air penghabisan ini badan keramik tersebut


perlu dipanaskan di atas titik mendidih air, sehingga airnya dapat keluar karena
47

tekanannya sendiri. Perlu dikemukakan di sini bahwa air selaput dari butir-butir
koloid mempunyai tekanan uap kurang dari 1 atmosfer. Hal ini mungkin karena
selaput air tipis tersebut seolah-olah terikat secara kimia pada butir dan karena air
tersebut menggandung bahan-bahan yang dapat larut.
Suatu bukti bahwa atraksi tanah terhadap air itu besar ialah apabila kita
membiarkan tanah yang sudah dikeringkan di atas titik mendidik air, dalam udara
yang menggandung air, tanah itu akan menggisap air yang berada dalam udara.
Berapa banyak air yang dihisap (air hidroskopis) ini tergantung dari luas
permukaan butir-butir. Jadi tanah yang menggandung banyak butir-butir halus
akan lebih banyak menggisap air dari pada tanah yang berbutir kasar.
Di atas telah dikatakan bahwa tingkatan pengguapan pada permukaan harus
seimbang dengan difusi air dari dalam. Penggeringan permukaan yang terlalu
cepat akan menghambat divusi air dari bagian dalam titik. Akibatnya badan
keramik tersebut akan retak-retak karena tekanan uap air dari dalam. Selain itu
apabila penggeringan bagian luar dan bagian dalam suatu benda berbeda terlalu
besar, maka timbul perbedaan susut antara bagian luar dan bagian dalamnya, dan
badan keramik itu akan retak-retak atau pecah karena lapisan luar memberi
tekanan ke dalam sedangkan lapisan luarnya mendapat tarikan akibat susut.
Cepatnya badan keramik menjadi kering diantaranya tergantung dari faktor-
faktor berikut:
a) Kadar relatif udara, uap air
b) Temperatur udara
c) Sifat-sifat bahan
d) Bentuk badan keramik
e) Luas permukaan badan keramik
Seperti telah diketahui kesanggupan udara untuk menghisap air dari bahan-
bahan sekitarnya tergantung dari relatif kadar uap air. Kesanggupan ini sangat
dipenggaruhi oleh temperatur udara. Udara panas kering lebih banyak menghisap
air daripada udara panas dengan kadar relatif tinggi uap air.
Temperatur dari udara penggeringan langsung berhubungan dengan
temperatur bahan-bahan yang dikeringkan, karena apabila temperatur udara
48

penggeringan itu ditinggikan badan keramiknya pun akan bertambah panas.


Begitu juga temperatur air dalam badan keramik akan lebih tinggi sehingga lebih
mudah dapat keluar.

Bentuk dan Luas Permukaan Barang


Dapat dipahami bahwa badan keramik yang tebal lebih banyak memakan
waktu dalam proses penggeringannya dari pada ketebalan badan keramik yang
lebih tipis. Contoh: cangkir, ketebalan dinding cangkir yang lebih tipis dan
permukaannya lebih luas dari pada peganggan cangkir yang lebih tebal maka
perbedaan kecepataan menggering mengakibatkan terlepasnya/pecah pengangan
cangkir tersebut.

Tempat Penggeringan
Penggeringan benda keramik yang baru dibentuk harus dilakukan dengan
baik. Penggeringan yang tidak sempurna akan merugikan karena benda keramik
tersebut akan menggalami kemungkinan retak ataupun pecah dalam pembakaran.
Cara penggeringan badan keramik adalah sebagai berikut:
1. Pengertian alami yaitu dengan membiarkan keramik yang baru dibentuk
dalam sebuah rak terbuka atau dalam suatu ruangan. Pengeringan alami
yang sempurna sangat menguntungkan karena akan menghindari terjadinya
keretakan atau pecah pada saat pembakaran. Pengeringan semacam ini
menggunakan panas matahari, proses pengeringan ini banyak hal-hal yang
perlu diperhatikan. Panas matahari dari arah tertentu dan temperaturnya
langsung tinggi. Jika dalam proses pengeringan tidak aktif mengontrol
posisi barang, maka barang-barang yang akan dikeringkan akan timbul
retak-retak atau bahkan pecah-pecah. Pengeringan dengan panas matahari
untuk badan keramik yang dikeringkan harus selalu dibolak-balik, agar
tidak terjadi barang kering hanya sebelah saja. Hal ini dilakukan untuk
mengatasi retak-retak atau pecah-pacah itu. Untuk memanfaatkan panas
matahari yang menimpa barang-barang yang dikeringkan, buatkan ruangan
yang beratapkan seng, yang dipergunakan sebagai ruang pengeringan.
49

Ruangan ini terutama dipergunakan untuk pengeringan pendahuluan yaitu


barang-barang yang masih terlalu basah. Barang-barang yang masih terlalu
basah jika langsung terkena panas matahari maka akan terjadi retak-retak
atau pecah-pecah. Oleh karena perbedaan susut antara bagian luar dan
dalam yang tidak sama. Maka dalam pengeringan kita harus mengatur panas
mengenai barang-barang yang dikeringkan secara merata dan tidak boleh
langsung tinggi temperaturnya.
2. Menyimpan badan keramik yang baru dibentuk dalam ruang pengeringan di
mana sebuah alat pemanas diperlukan untuk mengatur suhunya. Sudah
barang tentu cara penggeringan ini sangat baik karena suhu dalam ruangan
dapat diatur. Dalam hal ini pengeringan yang dimaksudkan adalah
pengeringan buatan yang memanfaatkan sumber panas dari cerobong
pembuangan pembakaran keramik yang disalurkan ke dalam suatu ruangan
melalui aliran pipa ke dalam ruangan pengerinan. Hal-hal yang perlu di
perhatikan dalam pengeringan buatan yaitu :
- Panas harus diatur merata dalam ruangan pengeringan
- Temperature pengeringan harus diatur mulai dari suhu rendah dahulu, atau
dengan kata lain dilakukan setahap demi setahap
- Penataan badan keramik di atas rak-rak pengeringan harus diatur tidak
terlampau rapat ataupun ditumpuk
Pengeringan badan keramik dengan proses pengeringan buatan tersebut
lebih menguntungkan atau resiko retak dan pecah dapat terkurangi. Oleh
karena dalam pengeringan buatan tidak harus selalu memindah-mindahkan
badan keramik ke tempat lain seperti dalam pengeringan alami. Apabila
dalam proses pengeringan buatan tersebut masih terdapat barang-barang
keramik yang retak dan atau pecah hal tersebut dapat disebabkan oleh:
- Kesalahan di saat mengangkat atau memindahkan badan keramik dari
tempat pembentukan.
- Dalam proses pembentukan badan keramik terlalu banyak air.
- Dalam proses pengolahan tanah kurang baik.
- Di dalam badan keramik tersebut terdapat batu kerikil.
50

3. Menjemur keramik yang baru dibentuk langsung di bawah sinar matahari.


Proses ini banyak kerugiannya daripada keuntungannya. Pengeringan ini
memang berjalan sangat cepat maka penyusutan badan keramik terjadi
secara mendadak hal ini seringkali mengakibatkan keretakan. Untuk
mempercepat waktu pengeringan biasanya dilakukan dengan cara gabungan
yaitu pengeringan alami dan pengeringan langsung sinar matahari, sesudah
itu untuk mencapai kekeringan bakar dilakukan penjemuran langsung di
bawah sinar matahari. Dalam cara gabungan ini hendaknya dapat dipahami
saat kapan badan keramik tersebut dapat dijemur agar tidak menimbulkan
keretakan.

Pembentukan keramik dilakukan pada waktu tanah liat masih dalam


keadaan plastis atau dalam bentuk suspansi. Ini berarti bahwa tanah liat tersebut
masih menggandung air, masih lunak sehingga apabila kurang hati-hati banyak
hal-hal yang bisa merusak bentuknya. Oleh karena itu setelah proses
membentukan dan penyempurnaanya selesai badan keramik yang masih dalam
keadaan basah perlu dikeringkan.
Penggeringan badan keramik tergantung pada karakteristik tanah liat yang
dipakai. Tanah liat yang sangat plastis memiliki kandungan air pembentukannya
lebih banyak maka proses penggeringannya harus secara perlahan-lahan.
Sedangkan tanah liat yang kurang plastis waktu yang dibutuhkan untuk waktu
pengeringannya bisa lebih pendek.
Pada waktu badan keramik sedang menggalami proses penggeringan air
pembentukannya menggalami proses penguapan dan pada saat itu juga dimensi
badan keramiknya menggalami perubahan ukuran yaitu menjadi lebih kecil.
Pengecilan ukuran semula menjadi ukuran setelah kering dikenal sebagai
susut kering. Sehingga dapat diketahui bahwa kecepatan pengguapan air dan
penyusutan masa tanah liat ada korelasinya. Kecepatan penguapan air diukur
dengan cara hilang berat massa pada waktu tertentu misalnya sejak satu jam atau
setiap hari. Pada waktu yang sama diukur pula kecepatan penyusutannya yaitu
51

dengan menggukur panjang barang pada waktu tertentu, panjang barang dan berat
barang pada waktu tertentu.

Penyusutan
Agar dapat dibentuk menjadi barang maka tanah liat harus dalam keadaan
plastis. Agar tanah liat tersebut menjadi plastis maka tanah liat tersebut harus
ditambah air. Air tersebut disebut air pembentukan. Setelah dibentuk badan
keramik tersebut dikeringkan. Pada waktu pengeringan, air pembentuk menguap
dan badan keramik tersebut mengalami penyusutan. Penyusutan yang terjadi di
waktu pengeringan dinamakan susut kering.
Cara penentuan atau pengukuran susut kering adalah tanah liat dalam
keadaan plastis dibentuk benjadi balok dengan ukuran 12x3x12cm. jumlah benda
coba dibuat paling tidak sejumlah 5 buah. Pada permukaan masing-masing benda
coba diberi torehan garis sepanjang 10cm, kemudian biarkan benda coba untuk
beberapa waktu lamanya sampai kering. Setelah kering betul kemudian ukur
kembali panjang torehan garis dipermukaan balok tanah liat yang sudah kering
tersebut. Apabila sekarang misalnya panjang garis torehan menjadi 9cm, maka
susut kering tanah liat tersebut dapat dihitung sebagai berikut:

panjang semula – panjang waktu kering


X 100% = …..
panjang semula
10 – 9
X 100% = 10%
10

Susut kering tanah liat dapat berbeda-beda, dapat besar ataupun kecil.
Perbedaan penyusutan di saat pengeringan tergantung pada hal-hal sebagai
berikut:
a) Besar butir tanah liat (kehalusan butir)
52

b) Banyaknya air pembentukan


c) Kandungan mineral yang ada di dalam tanah liat

Pada pembuatan keramik hias atau cindera mata, susut keringnya tidak
boleh terlalu besar, tidak boleh lebih dari 10% sebab tanah liat yang susut
keringnya lebih dari 10% akan memberi banyak kesulitan dalam proses
pengerjaannya, biasanya sulit dibentuk, retak-retak waktu penggeringan, dan lain-
lain.
Untuk pengurangi penyusutan yang berlebihan, yaitu penyusutan lebih dari
10% pada tanah liat tersebut perlu ditambahkan bahan penggurus yaitu jenis tanah
liat lain yang susut keringnya kurang dari 10% atau bahan lain yang tidak plastis,
misalnya pasir halus.
Penambahan bahan pengurus tersebut harus dihitung dahulu, sebab selain
menggurangi penyusutan bahan, juga bisa menggurangi kekuatan keringnya. Jadi,
penambahan bahan tersebut harus tepat betul. Untuk mengetahui apakah bahan
penggurus tersebut sudah cukup atau belum perlu dilakukan pengujian seperti
tersebut di atas.
Kekuatan kering (kuat kering) adalah salah satu sifat yang timbul setelah
tanah liat dikeringkan. Kuat kering ini timbul disebabkan adanya bahan koloid
yang terdapat pada tanah liat. Pada umumnya makin plastis suatu tanah liat maka
semakin tinggi kuat keringnya.

Sifat ini sangat penting dalam pembuatan badan keramik, karena dengan
adanya sifat ini maka:
a. Barangnya mampu menyangga bebannya sendiri.
b. Memungkinkan untuk dibawa-bawa atau dipindah-pindahkan selama
pengeringan dan disusun di dalam tungku.
c. Mampu menerima teganggan yang timbul pada waktu membentukan dan
pengeringan.
53

Teknik Pembakaran
Proses terakhir dari pembuatan badan keramik adalah proses pembakaran,
yaitu membakar badan keramik yang sudah kering (dikeringkan). Suhu
pembakaran untuk jenis gerabah antara 700°C sampai 800°C, suhu tersebut adalah
suhu yang bisa dijangkau oleh badan keramik jenis gerabah. Dari hasil penelitian
secara umum dapat dikatakan bahwa untuk pembuatan keramik hias jenis gerabah
halus, suhu pembakaran yang dapat memberi hasil yang baik adalah suhu
bakarannya berkisar antara 1000-1050°C, sedangkan untuk suhu bakaran keramik
jenis porselin adalah 1300°C

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembakaran


adalah:
a. Kondisi tunggu dan jenisnya
b. Jenis bahan bakar yang digunakan
c. Macam bahan yang dibakar
d. Perlengkapan pembakaran
e. Keahlian dalam pembakaran

Agar proses pembakaran dapat berlangsung dengan baik, ada dua tahap
pekerjaan yang perlu dilakukan dalam menyusun badan keramik, yaitu:
1. Menyusun badan keramik dalam kapsel (tempat meletakkan badan keramik)
2. Menyusun kapsel yang sudah berisi badan keramik ke dalam tunggu
pembakaran

Berdasarkan jenis badan keramik penyusunan badan keramik dibedakan


terhadap bahan berglasir dan bahan yang tidak berglasir. Penyusunan barang tidak
berglasir. Penyusunan barang yang tidak berglasir dapat ditumpuk dengan catatan
tidak terlalu padat, sedangkan untuk badan keramik yang berglasir tidak boleh
bersinggungan apalagi ditumpuk.
54

Sifat-sifat tanah liat yang telah dibakar yang perlu diperiksa adalah hasil
bakarannya, misalnya warna bakar, peleburan, bunyi, penyusutan, peresapan air,
dan keporian.
Untuk badan keramik yang tidak berglasir atau dengan kata lain keramik
gerabah warna hasil dari bakaran dapat beraneka ragam warnanya, dari merah,
coklat, hitam, atau paduan dari warna-warna tersebut dapat menimbulkan daya
tarik tersendiri, semuanya tergantung dari jenis tanah liat yang dipakai.
Tanah liat yang ideal untuk membuatan keramik gerabah adalah yang pada
suhu pembakaran 1000°C telah nyaring bunyinya apabila diketuk-ketuk dengan
jari atau benda lainnya.
Pada waktu pembakaran, tanah liat menggalami penyusutan lagi.
Penyusutan yang terjadi karena pembakaran disebut susut bakar. Cara penggukur
susut bakar adalah sebagai berikut:

panjang kering – panjang bakar


X 100% = …..
panjang kering

Contohnya, kita ambil dari benda coba untuk penyusutan, dengan


Panjang waktu kering = 90 cm
Panjang setelah dibakar = 80 cm
Susut bakar tanah liat tersebut dinyatakan sebagai berikut:

90 – 88
X 100% = 2.22 %
90

Susut bakar suatu tanah liat untuk pembuatan keramik gerabah tidak boleh
lebih dari 2,5%. Susut bakar yang berlebihan dapat menimbulkan banyak
kesukaran dalam pembakaran.
55

Barang keramik gerabah yang telah dibakar pada umumnya masih dapat
mengisap air atau air masih dapat meresap ke dalam gerabah. Kemampuan badan
gerabah untuk menghisap air dinamakan peresapan air. Peresapan air dinyatakan
dengan banyaknya air yang dihisap atau meresap persatuan berat badan gerabah
tersebut.
Benda coba untuk menentukan besarnya peresapan dapat mempergunakan
benda coba untuk pengukuran penyusutan.

Contoh perhitungannya adalah sebagai berikut:

berat jenuh air – berat pada waktu kering


X 100% = …..
berat pada waktu kering

Berat pada waktu kering = 200gr


Berat jenuh air (setelah direndam dalam air) = 225gr

Peresapan air dihitung sebagai berikut:


225 – 200
X 100 % = 12.5 %
200

Tanah liat yang baik untuk pembuatan keramik gerabah adalah tanah liat
yang peresapan airnya kurang dari 20%. Keramik gerabah dengan peresapan air
lebih dari 20% menunjukan:
a. Tanah liat yang dipakai adalah tanah liat yang kurang plastis
b. Badan keramik masih sangat rapuh
56

Tungku Pembakaran (kiln)


Badan keramik telah selesai dikeringkan kemudian dibakar. Pembakaran
badan keramik bertujuan untuk mengeraskan, mengkristalkan unsur-unsur bahan
yang terkandung pada badan keramik, dan memadatkan badan keramik supaya
kuat serta tidak rusak karena bersentuhan dengan air. Selain itu juga untuk
mendapatkan tekstur dan warna badan keramik sesuai dengan tujuan desain.
Untuk melakukan proses pembakaran tersebut diperlukan peralatan
pembakaran yang berupa alat utama dan alat pendukung. Adapun alat utama
tersebut adalah tungku/oven pembakaran. Melalui alat tungku tersebut akan
menghasilkan kwalitas pembakaran keramik serta efektifitas proses
pembakarannya. Sehingga tungku memiliki peran utama dalam proses
pembakaran badan keramik, tungku memiliki struktur bentuk umum yang harus
dimiliki semua struktur tungku, struktur umum tersebut antara lain: ruang bakar
tempat badan badan keramik dimatangkan, ruang sumber api, kanal api tempat
sumber api masuk ke dalam ruang bakar, dan lubang pengeluaran sisa panas api.
Pembuatan tungku pembakaran harusnya mempertimbangkan aspek-aspek benda
bahan bakar yang akan digunakan, sirkulasi udara jenis bahan apa yang akan
digunakan, jumlah bahan yang akan dibakar, temperatur yang akan dikehendaki,
jenis bahan bakar yang akan digunakan. Semuanya memiliki keunggulan dan
kelemahan dalam penggunaanya, untuk itu terdapat beragam jenis tungku
pembakaran berdasarkan bentuk, sumber panas apinya, dan jalannya api yang
digunakan dalam pembakaran keramik (Santoso, 1995).
Beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam memilih atau
merancang tungku pembakaran adalah:
a. Jenis tungku.
Jenis tungku yang dimaksudkan adalah sirkulasi api, bentuk tungku,
ukuran/kapasitas dan bahan/sumber api yang digunakan.
b. Kapasitas tungku pembakaran.
Kapasitas erat kaitannya antara produktivitas dengan volume tungku ( ruang
pembakaran), sehingga perlu dipikirkan seberapa ukuran tungku pembakaran
yang harus dibuat.
57

c. Suhu akhir yang ingin dicapai.


Dalam merancang tungku pembakaran perlu mengetahui jenis bahan benda
keramik yang akan dibakar, sehingga bahan baku untuk pembuatan tungku
juga menyesuaikan. Untuk efisiensi dipilih tungku pembakaran yang dapat
mencapai suhu yang tinggi.
d. Kondisi pembakaran yang diinginkan.
Kondisi pembakaran yang akan dicapai untuk pembakaran jenis oksidasi,
reduksi, atau netral harus ditetapkan guna menentukan bentuk ruang bakar, alat
pembakar (burner) dan damper.
e. Jenis barang yang akan dibakar.
Bahan tanah liat keramik yang akan dibakar dapat dibedakan menjadi
earthenware, stoneware atau porselin oleh sebab itu perlu menentukan jenis
tungku, ukuran, dan bahan bakar yang akan digunakan.
f. Jenis bahan bakar.
Jenis bahan bakar yang akan digunakan perlu mempertimbangkan kondisi
lingkungan, apakah dengan kayu, minyak, gas, batu bara, atau listrik.
g. Lokasi tungku.
Lokasi pembuatan tungku harus memperhatikan kondisi lingkungan (dalam
ruangan atau luar ruangan).
Bahan apapun yang dapat terbakar dapat digunakan untuk membakar
keramik, tetapi sejak dahulu pembakaran menggunakan katu dan batu bara,
sedangkan pada perkembangan terakhir pembakaran menggunakan minyak dan
gas, dan listrik
Jenis tungku berdasarkan bahan bakar (sumber panas) yang digunakan pada
pokoknya ada 6 jenis tungku yang digunakan untuk pembakaran badan keramik,
yaitu:
58

a. Tungku Ladang

Tungku ladang sebenarnya tidak ada wujud yang relatif nyata dari hasil
buatan manusia. Jadi tungkunya sendiri sebenarnya tidak ada. Sebutan tungku
ladang yang dimaksudkan sebagai pembanding antara alat pembakaran yang satu
dengan lainnya. Yang ada hanya suatu tanah datar atau sedikit cerukan di mana
badan keramik yang akan dibakar disusun diatasnya dengan ditimbuni dedaunan,
ranting-ranting kayu kemudian dibakar.
Dengan perkataan lain, pembakaran tersebut dilakukan di tempat terbuka di
atas suatu tanah datar atau cerukan. Cara pembakaran yang seperti ini
dikatagorikan sebagai cara pembakaran yang masih sangat tradisional.
Teknik pembakaran dengan cara ini termasuk teknologi pembakran yang
paling rendah tingkatannya. Karena dengan cara ini hanya diperoleh hasil bakaran
bermutu rendah. Barangnya mudah pecah dan mudah tembus air.
59

b. Tungku bak

RUANG
BAKAR

SUMBER
API

Tungku jenis ini merupakan salah satu jenis tungku pembakaran tradisional
yang sederhana. Sesuai dengan namanya tungku jenis ini berbentuk seperti bak.
Tungku bak berbentuk segiempat, biasanya berdinding batu bata merah yang pada
kedua sisi dinding yang berhadapan biasanya dibuat lubang untuk membakar
60

bahan bakar yang berupa kayu bakar. Jumlahnya tergantung kepada ukuran
panjang dan lebar dari dinding bak.
Ada yang terdiri dari sebuah lubang api. Ada pula yang terdiri dari beberapa
lubang api. Jenis yang lebih baik dari tungku bak yang sejenis adalah tungku bak
yang mempunyai lantai atau sarangan. Kerusakan yang mungkin terjadi lebih
sedikit dari pada tungku bak yang tidak berlantai (ada sarangnya).

c. Tungku botol (bottle kiln)

PINTU
TUNGKU

RUANG BAKAR

SUMBER API

Jenis tungku ini memang menyerupai bentuk botol. Tungku botol memiliki
sedikit kelebihan jika dibandingan dengan jenis tungku bak, yaitu:
- lebih hemat bahan bakar
- lebih mudah menggatur apinya agar merata
61

- barang yang dibakar lebih baik mutunya, disebabkan karena api bisa lebih
merata daripada dalam tungku bak dan suhu yang dicapai bisa lebih tinggi
daripada tungku bak.
Tunggu botol mempunyai lubang api dua buah dan lantainya berlubang
membentuk sarangan. Sebuah pintu untuk keluar masuk kedalam tungku dan
sebuah lubang untuk menggeluarkan gas pembakaran yang membentuk cerobong.

d. Tungku Api Berbalik

RUANG BAKAR

PINTU TUNGKU

SUMBER API

Tungku api berbalik adalah jenis tungku yang baik arus udara pembakaran
yang melewati badan keramik datangnya dari bawah hasil barang menuju langit-
62

langit tungku kemudian menuju ke bawah melalui lubang saluran terus keluar
melalui cerobong. Hasil badan keramik bakaran yang dihasilkan memiliki kualitas
yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan jenis-jenis tungku sebelumnya.
Tungku jenis ini memerlukan pengapian (burner) yang didesain khusus dan
biasanya dilengkapi dengan alat penghembus udara (blower).

e. Tungku Gas (gas fired)

Jenis tungku gas lebih modern dan lebih praktis, bersih dibandingkan
dengan tungku ladang ataupun tungku bak karena menggunakan instalasi gas dan
menggunakan alat pengatur suhu sehingga dapat dengan mudah dalam mengontrol
suhu pembakaran yang dikehendaki. dengan menggunakan tungku gas maka
kondisi pembakaran netral, oksidasi atau reduksi dapat dengan mudah dicapai
dengan mengatur gas.
63

f. Tungku Listrik

Tungku listrik merupakan jenis tungku yang paling modern dibandingkan dengan
jenis-jenis tungku lainnya dan cara pengoperasiannya sangat mudah, praktis dan
efisien. Suhu pembakaran sangat terkontrol dan stabil karena dilengkapi dengan
alat pengatur suhu bakaran (thermocouple pyrometer) dan pengatur energi listrik
(regulator).
64

Pertemuan 6 - 8
Pokok Bahasan : Latihan Membuat Badan Keramik dengan Teknik Pijit
Tujuan Perkuliahan : Mahasiswa mampu dan terampil membuat dua badan
keramik dengan teknik pijit

Latihan Membuat Topeng dengan Eksplorasi Teknik Pijit (Pinching)


Dalam perkuliahan ke-5 dan ke-6 ini ditekankan pada proses pelatihan
dalam pembuatan bentuk topeng dengan teknik pijit. Pertama-tama harus
menyediakan tanah liat yang plastis sehingga dalam proses pembentukannya akan
mudah untuk dilakukan.
Cara pembuatannya adalah buat langsung kreasi bentuk topeng yang
dikehendaki baik yang simetris ataupun yang asimetris, dan yang terpenting dari
latihan eksplorasi teknik pijit adalah mahasiswa mampu merasakan bahwa
berkreasi langsung dengan tanah liat begitu leluasa dalam pembentukannya.

Latihan membuat bunga-bungaan mawar dengan teknik pijit (pinching)


Latihan membuat bunga mawar diawali dengan membuat lempengan tipis
tanah liat dengan cara dipijit-pijit atau ditekan-tekan kira-kira selebar tiga jari,
kemudian pipihan lempengan tanah liat tersebut digulung dan hasil gulungan itu
65

menjadi patokan kelopak bunga bagian tengah. Langkah selanjutnya adalah


membuat pipihan lempengan berikutnya yang kemudian ditempelkan pada
sekeliling gulungan pertama yang sebelumnya permukaannya diberi slip agar
tempelannya melekat dengan sempurna, kemudian langkah berikutnya begitu
seterusnya sampai terbentuk satu bentuk bunga mawar yang dikehendaki,
kemudian buat tangkai bunga dan tempelkan ( dilaksanakan pada perkuliahan ke-
7 dan ke-8).
66

Pertemuan 9 - 11
Pokok Bahasan : Latihan Membuat Badan Keramik dengan Teknik Pilin
Tujuan Perkuliahan : Mahasiswa mampu dan terampil membuat badan
keramik dengan teknik pilin

Latihan Membuat Vas Dengan Ekplorasi Teknik Pilin (Coilling)


Pertama-tama untuk membuat vas dengan teknik pilin adalah buat dahulu
alas vas dengan cara buat pilinan-pilinan kemudian buat bentuk spiral lingkaran
sesuai dengan yang telah direncanakan.
Langkah selanjutnya adalah membuat badan keramik, yaitu ambil sedikit
tanah liat kemudian gulung-gulung sampai terbentuk silinder sebesar jari
kemudian tempelkan/rekatkan di atas alas yang telah dibuat secara melingkar
mengikuti bentuk alas dengan menggunakan slip agar tempelannya sempurna,
begitu seterusnya sampai terbentuk vas yang diinginkan.
Untuk membuat badan keramik yang lurus, maka cara penyusunan pilinan
silinder harus selalu tepat ditengah pilinan silinder sebelumnya. Apabila
diinginkan bentuk gembung atau gemuk, maka cara penyusunan pilin silindernya
harus sedikit ke arah keluar terhadap pilin silinder sebelumnya dan begitu
seterusnya demikian juga dengan bentuk badan keramik yang langsing, maka cara
penyusunannya sedikit ke arah dalam.
Apabila telah selesai membuat 3 sampai dengan 4 susunan maka pada
bagian dalamnya diratakan dengan cara ditambal dengan sedikit tanah liat sambil
ditekan-tekan, kemudian dilanjutkan kembali dengan penyusunan pilin silinder
diatasnya. Langkah cara tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang sama
sampai terjadi bentuk vas yang diinginkan.
67

Gambar pembentukan badan keramik dengan eksplorasi teknik pilin (coiling)


68

Pertemuan: 12
Materi perkuliahan:
Ujian tengah semester.

Materi ujian tengah semester ini dilakukan untuk mengukur kemampuan


mahasiswa dalam menerapkan keterampilan dalam eksplorasi teknik pijit dan
teknik pilin. Oleh karena itu materi ujian tengah semester diarahkan kevariasi
kedua teknik tersebut ke dalam satu bentuk badan keramik.
69

Pertemuan 13 - 16
Pokok Bahasan : Latihan Membuat Badan Keramik dengan Teknik
Lempeng
Tujuan Perkuliahan : Mahasiswa mampu dan terampil membuat badan
keramik dengan teknik lempeng

Latihan Membuat Kotak dengan Teknik Lempeng (Slabbing)


Tahap pertama yang harus dibuat adalah membuat lempengan dengan cara
dislabs, kemudian buat pola segiempat dari kertas dan jiplak di atas lempengan
tanah liat yang telah dibuat lalu potong sesuai dengan pola dengan menggunakan
cutter. Bagian tersebut sebagai dasar kotak. Tahap berikutnya adalah membuat
dinding-dindingnya dengan cara memotong sepanjang sisi-sisi dasarannya dengan
tinggi yang disesuaikan dengan keinginan. Selanjutnya bagian-bagian yang telah
dipotong disatukan satu persatu dengan cara direkatkan dengan menggunakan slip
sambil ditekan pelan-pelan dan ratakan. Untuk mengantisipasi terlepasnya
sambungan tersebut, maka pada setiap sisi dinding-dindingnya diberi penahan
menggunakan balok-balok kayu sambil menunggu pengeringannya.
70

2 3

4 5

6 7

Gambar pembentukan badan keramik dengan teknik lempeng (slabbing)


71

Latihan Membuat Wadah dengan Eksplorasi Teknik Lempeng atau Slebbing


Dalam latihan ekplorasi teknik slebs, mahasiswa diarahkan membuat bentuk
anyaman wadah/tempat “ceper” (lepek). Pertama dibuat lempengan kira-kira
setebal 1cm dengan cara dislabs kemudian potong-potong menggunakan cutter
selebar 3 cm dengan panjang 30 cm, lantas potongan-potongan tersebut dianyam
satu-satu secara bergantian, yaitu dari atas masuk ke bawah terus dari bawah
masuk ke atas dan begitu seterusnya, setelah selesai kemudian pada bagian
pinggir yang belum rapi tentunya harus dirapikan.
Agar cara pengayaman dapat berhasil dengan baik, maka tanah liat yang
akan digunakan sebaiknya terlebih dahulu diolah kembali dengan cara dibuat
adoan dengan cara mencampurkan kertas tissue. Perbandingan antara
percampuran tanah liat dan kertas tissue adalah 3:1.
Cara pencampurannya adalah kertas tissu harus dilumatkan terlebih dahulu
ke dalam air sampai menjadi bubur kertas, kemudian saring/peras dan masukan ke
dalam tempat yang telah terisi tanah liat lalu aduk sampai tercampur dengan baik
(homogen). Setelah campuran tersebut sudah terolah menjadi tanah liat yang
plastis, maka tanah liat tersebut baru bisa dislabs.
Tujuan dari pemberian campuran kertas tissue adalah untuk menjadikan
tanah liat lebih plastis dan ringan sehingga akan lebih mudah untuk dianyam,
tetapi juga memiliki kelemahan yaitu hasil bakarannya akan menjadi porous
(sangat menyerap air dan keropos).
Cara penganyamannya adalah sejajarkan potongan-potongan lempengan
tanah liat menjadi beberapa baris, kemudian baru disusul dengan menganyamnya
secara bergantian.
72

Latihan Membuat Wadah dengan Eksplorasi Teknik Lempeng (Slabbing)


dan Pilin (Coilling)
Dalam latihan ini mahasiswa diharapkan mampu berkreatifitas dan berkreasi
terhadap bentuk wadah yang dibuat dengan menerapkan gabungan dua teknik
pembentukan, yaitu teknik slabs dan teknik coils.

SLAB

COIL

LUBANG
COIL
SLAB
73

Proses Pembakaran
Seiring dengan perubahan teknologi, keramik Indonesia mengalami
perubahan-perubaahan yakni perubahan teknologi bahan, pengolahan, penciptaan
bentuk, ornamen, dekorasi, dan pembakarannya. Demikian juga penerapan proses
pembakaran keramik selalu mengalami modifikasi dan penyempurnaan mengikuti
kemajuan teknologi. Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan
bakar dalam proses pembakaran, sehingga muncul produk keramik dengan
teknologi pembakaran yang baru pula. Teknologi pembakaran baru dilingkungan
industri keramik ditujukan untuk meningkatkan efisiensi melalui pengaturan suhu
akhir secara maksimal dalam waktu yang sudah ditetapkan atau disebut “trayek
pembakaran”. Tiga faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan pembakaran
keramik yaitu: tungku, pengoprasian, dan bahan bakar yang digunakannya.
Pembakaran merupakan tahapan paling penting dari keseluruhan proses
pembuatan keramik. Kualitas keramik selain ditentukan oleh kualitas bahan,
pengolahan, pembentukan, pendekorasian, dan pengeringan juga dipengaruhi oleh
pembakarannya. Teknologi pembakaran memiliki peranan penting untuk
mencapai kualitas keramik yang baik pada akhir proses produksi. Apabila proses
pengeringan air pada badan keramik hilang bersamaan dengan menguap dan
menyusutnya badan keramik, maka dalam proses pembakaran kandungan air
kimia menghilang pada saat berlangsungnya pembakaran. Jadi proses pembakaran
dimaksudkan untuk menghilangkan kandungan air kimia serta untuk proses
penggelasan dan pengerasan/vitrifikasioni. Pada proses pembakaran terjadi
perubahan fisik dan mekanik. Sifat dan mekanik yang berubah karena proses
pembakaran diataranya ditandai oleh kuat tekan, kuat lentur, kekerasan,
kepadatan/porousitas, dan sebagainya.

Teknik Pembakaran dalam Tungku Listrik


Barang-barang hasil pekerjaan yang sudah dikeringkan dengan baik dan
sempurna, kemudian ditata di dalam tungku listrik untuk dibakar. Cara
penyusunan badan keramik di dalam tungku harus ditata satu dengan lainnya tidak
terlalu bertumpuk-tumpuk padat, melainkan harus diberi jarak agar suhu panas
74

dapat mengenai seluruh badan keramik dengan merata sehingga akan diperoleh
bakaran yang matang sempurna. Setelah seluruh badan keramik ditata dan siap
dibakar, maka pintu tungku ditutup dengan rapat dan saluran udara panas di
bagian atas tungku dibuka untuk sementara, dengan tujuan agar penguapan air
yang masih terkandung di dalam badan keramik dapat menguap keluar.
Penyetelan suhu bakaran dilakukan secara bertahap, yaitu distel pada suhu 150°C
dahulu kemudian biarkan beberapa saat untuk memberi kesempatan uap air
menguap lalu ditutup, kemudian baru suhu bakaran dinaikan secara bertahap dan
disesuaikan dengan jenis tanah liat yang digunakan. Setelah suhu mencapai pada
suhu bakaran yang dikehendaki, maka secara otomatis pengontrol suhu akan mati.
Biarkan badan keramik yang dibakar tetap di dalam tungku selama kurang lebih
24 jam baru dapat dibuka dan bakaran selesai. Tetapi apabila setelah selesai
membakar dan tungku masih dalam keadaan sangat panas langsung dibuka, maka
akan mengakibatkan badan keramik yang dibakar akan pecah/rusak karena
mengalami perubahan suhu yang mendadak dan juga sangat berbahaya.

Perhatian kepada seluruh mahasiswa, jangan sekalipun mengintip badan


keramik yang baru dibakar dari lubang pengintip dari jarak dekat karena bola
mata bisa terbakar secara mendadak !!!
75

SUMBER PUSTAKA

Beni Sukarsa, dkk. 1987. Petunjuk Praktis Pembuatan Keramik Jenis Gerabah
Sebagai Kreasi Seni. Bandung: Departemen Perindustrian Badan Penelitian
dan Pengembangan Industri, Balai Besar Industry Keramik.

Gautama, Nia. 2011. Keramik untuk Hobi dan Karir. Jakarta. Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Norton, F. Hapsar. 1956. Ceramics for The Artis Potter. New York: Eddision
Weslay Publishing Commeny, Inc.

Nelson, Gllen C. 1971. Ceramics, New York: NY Molf Rinemart and Winston.

Ponimin. 2010.Desain dan Teknik Berkarya Kriya Keramik. Bandung: CV. Lubuk
Agung.

Razak, R. A. 1992. Industri Keramik. Jakarta: Balai Pustaka.

Setiabudhi, Natas. 2011. Belajar Sendiri Membuat Keramik. Bandung: Bejana


Bandung.

Sugiono dan Sukirman. 1980. Penuntun Praktek Keramik. Direktorat Pendidikan


Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suwardono. 2002. Menggenal Keramik Hias. Bandung: CV Yrama Widya.

………….. 2002. Berkreasi dengan Lempung. Bandung: CV Yrama Widya

Anda mungkin juga menyukai