SENI KERAMIK
oleh:
DRS. ONANG MURTIYOSO M.Sn.
NIP. 196702251993031002
PRAKATA
Mata kuliah Seni Keramik ini merupakan salah satu muatan materi
kurikulum Jurusan Seni Rupa yang dalam struktur programnya disajikan pada
semester gasal dan mulai pada semester 1. Mata kuliah Seni Keramik ini bersifat
praktik yang penempatan penyajian dalam struktur yang demikian didasari dengan
pertimbangan bahwa mata kuliah ini bersifat basic, artinya bertujuan memberi
kemampuan keterampilan dasar berkarya seni rupa bagi para mahasiswa.
Sebagai mata kuliah yang bersifat praktek dasar, buku ajar tertulis ini
disusun dengan struktur materi yang terdiri atas dua bagian, yakni pengetahuan
tentang seni keramik dan praktek studio. Penyajian materi buku ajar tertulis ini
telah disesuaikan dengan dan sekaligus merupakan implementasi silabus dan SAP
yang telah disusun sebelumnya serta topik materi disusun dan disampaikan pada
tiap pertemuan tatap muka. Ini semua dilakukan dengan tujuan pokok agar dapat
membantu mempermudah mahasiswa dalam mengikuti setiap sajian perkuliahan.
Kepada semua pihak yang langsung ataupun tidak langsung membantu
terwujudnya buku ajar tertulis, saya ucapkan terima kasih. Terutama bagi
mahasiswa, saya mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan penyusunan
buku ajar tertulis ini di masa mendatang.
DAFTAR ISI
PRAKATA ………………………………………………………………. 1
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. 2
Pertemuan 1 :
Pengertian dan Karakteristik Seni Keramik
1. Pengertian Seni Keramik …………………………………………….. 5
2. Karakteristik Seni Keramik ………………….................................. 6
Pertemuan 2 :
Ruang Lingkup dan Media Seni Keramik
1. Ruang Lingkup Seni Keramik . …………………………………….. 7
2. Media Seni Keramik . ………………………................................. 7
a. Unsur Bahan Tanah Liat ………………………………………….. 12
b. Bahan Tambahan Tanah Liat ……………………………………... 13
3. Tinjaauan Umum Bahan Keramik …………………………………... 14
4. Proses Pengolahan Bahan …………………………………………… 17
a. Pengolahan Tanah dalam Keadaan Basah ………………………... 19
b. Pengolahan Tanah dalam Keadaan Kering ………………………. 20
Pertemuan 3 :
Peralatan, Proses dan Teknik Pembentukan Badan Keramik
1. Peralatan Pembentukan ……………………………………………... 22
2. Proses Pembentukaan ………………………................................... 29
a. Teknik Pijit (Pinching) …………………….................................. 29
b. Teknik Pilin (Coilling) …………………………………………… 31
c. Teknik Lempeng (Slabbing) ……………………………………… 33
Pertemuan 4 :
Dekorasi Badan Keramik
1. Lingkup Dekorasi Badan Keramik …………………………………. 35
2. Teknik Dekorasi dalam Pembentukan ……………………………… 37
a. Teknik Marbling Body …………………….................................. 38
b.Teknik Nerikomi ………………………………………………….. 38
3
Pertemuan 6 - 8 :
Latihan Membuat Badan Keramik dengan Teknik Pijit (Pinching)
- Latihan membuat topeng dengan eksplorasi teknik pijit ...………… 64
- Latihan membuat bunga-bungaan mawar dengan teknik pijit ........ 64
Pertemuan 9 - 11 :
Latihan membuat benda keramik dengan teknik pilin (coilling)
- Latihan membuat vas dengan elementasi teknik pilin………………. 66
Pertemuan 12 : Mid Semester .......................................................... 68
Pertemuan 13 - 16 :
Latihan membuat badan keramik dengan teknik lempeng (slabbing)
- Latihan membuat kotak dengan teknik lempeng……………………. 69
- Latihan membuat wadah dengan eksplorasi teknik lempeng……..... 71
- Latihan membuat wadah dengan eksplorasi teknik lempeng dan
pilin………………………………………………………………….. 72
Proses Pembakaran ……………………………………………………... 73
Teknik Pembakaran dalam Tungku Listrik …….................................... 73
SUMBER PUSTAKA …………………………………………………. 75
Lampiran
-Silabus
5
Pertemuan 1
Pokok Bahasan : Pengertian dan Karakteristik Seni Keramik.
Tujuan Perkuliahan : Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan
karakteristik seni keramik.
Pertemuan 2
Pokok Bahasan : Ruang Lingkup dan Media Seni Keramik
Tujuan Perkuliahan : Mahasiswa mampu menjelaskan ruang lingkup dan
media seni keramik
Tanah liat pada dasarnya dibagi menjadi dua jenis tipe yaitu primer dan skunder.
a. Tanah liat primer.
Tanah liat primer (residu) adalah tanah liat yang dihasilkan dari pelapukan
batuan feldspatik oleh tenaga endogen yang tidak berpindah dari batuan induk
(batuan asalnya), karena tanah liat tidak berpindah tempat sehingga sifatnya
lebih murni dibandingkan dengan tanah liat skunder. Selain tenaga air, tenaga
uap panas yang keluar dari bumi mempunyai andil dalam pembentukan tanah
liat primer. Karena tidak terbawa arus air dan tidak tercampur dengan bahan
organik seperti humus, ranting, atau dedaunan dan sebagainya maka warna
tanah liat tersebut berwarna putih, yang termasuk tanah liat primer antara lain
kaolin, bentonite, feldspatik, kwarsa, dan dolomite. Biasanya terdapat di
tempat-tempat yang lebih tinggi daripada letak tanah liat skunder. Pada
umumnya batuan keras basalt dan andesit akan memberikan tanah liat merah
sedangkan granit akan memberikan tanah liat putih. Mineral kwarsa dan alumia
dapat digolongkan sebagai jenis tanah liat primer karena merupakan hasil
samping pelapukan batuan feldspatik yang menghasilkan tanah liat kaolinit.
Tanah liat primer memiliki ciri-ciri:
- warna putih atau putih kusam.
- cenderung berbutir kasar.
- tidak plastis.
- daya lebur tinggi.
- daya susut kecil.
- bersifat tahan api (suhu bakarannya tinggi)
Dalam keadaan kering tanah liat primer sangat rapuh sehingga mudah
ditumbuk menjadi tepung. Hal ini disebabkan partikelnya yang terbentuk tidak
simetris dan bersudut-sudut.
b. Tanah liat skunder
Tanah liat skunder atau sedimen endapan) adalah jenis tanah liat hasil
pelapukan batuan feldspatik yang berpindah jauh dari batuan induknya karena
tenaga eksogen yang menyebabkan butiran-butiran tanah liat lepas dan
mengendap pada daerah rendah seperti lembah sungai, tanah rawa, tanah
9
marine, tanah danau. Dalam perjalanan karena air dan angin, tanah liat
bercampur dengan bahan-bahan organik maupun anorganik sehingga merubah
sifat-sifat kimia maupun fisika tanah liat menjadi partikel-partikel yang
menghasilkan tanah liat skunder yang lebih halus dan lebih plastis.
Jumlah tanah liat skunder lebih banyak dibandingkan dengan tanah liat primer.
Transportasi air mempunyai pengaruh khusus pada tanah liat, salah satunya
adalah gerakan arus air cenderung menggerus mineral tanah liat menjadi
partikel-partikel yang semakin kecil. Pada kecepatan arus yang lambat, partikel
yang lebih besar/berat akan mengendap dan meninggalkan partikel yang halus
dalam larutan. Pada saat arus tenang, seperti di danau atau dilaut, paertikel-
partikel halus akan mengendap di dasarnya.
Tanah liat skunder memiliki ciri-ciri:
- Kurang murni (tercampur oksida logam besi, nikel, titan, mangan,dan humus)
- Cenderung berbutir halus.
- Plastis.
- Warna krem, abu-abu, kuning, kecoklatan, kemerahan, kehitaman.
- Daya susut tinggi.
- Suhu bakaran rendah.
Bahan baku keramik adalah tanah liat yang merupakan hasil dari
pelapukan batuan keras dan merupakan batuan sedimen. Berdasarkan asal tempat-
tempat pengendapan dan jarak pengangkutannya dari daerah asal (tipe geologi
tanah), jenis tanah liat asal dapat dibagi menjadi 6 jenis, yaitu :
a. Tanah liat residual adalah tanah liat yang terdapat pada tempat di mana
tanah liat tersebut terbentuk atau dengan perkataan lain tanah liat tersebut
belum berpindah tempat sejak terbentuknya. Sifat-sifat tanah liat residual
adalah berbutir kasar yang bercampur dengan batuan asal yang belum lapuk,
tidak plastis, makin ke bawah flaksinya (butiran kecil) makin kasar
(terutama batuan segar atau asal) makin banyak di mana pada ke dalaman
tertentu batuan asalnya dapat ditemukan.
b. Tanah liat illuvial adalah tanah liat yang terangkut dan menggendap pada
suatu tempat tidak jauh dari tempat asalnya, misalnya di kaki-kaki bukit.
10
Tanah liat illuvial ini sifat-sifatnya mirip dengan tanah liat residual, hanya
pada jenis tanah liat illuvial ini di bagian dasarnya tidak diketemukan
batuaan asalnya.
c. Tanah liat alluvial adalah tanah liat yang diendapkan oleh air sungai di
sekitar atau di sepanjang sungai. Pada saat banjir sungai akan meluap,
sehingga tanah liat dan pasir yang di bawahnya akan menggendap di
tempat-tempat lebih jauh dari sungai.
d. Tanah liat rawa adalah tanah liat yang diendapkan di rawa-rawa. Jenis tanah
liat ini dicirikan oleh tanahnya yang hitam dan apabila terdapat dekat laut,
tanah liat tersebut menggandung garam.
e. Tanah liat danau adalah tanah liat yang diendapkan di danau (air tawar).
Endapan tanah liat ini umumnya tidak tebal dan mempunyai sifat seperti
tanah liat air tawar.
f. Tanah liat marin (serpih) adalah tanah liat yang endapannya terjadi di laut.
Tanah liat yang dibawa oleh sungai sebagian besar diendapkan di laut.
Hanya saja sebagian kecil saja yang diendapkan sebagai tanah alluvial.
Tanah liat marin sangat halus dan biasanya bercampur dengan cangkang-
cangkang foraminifera (binatang laut) cangkang-cangkang tersebut banyak
menggandung kapur. Tanah liat marin dapat menjadi padat karena pengaruh
beban di atasnya. Oleh gaya geologi tanah liat marin ini dapat terangkat ke
atas permukaan air laut.
Disamping asal tanah liat berdasarkan asal (tipe geologi tanah) juga
diketahui 3 macam tanah liat berdasarkan suhu bakaran, yaitu earthenware,
stoneware, dan porcelain, dan sebagai tambahan pengertian ada pula
modifikasi jenis tanah liat, yaitu paper clay.
Jenis tanah liat yang berdasarkan suhu bakarannya, yaitu:
a. Earthenware: tanah liat jenis earthenware suhu pembakarannya paling
tinggi 900°C dan hasilnya disebut gerabah, setelah dibakar akan berwarna
kemerahan, daya serap airnya sangat tinggi (10% s/d 15%).
b. Stoneware: tanah jenis stoneware, suhu pembakaranya bisa mencapai
1250°C, sehingga tidak mudah tembus oleh air, penyerapan airnya bisa
11
mencapai 2% s/d 5%, apabila badan keramik ini dilapisi dengan glasir maka
penyerapan airnya menjadi lebih kecil, dan disamping sebagai penahan/
pengurang daya serap airnya, glasir juga berfungsi sebagai elemen dekorasi
badan keramik tersebut. Jenis tanah stoneware inilah yang lebih banyak
digunakan dalam dunia industri rumah tangga dan manufaktur keramik.
c. Porcelain: suatu sumber mengatakan porcelain atau porselen berasal dari
kata “Porsellno” yang berarti benda putih tembus pandang seperti kerang.
Penulis tidak mendapat data yang jelas asal mula dari porselen tetapi dari
buku Susan Peterson dikatakan bahwa bangsa Cina mulai mengenal
Porselen sekitar 1000 SM, dan porselen memang sangat berkembang di
Cina dibandingkan dengan di Jepang dan Korea. Bentuk porselen sangat
tidak plastis, tetapi paling keras dan daya serap airnya hanya 0-2%. Porselen
berwarna putih dan bisa tembus cahaya tetapi semakin diberi pewarna,
semakin berkurang daya tembus cahayanya, dan temperaturnya adalah yang
paling tinggi yaitu sekitar 1300°C. bahan dasar dari Porcelain adalah kaolin,
feldspar, dan silica. Karena tidak plastis, maka porcelain paling sulit
dibentuk, dan hanya yang sudah sangat terampil bisa membuat benda-benda
dengan teknik putar dari bahan ini.
d. Paper Clay: atau tanah kertas adalah tanah liat yang dicampur dengan bubur
kertas. Perbandingannya disesuaikan dengan tingkat ke’kasar’an tekstur
yang diinginkan. Semakin banyak bubur kertas yang dicampurkan, hasilnya
setelah dibakar keramik menjadi semakin ringan. Cara membuatnya cukup
mudah. Yaitu buatlah bubur kertas dengan cara merendam kertas yang telah
disobek-sobek. Kemudian rendaman kertas diremas-remas atau diblender
sampai menyerupai bubur. Selanjutnya bubur kertas (sekitar 30-50%)
dicampurkan ke dalam rendaman tanah liat.
12
Bahan pengikat yang dimaksud adalah tanah liat atau clay. Tanah liat,
disamping bahan-bahan lainnya merupakan salah satu bagian yang mempunyai
kegunaan penting. Bahan ini mempunyai karakteristik yang menentukan
kemudahan dan kualitas bahan keramik. Bahan pengikat ini mempunyai sifat
utama sebagai penentu keplastisan, walaupun plastisitas tersebut dapat dicapai
dengan campuran dari beberaapa unsur lain. Tetapi unsur pengikat tersebut
merupakan faktor utama yang harus terpenuhi. Selain berfungsi sebagai penentu
plastisitas, fungsi lainnya adalah untuk mempermudah proses pembentukan. Pada
tahap pembakaran unsur pengikat berupa tanah liat tersebut menjadi unsur
pengikat dan mempercepat proses sintering, sehingga produk mempunyai
kekuatan bakar dan menimbulkan warna tertentu. Secara geologis, bahan pengikat
yang berupa tanah liat tersebut dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu tanah
liat residu dan tanah liat endapan. Tanah liat residu merupakan jenis tanah liat
yang belum mengalami proses transportasi, artinya tanah liat yang belum
berpindah tempat sejak terbentuknya dan merupakan hasil dari pelapukan batuan
keras. (Ponimin, 2002:70)
Tanah liat adalah salah satu contoh dari bahan residu, yang bagi para
pembuat keramik jenis bahan keramik ini paling banyak digunakan untuk
dicampur dengan bahan lain. Sementara tanah liat endapan adalah tanah liat yang
dipindahkan oleh angin, air, dan sebagainya dari tempat batuan cadas induk yang
bercampur bahan endapan residu. Bahan lainnya yang merupakan bagian dari
bahan campuran adalah bahan pengisi. Bahan pengisi ini terdiri dari silica dan
grog. Bahan ini memiliki titik bakar tinggi dengan susut kering randah, disamping
itu juga berfungsi sebagai kerangka, mencegah perubahan bentuk serta mampu
mengendalikan tingkat susut kering. Pada akhir produk bahan pengisi berfungsi
sebagai kerangka, memperbesar korositas dan mengurangi susut kering bakar.
Bahan pelebur yang digunakan untuk pembuatan keramik adalah feldpart. Bahan
ini mermiliki tingkat titik lebur tinggi. Fungi bahan ini hampir sama dengan bahan
pengisi, tetepi pada produk akhirnya berfungsi sebagai pembentuk masa gelas,
mengurangi porousitas, dan menambah susut bakar. Bahan-bahan yang telah
diperoleh tersebut selanjutnya diolah menjadi satu kesatuan bahan yang
16
Bahan-bahan keramik dapat dibedakan menjadi paling tidak dua jenis yaitu
bahan-bahan yang masih berada di tempat aslinya yang berupa batuan. Bahan-
bahan seperti ini sering disebut bahan keramik dari tambang, bahan sedimen yaitu
bahan tambang bahan keramik yang masih berada pada tempat asalnya. Umumnya
masih berupa bahan-bahan batuan yang berwarna putih, apabila sudah diolah
dengan campuran Ball clay, maka tujuan pencampuran bahan tersebut agar bahan
keramik tersebut memiliki sifat plastis sehingga mudah dibentuk. Umumnya
warna tanah liat ini putih, dan bila dibakar, maka suhu panas bakarnya mencapai
1300°C sebab mengandung bahan kaolin (Suwandono:2002)
Sedangkan jenis tanah kedua adalah jenin bahan tambang endapan yang
merupakan erosi dari tanah sedimen atau tambang sediment, yang berupa tanah
liat earthenware dengan limbah tumbuh-tumbuhan/humus, oleh karena itu bahan
tersebut dalam kondisi basah berwarna hitam kecoklatan dan setelah dibakar
menghasilkan barang keramik berwarna krem kecoklatan. Dalam kondisi basah,
jenis bahan keramik ini memiliki sifat plastis yang lebih baik ketika dibentuk,
namun suhu bakarannya tidak lebih dari 900°C. Sehingga produk keramik yang
dihasilkan mudah pecah serta sangat porosis.
17
sebaliknya apabila penambahan air pembentukan kurang maka akan terjadi tanah
liat yang kurang atau tidak plastis. Keplastisan suatu tanah liat dapat ditingkatkan
dengan cara pengolahan tahap demi tahap.
Untuk mengetahui keplastisan tanah liat dapat diketahui dengan tiga
cara,yaitu:
1. Apabila segumpal tanah liat kita kepal dan kemudian kita tekankan jari kita
di atas tanah liat tersebut dan apabila rajah sidik jari belum tercetak pada
tanah liat tersebut, maka air pembentukan untuk tanah liat tersebut masih
belum cukup. (tidak ideal)
2. Apabila segumpal tanah liat kita kepal dan kemudian kita capkan rajah sidik
jari ke atas tanah liat tersebut dan rajah sidik jari tercetak dengan jelas pada
permukaan tanah liat dan tidak ada tanah liat yang menempel di telapak
tangan, maka air pembentukan untuk tanah liat tersebut sudah cukup.
(sangat ideal)
3. Apabila segumpal tanah liat dan kita kepal dan rajah sidik jari yang tercetak
di atas tanah liat tersebut menjadi tidak beraturan dan tanah liatnya banyak
yang menempel di telapak tangan maka air pembentukan tanah liatnya
terlampau banyak. (kurang ideal)
Dengan cara mengetahui keplastisan tanah liat, maka dapat diperoleh
tingkatan keplastisan tanah liat, yaitu tanah liat plastis, agak plastis , sedikit
plastis, dan tidak plastis.
Untuk membedakan keempat tingkatan keplastisian tersebut di atas dapat
dilakukan cara pengujian yang sederhana, seperti sebagai berikut : ambil tanah liat
kemudian dibuat batang silinder tanah liat dengan cara digulung-gulung dengan
diameter kurang lebih 1 cm, dan panjangnya kurang lebih 20 cm, kemudian
batang silinder tersebut dilengkungkan/ditekuk.
19
Selama proses penginjakan, kalau ditemukan kerikil atau kotoran segera diambil
dan disingkirkan. Proses penginjakan dapat dihentikan apabila telah memperoleh
campuran antara tanah liat dengan pasir sudah homogen/tercampur dengan baik.
Pada pengolahan yang menggunakan mesin-mesin pengolahan tanah, seperti
mesin penghancur (ballmill), mesin penyaring (straingpresh) mesin pengulet
(ekstruder) akan lebih menghasilkan tanah liat yang memilih kualitas yang lebih
baik.
Setelah selesai pengolahan tanah menjadi tanah liat, maka sebaiknya
dilakukan pengereman tanah liat, yaitu dengan cara gunukan tanah liat ditutupi
dengan kain yang basah/karung basah dan biarkan semalam, supaya adonan tanah
liat benar-benar homogen dan tidak terjadi penguapan yang kemudian pada
akhirnya tanah liat tersebut ditutupi atau dimasukan ke dalam kantong plastik dan
diikat rapat dengan tujuan agar tanah liat tersebut tidak akan mengering dalam
penyimpanan jangka waktu lama.
Pertemuan 3
Pokok Bahasan : Peralatan, Teknik dan Proses Pembentukan Badan
Keramik
Tujuan Perkuliahan : Mahasiswa mampu menjelaskan jenis peralatan, teknik
dan proses pembentukan badan keramik
1. Peralatan Pembentukan
Peralatan pembentukan adalah seperangkat peralatan dalam prosedur
pembuatan badan keramik yang berfungsi untuk mencapai bentuk tertentu ketika
melakukan pembentukan badan keramik. Peralatan ini digunakan dalam teknik
hand building maupun dalam teknik cetak. Peralatan tersebut sangat penting dan
mempengaruhi cara kita bekerja dan menilai hasil pekerjaan yang dihasilkan.
Alat ini berfungsi untuk membentuk benda keramik dengan bentuk dasar
silinder dengan teknik pembentukan throwing cepat (fast wheel), atau throwing
lambat (slow wheel). Alat ini terdiri dari bagian meja berbenruk lingkaran.
Pada poros dari meja bagian bawah terdapat as besi yang disenterkan pada as
23
bagian bawah dikaitkan dengan tangkai pedal. Ketika tangkai pedal diayun
dengan kaki ke arah depan atau belakang, meja akan memutar ke arah kanan
atau ke kiri. Hal ini memudahkan ketika membentuk benda-benda yang
berbentuk dasar silinder. Pastikan as pada meja putar benar-benar senter agar
hasil pembentukan trowing benar-benar silinder simetris.
Alat ini memiliki spesifikasi yang hampir seperti meja putar pedal akan tetapi
as meja putar dipasang pada karet ban berbentuk kerucut yang dapat berputar
cepat atau lambat. Ketika karet ban tersebut bergesekan dengan as dynamo
elektrik yang sudah terpasang untuk menggerakkan meja putar. Dynamo listrik
bergerak karena tersalurkan kepedal kaki dan pedal tangan yang merupakan
sumber listrik.
24
e. Trowing Ribs
f. Kawat Pemotong/Serat
Alat ini terbuat dari kawat baja yang pada kedua ujungnya diikatkan pada
tangkai sebagai handle. Alat ini berfungsi untuk memotong ujung bibir, dasar
benda kerja, dam memotong tanah liat plastis.
26
Alat ini terbuat dari pelat baja dengan pegangan terbuat dari kayu atau yang
lainnya. Berfungsi untuk memotong, mengiris lempengan tanah liat.
h. Spon (Sponge)
Terbuat dari busa halus ataupun kasar yang difungsikan untuk menyerap
kadungan air, membersihkan handtool, dll.
27
i. Throwing Stick
Terbuat dari papan kayu dengan ujung berbentuk oval atau setengah lingkaran
yang berfungsi untuk membentuk, menghaluskan, merapikan bagian dalam
badan keramik yang bersifat cembung dan ruang bidang yang ada di dalam.
j. Kaliper (Caliper)
Terbuat dari kayu ataupun logam yang berfungsi sebagai jangka untuk
mengukur diameter badan keramik.
28
k. Roll Kayu
Terbuat dari bubutan kayu yang berbentuk silindris dengan permukaan yang
bervariasi, dengan maksud sebagai penekan permukaan tanah liat di atas
pelandas agar mendapatkan ketebalan tanah liat yang sama, alat ini digunakan
untuk pembentukan dengan teknik slab/lempeng.
Terbuat dari papan kayu, plat logam, cor semen yang berbentuk bulat. Pada
poros meja putar terangkai laker as dengan pelandas. Alat ini digunakan untuk
memudahkan memutar-mutar dalam pembuatan badan keramik.
Proses Pembentukaan
Proses pembentukan badan keramik yang dimaksud adalah cara pembuatan
benda keramik dengan menggunakan teknik pijit (pinching), pilin (coilling), dan
lempeng (slabing). Dengan menggunakan teknik-teknik di atas akan dapat dibuat
berbagai macam bentuk-bentuk badan keramik, dari bentuk berbagai wadah
sampai dengan pembuatan benda seni. Untuk lebih memahami masing-masing
teknik dalam proses membentukan badan keramik dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Teknik Pijit (Pinching)
Teknik pijit merupakan teknik yang paling sederhana dalam proses
pembentukan badan keramik, yaitu dilakukan secara langsung dari segumpal
tanah liat dengan cara memijit tanah liat tersebut sampai terwujud sebuah benda
keramik sesuai dengan yang direncanakan, baik keramik terapan maupun keramik
seni.
30
1 2
3 4
5 6
Gambar pembentukan badan keramik dengan teknik pijit (pinching)
31
1 2
3 4
5 6
2 3
4 5
6 7
Pertemuan 4
Pokok Bahasan : Dekorasi Badan Keramik
Tujuan Perkuliahan : Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis dekorasi
badan keramik.
bentuk-bentuk yang ada dalam dekorasi, agar nilai estetika keramik yang ada
tidak rusak (Ponimin 2008: 42)
Badan keramik tidak selalu memerlukan dekorasi, penerapan unsur-unsur
dekorasi harus mempertimbangkan:
1. Faktor harmoni, proporsi, keseimbangan, irama, dan aksen.
2. Memperkuat penampilan bentuk.
3. Digunakan secukupnya untuk memperkaya suatu permukaan.
4. Hindarkan adanya ketakutan akan kekosongan (horror vacum) sehingga
kedalaman estetika dapat tercapai.
Teknik pendekorasian juga ditentukan oleh bentuk bidang yang dihias serta
peralatan yang digunakannya. Teknik pendekorasian dalam pembuatan keramik
menimbulkan karakter visual yang berlainan. Secara garis besar, teknik
pendekorasian ditinjau dari sifatnya dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis,
yaitu dekorasi dengan cara menambahkan (additive) dan mengurangkan. Pada
dekorasi keramik penambahan dilakukan dengan menambahkan tanah liat atau
bahan sejenis dengan menambah zat pewarna untuk diterapkan pada badan
keramik. Proses penambahan sebagai teknik dekorasi biasanya dilakukan ketika
badan keramik yang dihias masih dalam keadaan basah. Selanjutnya penambahan
dapat dilakukan dengan menempelkan tanah liat dengan cara memelototkan bahan
dekorasi pada bakan keramik. Penguasaan warna pada sistim penambahan adalah
teknik dekorasi dengan cara menambah bahan pewarna. Dekorasi dengan pewarna
dapat dibagi menjadi dekorasi di atas glasir (overglaze decoration) dan dekorasi di
bawah glasir (underglaze decoration).
Dalam hal dekorasi keramik tersebut di atas dapat dilakukan dengan cara:
1. Dekorasi dalam proses pembentukan
2. Dekorasi setelah proses pembentukan dan,
3. Dekorasi setelah proses pembakaran.
maka dapat dikatakan bahwa agate(ware) merupakan induk dari beberapa jenis
dekorasi yang secara spesifik mempunyai nuansa yang berbeda dan secara prinsip
prosesnya sama dilakukan ketika pembentukan berlangsung dengan
memanfaatkan perbedaan tanah dan warna (I Made Saken, 2000:17)
b. Teknik Nerikomi
Teknik Nerikomi merupakan pola yang lebih menyerupai mosaik yang
diintregrasikan dari bagian atau block lempengan tanah liat yang sudah dibuat
secara berlapis dan berpola. Masing-masing bagian disambung atau diletakkan
dengan menggunakan slip, pembuatannya membutuhkan perencanaan/desain yang
baik, ketelitian, ketekunan dan kesabaran yang tinggi. Teknik ini dilakukan
dengan menggunakan cetakan, pola lempengan lapisan berbeda warna menjadi
seperti mangkok, piring dan bentuk lain. Ketika hampir kering permukaannya
perlu sedikit “dikupas” dan dihaluskan menggunakan serat sehingga pola
hiasannya menjadi lebih tegas.
c. Teknik Agateware
Agate(ware) merupakan induk dari beberapa jenis dekorasi yang secara spesifik
mempunyai nuansa yang berbeda dan secara prinsip prosesnya sama dilakukan
ketika pembentukan berlangsung dengan memanfaatkan perbedaan tanah dan
warna. Beberapa teknik yang kelihatan mirip dengan cara yang sama di Jepang
dikenal dengan Neriage yang mempunyai pola hiasan yang sangat terkontrol, di
Amerika khususnya hiasan semacam ini dikenal dengan istilah “Scroddled Ware”.
39
Agateware dapan dibuat menggunakan cetakan dimana pola lapisan tanah yang
berbeda warna menyerupai batu alam, marmer, ataupun batu akik akan kelihatan
lebih tampak, selain itu dapat juga dibuat dengan teknik putar yang dikenal
dengan marbling body. Dari semua aplikasi agate yang mempunyai cara dan ciri
yang khusus dalam tekniknya dapat dibedakan menjadi beberapa teknik seperti
inlay, laminasi, marquerty, dan neriage. Permukaan dekorasi dengan efek yang
sama dengan agate tapi menggunakan slip warna yang dikelompokkan dengan
marbled ware. Neriage ataupun nerigate sendiri di Jepang dikenal dengan istilah
nerikomi yang kemungkinan berasal dari Cina yang kemudian populer di Jepang.
1. Teknik Faceting
Faseting merupakan metode/cara merubah bentuk bulat dengan mengiris
dinding luar keramik, sehingga terbentuk benda yang persegi atau memiliki
banyak permukaan bidang (yang bervariatif). Faceting disebut juga cara
mendorong dinding bagian luar keramik luar benda keramik setelah selesai
pembentukan.
terstruktur. Sebagai efek permukaan benda yang berupa tekstur kadang jejak
goresan combing digunakan untuk membubuhkan pengisi (filter) pada
goresan, hal ini juga bisa disebut cara menghias dengan sederhana. Peralatan
untuk ini berupa sisir yang terbuat dari kayu yang lain, pada Comb jumlah gigi
yang digunakan 2-5 atau paling banyak 10 gigi untuk membuat garis paralel.
4. Teknik Relief
Relief merupakan efek hiasan timbul yang dapat ditampilkan dari hasil
cetakan langsung dibuat di atas permukaan benda keramik. Dekorasi reliaf
yang langsung dibuat benda keramik pada dasarnya dilakukan dengan
mengurangi atau menambahkan tanah liat pada obyek yang bervariatif seperti:
relief ceritera, motif geometris, dan sebagainya. Teknik ini dilakukan pada
benda keramik yang masih basah agar dapat menempel dengan kuat. Benda
keramik yang dapat didekorasi dengan teknik ini berupa vas bunga, piring hias,
dan lain sebagainya.
41
selanjutnya permukaan badan benda keramik yang telah diisi tanah liat warna
tersebut dihaluskan sehingga menghasilkan motif dekorasi yang rapi.
dengan cara yang bebas, satu demi satu atau berulang-ulang dengan alat yang
dirancang khusus berupa pallet dengan replika. Dengan membubuhkan slip ke
permukaan badan, kemudian menekannya dengan alat tersebut, akan
meninggalkan jejak yang dapat dilihat kenampakan dari replikanya.
C. Dekorasi Raku
Dekorasi badan keramik yang diperoleh dengan cara keramik yang dibakar
sampai membara kemudian dikeluarkan seketika dan langsung dimasukkan ke
dalam suatu tempat yang sudah ada tumpukan kertas (koran) atau tumpukan
dedaunan sehingga terbakar dan langsung ditutup. Proses ini akan menghasilkan
dekorasi badan keramik yang unik tetapi hanya saja terjadinya dekorasi tidak bisa
dikontrol alias terjadi dengan sendirinya.
44
Pertemuan 5
Pokok Bahasan : Proses Pengeringan dan Pembakaran Badan Keramik
Tujuan Perkuliahan : Mahasiswa mampu menjelaskan pengeringan dan
pembakaran badan keramik
1. Teknik Pengeringan
Pembentukan badan keramik dilakukan pada saat tanah liat masih dalam
keadaan plastis, hal ini berarti bahwa massa tersebut masih mengandung air,
masih lunak sehingga apabila kurang hati-hati banyak hal-hal yang
memungkinkan merusak bentuknya. Oleh karena itu setelah proses pembentukan
dan penyempurnaan badan keramik selesai maka badan keramik yang masih
basah tersebut perlu dikeringkan terlebih dahulu secara sempurna sebelum
pembakaran, hal ini perlu dilakukan agar diperoleh bentuk badan keramik yang
utuh yang tidak cacat (retak ataupun pecah).
Caranya bisa bermacam-macam tergantung dari karakteristik dari tanah liat
yang dipakai dan air pembentuknya. Tanah liat yang sangat plastis jumlah air
pembentuknya lebih banyak dibandingkan dengan tanah liat yang kurang plastis,
maka cara pengeringannya harus secara perlahan-lahan, sedangkan tanah liat yang
kurang plastis hanya membutuhkan waktu pengeringan yang lebih pendek.
Tanah liat yang plastis pada umumnya mengandung partikel-partikel yang
sangat halus (2 mikron), sehingga untuk mencapai keplasitasan optimalnya
membutuhkan banyak air. Oleh karena butiran-butirannya sangat halus, maka pori
pada badan keramik juga sangat halus.
Pada saat badan keramik sedang mengalami proses pengeringan air
pembentuknya mengalami proses penguapan sampai kering. Pada saat proses
pengeringan sedang berlangsung dimensi badan keramikpun mengalami
perubahan yaitu menjadi lebih kecil.
Pengecilan ukuran semula menjadi ukuran setelah kering dikenal sebagai
susut kering. Susut kering untuk badan keramik yang baik adalah sekitar 10% -
12%. Penyusutan yang lebih besar dari angka tersebut bisa menimbulkan banyak
masalah, yaitu menimbulkan kerusakan pada badan keramik yang sedang
mengalami proses pengeringan, antara lain: retak, berubah bentuk, pecah. Oleh
45
karena itu untuk proses pengeringan perlu diketahuai terlebih dahulu karakteristik
tanah liat yang digunakan, sehingga bisa menentukan cara pengeringan yang
tepat. Untuk lempung yang susut keringnya lebih dari 12%, ada dua cara yang
bisa dilakukan yaitu dengan menambahkan/mencampurkan pasir halus pada tanah
liat atau melakukan proses pengeringan secara perlahan-lahan dengan cara cukup
diangin-anginakan di dalam ruangan selama beberapa hari dan hindari
pengeringan dengan menjemur langsung di bawah terik matahari.
Badan keramik yang selesai dibentuk perlu dikeringkan, supaya mendapat
kekuatan untuk pekerjaan selanjutnya. Bila badan keramik yang sudah dibentuk
tersebut kering betul, barulah badan keramik dapat dibakar. Perlu diperhatikan
bahwa udara di sekeliling kita mengandung uap air, dan kadar air udara itu
tidaklah tetap. Di musim hujan, kadar air lebih tinggi daripada di musim kemarau,
atau keadaan udara pada malam hari sudah tentu berlainan dari keadaannya pada
siang hari. Hal ini harus dijadikan pertimbangan karena hal tersebut bertujuan
agar dalam proses pengeringan mendapatkan hasil yang optimal.
tekanannya sendiri. Perlu dikemukakan di sini bahwa air selaput dari butir-butir
koloid mempunyai tekanan uap kurang dari 1 atmosfer. Hal ini mungkin karena
selaput air tipis tersebut seolah-olah terikat secara kimia pada butir dan karena air
tersebut menggandung bahan-bahan yang dapat larut.
Suatu bukti bahwa atraksi tanah terhadap air itu besar ialah apabila kita
membiarkan tanah yang sudah dikeringkan di atas titik mendidik air, dalam udara
yang menggandung air, tanah itu akan menggisap air yang berada dalam udara.
Berapa banyak air yang dihisap (air hidroskopis) ini tergantung dari luas
permukaan butir-butir. Jadi tanah yang menggandung banyak butir-butir halus
akan lebih banyak menggisap air dari pada tanah yang berbutir kasar.
Di atas telah dikatakan bahwa tingkatan pengguapan pada permukaan harus
seimbang dengan difusi air dari dalam. Penggeringan permukaan yang terlalu
cepat akan menghambat divusi air dari bagian dalam titik. Akibatnya badan
keramik tersebut akan retak-retak karena tekanan uap air dari dalam. Selain itu
apabila penggeringan bagian luar dan bagian dalam suatu benda berbeda terlalu
besar, maka timbul perbedaan susut antara bagian luar dan bagian dalamnya, dan
badan keramik itu akan retak-retak atau pecah karena lapisan luar memberi
tekanan ke dalam sedangkan lapisan luarnya mendapat tarikan akibat susut.
Cepatnya badan keramik menjadi kering diantaranya tergantung dari faktor-
faktor berikut:
a) Kadar relatif udara, uap air
b) Temperatur udara
c) Sifat-sifat bahan
d) Bentuk badan keramik
e) Luas permukaan badan keramik
Seperti telah diketahui kesanggupan udara untuk menghisap air dari bahan-
bahan sekitarnya tergantung dari relatif kadar uap air. Kesanggupan ini sangat
dipenggaruhi oleh temperatur udara. Udara panas kering lebih banyak menghisap
air daripada udara panas dengan kadar relatif tinggi uap air.
Temperatur dari udara penggeringan langsung berhubungan dengan
temperatur bahan-bahan yang dikeringkan, karena apabila temperatur udara
48
Tempat Penggeringan
Penggeringan benda keramik yang baru dibentuk harus dilakukan dengan
baik. Penggeringan yang tidak sempurna akan merugikan karena benda keramik
tersebut akan menggalami kemungkinan retak ataupun pecah dalam pembakaran.
Cara penggeringan badan keramik adalah sebagai berikut:
1. Pengertian alami yaitu dengan membiarkan keramik yang baru dibentuk
dalam sebuah rak terbuka atau dalam suatu ruangan. Pengeringan alami
yang sempurna sangat menguntungkan karena akan menghindari terjadinya
keretakan atau pecah pada saat pembakaran. Pengeringan semacam ini
menggunakan panas matahari, proses pengeringan ini banyak hal-hal yang
perlu diperhatikan. Panas matahari dari arah tertentu dan temperaturnya
langsung tinggi. Jika dalam proses pengeringan tidak aktif mengontrol
posisi barang, maka barang-barang yang akan dikeringkan akan timbul
retak-retak atau bahkan pecah-pecah. Pengeringan dengan panas matahari
untuk badan keramik yang dikeringkan harus selalu dibolak-balik, agar
tidak terjadi barang kering hanya sebelah saja. Hal ini dilakukan untuk
mengatasi retak-retak atau pecah-pacah itu. Untuk memanfaatkan panas
matahari yang menimpa barang-barang yang dikeringkan, buatkan ruangan
yang beratapkan seng, yang dipergunakan sebagai ruang pengeringan.
49
dengan menggukur panjang barang pada waktu tertentu, panjang barang dan berat
barang pada waktu tertentu.
Penyusutan
Agar dapat dibentuk menjadi barang maka tanah liat harus dalam keadaan
plastis. Agar tanah liat tersebut menjadi plastis maka tanah liat tersebut harus
ditambah air. Air tersebut disebut air pembentukan. Setelah dibentuk badan
keramik tersebut dikeringkan. Pada waktu pengeringan, air pembentuk menguap
dan badan keramik tersebut mengalami penyusutan. Penyusutan yang terjadi di
waktu pengeringan dinamakan susut kering.
Cara penentuan atau pengukuran susut kering adalah tanah liat dalam
keadaan plastis dibentuk benjadi balok dengan ukuran 12x3x12cm. jumlah benda
coba dibuat paling tidak sejumlah 5 buah. Pada permukaan masing-masing benda
coba diberi torehan garis sepanjang 10cm, kemudian biarkan benda coba untuk
beberapa waktu lamanya sampai kering. Setelah kering betul kemudian ukur
kembali panjang torehan garis dipermukaan balok tanah liat yang sudah kering
tersebut. Apabila sekarang misalnya panjang garis torehan menjadi 9cm, maka
susut kering tanah liat tersebut dapat dihitung sebagai berikut:
Susut kering tanah liat dapat berbeda-beda, dapat besar ataupun kecil.
Perbedaan penyusutan di saat pengeringan tergantung pada hal-hal sebagai
berikut:
a) Besar butir tanah liat (kehalusan butir)
52
Pada pembuatan keramik hias atau cindera mata, susut keringnya tidak
boleh terlalu besar, tidak boleh lebih dari 10% sebab tanah liat yang susut
keringnya lebih dari 10% akan memberi banyak kesulitan dalam proses
pengerjaannya, biasanya sulit dibentuk, retak-retak waktu penggeringan, dan lain-
lain.
Untuk pengurangi penyusutan yang berlebihan, yaitu penyusutan lebih dari
10% pada tanah liat tersebut perlu ditambahkan bahan penggurus yaitu jenis tanah
liat lain yang susut keringnya kurang dari 10% atau bahan lain yang tidak plastis,
misalnya pasir halus.
Penambahan bahan pengurus tersebut harus dihitung dahulu, sebab selain
menggurangi penyusutan bahan, juga bisa menggurangi kekuatan keringnya. Jadi,
penambahan bahan tersebut harus tepat betul. Untuk mengetahui apakah bahan
penggurus tersebut sudah cukup atau belum perlu dilakukan pengujian seperti
tersebut di atas.
Kekuatan kering (kuat kering) adalah salah satu sifat yang timbul setelah
tanah liat dikeringkan. Kuat kering ini timbul disebabkan adanya bahan koloid
yang terdapat pada tanah liat. Pada umumnya makin plastis suatu tanah liat maka
semakin tinggi kuat keringnya.
Sifat ini sangat penting dalam pembuatan badan keramik, karena dengan
adanya sifat ini maka:
a. Barangnya mampu menyangga bebannya sendiri.
b. Memungkinkan untuk dibawa-bawa atau dipindah-pindahkan selama
pengeringan dan disusun di dalam tungku.
c. Mampu menerima teganggan yang timbul pada waktu membentukan dan
pengeringan.
53
Teknik Pembakaran
Proses terakhir dari pembuatan badan keramik adalah proses pembakaran,
yaitu membakar badan keramik yang sudah kering (dikeringkan). Suhu
pembakaran untuk jenis gerabah antara 700°C sampai 800°C, suhu tersebut adalah
suhu yang bisa dijangkau oleh badan keramik jenis gerabah. Dari hasil penelitian
secara umum dapat dikatakan bahwa untuk pembuatan keramik hias jenis gerabah
halus, suhu pembakaran yang dapat memberi hasil yang baik adalah suhu
bakarannya berkisar antara 1000-1050°C, sedangkan untuk suhu bakaran keramik
jenis porselin adalah 1300°C
Agar proses pembakaran dapat berlangsung dengan baik, ada dua tahap
pekerjaan yang perlu dilakukan dalam menyusun badan keramik, yaitu:
1. Menyusun badan keramik dalam kapsel (tempat meletakkan badan keramik)
2. Menyusun kapsel yang sudah berisi badan keramik ke dalam tunggu
pembakaran
Sifat-sifat tanah liat yang telah dibakar yang perlu diperiksa adalah hasil
bakarannya, misalnya warna bakar, peleburan, bunyi, penyusutan, peresapan air,
dan keporian.
Untuk badan keramik yang tidak berglasir atau dengan kata lain keramik
gerabah warna hasil dari bakaran dapat beraneka ragam warnanya, dari merah,
coklat, hitam, atau paduan dari warna-warna tersebut dapat menimbulkan daya
tarik tersendiri, semuanya tergantung dari jenis tanah liat yang dipakai.
Tanah liat yang ideal untuk membuatan keramik gerabah adalah yang pada
suhu pembakaran 1000°C telah nyaring bunyinya apabila diketuk-ketuk dengan
jari atau benda lainnya.
Pada waktu pembakaran, tanah liat menggalami penyusutan lagi.
Penyusutan yang terjadi karena pembakaran disebut susut bakar. Cara penggukur
susut bakar adalah sebagai berikut:
90 – 88
X 100% = 2.22 %
90
Susut bakar suatu tanah liat untuk pembuatan keramik gerabah tidak boleh
lebih dari 2,5%. Susut bakar yang berlebihan dapat menimbulkan banyak
kesukaran dalam pembakaran.
55
Barang keramik gerabah yang telah dibakar pada umumnya masih dapat
mengisap air atau air masih dapat meresap ke dalam gerabah. Kemampuan badan
gerabah untuk menghisap air dinamakan peresapan air. Peresapan air dinyatakan
dengan banyaknya air yang dihisap atau meresap persatuan berat badan gerabah
tersebut.
Benda coba untuk menentukan besarnya peresapan dapat mempergunakan
benda coba untuk pengukuran penyusutan.
Tanah liat yang baik untuk pembuatan keramik gerabah adalah tanah liat
yang peresapan airnya kurang dari 20%. Keramik gerabah dengan peresapan air
lebih dari 20% menunjukan:
a. Tanah liat yang dipakai adalah tanah liat yang kurang plastis
b. Badan keramik masih sangat rapuh
56
a. Tungku Ladang
Tungku ladang sebenarnya tidak ada wujud yang relatif nyata dari hasil
buatan manusia. Jadi tungkunya sendiri sebenarnya tidak ada. Sebutan tungku
ladang yang dimaksudkan sebagai pembanding antara alat pembakaran yang satu
dengan lainnya. Yang ada hanya suatu tanah datar atau sedikit cerukan di mana
badan keramik yang akan dibakar disusun diatasnya dengan ditimbuni dedaunan,
ranting-ranting kayu kemudian dibakar.
Dengan perkataan lain, pembakaran tersebut dilakukan di tempat terbuka di
atas suatu tanah datar atau cerukan. Cara pembakaran yang seperti ini
dikatagorikan sebagai cara pembakaran yang masih sangat tradisional.
Teknik pembakaran dengan cara ini termasuk teknologi pembakran yang
paling rendah tingkatannya. Karena dengan cara ini hanya diperoleh hasil bakaran
bermutu rendah. Barangnya mudah pecah dan mudah tembus air.
59
b. Tungku bak
RUANG
BAKAR
SUMBER
API
Tungku jenis ini merupakan salah satu jenis tungku pembakaran tradisional
yang sederhana. Sesuai dengan namanya tungku jenis ini berbentuk seperti bak.
Tungku bak berbentuk segiempat, biasanya berdinding batu bata merah yang pada
kedua sisi dinding yang berhadapan biasanya dibuat lubang untuk membakar
60
bahan bakar yang berupa kayu bakar. Jumlahnya tergantung kepada ukuran
panjang dan lebar dari dinding bak.
Ada yang terdiri dari sebuah lubang api. Ada pula yang terdiri dari beberapa
lubang api. Jenis yang lebih baik dari tungku bak yang sejenis adalah tungku bak
yang mempunyai lantai atau sarangan. Kerusakan yang mungkin terjadi lebih
sedikit dari pada tungku bak yang tidak berlantai (ada sarangnya).
PINTU
TUNGKU
RUANG BAKAR
SUMBER API
Jenis tungku ini memang menyerupai bentuk botol. Tungku botol memiliki
sedikit kelebihan jika dibandingan dengan jenis tungku bak, yaitu:
- lebih hemat bahan bakar
- lebih mudah menggatur apinya agar merata
61
- barang yang dibakar lebih baik mutunya, disebabkan karena api bisa lebih
merata daripada dalam tungku bak dan suhu yang dicapai bisa lebih tinggi
daripada tungku bak.
Tunggu botol mempunyai lubang api dua buah dan lantainya berlubang
membentuk sarangan. Sebuah pintu untuk keluar masuk kedalam tungku dan
sebuah lubang untuk menggeluarkan gas pembakaran yang membentuk cerobong.
RUANG BAKAR
PINTU TUNGKU
SUMBER API
Tungku api berbalik adalah jenis tungku yang baik arus udara pembakaran
yang melewati badan keramik datangnya dari bawah hasil barang menuju langit-
62
langit tungku kemudian menuju ke bawah melalui lubang saluran terus keluar
melalui cerobong. Hasil badan keramik bakaran yang dihasilkan memiliki kualitas
yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan jenis-jenis tungku sebelumnya.
Tungku jenis ini memerlukan pengapian (burner) yang didesain khusus dan
biasanya dilengkapi dengan alat penghembus udara (blower).
Jenis tungku gas lebih modern dan lebih praktis, bersih dibandingkan
dengan tungku ladang ataupun tungku bak karena menggunakan instalasi gas dan
menggunakan alat pengatur suhu sehingga dapat dengan mudah dalam mengontrol
suhu pembakaran yang dikehendaki. dengan menggunakan tungku gas maka
kondisi pembakaran netral, oksidasi atau reduksi dapat dengan mudah dicapai
dengan mengatur gas.
63
f. Tungku Listrik
Tungku listrik merupakan jenis tungku yang paling modern dibandingkan dengan
jenis-jenis tungku lainnya dan cara pengoperasiannya sangat mudah, praktis dan
efisien. Suhu pembakaran sangat terkontrol dan stabil karena dilengkapi dengan
alat pengatur suhu bakaran (thermocouple pyrometer) dan pengatur energi listrik
(regulator).
64
Pertemuan 6 - 8
Pokok Bahasan : Latihan Membuat Badan Keramik dengan Teknik Pijit
Tujuan Perkuliahan : Mahasiswa mampu dan terampil membuat dua badan
keramik dengan teknik pijit
Pertemuan 9 - 11
Pokok Bahasan : Latihan Membuat Badan Keramik dengan Teknik Pilin
Tujuan Perkuliahan : Mahasiswa mampu dan terampil membuat badan
keramik dengan teknik pilin
Pertemuan: 12
Materi perkuliahan:
Ujian tengah semester.
Pertemuan 13 - 16
Pokok Bahasan : Latihan Membuat Badan Keramik dengan Teknik
Lempeng
Tujuan Perkuliahan : Mahasiswa mampu dan terampil membuat badan
keramik dengan teknik lempeng
2 3
4 5
6 7
SLAB
COIL
LUBANG
COIL
SLAB
73
Proses Pembakaran
Seiring dengan perubahan teknologi, keramik Indonesia mengalami
perubahan-perubaahan yakni perubahan teknologi bahan, pengolahan, penciptaan
bentuk, ornamen, dekorasi, dan pembakarannya. Demikian juga penerapan proses
pembakaran keramik selalu mengalami modifikasi dan penyempurnaan mengikuti
kemajuan teknologi. Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan
bakar dalam proses pembakaran, sehingga muncul produk keramik dengan
teknologi pembakaran yang baru pula. Teknologi pembakaran baru dilingkungan
industri keramik ditujukan untuk meningkatkan efisiensi melalui pengaturan suhu
akhir secara maksimal dalam waktu yang sudah ditetapkan atau disebut “trayek
pembakaran”. Tiga faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan pembakaran
keramik yaitu: tungku, pengoprasian, dan bahan bakar yang digunakannya.
Pembakaran merupakan tahapan paling penting dari keseluruhan proses
pembuatan keramik. Kualitas keramik selain ditentukan oleh kualitas bahan,
pengolahan, pembentukan, pendekorasian, dan pengeringan juga dipengaruhi oleh
pembakarannya. Teknologi pembakaran memiliki peranan penting untuk
mencapai kualitas keramik yang baik pada akhir proses produksi. Apabila proses
pengeringan air pada badan keramik hilang bersamaan dengan menguap dan
menyusutnya badan keramik, maka dalam proses pembakaran kandungan air
kimia menghilang pada saat berlangsungnya pembakaran. Jadi proses pembakaran
dimaksudkan untuk menghilangkan kandungan air kimia serta untuk proses
penggelasan dan pengerasan/vitrifikasioni. Pada proses pembakaran terjadi
perubahan fisik dan mekanik. Sifat dan mekanik yang berubah karena proses
pembakaran diataranya ditandai oleh kuat tekan, kuat lentur, kekerasan,
kepadatan/porousitas, dan sebagainya.
dapat mengenai seluruh badan keramik dengan merata sehingga akan diperoleh
bakaran yang matang sempurna. Setelah seluruh badan keramik ditata dan siap
dibakar, maka pintu tungku ditutup dengan rapat dan saluran udara panas di
bagian atas tungku dibuka untuk sementara, dengan tujuan agar penguapan air
yang masih terkandung di dalam badan keramik dapat menguap keluar.
Penyetelan suhu bakaran dilakukan secara bertahap, yaitu distel pada suhu 150°C
dahulu kemudian biarkan beberapa saat untuk memberi kesempatan uap air
menguap lalu ditutup, kemudian baru suhu bakaran dinaikan secara bertahap dan
disesuaikan dengan jenis tanah liat yang digunakan. Setelah suhu mencapai pada
suhu bakaran yang dikehendaki, maka secara otomatis pengontrol suhu akan mati.
Biarkan badan keramik yang dibakar tetap di dalam tungku selama kurang lebih
24 jam baru dapat dibuka dan bakaran selesai. Tetapi apabila setelah selesai
membakar dan tungku masih dalam keadaan sangat panas langsung dibuka, maka
akan mengakibatkan badan keramik yang dibakar akan pecah/rusak karena
mengalami perubahan suhu yang mendadak dan juga sangat berbahaya.
SUMBER PUSTAKA
Beni Sukarsa, dkk. 1987. Petunjuk Praktis Pembuatan Keramik Jenis Gerabah
Sebagai Kreasi Seni. Bandung: Departemen Perindustrian Badan Penelitian
dan Pengembangan Industri, Balai Besar Industry Keramik.
Gautama, Nia. 2011. Keramik untuk Hobi dan Karir. Jakarta. Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Norton, F. Hapsar. 1956. Ceramics for The Artis Potter. New York: Eddision
Weslay Publishing Commeny, Inc.
Nelson, Gllen C. 1971. Ceramics, New York: NY Molf Rinemart and Winston.
Ponimin. 2010.Desain dan Teknik Berkarya Kriya Keramik. Bandung: CV. Lubuk
Agung.