BAB I PENDAHULUAN
1. Observasi ................................................................................ 38
2. Wawancara ............................................................................. 39
1. Reduksi Data…………………………………………........... 45
1. Triangulasi .............................................................................. 47
....................................................................................84
Da’wah ........................................................................ 86
....................................................................................93
.................................................................................... 96
Senimannya ................................................................. 96
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
1. Persiapan ............................................................................ 98
..............................................................................................
..............................................................................................
.............................................................................................. 130
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
..............................................................................................
.............................................................................................. 130
i. Busana……………………………………………… 159
B. Saran.......................................................................................... 171
PENDAHULUAN
budaya nasional melalui budaya daerah. Kita menyadari bahwa dalam konteks
merupakan kebudayaan asli bangsa Indonesia, berurat dan berakar dari sari-
pembangunan.
1
2
kehidupan kita, kini tidak lagi menjadi sebuah ikatan batin yang menyejukan.
malah dianggap sebagai sesuatu yang kuno dan harus ditinggalkan. Oleh
sebab itu, tidaklah heran jika saat ini cara-cara yang berbau tradisi, baik
didukung lagi oleh masyarakatnya. Secara otomatis seni tradisi tersebut tidak
masyarakatnya. Hal ini merupakan sebuah pertanda kematian bagi seni tradisi,
adalah nyawa yang akan terus melanggengkan eksistensi seni itu sendiri.
kehidupan seni tradisi adalah munculnya jenis kesenian baru, baik baru dalam
arti kesenian impor dari luar negeri maupun kesenian yang diciptakan
perubahan zaman itu, bukan tidak mungkin seni tradisi lambat laun akan
kita punya perlu dipelihara dan dikembangkan. Selain itu, diperlukan pula aksi
ini masih tetap eksis meskipun dalam kondisi ‘mati segan hidup pun tak mau’.
Tasikmalaya, Marawis merupakan salah satu bentuk seni yang masih tetap
kian populer ini berawal dari salah satu alat musiknya yang berbentuk seperti
gendang namun ditabuhnya hanya pada satu sisi bidang. Sebenarnya, selain
Sumber lain menjelaskan bahwa Marawis adalah salah satu jenis band
berasal dari negara Timur Tengah terutama dari Yaman dan memiliki unsur
keagamaan yang kental (Republika, 2008; Wikipedia, 2009). Itu tercermin dari
4
berbagai lirik lagu yang dibawakan berupa pujian dan kecintaan kepada Sang
menabuh satu alat musik yang sesekali sambil bernyanyi. Ada yang menabuh
menabuh hajir, tamtam, tamborin dan dumbuk. Seni Marawis ini ternyata
sesuai dengan irama lagu. Pada awalnya, seni Marawis hanya dimainkan oleh
kaum pria, dengan busana gamis dan celana panjang, serta ber-peci. Uniknya,
pemain Marawis biasanya bersifat turun temurun. Sebagian besar masih dalam
hiburan semata. Namun lain halnya bagi para pemain seni Marawis, mereka
shalawat serta puji-pujian bagi Allah dan Rasul-Nya melalui ekspresi seni.
mengingat bahwa seni ini merupakan seni yang tumbuh dan berkembang di
spiritual dan emosional dengan para santri sebagai salah satu unsur
untuk mengkaji seni Marawis baik teks maupun konteksnya. Usaha ini perlu
sebagai seni tradisional yang merupakan aset budaya yang dimiliki bangsa
B. Masalah Penelitian
atas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian
Tasikmalaya?
C. Tujuan Penelitian
Tasikmalaya;
D. Manfaat Penelitian
bagi berbagai pihak. Secara spesifik, baik langsung atau pun tidak, penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan suatu upaya untuk lebih memahami
2. Bagi grup seni Marawis, hasil penelitian ini akan menjadi dokumen
masyarakat;
setempat di sekolah umum SD, SMP, SMU, dan lebih spesifik lagi sekolah
berbasis Islam. Selain itu, bagi guru-guru dari daerah lain hasil penelitian
ini juga bermanfaat sebagai bahan rujukan materi seni tari daerah
Nusantara;
kebudayaan daerah;
7
E. Metode Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah guna memahami teks dan konteks seni
Marawis sebagai salah satu seni tradisi daerah pada masyarakat di Kabupaten
Tasikmalaya. Oleh sebab itu, penelitian ini difokuskan pada seni Marawis baik
dilihat dari sisi teks seninya mapun konteksnya dalam kehidupan masyarakat.
baru dalam disiplin ilmu, yang secara etimologis kemungkinan berasal dari
kata ethnic (Inggris) dengan makna kesukuan, choros (Yunani) dengan arti
dalamnya, meliputi berbagai aspek kajian antara lain sejarah, ritual, sastra, dan
studi dokumentasi. Oleh sebab itu, data-data yang telah diperoleh dianalisis
fokus data tertentu, melalui dua pintu saringan yakni analytic induction dan
yang dapat mengungkap data tentang masalah yang sedang dikaji. Pedoman
wawancara yang tentunya tidak dirinci karena sifatnya lebih terbuka (open
ended).
Leuwisari. Pada lokasi ini dilakukan pengamatan mengenai teks dan konteks
9
seni Marawis dalam masyarakatnya, sehingga diketahui peran dan fungsi seni
ini di masyarakat. Sumber data utama (primer) dalam penelitian ini diperoleh
melalui sumber pertama, yaitu tokoh pengembang seni Marawis yang ada di
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data secara
kualitatif, di mana analisis dan interpretasi atas data dilakukan kontinyu dari
awal hingga akhir penelitian dengan merujuk pada fenomena dan teori-teori
Menurut mereka ada tiga tahap analisis data, yaitu: pertama, reduksi data yang
permasalahan yang diteliti agar mudah untuk melakukan analisis data yang
lebih lanjut guna memudahkan seorang peneliti dalam memahami data yang
terkumpul dari lapangan. Kedua, display data atau penyajian data. Display
data merupakan analisis terhadap penyajian data yang dilakukan secara jelas
dan singkat, dibuat berdasarkan poin-poin masalah yang dikaji. Hal ini
penelitian ini.
cara membandingkan antara data dari satu sumber dengan sumber lainnya.
pihak-pihak yang objektif dan netral guna mendeteksi kelemahan, bias, dan
penafsiran kurang jelas atas data penelitian. Member check adalah cara untuk
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
ini adalah perkembangan seni Marawis sebagai salah satu genre seni Islami
dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan seni Marawis secara
Tasikmalaya.
informasi tentang teks dan konteks seni Marawis di lapangan. Data dimaksud
merupakan data-data yang bersifat natural baik teks maupun konteks seni
teks dan konteks seni Marawis tersebut, melalui pengamatan dan pemahaman
maka pendekatan penelitian yang dianggap paling tepat untuk dapat menggali
seluruh data yang diperlukan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif dengan
36
37
peneliti dalam penelitian kualitatif, peneliti melakukan tiga tahap, yaitu tahap
orientasi, tahap eksplorasi atau pengambilan data dan tahap analisis data.
masalah seni Marawis sebagai seni yang bernuansa Islam dari kalangan
berikut:
1. Observasi
Sugiyono (2005:64),menjelaskan:
mencari informasi lebih banyak mengenai sejarah, peran, dan fungsi seni,
2. Wawancara
pengumpulan data lain yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah
persoalan itu yang pada gilirannya meminta studi observasi tersebut harus
tentang dunia yaitu hal-hal yang tidak dapat diketahui melalui observasi.
berstruktur.
Cicalengka Kabupaten Bandung); Hj. Imas Solihah (40 Tahun) tokoh seni
Abdul Wahid (27 Tahun) selaku pimpinan grup seni Marawis pondok
sekaligus generasi muda; Imas (43 Tahun) salah seorang pedagang pada
pernikahan (pada saat itu seni Marawis berperan sebagai penyambut tamu
calon mempelai pria), Drs. Teddy Sutardy, M.Pd. Kepala SMP Negeri 1
kelas satu dan dua dan perpisahan siswa-siswi kelas tiga SMP Negeri 1
3. Studi Dokumentasi
data dan pengecekan kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti
penelitian.
ini, pada umumnya adalah teknik yang dilakukan melalui penelaahan dan
analisis serta interpretasi terhadap dokumen yang berupa sumber data non-
lain menyangkut bukti pelaksanaan suatu proses atau kegiatan yang pernah
terjadi.
Dokumen tertulis peneliti gali antara lain dari Dinas Pariwisata Kabupaten
masyarakatnya.
sebagai data pembanding dari hasil rekaman seni Marawis saat penelitian
mana seni Marawis ini ditanggap oleh masyarakat. Selain itu, dalam
masyarakatnya.
C. Sumber Data
teknik purposive sampling atau disebut juga teoretis sampling yaitu sampel
sehingga tidak diterima sebagai generalisasi atas semua populasi. Hal ini tidak
menjadi masalah karena memang tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan
2006), bukan sebagai pencarian atau pembuktian teori yang dapat dikatakan
berlaku umum.
melalui sumber pertama, yaitu tokoh pengembang seni Marawis yang ada di
dilakukan secara terus menerus semenjak awal data dikumpulkan sampai akhir
sepanjang penelitian itu dan secara terus menerus mulai dari tahap
penelitian ini tidak akan memberikan makna yang berarti apabila tidak
data dengan teknik analisis kualitatif secara induktif, yaitu dengan cara
membandingkan antara data yang terkumpul dari lapangan dengan teori yang
ada.
berulang dan terus menerus”. Menurut mereka ada tiga tahap analisis data,
yaitu:
1. Reduksi Data
awal dalam menganalisis data suatu penelitian. Kegiatan reduksi data ini
diteliti agar mudah untuk melakukan analisis data yang lebih lanjut.
1. Triangulasi
dengan cara membandingkan antara data dari satu sumber dengan sumber
pertama.
di bawah ini.
Konteks Seni √ √ √
Marawis
Data Wawancara
dipercaya. Kegiatan ini peneliti lakukan pada setiap akhir wawancara dan
relatif dan tidak dapat digeneralisasi pada penelitian lain. Akan tetapi bila
ada peneliti lain yang melihat adanya kesesuaian konteks dan situasi yang
A. Kesimpulan
masyarakat dan akan tetap hidup serta mendapat tempat pada masyarakatnya.
merupakan salah satu bentuk seni yang dibawa oleh para misionaris Islam
sebagai salah satu media dalam menyebarkan syiar Islam. Atas dasar temuan
Demak Jawa Timur kemudian berkembang ke wilayah lain di pulau Jawa oleh
para Waliyullah yang menyebarkan agama Islam di Jawa yang lebih dikenal
relevan dengan nilai-nilai yang ada pada masyarakat Ciseureuh Jati Desa
Islam. Hal itulah yang menyebabkan seni marawis dapat berkembang pada
masyarakat Tasikmalaya.
166
167
Pesantren dalam rangka mengembangkan agama Islam oleh para ulama pada
dimensi seni, yaitu Sya’ir, musik, dan tari. Pemain seni Marawis terdiri dari;
bernama marawis, hajir, dumbuk, tamtam, symbal, dan kecrek; dan penari.
Sya’ir-sya’ir ini berisi puji-pujian kepada Allah dan Rosul, teks yang diambil
dari ayat-ayat Alqur’an, kitab Al-Barjanji, riwayat Nabi, kajian sifat Allah,
dan tuntunan kebaikan. Pemain dan vokalis duduk berderet (bersyaf) dengan
kesenian ini akan mewarnai identitas masyarakat dan telah menjadi milik
ini adalah bagian dari apa yang disebut warisan yang diterimakan oleh sejarah.
yang sudah turun temurun, dan ada pula yang menyesuaikan dengan
ini, salah satu penyebabnya adalah karena kurang perhatian seniman dan
pencinta seni terhadap metode dan teknik pengeloaan seni pertunjukan tradisi
bersangkutan. Oleh karena itu seni tradisi harus dikelola secara piawai,
sebagai presentasi estetis atau sebagai seni pertunjukan, karena seni Marawis
ruangan atau di halaman pesantren yang cukup luas. Mereka memakai busana
lingkungan pesantren.
Pesantren. Hal ini merupakan akibat dari terjadinya akulturasi antara budaya
penambahan alat musik dari Barat. Semua itu untuk menyesuaikan dengan
menembus wilayah yang lebih luas. Kesenian ini tidak hanya dipentaskan di
keagamaan saja, akan tetapi juga dapat dipertunjukan di luar konteks tersebut.
Pertunjukkan seni Marawis mejandi ajang ’pasar kaget’ yang sedikit banyak
170
badan), tangan, dan kepala tidak terlalu mendapatkan pengolahan yang berarti.
Desain lantai secara kelompok yang digunakan pada tari Zafin, tari
Sarah, dan tari Zahefah, adalah unison (serempak) dan bergantian. Ruang
yang digunakan pada tari Zafin adalah sedang dengan level sedang. Pola lantai
garis lengkung memberi kesan halus dan lembut, lingkaran yang diulang-
ulang, garis lurus ke samping atau maju mundur memberikan kesan tegas.
Pola lantai yang membentuk pola angka delapan/spiral yang terdapat pada tari
zahefah memberi kesan rumit penuh perasaan. Desain atas secara kelompok
yang digunakan pada tari Zafin, Sarah dan Zahefah adalah serempak dan
ragam gerak yang telah diidentifikasi, maka gerak pada tari Zafin, Sarah, dan
mempunyai tempo sedang dalam Marawis. Tempo Zafin relatif lebih lambat
dibandingkan dengan Sarah dan Zahefah. Tari Zafin yang ada di Nuurud
171
Da’wah biasanya dilakukan oleh dua orang laki-laki. Koreografi gerak yang
bergandengan. Esensi dasar pada tari Zafin adalah jalan bergandengan, gerak
mempunyai tempo cepat dalam marawis. Tempo Sarah relatif lebih lambat
dibandingkan dengan Zahefah tetapi lebih cepat dari Zafin. Tari Sarah
ditarikan oleh dua orang penari laki-laki. Dalam tari Sarah terdapat gerak jalan
maju balik ganti arah, maju angkat kaki, jalan langkah tiga melingkar dan
gerak maju mundur jingjit, penari satu dengan yang lainnya berlawanan arah
hadap dan arah gerak. Koreografi gerak pada tari Sarah agak bervariasi,
tingkat kesulitan geraknya sedang tidak terlalu rumit. Titik berat pada tari
Sarah terletak pada gerak kaki. pola bergantian, berpindah tempat, saling
merespon, menggunakan level sedang dan rendah. Ciri khas tarian ini adalah
gerak maju mundur jingjit, jalan langkah tiga melingkar diakhiri level bawah
jongkok, dengan tempo cepat. Penggunaan tenaga sedang, agak kuat waktu
mempunyai tempo cepat dalam marawis. Tempo Zahefah relatif lebih cepat
dibandingkan dengan Sarah dan Zafin. Tari zahefah dibawakan oleh dua
orang penari atau empat orang penari laki-laki. Dalam tari Zahefah terdapat
172
gerak jalan pincang ganti arah bulak balik, jalan spiral, maju mundur
berlawanan arah, maju bulak balik jalan pincang tangan melayang, dan gerak
langkah maju mundur. Koreografi yang digunakan pada tari Zahefah tingkat
kesulitan geraknya agak rumit dibandingkan dengan tari Zafin dan tari Sarah,
karena gerak langkah kaki dan pola lantainya lebih bervariasi. Keunikan
geraknya terletak pada jalan pincang dengan pola bergantian dengan lawannya
Teks sajian seni Marawis termasuk salah satu sastra berbahasa Arab.
Salah satunya diambil dari kitab Al Barjanji, yang digunakan sebagai sarana
komunikasi dan ekspresi estetis lewat pupujian (puji-pujian kepada Allah dan
Rosul) yang dinyanyikan. Sudah barang tentu akan berbeda dengan struktur
bahasa yang digunakan pada kitab Alqur’an atau pada bahasa sehari-hari.
Teks seni Marawis terdiri dari bait-bait dan baris-baris. Setiap bait bisa
terdiri dari dua baris, empat baris, enam baris, atau delapan baris. Jumlah suku
kata untuk setiap baris berkisar antara 8 sampai dengan 12 suku kata.
sebuah lagu.
dimainkan dengan cara ditepuk dan dipukul. Bagian awal sajian lagu-lagu
marawis dibuka dengan solo vokal. Solo vokal atau dikatakan mukodimah
173
wabarik alaih.
untuk membuat ornamen, juga berfungsi sebagai tanda perubahan motif atau
Ropel (Istilah dalam teknik Drum). Tam-tam juga berfungsi untuk melengkapi
motif- motif yang sudah dibangun oleh hajir dan dumbuk. Selanjutnya
maka akan membentuk suatu motif tabuhan yang utuh, dengan kata lain
Busana menggunakan baju gamis, kain sarung, celana panjang, dan peci. Baju
dicari), dan kain sarung bisa warna apa saja, karena dianggap itu sebagai
pariasi. Bahan pakaian biasanya dari katun, tetoron, bahkan balacu, sehingga
174
juga bisa dengan menggunakan baju kampret (sekarang baju koko) berwarna
putih, celana panjang hitam, dan peci. Bahkan ada yang menggunakan baju
disentuh oleh bahan rias, seperti bedak, potlot alis, dan sebagainya. Akan
malam hari. Busana tersebut digunakan oleh seluruh pemain seni Marawis,
B. Saran
Bagi para pemerhati dan peneliti seni, kajian ini bisa dijadikan bahan
referensi dalam melakukan studi tingkat lanjut dari penelitian seni marawis
lebih jauhnya menjadi alternatif bahan ajar untuk mengajarkan seni Tari di
sekolah khususnya seni Tari daerah setempat. Selain itu, bagi guru-guru dari
daerah lain hasil penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan rujukan materi
penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan dan dikaji lebih lanjut, karena
sekolah.
176
Daftar Pustaka
Abdulhak, I. (1995) Media Pendidikan. Bandung: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Al-Baghdādī, A. (2009). Seni Dalam Pandangan Islam: Seni Vocal, Musik dan Tari Tersedia:
http://www.musikdebu.com/seni/ [8 Juni 2009]
Dhofier. Zamakhsyari, (1982). Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai.
Jakarta.
Hermawan, D. (2008). Kesiapan Guru Mata Pelajaran Seni Musik Tingkat SMP Dalam
Mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Di Kabupaten
Tasikmalaya. Tesis Pada Program Studi Pendidikan Seni UPI: Tidak diterbitkan.
Khaerussalam, A.A. (2005). Sejarah Perjuangan Syekh Haji Abdul Muhyi: Waliyullah
Pamijahan. Tasikmalaya: Lingkungan Kekeramatan Pamijahan.
Madjid, Nurcholish (1997), Bilik-bilik Pesantren, sebuah Potret Perjalanan, Jakarta.
Majalah Tempo. (2007). Seni Islam Nuansa Lokal. Edisi ke-8, Tanggal 28 Mei - 3 Juni 2007.
177
Masunah, J. & Narawati, T. (2003). Seni dan Pendidikan Seni: Sebuah Bunga Rampai. Bandung:
P4ST UPI.
Nasution, S. (2003). Metode Research (Penelitian Ilmiah): Usul Tesis, Desain Penelitian,
Hipotesis, Validitas, Sampling, Populasi, Observasi, Wawancara, Angket. Jakarta:
Bumi Aksara.
Purwadi dan Maharsi. (2005). Babad Demak: Sejarah Perkembangan Islam Di Tanah Jawa.
Jogjakarta: Tunas Harapan.
Sedyawati, E. (Penyusun) (2002). Indonesia Heritage: Seni Pertunjukan. Jakarta: Buku Antar
Bangsa.
Steenbrigh, Karel A. (1986) Pesantren, Madrasah, Sekolah. Pendidikan Islam dalam kurun
modern. Jakarta. LP3ES