Anda di halaman 1dari 3

Locitta Ayu Prawara Gilenko – 10040220092 – Hubungan Internasional C

Komunikasi Internasional

Review Jurnal Thorat

Pada tahun 2015 India ingin mengubah India menjadi masyarakat yang diberdayakan secara
digital dan ekonomi pengetahuan. Maka dari itu Pemerintah India saat itu mengumumkan bahwa
India memajukan infrastruktur digital terutama layanan Internet berkecepatan tinggi. Awalnya di
India bilik telepon sudah diperkenalkan oleh pemerintah namun karena sejak awal proyek ini tidak
lengkap. Pada akhirnya Pemerintah India memutuskan untuk mengalihkan proyek proposal ini ke
masalah konektivitas internet. Hal ini tercetuskan sebelum PBB mengadopsi sebuah resolusi tahun
2016 yang menegaskan bahwa “Pendekatan berbasis hak asasi manusia dalam menyediakan dan
dalam mempertuas akses internet” dengan ini PBB menegaskan bahwa akses internet merupakan
hal yang penting bagi masyarakat internasional terutama di era digital.

Sejak awal perang kemerdekaan India sebelum adanya internet dan masih menggunakan
telegraf, proyek tersebut digunakan untuk proyek unggulan modernitas barat, Karena sejak awal
cikal bakal dari internet itu sendiri sudah dimonopoli oleh inggris atau kolonial sehingga sejarah
perkembangan internet yang tidak merata dari pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi India.

Sejarah awal internet yang lainnya dilatarbelakangi oleh kepentingan ilmiah dan militer di tahun
1960-an yang dulu dikenal sebagai ARPA yang sekarang berganti nama menjadi DARPA yang
mendanai projek awal bentuk jaringan computer ARPANET. Proyek ini sebagai inisiatif dari
Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang dilatarbelakangi oleh perang dingin yang
mengharuskan mereka menjadi lebih unggul dari Uni Soviet saat itu. Di lihat dari kepentingan ini
teknologi tersebut berkembang secara independen meskipun masing-masingnya memiliki
kesamaan dalam latar sejarah karena latar belakang yang membuat internet ada saat itu merupakan
inovasi ilmiah dan ambisi yang tercipta dari kecemasan untuk saling mendominasi. Dan itu pula
yang terjadi kepada Inggris, Jaringan telegraf yang diberi nama Internet Victoria difungsikan
sebagai kepentingan militer dan untuk administrasi kolonial.
Setelah ekperimen telegraf di abad ke Sembilan belas di Eropa dan Amerika, jalur bawah laut
telegraf merupakan minat komersial yang paling utama bagi perusahaan telegraf di Inggris pada
tahun 1851. Sehingga dengan adanya teknologi ini Inggris mampu memonopoli dalam bisnis yang
didorong oleh gutta percha yang merupakan bahan baku untuk kabel bawah air. Gutta Percha
merupakan getah pohon yang ditemukan oleh salah satu pria melayu yang berbagi ilmu
pengetahuan lokal dan dibagi ke petugas kolonial sehingga dapat diperkenalkan ke masyarakat
inggris.

Telegraf yang seharusnya digunakan untuk komunikasi secara universal malah terlubat dalam
impremium dan epistemology kolonial. Sehingga berakibatnya ketidak rataan dalam pola
penyebaran jaringan telegraf saat masa kolonial.

Menurut beberapa jurnal yang sudah saya baca, perkembangan internet sejak awal sudah di
‘setir’ atau dimonopoli oleh negara, kerajaan, ataupun perusahaan yang terkait demi kepentingan
ambisi mereka. Meskipun sekarang setiap masyarakat internasional sudah bisa merasakan dan
menikmati internet yang semakin waktu semakin berkembang dan maju, namun tidak menghapus
kemungkinan adanya ketimpangan yang terjadi dalam sejarah sehingga mempengaruhi kehidupan
masyarakat di dunia sekarang. Karena jika diperhatikan masih ada beberapa negara yang belum
bisa merasakan adanya kemajuan internet, dan juga kemajuan internet di setiap negara berbeda.
Sebagai contoh kecilnya saja Korea Selatan yang sudah memiliki jaringan 5G sedangkan Indonesia
masih berada di 4G. Melihat kontradiksi yang terjadi menurut saya, pada abad ini untuk
perusahaan besar ataupun suatu negara tidak memonopoli adanya kemajuan dalam pencapaian
sesuatu terutama internet karena PBB sudah menegaskan bahwa Internet merupakan salah satu
dari Hak Asasi Manusia untuk masyarakat internasional yang saat ini menjadi salah satu sistem
untuk membantu kehidupan masyarakat di dunia.
Referensi :

Thorat, D. (2019). Colonial topographies of internet infrastructure: The sedimented and linked
networks of the telegraph and submarine fiber optic internet. South Asian Review, 40(3),
252-267

Naughton, J. 2016. “The Evolution of the Internet: From Military Experiment to General Purpose
Technology.” Journal of Cyber Policy 1 (1): 5–28. doi:10.1080/23738871. 2016.1157619.

Navarria, G. 2016. “How the Internet Was Born: The Network Begins to Take Shape.” The
Conversation, October 30.

Risam, R. 2018. “Decolonizing the Digital Humanities in Theory and Practice.” In The
Routledge Companion to Media Studies and Digital Humanities, edited by J. Sayers. New
York, NY: Routledge.

Anda mungkin juga menyukai