Anda di halaman 1dari 41

Sebuah pengantar dan konsep dasar

(Jitu Pasna)
Catur Sudharmanto,S.Sos.,M.M.B
csudharmanto@gmail.com
Sekjen FPRB Jawa Timur
08578487112, 081336660233

Jember, 21-22 September 2022


Curiculum Vitae
Nama : Catur Sudharmanto,S.Sos.,M.M.B
Alamat : Jl.PLTA Mendalan Km.5 Desa Pondokagung, RT/RW. 07/06, Kecamatan Kasembon, Kabupaten
Malang
Tempat dan Tgl.Lahir : Malang, 29 September 1967
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Phone : 085784871121, 081336660233
Pendidikan :
SLTP : SMPN 2 PARE DI KEPUNG
SLTA : SMEA NEGERI 1 TANJUNG REDEB BERAU KALTIM
SI : FISIPOL UNIVERSITAS TIMOR TIMUR
S2 : MAGISTER MANAJEMEN BENCANA UPN VETERAN YOGYAKARTA

Organisasi :
Jangkar Kelud : Koordinator umum

Forum PRB jawa Timiur : Sekjen


TUJUAN

PESERTA DAPAT:
1. Menjelaskan Pengkajian Kebutuhan Pascabencana
2. Menyebutkan aktor/pelaku dalam penyusunan Jitupasna
3. Menjelaskan Prinsip Jitupasna
4. Menjelaskan Alur Komponen Jitupasna

3
SIKLUS
PENANGGULANGAN
BENCANA
TAHAPAN PENYELENGGARAAN
PENANGGULANGAN BENCANA
PRABENCANA SAAT TANGGAP DARURAT PASCABENCANA

Kesiapsiagaan

Siaga
Pencegahan & Darurat
Tanggap Darurat Transisi Darurat-
Pemulihan
Mitigasi
Rehabilitasi &
Rekonstruksi

Build back better, safer and


sustainable
RUANG LINGKUP PENYELENGGARAAN REHABILITASI &
REKONSTRUKSI

Pengkajian Penyusunan Pengalokasian Pelaksanaan Monitoring &


Kebutuhan Rencana Sumber Daya & Rehabilitasi dan Evaluasi, serta
Pascabencana Rehabilitasi & Dana Rekonstruksi Pelaporan
Rekonstruksi
Dokumen R3P
PEMULIHAN PASCA BENCANA
KESEJAHTERAAN

REHAB-REKON
BENCANA

FASE NORMAL FASE PEMULIHAN

WAKTU
DASAR HUKUM (REGULASI)
REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI

• Penanggung jawab utama Penanggulangan Bencana adalah Pemerintah dan


Undang-Undang Pemerintah Daerah.
No. 24 Th 2007 • Koordinasi tingkat pusat oleh BNPB dan tingkat daerah oleh BPBD

• PP No.21/2008, tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana


Peraturan Pemerintah • PP No.22/2008, tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan
(PP) • PP No.23/2008, tentang Peran Serta Lembaga Internasional

• Perka BNPB No.05/2012, Pedoman Monev Pelaksanaan Rehabilitasi Rekontruksi


Pascabencana
Peraturan Kepala • Perka BNPB No.03/2019, Pemanfaatan Hibah Dari Pemerintah Pusat Kepada
BNPB Pemerintah Daerah Untuk Bantuan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana

Peraturan • Peraturan BNPB No. 05/2017, Penyusunan Rencana RR Pascabencana


BNPB • Peraturan BNPB No. 06/2017, Penyelenggaraan RR Pascabencana
DASAR HUKUM
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 21 TAHUN 2008
Pascabencana
Pasal 56, ayat (2) & (3):
Pemerintah daerah menetapkan prioritas dari kegiatan rehabilitasi yang didasarkan pada
analisis kerusakan dan kerugian akibat bencana.
Pasal 57, ayat (2):
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyusun rencana rehabilitasi yang didasarkan
pada analisis kerusakan dan kerugian akibat bencana.
Pasal 75, ayat (2) & (3):
Pemerintah daerah menetapkan prioritas dari kegiatan rekonstruksi yang didasarkan pada
analisis kerusakan dan kerugian akibat bencana.
Pasal 76, ayat (2)
Pemerintah daerah menyusun rencana rekonstruksi yang merupakan satu kesatuan dari
rencana rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 57 ayat 2.
Pengertian Jitupasna
 Pengkajian Kebutuhan Pascabencana yang selanjutnya disebut
Jitupasna adalah suatu rangkaian kegiatan pengkajian dan
penilaian akibat, analisis dampak, perkiraan kebutuhan, dan
rekomendasi awal terhadap strategi pemulihan yang menjadi
dasar penyusunan Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Pascabencana.
 Pengkajian Kebutuhan Pascabencana (Jitupasna) merupakan
alat atau tools yang diperkenalkan oleh BNPB setelah
terbitnya Perka Nomor 17 Tahun 2010.
AKTIVITAS

 Setiap Peserta menerima beberapa post it.


 Masing-masing peserta menuliskan satu dampak
kerusakan/kerugian karena terjadinya bencana pada
setiap post it yang sudah diberikan.
 Peserta menempelkan post it yang sudah terisi pada
papan yang disediakan.
 Waktu : 5 menit
PERATURAN BADAN NASIONAL
PENANGGULANGAN BENCANA REPUBLIK
INDONESIA

NOMOR 05 TAHUN 2017 Merupakan


TENTANG Amanat dari Peraturan
PENYUSUNAN RENCANA Pemerintah Nomor 21
REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI
PASCABENCANA Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan
Penanggulangan
Bencana

2017
Peraturan BNPB Nomor 05 Tahun 2017

 Ditetapkanpada 07 November 2017 dan diundangkan pada 08 November


2017, yang terdapat 4 (empat) BAB dan 14 PASAL.
 Peraturan
ini mencabut Perka BNPB Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Pascabencana (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 1553)
 Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana terbagi dalam skala
nasional, provinsi dan kabupaten/kota dengan penanggungjawab serta
ditetapkan oleh Kepala BNPB, Gubernur dan Bupati/Walikota
 Kedudukan dokumen Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Pascabencana yaitu sebagai acuan penyelenggaraan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi, dokumen perencanaan dan acuan untuk penganggaran.
SEKTOR-SEKTOR DALAM REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI
SEKTOR SUB SEKTOR

PERMUKIMAN  PERUMAHAN
 PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN

INFRASTRUKTUR  TRANSPORTASI DARAT, LAUT DAN UDARA


 ENERGI
 POS DAN TELEKOMUNIKASI
 AIR DAN SANITASI
 INFRASTRUKTUR PERTANIAN (Irigasi)
 SUMBER DAYA AIR (PANTAI DAN SUNGAI)

SOSIAL  KESEHATAN
 PENDIDIKAN
 AGAMA
 BUDAYA DAN BANGUNAN BERSEJARAH
 LEMBAGA SOSIAL

EKONOMI PRODUKTIF  PERTANIAN, PERKEBUNAN, PERTERNAKAN,


 KELAUTAN DAN PERIKANAN
 INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
 PERDAGANGAN (PASAR)
 PARIWISATA

LINTAS SEKTOR  LINGKUNGAN HIDUP


 PEMERINTAHAN
 SEKTOR KEUANGAN/PERBANKAN
 KETERTIBAN DAN KEAMANAN
AKTIVITAS PEMULIHAN
PEMBANGUNAN REKONSTRUKSI

REHABILITASI

H
I
T PERENCANAAN RR
U
N
G

C
E
P JITUPASNA
A
T

6 MINGGU 3 BULAN 3 TAHUN <

KEDARURATAN
KERANGKA MANAJEMEN RR PASCABENCANA
INPUT PROSES OUTPUT
JITUPASNA (HASIL)
Akibat: Dampak: Renaksi/Proposal
 Kerusakan • ekonomi dan
 Kerugian fiskal OUTCOME
 Gangguan • sosial budaya,
VERIFIKASI (MANFAAT)
Akses politik
 Gangguan • pembangunan
Fungsi manusia
 Peningkatan • kualitas
Risiko lingkungan. SUSTAINABLE
Alokasi Dana IMPACT
(PENCAPAIAN DEVELOPMENT
TUJUAN )

 Pembangunan Pelaksanaan &


 Penggantian Pelaporan
Kebutuhan:  Penyediaan Bantuan
 Pemulihan Fungsi Indeks Pemulihan
 Pengurangan RisIko Pascabencana
Monev (Ina-PDRI)

Terukur
“Build Back Better, Safer, and
PERATURAN BADAN NASIONAL
PENANGGULANGAN BENCANA REPUBLIK Merupakan
INDONESIA

NOMOR 06 TAHUN 2017 • Peraturan atributif


TENTANG • Berdasarkan hasil dari kajian
PENYELENGGARAAN naskah urgensi bahwa dalam
REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI
PASCABENCANA pelaksanaan rehabilitasi dan
rekonstruksi pada wilayah
terpapar bencana perlu
menyusun pedoman sebagai
acuan dalam
penyelenggaraan
2017 penanggulangan bencana
Peraturan BNPB Nomor 06 Tahun 2017

 Ditetapkan pada 27 Desember 2017 dan diundangkan pada 28


Desember 2017, yang terdapat 5 (lima) BAB dan 15 PASAL.
 Penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi Pascabencana
meliputi pengkajian kebutuhan, penyusunan rencana,
pengalokasian sumberdaya dan dana, pelaksanaan dan monev.
 Prinsip utama adalah membangun kembali menjadi lebih baik dan
lebih aman berbasis pengurangan risiko bencana.
 Kebijakan penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi
pascabencana menjadi tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah
daerah secara tepat waktu, tepat sasaran dan berkesinambungan.
 Pendanaan dalam penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi
pascabencana berasal dari APBN, APBD, dana hibah, masyarakat
dan sumber lain.
 Lembaga penanggung jawab pelaksanaan RR adalah BNPB di
tingkat nasional dan/atau BPBD provinsi/kabupaten/kota di tingkat
daerah.
 BPBD provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan urusan
kewenangannya mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan
rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana dengan melibatkan
perangkat daerah terkait yang ditetapkan dalam Tim Teknis.
 Monev mengacu pada rencana rehabilitasi dan rekonstruksi
pascabencana yang telah ditetapkan oleh Kepala Daerah atau
Kepala BNPB
Mewujudkan kegiatan Jitupasna yang
Petunjuk Pelaksanaan dapat menjadi dasar rekomendasi
Pengkajian Kebutuhan Pascabencana
(Juklak Jitupasna) Maksud awal bagi penyusunan rencana
rehabilitasi dan rekonstruksi
pascabencana
PENYELENGGARAAN
REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI
PASCABENCANA

 Menjadi panduan bagi pemerintah,


pemerintah daerah dan pemangku
kepentingan lainnya
 Terciptanya keseragaman
Tujuan pemahaman dan pelaksanaan
Jitupasna
2018
 Memastikan Jitupasna
menghasilkan data yang cepat dan
akurat
Petunjuk Pelaksanaan
Pengkajian Kebutuhan Pascabencana (Jitupasna)

 Amanat Peraturan BNPB Nomor 05 Tahun 2017 tentang Penyusunan


Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana.
 Rekomendasi awal terhadap strategi pemulihan, diharapkan dapat
memberikan prioritas dalam penyelenggaraan rehabilitasi dan
rekonstruksi pascabencana
 Formulir-formulir inventarisasi data pascabencana yang lebih
komprehensif.
 Dilengkapi dengan kisi-kisi data lapangan dan panduan tingkat dan
bobot kerusakan
KONSEP DASAR JITUPASNA
SEJARAH JITU PASNA

POST DISASTER NEED ASSESSMENT (PDNA)


Dikembangkan Secara Kolektif

Di Indonesia dikenal dengan nama


JITU PB Jitupasna
(Pengkajian Kebutuhan Pascabencana)

Metodologi Jitupasna hasil adaptasi dari dua metode yaitu


Damage and Loss Assesment (DaLA) dan Human Recovery
Need Assesment (HRNA).
nrk
JITU Pasna = DaLA + HRNA

DaLA • Pengkajian Kerusakan


• Pengkajian Kerugian

• Pengkajian Gangguan Akses


HRNA • Pengkajian Gangguan Fungsi
• Pengkajian Peningkatan Risiko

JITU Pasna • DaLA


• HRNA DIJAHIT
EVOLUSI METODOLOGI JITU PASNA

Diadaptasikan
untuk penggunaan Metode DaLA
Metodologi pertama kali global oleh Pendekatan
diperkuat oleh
dikembangkan pada 1970 WORLD BANK dan UNDP melalui JITUPASNA
oleh ECLAC dikenal dengan menggabungkan
pendekatan
nama DaLA analisis sosial dan konten, efek,
(Damage and ekonomi serta
Losses) dampak dan
dampak terhadap
manusia, yang strategi
dikenal dengan pemulihan
nama HRNA daerah /wilayah
(Human Recovery pascabencana.
Needs Asessment)

Peraturan BNPB No. 05 Tahun 2017


Jitupasna
Pengkajian kebutuhan pasca bencana adalah suatu rangkaian kegiatan penilaian AKIBAT, analisis
DAMPAK serta perkiraan KEBUTUHAN, yang menjadi dasar bagi penyusunan Rencana Rehabilitasi
dan Rekonstruksi Pascabencana (R3P)
26
REHABILITASI REKONSTRUKSI

“Perbaikan dan pemulihan semua aspek “Pembangunan kembali semua prasarana dan
pelayanan publik atau masyarakat sampai sarana, kelembagaan pada wilayah
tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan
pascabencana dengan sasaran utama untuk maupun masyarakat dengan sasaran utama
normalisasi atau berjalannya secara wajar tumbuh dan berkembangnya kegiatan
semua aspek pemerintahan dan kehidupan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya
masyarakat pada wilayah pascabencana.” hukum dan ketertiban dan bangkitanya peran
serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat pada wilayah
pascabencana.
UU RI No. 24 Tahun 2007 Pasal 1 UU RI No. 24 Tahun 2007 Pasal 1
RUANG LINGKUP
REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI
Kegiatan rehabilitasi terdiri dari: Kegiatan rekonstruksi terdiri dari:
PP RI No. 21 Tahun 2008 Pasal 56 PP RI No. 21 Tahun 2008 Pasal 75

 pembangunan kembali prasarana dan sarana


 perbaikan lingkungan daerah bencana  pembangunan kembali sarana sosial masyarakat
 perbaikan prasarana dan sarana umum  pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya
masyarakat
 pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat  penerapan rancang bangun yang tepat dan
 pemulihan sosial psikologis penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan
bencana
 pelayanan kesehatan  partisipasi dan peran serta lembaga dan
 rekonsiliasi dan resolusi konflik organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan
masyarakat
 pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya  peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
 pemulihan keamanan dan ketertiban  peningkatan fungsi pelayanan publik
 peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat
 pemulihan fungsi pemerintahan
 pemulihan fungsi pelayanan publik
RUANG LINGKUP SEKTORAL
SEKTOR SUB SEKTOR

PERMUKIMAN  PERUMAHAN DAN PRASARANA LINGKUNGAN,


 PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN
INFRASTRUKTUR  TRANSPORTASI DARAT, LAUT, UDARA, KERETA API, ENERGI, POS DAN TELEKOMUNIKASI,
SUMBERDAYA AIR, AIR BERSIH DAN SANITASI
SOSIAL  KESEHATAN, PENDIDIKAN, AGAMA
 BUDAYA DAN BANGUNAN BERSEJARAH
 LEMBAGA SOSIAL

EKONOMI  PERTANIAN, PERIKANAN, PETERNAKAN DAN PERKEBUNAN


 INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
 PERDAGANGAN (PASAR), PARIWISATA

LINTAS SEKTOR  PEMERINTAHAN


 KETERTIBAN DAN KEAMANAN
 KEUANGAN/PERBANKAN, LINGKUNGAN HIDUP DAN PRB
SUMBER PENDANAAN
Kebutuhan
Pendanaan

Pemerintah - APBN Pemerintah Daerah – APBD


(Kemen/Lembaga Negara) (Prov./Kabupaten/Kota)

Masyarakat Masyarakat

Dunia Usaha Dunia Usaha

INGO/NGO/LSM INGO/NGO/LSM
PRINSIP DASAR JITUPASNA

 Merupakan proses yang partisipatif dengan melibatkan para pihak


berkepentingan dalam prosesnya.
 Mengutamakan pengamatan terhadap akibat dan dampak bencana serta
kebutuhan pemulihan yang berbasis bukti.
 Menggunakan cara pandang pengurangan risiko bencana dalam analisisnya
sehingga JITUPASNA dapat mendukung rehabilitasi dan rekonstruksi yang
dapat membangun dengan lebih baik.
 Menggunakan cara pandang berbasis hak-hak dasar sehingga pengkajian
terhadap akibat dan dampak bencana berorientasi pada pemulihan hak-hak
dasar tersebut.
 Menjunjung tinggi akuntabilitas dalam proses maupun pelaporan

nrk
ALUR JITUPASNA

PENGKAJIAN & PENILAIAN ANALISIS DAMPAK


AKIBAT BENCANA BENCANA
BENCANA
 Kerusakan • Ekonomi dan fiskal
 Kerugian • Sosial budaya, politik
 Gangguan/Kehilangan Akses • Pembangunan manusia
 Gangguan Fungsi • Kualitas lingkungan.
 Peningkatan Risiko

PERKIRAAN
KEBUTUHAN PEMULIHAN

 Perbaikan/pembangunan
PENYUSUNAN  Penggantian
RENCANA RR  Penyediaan bantuan akses
 Penyedian bantuan proses
 Pengurangan resiko
PENGKAJIAN AKIBAT BENCANA
KOMPONEN URAIAN
Perubahan bentuk pada aset fisik dan infrastruktur milik pemerintah, masyarakat dan badan usaha sehingga
terganggu fungsinya secara parsial atau total sebagai akibat langsung dari suatu bencana.
Kerusakan
Misalnya kerusakan rumah, sekolah, pusat kesehatan, pabrik, tempat usaha, tempat ibadah dan lain-lain dalam
kategori tingkat kerusakan ringan, sedang dan berat.
Meningkatnya biaya kesempatan atau hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan ekonomi karena
kerusakan aset milik pemerintah, masyarakat dan badan usaha sebagai akibat tidak langsung dari suatu
Kerugian bencana.
Misalnya potensi pendapatan yang berkurang, pengeluaran yang bertambah selama periode waktu hingga aset
dipulihkan.
Hilang atau terganggunya akses individu, keluarga dan masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan
dasarnya akibat suatu bencana.
Gangguan Misalnya rumah yang rusak atau hancur karena bencana mengakibatkan orang kehilangan akses terhadap naungan
Akses sebagai kebutuhan dasar. Kerusakan sarana produksi pertanian membuat hilangnya akses keluarga petani terhadap
hak atas pekerjaan.
Hilang atau terganggunya fungsi kemasyarakatan dan pemerintahan akibat suatu bencana.
Gangguan Fungsi Misalnya rusaknya suatu gedung pemerintahan mengakibatkan terganggu/terhentinya fungsi-fungsi pelayanan-
pelayanan dasar. Demikian juga bila terganggu proses-proses kemasyarakatan dasar, seperti proses musyawarah
dan proses-proses sosial dan budaya.
Meningkatnya kerentanan dan atau menurunnya kapasitas individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan
badan usaha sebagai akibat dari suatu bencana.
Meningkatnya
RIsiko Setelah bencana, meningkatnya resiko terkena bencana susulan seperti epidemi penyakit.
PENGKAJIAN DAMPAK BENCANA
Komponen Keterangan

Dampak ekonomi adalah penurunan kapasitas ekonomi masyarakat di tingkat


Ekonomi dan Fiskal kabupaten/kota setelah terjadi bencana yang berimplikasi terhadap produksi domestik
regional bruto.
Dampak fiskal adalah penurunan terhadap kapasitas keuangan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah sebagai dampak bencana dalam jangka pendek hingga menengah.
Dampak sosial budaya adalah perubahan sistem nilai, etika dan norma dalam
Sosial Budaya dan masyarakat setelah bencana. Dampak sosial adalah perubahan struktur sosial dalam
Politik jangka menengah dan panjang.
Dampak politik adalah perubahan struktur kuasa dan perilaku politik dalam jangka
menengah dan panjang setelah terjadi bencana.
Dampak pembangunan manusia adalah dampak bencana terhadap kualitas kehidupan
Pembangunan manusia dalam jangka menengah dan jangka panjang yang diukur melalui Indeks
Manusia Pembangunan Manusia, Indeks Ketimpangan Gender dan Indeks Kemiskinan
Multidimensional.
Dampak terhadap lingkungan adalah penurunan kualitas lingkungan yang berpengaruh
Kualitas Lingkungan terhadap kehidupan manusia dan membutuhkan pemulihan dalam jangka menengah dan
jangka panjang.

nrk
PENGKAJIAN KEBUTUHAN PASCABENCANA
Komponen Keterangan

Pembangunan Kebutuhan pembangunan bertujuan untuk memulihkan aset milik pemerintah,


masyarakat, keluarga dan badan usaha setelah terjadi bencana.
Penggantian Kebutuhan penggantian bertujuan untuk mengurangi kerugian ekonomi yang
dialami oleh pemerintah, masyarakat, keluarga dan badan usaha sebagai akibat
dari bencana.
Penyediaan Kebutuhan penyediaan bantuan yang bertujuan untuk membantu memulihkan
bantuan akses individu, keluarga dan masyarakat terhadap hak-hak dasar seperti
pendidikan, kesehatan, pangan, jaminan sosial, perumahan, budaya, pekerjaan,
kependudukan dan lain-lain.
Pemulihan fungsi Kebutuhan pemulihan fungsi merupakan kebutuhan yang bertujuan untuk
menjalankan kembali fungsi pemerintahan dan kemasyarakatan.
Pengurangan Kebutuhan pengurangan rIsiko meliputi kebutuhan mencegah dan melemahkan
rIsiko ancaman, kebutuhan mengurangi kerentanan terhadap bencana dan
kebutuhan meningkatkan kapasitas masyarakat dan pemerintah dalam
menghadapi bencana di masa datang.

nrk
PERANGKAT PENYELENGGARAAN
REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA

1. Hitung Cepat Akibat Bencana


Dalam masa tanggap darurat dilakukan kegiatan Hitung Cepat Akibat Bencana, sebagai data awal masuk
dalam kegiatan pengkajian kebutuhan pascabencana dan sebagai data informasi publik.
2. Pengkajian Kebutuhan Pascabencana (JituPasna)
Melakukan pengkajian terhadap kerusakan, kerugian, gangguan akses dan fungsi, meningkatnya risiko
bencana serta kebutuhan
3. Penyusunan Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana
Amanat dari PP No.21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, merupakan
tanggungjawab Kab./Kota dan sebagai bahan perencanaan dan penganggaran.
4. Usulan Pendanaan Bantuan Hibah Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana (E-
Proposal)
Usulan bantuan pendanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana yang disampaikan
melalui BNPB c.q melalui aplikasi e.proposal.
Tantangan Kegiatan Jitupasna

 Intensitas kejadian bencana meningkat dengan akibat dan dampak


makin besar seiring dengan pesatnya kegiatan pembangunan.
 Kebutuhan pelaksanaan Jitupasna yang lebih cepat dan akurat
 Jenis dan jumlah data yang harus dikumpulkan dan dianalisa dalam
pelaksanaan Jitupasna semakin kompleks sehingga menuntut panduan
yang lebih komprehensif.
 Masih beragamnya pendekatan atau panduan yang digunakan para pihak
terkait dalam melakukan kajian/penilaian akibat dan dampak bencana.
MENGAPA HARUS JITUPASNA?

 Seringkali perhitungan dampak bencana hanya memperhitungkan nilai


kerusakan saja, karena urgensi untuk segera menentukan kebutuhan
pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi.
 Akibatnya
 Efek total bencana tidak diperhitungkan seluruhnya
 Banyak kebutuhan sosial tidak mendapat perhatian
 Dampak negatif terhadap pembangunan ekonomi tidak sepenuhnya
diperhatikan dan dimitigasi
AKTIVITAS

 Tugas Kelompok.
 Tiap kelompok diminta mendiskusikan dan
menuliskan akibat dan dampak bencana
sesuai dengan jenis bencananya, upaya
pemulihan yang dapat dilakukan serta
aktor/pelaku (Nasional/Prov/Kab-Kota/Desa)
yang terlibat dalam melakukan kajian
kebutuhan pascabencana
 Waktu diskusi: 15 menit
 Presentasi kelompok: @ 5 menit

39
Sesi Diskusi: Pemetaan Masalah

Akar masalah Akar masalah

Rekomendasi Rekomendasi

Masalah Utama

Akar masalah
Akar masalah
Rekomendasi
Rekomendasi
Sekian Terima Kasih

 Mbah Dharmo

Anda mungkin juga menyukai