Dari uraian di atas jelaslah bahwa pustakawan pada umumnya dan juga pustakawan pada
perpustakaan sekolah harus memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dan tugas-
tugas perpustakaan yang harus dilakukan di perpustakaan sehari-hari.
Untuk mengukur seorang pustakawan memiliki kompetensi atau tidak, dan seberapa tingkat
kompetensinya dibutuhkan adanya standar dalam pengukurannya. Namun demikian standar
kompetensi pustakawan di Indonesia samapi dengan saat ini belum ada penetapan.
Pada tanggal 12 Januari 2012, telah dilakasanakan Konvensi Rancangan Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (RSKKNI) Sektor Kebudayaan, Hiburan dan Rekreasi Bidang Perpustakaan.
Didalam RSKKNI tersebut pengetahuan dan ketrampilan diwujudkan dalam 3 kelompok unit
kompetensi, yaitu kelompok kompetensi umum, kelompok kompetensi inti dan kelompok kompetensi
Khusus.
Komptensi Umum adalah kompetensi dasar umum yang harus dimiliki oleh pustakawan,
diperlukan untuk melakukan tugas-tugas perpustakaan, yang meliputi
(1) Mengoperasikan komputer tingkat dasar,
(2) Menyusun Rencana Kerja Perpustakaan (RKP),
(3) Membuat Laporan Kerja Perpustakaan (LKP).
Kompetensi inti merupakan kompetensi dasar keahlian yang harus dimiliki oleh setiap
pustakawan dalam menjalankan tugas-tugas yang ada di perpustakaan.
Kompetensi inti mencakup unit-unit kompetensi yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas-
tugas inti dan wajib dikuasai oleh pustakawan, yaitu
(1) Melakukan seleksi bahan perpustakaan,
(2) Melakukan pengadaan bahan perpustakaan,
(3) Melakukan Pengatalogan Deskriptif,
(4) Melakukan pengatalogan subyek,
(5) Melakukan perawatan koleksi perpustakaan,
(6) Melakukan layanan Sirkulasi,
(7) Melakukan layanan referensi,
(8) Melakukan Penelusuran Informasi Sederhana,
(9) Melakukan Promosi Perpustakaan,
(10) Melakukan kegiatan literasi informasi,
(11) Memanfaatkan jaringan internet layanan perpustakaan.
Selanjutnya adalah kompetensi khusus, yaitu kompetensi tingkat lanjut yang bersifat spesifik,
yang meliputi
(1) Melakukan kajian perpustakaan,
(2) Membuat karya tulis ilmiah,
(3) Membuat literature skunder,
(4) Melakukan Pelestarian koleksi perpustakaan,
(5) Melakukan penelusuran informasi kompleks,
(6) Merancang tata ruang dan perabot perpustakaan.
Sebenarnya untuk tenaga perpustakan sekolah sudah terdapat standar. Standar tersebut adalah
Pertauran Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/Madrasah, peraturan menteri tersebut ditetapkan pada tanggal 11 Juni
2008.
Di dalam Pasal 2 Permendiknas No. 25 Tahun 2008, dinyatakan bahwa “Penyelenggara
sekolah/madrasah wajib menerapkan standar tenaga perpustakaan sekolah/madrasah
sebagaimana diatur dalam peraturan menteri ini, selambat-lambatnya 5 (lima) tahun seteleh
Peraturan Menteri ini ditetapkan. Dengan demikian berarti pada tanggal 11 Juni 2013 tenaga
perpustakaan sekolah harus sudah menyesuaikan dengan standar yang terdapat dalam peraturan
tersebut.
Adapun di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008 tersebut,
terdapat kompetensi untuk Kepala Perpustakaan Sekolah/Madrasah, dan Kompetensi untuk
Tenaga Perpustakaan Sekolah/ Madrasah.
Pada akhirnya kompetensi tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan pemustaka. Tuntutan
pemustaka akan kebutuhan informasi dari waktu ke waktu semakin meningkat, tidak terkecuali
pemustaka pada perpustakaan sekolah, hal tersebut adalah merupakan tantangan bagi perpustakaan
pada masa sekarang dan masa mendatang. Kemudian dalam rangka meningkatkan minat baca, maka
perpustakaan sekolah harus memberikan layanan yang optimal dengan meningkatkan sistem layanan
yang ada agar kebutuhan informasi pemustakanya dapat dipenuhi dengan cepat, tepat, efektif dan
efisien.
Untuk mendukung perpustakaan yang handal dan yang dapat mendukung terciptanya budaya baca di
sekolah, maka dibutuhkan pustakawan yang memiliki kompetensi baik kompetensi professional
maupun kompetensi personal. Hal tersebut akan dapat terwujud jika penerapan standar kompetensi
diberlakukan di perpustakaan sekolah.