Anda di halaman 1dari 12

SALINAN

BUPATI LUMAJANG
PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG


NOMOR 1 TAHUN 2023

TENTANG

PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN POHON

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUMAJANG,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaannya, Peraturan


Daerah Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengaturan Pemotongan
Pohon pada Jalur Hijau dan Kawasan Pertamanan di Kabupaten
Lumajang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum
dan belum dapat menampung tentang perlindungan dan
pelestarian Pohon maka perlu dicabut;

b. bahwa kuantitas dan kualitas Pohon saat ini mengalami


penurunan yang sangat signifikan dan mengakibatkan
penurunan kualitas lingkungan hidup perkotaan yang
berdampak ke berbagai sendi kehidupan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada


huruf a dan huruf b, maka perlu mengatur Perlindungan dan
Pelestarian Pohon dengan Peraturan Daerah;

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang pembentukan
Daerah-Daerah Kabupaten dalam Propinsi Jawa Timur
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 9)
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan
Daerah Tingkat II Surabaya dengan Mengubah Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah
Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa
Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
Kabag Ketua
Hukum Pansus
2

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan


dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2022 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022
Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6801);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang
Pengendalian Kerusakan dan/atau Pencemaran Lingkungan
Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan/atau
Lahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
10, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia Nomor
4076);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6634);
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008
tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka
Hijau di Kawasan Perkotaan;
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2010
tentang Pedoman Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian-Bagian
Jalan;
13. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun
2011 tentang Pedoman Materi Muatan Rancangan Peraturan
Daerah di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
932);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 2036) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 157);

Kabag Ketua
Hukum Pansus
3

Dengan Persetujuan Bersama :

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


KABUPATEN LUMAJANG

dan

BUPATI LUMAJANG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERLINDUNGAN DAN


PELESTARIAN POHON.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Lumajang.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lumajang.
3. Bupati adalah Bupati Lumajang.
4. Dinas adalah Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Lumajang yang melaksanakan urusan pemerintahan
bidang lingkungan hidup.
5. Pohon adalah tumbuhan yang batangnya berkayu dan dapat
mencapai ukuran diameter 10 (sepuluh) sentimeter atau lebih
yang diukur pada ketinggian 1,50 (satu koma lima puluh) meter
di atas permukaan tanah.
6. Pohon di Tepi Jalan adalah semua pohon yang berada di
samping kanan dan kiri Jalan Daerah.
7. Perlindungan Pohon adalah upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk mempertahankan fungsi pohon.
8. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun
yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi
kolektif dan bentuk usaha ttetap.
9. Penebangan Pohon adalah proses, cara, perbuatan mengurangi
sebagian besar atau keseluruhan batang dan/atau bagian
batang pohon dengan cara apapun yang mengakibatkan pohon
mati.
10. Pemindahan Pohon adalah proses, cara, perbuatan untuk
memindahkan pohon ke tempat lain dengan cara dan teknik
yang benar serta tetap mempertahankan fungsi dan kehidupan
pohon.
11. Pemangkasan Pohon adalah proses, cara, perbuatan dengan
berdasarkan metode yang benar untuk mengurangi sebagian
kecil batang dan/atau bagian batang pohon dengan tetap
mempertahankan fungsi dan kehidupan pohon.

Kabag Ketua
Hukum Pansus
4

12. Perusakan Pohon adalah proses, cara, perbuatan yang dapat


menyebabkan kerusakan fungsi Pohon dan Pohon menjadi mati.
13. Jalur Hijau adalah jalur penempatan tanaman serta elemen
lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang milik jalan
(RUMIJA) maupun di dalam ruang pengawasan jalan (RUWASJA)
yang sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen
lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya bewarna
hijau.
14. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah
area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman,
baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam.
15. Ruang Terbuka Hijau Publik yang selanjutnya disebut RTH
Publik adalah ruang terbuka hijau yang penyediaan dan
pemeliharaannya menjadi tanggung jawab Pemerintah.
16. Ruang Terbuka Hijau Privat yang selanjutnya disebut RTH Privat
adalah ruang terbuka hijau milik institusi tertentu atau orang
perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas
antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik
masyarakat/ swasta yang ditanami tumbuhan.
17. Penggantian Pohon adalah upaya untuk mengganti Pohon yang
dimohonkan untuk dilakukan penebangan oleh pemohon
dengan ketentuan yang diatur oleh Pemerintah Daerah.
18. Pelestarian Pohon adalah upaya untuk memelihara
keberlanjutan keberadaan dan fungsi pohon yang dilaksanakan
melalui pembudidayaan, dan perlindungan.
19. Penanaman Pohon adalah kegiatan memindahkan bibit pohon
dari tempat penyemaian pohon ke tempat penanaman pohon.
20. Pemeliharaan Pohon adalah kegiatan yang bertujuan untuk
menjamin keberhasilan Pohon yang diperlihatkan oleh kondisi
tegakan yang mempunyai kualitas baik sesuai dengan tujuan
penanamannya.

Pasal 2

Tujuan penyelenggaraan perlindungan dan pelestarian pohon yaitu:


a. mencegah dan mengurangi kerusakan pohon yang disebabkan
oleh perbuatan manusia dan/atau alam, serta sebab-sebab lain
yang mengakibatkan kerusakan pada pepohonan;
b. menjaga dan meningkatkan kelestarian lingkungan; dan
c. menciptakan lingkungan yang sehat bagi kepentingan umum.

BAB II
PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN POHON

Bagian Kesatu
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pelestarian Pohon

Pasal 3

(1) Pemerintah Daerah menyelenggarakan perlindungan dan


pelestarian pohon di Daerah.

(2) Penyelenggaraan perlindungan dan pelestarian pohon di Daerah


sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan di Jalur Hijau dan
RTH Publik yang menjadi kewenangan Daerah.
Kabag Ketua
Hukum Pansus
5

(3) Penyelenggaraan perlindungan dan pelestarian pohon di Daerah


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk :
a. menjaga dan mengembangkan Jalur Hijau dan RTH Publik
sepanjang sesuai kewenangan yang ada berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. merapikan dahan yang rimbun;
c. melakukan Penebangan Pohon mati yang berpotensi rawan
roboh;
d. menangani kejadian Pohon yang roboh bersama instansi
terkait;
e. memindahkan Pohon; dan
f. Penebangan Pohon karena permohonan izin; dan
g. Penanaman Pohon.

(4) Dalam rangka penyelenggaraan perlindungan dan Pelestarian


Pohon, Dinas melakukan pendataan jumlah dan jenis pohon yang
lingkup kewenangan perlindungan dan pelestariannya berada
pada Daerah.

(5) Berdasarkan hasil pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat


(4), Pemerintah Daerah akan menanam Pohon kembali dan
memperbaiki Jalur Hijau dan RTH Publik apabila terdapat
kerusakan atas pohon sepanjang berada dalam lingkup
kewenangan Daerah.
Bagian Kedua
Peran Serta Masyarakat dan Badan
Pasal 4
(1) Peran serta masyarakat dan Badan dalam penyelenggaraan
perlindungan dan Pelestarian Pohon dilakukan melalui:
a. Penanaman Pohon;
b. Pemeliharaan Pohon;
c. melaporkan kepada Pemerintah Daerah mengenai adanya
Pohon yang dapat membahayakan dan mengancam
keselamatan umum dan/atau adanya tindakan yang
mengakibatkan pohon di Daerah tersebut rusak atau mati;
dan/atau
d. melaporkan kepada Pemerintah Daerah apabila melihat atau
mengetahui terdapat pohon yang rusak untuk segera
diberikan penanganan khusus.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai peran serta masyarakat dan


Badan diatur dalam Peraturan Bupati.
BAB III
PENEBANGAN POHON
Bagian Kesatu
Izin Penebangan Pohon

Pasal 5

(1) Setiap kegiatan Penebangan Pohon yang berada dalam lingkup


kewenangan Daerah mengenai perlindungan dan Pelestarian
Pohon yang dilakukan oleh orang atau Badan wajib untuk
dilengkapi dengan izin Penebangan Pohon yang diterbitkan
Bupati.
Kabag Ketua
Hukum Pansus
6

(2) Bupati dapat melimpahkan kewenangan penerbitan izin


Penebangan Pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
Dinas.

(3) Izin Penebangan Pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


sekurang-kurangnya memuat :
a. identitas pemohon;
b. jenis Pohon;
c. alasan Penebangan Pohon;
d. jumlah Pohon;
e. lokasi Pohon;
f. diameter Pohon; dan
g. dokumentasi pohon yang akan di tebang.

(4) Izin Penebangan Pohon hanya dapat berlaku untuk 1 (satu) kali
proses Penebangan Pohon dengan jangka waktu 14 (empat belas)
hari sejak izin tersebut diterbitkan.

Bagian Kedua
Alasan Penebangan Pohon

Pasal 6

Penebangan Pohon dapat dilakukan dengan alasan sebagai berikut:


a. keberadaan Pohon mengganggu jaringan utilitas dan/atau jalan;
b. keberadaan Pohon mengganggu atau membahayakan bagi
keselamatan umum; atau
c. ditempat atau disekitar lokasi Pohon akan didirikan suatu
bangunan atau dipergunakan untuk kepentingan umum.

Bagian Ketiga
Permohonan Izin Penebangan Pohon

Pasal 7

(1) Untuk memperoleh izin Penebangan Pohon sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), orang atau Badan wajib
mengajukan permohonan izin Penebangan Pohon secara tertulis
kepada Bupati.

(2) Permohonan Izin Penebangan Pohon secara tertulis sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) disertai dengan:
a. identitas pemohon;
b. lokasi dan jumlah Pohon yang dimohonkan untuk ditebang;
c. tujuan Penebangan Pohon;
d. diameter Pohon yang dimohonkan untuk ditebang;
e. dokumentasi Pohon yang dimohonkan untuk ditebang; dan
f. pernyataan pemohon tentang kesediaan penggantian pohon
guna memenuhi kewajiban sebelum diterbitkannya izin
Penebangan Pohon.

Pasal 8

(1) Permohonan izin Penebangan Pohon sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 7 ayat (1) dianalisis oleh Dinas dan dapat
berkoordinasi dengan Instansi terkait.

Kabag Ketua
Hukum Pansus
7

(2) Hasil analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan


sebagai bahan pertimbangan pemberian izin.

Pasal 9

(1) Permohonan izin Penebangan Pohon sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 7 ayat (1) yang diajukan oleh pemohon dapat
diterima atau ditolak.

(2) Hasil pengajuan permohonan izin Penebangan Pohon


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Dinas
paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan
diajukan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai hasil pengajuan permohonan


izin Penebangan Pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

Bagian Keempat
Pemindahan Pohon

Pasal 10

(1) Dalam hal permohonan izin Penebangan Pohon sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dan berdasarkan hasil analisis
Dinas dan/atau Instansi terkait, Kepala Dinas dapat memberikan
keterangan bahwa terhadap Pohon yang dimohonkan untuk
dilakukan penebangan tidak dilakukan penebangan dan
dilakukan Pemindahan Pohon.

(2) Pemindahan Pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan


mempertimbangkan jenis, ukuran dan/atau usia Pohon yang
perlu untuk dijaga dan dilestarikan.

(3) Pelaksanaan Pemindahan Pohon dilakukan oleh Dinas dengan


biaya yang diperhitungkan untuk ditanggung oleh pemohon.

(4) Tugas untuk memelihara dan melakukan perawatan terhadap


Pohon yang dipindahkan menjadi tanggung jawab Dinas.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemindahan Pohon diatur dalam


Peraturan Bupati.

Bagian Kelima
Kewajiban Pemohon Izin Penebangan Pohon

Pasal 11

(1) Dalam melaksanakan Penebangan Pohon, pemohon izin


Penebangan Pohon wajib melaksanakan Penggantian Pohon.

(2) Lokasi Penggantian Pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ditetapkan oleh Kepala Dinas dan diutamakan di sekitar kawasan
lokasi Pohon yang ditebang.

Kabag Ketua
Hukum Pansus
8

Bagian Keenam
Penggantian Pohon

Pasal 12

(1) Pemenuhan terhadap kewajiban Penggantian Pohon sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) adalah senilai dengan pohon
yang ditebang dan ditetapkan paling kecil berdiameter 3 cm (tiga
sentimeter) dengan ketentuan jumlah sebagai berikut:
a. terhadap Pohon yang berdiameter hingga 30 cm (tiga puluh
sentimeter), maka jumlah penggantinya sebanyak 10
(sepuluh) bibit Pohon;
b. terhadap pohon yang berdiameter lebih dari 30 cm (tiga puluh
seentimeter) sampai dengan 50 cm (lima puluh sentimeter),
maka jumlah penggantinya sebanyak 15 (lima belas) bibit
Pohon; dan
c. terhadap Pohon yang berdiameter lebih dari 50 cm (lima
puluh sentimeter), maka jumlah penggantinya sebanyak 20
(dua puluh) bibit Pohon.

(2) Jenis Pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Bupati.

(3) Pemenuhan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


merupakan syarat penerbitan izin.

BAB IV
LARANGAN

Pasal 13

Setiap orang dan/atau Badan dilarang :


a. menempelkan iklan, poster, dan atau/tempelan lain pada Pohon;
b. memaku Pohon;
c. menebang Pohon tanpa mendapatkan izin dari Bupati;
d. membakar Pohon;
e. membuang limbah berbahaya dan beracun di sekitar Pohon;
f. mencoret-coret Pohon dengan bahan yang berbahaya bagi Pohon;
dan/atau
g. melakukan tindakan dengan sengaja yang menyebabkan Pohon
rusak atau mati.

BAB V
TEKNIS PENEBANGAN POHON

Pasal 14

(1) Penebangan Pohon dilaksanakan oleh Dinas.

(2) Penebangan Pohon untuk pembangungan infrastruktur publik


dikoordinasikan dengan Instansi terkait.

Kabag Ketua
Hukum Pansus
9

BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 15

(1) Dalam keadaan mendesak yang mengakibatkan Pohon harus


ditebang karena mengancam atau membahayakan keselamatan
umum, maka Penebangan Pohon dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu memberitahukan kepada Dinas dan memperoleh
persetujuan Pemerintah Daerah.

(2) Pengelolaan Pohon yang kewenangan perlindungan dan


pelestariannya menjadi kewenangan Daerah dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VII
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 16

(1) Setiap orang atau Badan yang melanggar ketentuan dalam Pasal
11 ayat (1), Pasal 12 dan Pasal 13 dikenakan sanksi administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud ayat (1) berupa :


a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. denda administratif paling banyak senilai Rp.50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah); dan/atau
d. sanksi administratif lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi


diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 17

Pelaksanaan izin Penebangan Pohon yang telah diterbitkan sebelum


ditetapkannya Peraturan Daerah ini dilakukan dengan menyesuaikan
ketentuan Peraturan Daerah ini.

Pasal 18

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan


Daerah Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengaturan Pemotongan
Pohon pada Jalur Hijau dan Kawasan Pertamanan di Kabupaten
Lumajang (Lembaran Daerah Kabupaten Lumajang Tahun 2005
Nomor 17, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Lumajang Tahun
2005 Nomor 05) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah
Nomor 05 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengaturan Pemotongan Pohon pada
Jalur Hijau dan Kawasan Pertamanan di Kabupaten Lumajang
(Lembaran Daerah Kabupaten Lumajang Tahun 2006 Seri E Nomor
3) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Kabag Ketua
Hukum Pansus
10

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 19

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Daerah Kabupaten Lumajang.

Ditetapkan di Lumajang
pada tanggal 7 Juli 2023

BUPATI LUMAJANG,

ttd.

H. THORIQUL HAQ, M.ML.


Diundangkan di Lumajang
pada tanggal 7 Juli 2023

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN LUMAJANG,

ttd.

Drs. AGUS TRIYONO, M.Si.


NIP. 19690507 198903 1 004

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2023 NOMOR 1


NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR :
74-1/2023

Kabag Ketua
Hukum Pansus
11

PENJELASAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG


NOMOR 1 TAHUN 2023

TENTANG

PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN POHON


I. Umum

Indonesia sebagai negara kesejahteraan dalam komitmennya yang di


tuangkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (selanjutnya disingkat
UUD 1945) Pasal 33 ayat (3) yang berbunyi :
“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat"

Sumber daya alam tersebut sebagai salah satu modal dasar


pembangunan nasional secara umum dan Daerah secara khusus yang perlu
dijaga dan dipertahankan kelestariannya agar dapat memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Polusi udara merupakan masalah yang signifikan terjadi di Indonesia,


baik disebabkan oleh industri maupun disebabkan oleh hal lain, masalah ini
dapat berefek pada kesehatan manusia, kesehatan ekosistem, visibilitas dan
permasalahan lainnya. Pohon memengaruhi kualitas udara melalui
penghilangan langsung polutan udara, mengubah iklim mikro lokal dan
membangun penggunaan energi, dan melalui emisi senyawa organik yang
mudah menguap. Pohon menghilangkan polusi udara gas terutama dengan
penyerapan melalui leafstomata, meskipun beberapa gas dihilangkan oleh
permukaan tanaman.

Pohon merupakan komponen kehidupan yang sangat penting bagi


kehidupan sebagaimana dijelaskan diatas yang berkaitan dengan polusi
udara, Lumajang sendiri memiliki berbagai masalah berkaitan dengan polusi
Udara. Maka Pohon merupakan hal penting yang harus dilindungi serta di
lestarikan. Pada dasarnya fungsi Pohon bukanlah untuk mempercantik
Daerah saja, namun fungsi utamanya adalah untuk memberikan efek sehat
bagi seluruh mahluk hidup yang berada disekitarnya.

Untuk menjamin bahwa peraturan Daerah tersebut tidak bertentangan


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
tingkatannya dan sesuai dengan hierarki peraturan perundang-undangan.
Disamping itu mengingat bahwa peraturan Daerah sebagai bagian dari sistem
peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan
kepentingan umum sebagaimana diatur dalam kaidah penyusunan Peraturan
Daerah, dan untuk menjamin bahwa Peraturan Daerah kabupaten Lumajang
tentang Perlindungan dan Pelestarian Pohon memenuhi norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Maka
disusunlah Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang tentang Perlindungan
dan Pelestarian Pohon.

II. Pasal demi Pasal

Pasal 1
Cukup Jelas.
Pasal 2
Cukup Jelas.
Kabag Ketua
Hukum Pansus
12

Pasal 3
Cukup Jelas.
Pasal 4
Cukup Jelas.
Pasal 5
Cukup Jelas.
Pasal 6
Huruf a
Utilitas adalah fasilitas yang menyangkut kepentingan umum
meliputi listrik, telekomunikasi, informasi, air, minyak, gas
dan bahan bakar lainnya, sanitasi dan
sejenisnya.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Cukup Jelas.
Pasal 7
Cukup Jelas.
Pasal 8
Cukup Jelas.
Pasal 9
Cukup Jelas.
Pasal 10
Cukup Jelas.
Pasal 11
Cukup Jelas.
Pasal 12
Cukup Jelas.
Pasal 13
Cukup Jelas.
Pasal 14
Cukup Jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Bagi Pohon yang tumbang akibat bencana alam akan
dilakukan asesmen terkait kerugian oleh perangkat daerah
yang membidangi bencana alam.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Sanksi dikenakan secara berurutan sesuai dengan urutan
dalam Pasal tersebut. Dalam hal pemberian sanksi akan
diatur lebih detail dan komprehensif dalam peraturan Bupati.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 17
Cukup Jelas.
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2023


NOMOR 144
Kabag Ketua
Hukum Pansus

Anda mungkin juga menyukai