Anda di halaman 1dari 15

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

RANCANGAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
NOMOR TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2020-2050

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR,


Menimbang a.
: bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin
menurun telah mengancam kelangsungan
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya,
sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan
yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua
pemangku kepentingan;
b. bahwa lingkungan hidup Provinsi Nusa Tenggara Timur,
perlu dikelola secara baik dan bertanggung jawab demi
terjaganya kelestarian fungsi lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan masyarakat Provinsi Nusa
Tenggara Timur;
c. bahwa semangat otonomi daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia telah mengamanatkan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup menjadi bagian dari
kewenangan wajib pemerintah daerah;
d. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 ayat (3)
huruf b dan Pasal 63 ayat (2) huruf c Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan lingkungan Hidup, Pemerintah Daerah
bertugas dan berwenang menetapkan dan
melaksanakan kebijakan mengenai Rencana
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
-2-

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c dan
huruf d, perlu membentuk Peraturan Daerah
tentang Rencana Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
Mengingat 1.
: Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa
Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur (lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1649);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
perlindungan dan Pengelolaan lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan lembaran negara Nomor 5059);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587,
sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pedoman
Materi Muatan Rancangan Peraturan Daerah di Bidang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum
-3-

Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018


Nomor 157);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
dan
GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA


PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2020-
2050

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan daerah ini, yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur.
3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah dewan perwakilan rakyat daerah
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
5. Dinas adalah unsur pelaksana urusan pemerintahan di bidang
lingkungan hidup yang menjadi kewenangan daerah.
6. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan peri kehidupan dan
kersejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
7. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya sistematis
dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup
dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
-4-

8. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang


memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam
strategi pembangunan untuk menjamni keutuhan lingkungan hidup serta
keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa
kini dan generasi masa depan.
9. Rencana Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan Hidup yang
selanjutnya disebut RPPLH adalah perencanaan tertulis yang memuat
potensi, masalah lingkungan hidup serta upaya perlindungan dan
pengelolaannya dalam kurun waktu tertentu.
10. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan
kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
11. Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk
memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup.
12. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
untuk mendukung perikehidupan manusia, makluk hidup lain, dan
keseimbangan antar keduanya.
13. Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau
dimasukan ke dalamnya.
14. Sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas
sumber daya hayati dan non hayati yang secara keseluruhan membentuk
kesatuan ekosistem.
15. Kajian lingkungan hidup strategis yang selanjutnya disebut KLHS adalah
rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi
dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program.
16. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup yang selanjutnya disingkat IKLH
adalah gambaran atau indikasi awal yang memberikan kesimpulan cepat
dari suatu kondisi lingkungan hidup pada lingkup dan periode tertentu.
17. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang selanjutnya disebut
Amdal adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
-5-

18. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah suatu
kawasan yang dibatasi oleh titik tinggi dimana air berasal dari air hujan
yang jatuh, terkumpul dan mengalirkan air hujan tersebut melalui sungai
yang ada dalam kawasan tersebut.
19. Sub Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat Sub DAS adalah
bagian dari DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui
anak sungai ke sungai utama.

20. Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan


hidup yang selanjutnya disebut UKL-UPL adalah pengelolaan dan
pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak
penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
21. Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk
hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber
daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
22. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
23. Kriteria Baku Kerusakan lingkungan Hidup adalah ukuran batas
perubahan sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang
dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap melestarikan
fungsinya.
24. Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan orang yang menimbulkan
perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia,
dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup.
25. Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak
langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup
yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
26. Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam
untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan
ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
nilai serta keanekaragamannya.
-6-

27. Perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung


atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan
perubahan komposisi atmosfir secara global dan selain itu juga berupa
perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu
yang dapat dibandingkan.
28. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
29. Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lain.
30. Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya disebut Limbah
B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
31. Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan,
dan/atau penimbunan.
32. Dumping adalah kegiatan membuang, menempatkan, dan/atau
memasukkan limbah dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu,
dan lokasi tertentu dengan persyaratan tertentu ke media lingkungan
hidup tertentu.
33. Sengketa lingkungan hidup adalah perselisihan antara dua pihak atau
lebih yang timbul dari kegiatan yang berpotensi dan/atau telah
berdampak pada lingkungan hidup.
34. Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan
hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.
35. Organisasi lingkungan hidup adalah kelompok orang yang terorganisasi
dan terbentuk atas kehendak sendiri yang tujuan dan kegiatannya
berkaitan dengan lingkungan hidup.
36. Audit lingkungan hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
37. Ekoregion adalah wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim,
tanah, air, flora, dan fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan alam
yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup.
-7-

38. Kearifan lokal adalah nilai - nilai luhur yang berlaku dalam tata
kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola
lingkungan hidup secara lestari.
39. Masyarakat hukum adat adalah kelompok masyarakat yang secara turun
temurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan
pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan lingkungan
hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi,
politik, sosial, dan hukum.
40. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.
41. Instrumen ekonomi lingkungan hidup adalah seperangkat kebijakan
ekonomi untuk mendorong Pemerintah, pemerintah daerah, atau setiap
orang ke arah pelestarian fungsi lingkungan hidup.
42. Ancaman serius adalah ancaman yang berdampak luas terhadap
lingkungan hidup dan menimbulkan keresahan masyarakat.
43. Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL
dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
44. Izin usaha dan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh instansi
teknis untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan.

BAB II
TUJUAN, DAN SASARAN
Bagian Kesatu
Tujuan
Pasal 2
Peraturan daerah tentang Rencana Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan
Hidup bertujuan:
a. menjamin kepastian hukum dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
b. menjamin Kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian
lingkungan hidup;
c. mewujudkan pengendalian pemanfaatan sumber daya alam secara
bijaksana;
d. mewujudkan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup;
-8-

e. melindungai wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur dari pencemaran


dan/atau kerusakan lingkungan hidup; dan
f. meningkatkan kesadaran pemerintah daerah, dunia usaha, dan/atau
masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.

Bagian Kedua
Sasaran
Pasal 3
Sasaran dari peraturan daerah tentang rencana perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yakni:
a. terjaganya kualitas lingkungan hidup yang memberikan daya dukung bagi
pembangunan berkelanjutan melalui pengendalian perencanaan dan/atau
kerusakan lingkungan, pengelolaan DAS, keanekaragaman hayati, serta
pengendalian perubahan iklim;
b. terjadinya keseimbangan dan fungsi ekosistem dan keberadaan sumber
daya alam untuk kelangsungan kehidupan melalui unit ekosistem
DAS/Sub DAS dan sumber mata air; dan
c. terjaganya daya dukung dan daya tampung pada setiap ruang ekosistem.

BAB III
KEDUDUKAN, MASA BERLAKU, DAN EVALUASI RPPLH
Bagian Kesatu
Kedudukan
Pasal 4
(1) RPPLH menjadi dasar penyusunan dan dimuat dalam RPJPD dan RPJMD,
yang materi muatannya berkenaan dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
(2) RPPLH menjadi dasar penyusunan RPPLH kabupaten/kota dalam wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Bagian Kedua
Jangka Waktu
Pasal 5
Jangka waktu berlakunya RPPLH daerah yaitu 30 (tiga puluh) tahun, mulai
dari tahun 2020 sampai dengan tahun 2050.
-9-

Bagian Ketiga
Evaluasi
Pasal 6
(1) RPPLH sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 dapat dievaluasi 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun.
(2) Evaluasi dilakukan untuk mengetahui pencapaian hasil, kemajuan, dan
kendala yang dihadapi guna perbaikan RPPLH.
(3) Evaluasi dilakukan dengan mempertimbangkan dinamika perkembangan
masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kepastian hukum.

BAB IV
PENETAPAN IKLH
Pasal 7
(1) Dalam rangka pengendalian pelaksanaan RPPLH ditetapkan IKLH daerah.
(2) IKLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan hinga kategori baik.
(3) Pencapaian IKLH sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
secara bertahap.

BAB V
SISTEMATIKA
Pasal 8
(1) RPPLH disusun dengan sistematika, sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Peran dan Posisi RPPLH
c. Tujuan dan Sasaran
d. Prinsip RPPLH
Bab II. Kondisi dan Indikasi Daya Dukung dan Daya Tampung
a. Kondisi geografis
b. Kondisi topograf
c. Kondisi hidrologi
d. Kondisi klimatologi
e. Tanah dan lahan
f. Sumber daya mineral
g. Kependudukan
h. Potensi bencana alam
i. Potensi sumber daya alam
-10-

j. Kondisi jasa lingkungan


k. Kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup
l. Perubahan iklim
m. Degradasi ekosistem wilayah pesisir dan laut
n. Ekoregion, jasa lingkungan hidup, daya dukung dan daya
tampung
o. Indikasi daya dukung dan daya daya tampung
p. Tantangan lingkungan hidup 30 tahun ke depan
Bab III. Permasalahan, Indikator, dan Target
a. Isu strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur
b. Indikator keberhasilan
c. Target RPPLH Provinsi Nusa Tenggara Timur
Bab IV. Kebijakan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Provinsi Nusa Tenggara Timur
a. Kebijakan umum
b. Strategi perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
provinsi nusa tenggara timur tahun 2020-2050
c. Kebijakan tingkat pulau/kepulauan
Bab V. Penutup
(2) RPPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam lampiran
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

BAB VI
KOORDINASI DAN KERJASAMA
Bagian Kesatu
Koordinasi
Pasal 9
(1) Gubernur melaksanakan koordinasi pelaksanaan RPPLH.
(2) Gubernur dapat melimpahkan wewenang koordinasi kepada pimpinan
organisasi perangkat daerah di bidang lingkungan hidup.

Bagian Kedua
Kerjasama
Pasal 10
Dalam rangka pelaksanaan RPPLH, Gubernur dapat melakukan kerjasama
dengan pemerintah daerah lain, pihak ketiga, dan dunia usaha.
-11-

BAB VII
MONITORING DAN PELAPORAN
Bagian Kesatu
Monitoring
Pasal 11
(1) Gubernur melaksanakan monitoring pelaksanaan RPPLH dalam rangka
melihat capaian IKLH yang telah ditetapkan.
(2) Gubernur dapat menugaskan pimpinan organisasi perangkat daerah di
bidang lingkungan hidup untuk melakukan monitoring.

Bagian kedua
Pelaporan
Pasal 12
(1) Pimpinan organisasi perangkat daerah di bidang lingkungan hidup
menyampaikan laporan kepada gubernur, minimal 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun.
(2) Gubernur menyampaikan laporan kepada Pemerintah.
(3) Tata cara penyampaian laporan sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENBGAWASAN
Pasal 13
(1) Gubernur melakukan pembinaan dalam rangka pelaksanaan RPPLH.
(2) Pembinaan sebagaimanan dimaksud pada ayat (1), dilakukan dalam
bentuk:
a. sosialisasi;
b. pemberian petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan; dan
c. pendidikan dan pelatihan.

Pasal 14
(1) Pemerintah daerah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
RPPLH.
-12-

(2) Tata cara pengawasan pelaksanaan RPPLH sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan gubernur.

BAB IX
PARTISIPASI MASYARAKAT
Pasal 15
(1) Masyarakat memiliki kesempatan berpartisipai dalam pelaksanaan
RPPLH.
(2) Partisipasi masyarakat dilakukan, dalam bentuk:
a. pengawasan;
b. pemberian usul, saran, dan pendapat;
c. pendampingan tenaga ahli;
d. bantuan teknis; dan
e. penyampaian informasi atau laporan adanya perilaku merusak
lingkungan hidup.

BAB X
PEMBIAYAAN
Pasal 16
(1) Pembiayaan penyelenggaraan RPPLH bersumber dari APBD sesuai dengan
kemampuan keuangan daerah, dana dekonsentrasi APBN, partisipasi
masyarakat.
(2) Kalangan dunia usaha dapat mengalokasikan dana untuk membiayai
pelaksanaan RPPLH daerah.

BAB XI
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
Bagian Kesatu
Sanksi Administratif
Pasal 17
(1) Gubernur menerapkan sanksi administratif kepada penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan, jika dalam pengawasan ditemukan pelanggaran
terhadap izin lingkungan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. paksaan pemerintahan;
-13-

d. pembekuan izin lingkungan; dan


e. pencabutan izin lingkungan.
(3) Bentuk-bentuk paksaan pemerintahan diberikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.

Bagian Kedua
Hak Gugat Pemerintah Daerah
Pasal 18
(1) Pemerintah daerah berhak mengajukan gugatan ganti rugi dan/atau
tindakan tertentu terhadap usaha dan/atau kegiatan yang menyebabkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
(2) Hak gugat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya dapat digunakan
apabila terjadi kerugian lingkungan hidup, sebagai akibat dari
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
(3) Hak gugat pemerintah daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Ketiga
Hak Gugat Masyarakat
Pasal 19
(1) Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok (class
action) untuk kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan
masyarakat, apabila mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup.
(2) Hak gugat masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai ketentuan peratutran perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Keempat
Hak Gugat Organisasi Lingkungan Hidup
Pasal 20
(1) Organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan untuk
kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup.
(2) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terbatas
pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu tanpa adanya
tuntutan ganti rugi.
-14-

(3) Organisasi lingkungan hidup yang dapat mengajukan gugatan harus


memenuhi persyaratan:
a. berbentuk badan hukum;
b. bergerak dalam bidang pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan
c. telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai anggaran dasarnya, paling
singkat 3 (tiga) tahun.
BAB XII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 21
Setiap Orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang mengakibatkan
kerusakan dan/atau pencemaran Lingkungan Hidup yang bersifat kejahatan
dipidana sesuai peraturan perundang-undangan.

BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 22
(1) Pada saat peraturan daerah ini mulai berlaku, seluruh peraturan
perundang-undangan tingkat daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur
yang berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
daerah ini.
(2) Rencana pembangunan daerah yang telah ditetapkan sebelum ditetapkan
peraturan daerah ini, harus disesuaikan secara bertahap paling lama 3
(tiga) tahun sejak berlakunya peraturan daerah ini.

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
-15-

Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan
daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur.

Ditetapkan di Kupang
pada tanggal 2020
GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR,

VIKTOR BUNGTILU LAISKODAT


Diundangkan di Kupang
pada tanggal 2020
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR,

BENEDIKTUS POLO MAING

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2020


NOMOR..
NOREG PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Anda mungkin juga menyukai