Anda di halaman 1dari 12

Nama : Cristine Ayu Sipayung

NIM : 4233240025

Mata Kuliah : Rekayasa dan Desain

Dosen pengampu : Dr.Ridwan Abdullah Sani,M.Si

“PERLINDUNGAN DESAIN PRODUK INDUSTRI”

BAB PEMBAHASAN

A.Uraian Materi

1. Pengertian Desain Industri

Desain industri (bahasa Inggris: Industrial design) adalah seni terapan di mana estetika dan usability
(kemudahan dalam menggunakan suatu barang) suatu barang disempurnakan. Desain industri
menghasilkan kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna atau garis dan warna
atau gabungannya, yang berbentuk 3 atau 2 dimensi, yang memberi kesan estetis, dapat dipakai untuk
menghasilkan produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan. Sebuah karya desain dianggap
sebagaikekayaan intelektual karena merupakan hasil buah pikiran dan kreatifitas dari pendesainnya,
sehingga dilindungi hak ciptanya oleh pemerintah melalui Undang-Undang No. 31 tahun 2000 tentang
Desain Industri. Kriteria desain industri adalah baru dan tidak melanggar agama, peraturan perundangan,
susila, dan ketertiban umum. Jangka waktu perlindungan untuk desain industri adalah 10 tahun terhitung
sejak tanggal penerimaan permohonan Desain Industri ke Kantor Ditjen Hak Kekayaan Intelektual.Desain
Industri adalah cabang HKI yang melindungi penampakan luar suatu produk. Sebelum perjanjian TRIPS
lahir, desain industri dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta. Namun karena perkembangan desain
yang sangat pesat, maka perlu dibuatkan UU Khusus yang mengatur tentang desain industri.

Salah satu bidang HKI yang dilindungi sebagaimana yang diatur dalam Perjanjian TRIPs-WTO adalah
Desain Industri (Industrial Design). Lahirnya Desain Industri tidak terlepas dari kemampuan kreativitas
cipta, rasa dan karsa milik manusia yang merupakan pemikiran yang biasa juga disebut sebagai produk
intelektual manusia. Landasan filosofis perlindungan Desain Industri adalah Pancasila yaitu rechtidee (cita
hukum) yang merupakan konstruksi pikir (ide) yang mengarahkan hukum kepada apa yang dicita-citakan.
Rudolf Stamler,45 mengatakan bahwa rechtidee berfungsi sebagai leitstern (bintang pemandu) bagi
terwujudnya cita-cita sebuah masyarakat. Dari rechtsidee itulah disusun konsep dan politik hukum dalam
sebuah negara. Cita hukum tersebut merupakan suatu yang bersifat normatif, dan juga konstitutif.
Normatif artinya berfungsi sebagai prasyarat transendental yang mendasari tiap hukum positif yang
bermartabat, dan merupakan landasan moral hukum dan sekaligus tolok ukur sistem hukum positif. Cita
hukum yang konstitutif berarti rechtsidee berfungsi mengarahkan hukum pada tujuan yang ingin dicapai.
Gustaf Radbruch menyatakan bahwa “rechtsidee berfungsi sebagai dasar yang bersifat konstitutif bagi
hukum positif, memberi makna bagi hukum. Rechtsidee menjadi tolok ukur yang bersifat regulatif, yaitu
menguji apakah hukum positif adil atau tidak.” Cita hukum akan mempengaruhi dan berfungsi sebagai
asas umum yang memberikan pedoman (guiding principle), norma kritik (kaidah evaluasi), dan faktor
yang memotivasi dalam penyelenggaraanhukum (pembentukan, penemuan, penerapan hukum, dan
perilaku hukum).

UUD 45 yang merupakan hukum dasar bagi pembentukan hukum positif mengandung empat ide
pokok, yang oleh para ahli disepakati sebagai cita hukum Indonesia, yaitu: pertama, cita perlindungan
yang terkandung dalam frasa “Negara melindungi segenap bangsa Indonesia, dan seluruh tumpah darah
Indonesia dengan berdasarkan atas persatuan”; kedua, cita keadilan sosial, yang terkandung dalam frasa
“Negara berhak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”; ketiga, cita kemanfaatan
yang terkandung dalam frasa “Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan”; dan keempat, cita keadilan umum, yang terkandung dalam frasa ”Negara
berdasar atas KeTuhanan Yang Maha Esa”. Cita perlindungan mengandung makna cita hukum yang
menjamin perlindungan segenap bangsa Indonesia, sesuai dengan prinsip keadilan kumulatif yang
dikemukakan Thomas Aquinas dalam Franz L Neumann,47 yaitu hukum memberi perlindungan kepada
seluruh warga masyarakat tanpa memandang status sosial, suku, budaya, politik, agama, dan
ekonominya. Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh Jeremy Bentham, bahwa fungsi hukum yang
utama adalah memberi penghidupan, mendorong persamaan, dan memelihara keamanan bagi semua
orang. Cita keadilan sosial mencerminkan hukum yang menjamin keadilan dalam hidup bermasyarakat,
yakni mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat, yang mengutamakan perlakuan adil bagi
seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang ras, golongan, dan agama.

2.Sejarah Pengaturan Desain Industri

Pengaturan tentang Desain Industri dikenal pada abad ke-18 terutama di Inggris karena adanya
Revolusi Industri. Desain Industri awalnya berkembang pada sektor tekstil dan kerajinan tangan yang
dibuat secara massal. UU pertama yang mengatur mengenai Desain Industri adalah "The designing and
printing of linens, cotton, calicoes and muslin act" sekitar tahun 1787. Pada saat ini Desain Industri hanya
dalam bentuk 2 Dimensi. Sedangkan Desain Industri dalam bentuk 3 (tiga) Dimensi mulai diatur melalui
Sculpture Copyright Act 1798 pengaturannya masih sederhana hanya meliputi model manusia dan
binatang. Lalu pada tanggal 20 Maret 1883 The Paris Convention. for the Protection of Industrial Property
(Paris Convention). Amanat pada pasal 5 Paris Convention menyatakan bahwa Desain Industri harus
dilindungi di semua negara anggota Paris Convention.

Estetika Versus Fungsionalita Perlindungan desain memberikan hak monopoli kepada pemilik desain
atas bentuk, konfigurasi, pola atau ornamentasi tertentu dari sebuah desain. Dengan demikian, hukum
desain hanya melindungi penampilan bentuk terluar dari suatu produk. Undang- Undang Desain Industri
tidak melindungi aspek fungsional dari sebuah desain, seperti cara pembuatan produk, cara kerja, atau
aspek keselamatannya. Pembuatan, pengoperasian dan ciri-ciri barang tertentu dilindungi oleh hukum
paten.

3.Syarat-Syarat Perlindungan Desain Hak Desain Industri

Syarat-Syarat Perlindungan Desain Hak Desain Industri diberikan untuk desain industri yang baru,
Desain Industri dianggap baru apabila pada tanggal penerimaan, desain industri tersebut tidak sama
dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya, meskipun terdapat kemiripan. Pengungkapan
sebelumnya, sebagaimana dimaksud adalah pengungkapan desain industri yang sebelum; 1) Tanggal
penerimaan, 2)Tanggal prioritas apabila permohonan diajukan dengan hak prioritas. 3) Telah diumumkan
atau digunakan di Indonesia atau luar Indonesia. Suatu Desain Industri tidak dianggap telah diumumkan
apabila dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sebelum tanggal penerimaannya, desain industri
tersebut:Telah dipertunjukkan dalam suatu pameran nasional ataupun internasional di Indonesia atau di
luar negeri yang resmi atau diakui sebagai resmi; atau 2. Telah digunakan di Indonesia oleh pendesain
dalam rangka percobaan dengan tujuan pendidikan, penelitian, atau pengembangan. Selain itu, Desain
Industri tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban
umum, agama, atau kesusilaan. Sistem Konstitutif dalam Perlindungan Desain Industri, Perlindungan
Desain Industri menganut sistem First to File Principle, Suatu Desain Industri dari suatu produk yang
dimiliki tidak akan mendapatkan perlindungan hukum apabila tidak terdaftar.

Dalam perspektif Hak Cipta, Desain Industri dilihat sebagai suatu hasil dimana pemikiran atau perasaan
yang diekspresikan dengan cara yang kreatif dan diwujudkan dalam bentuk karya yang bernilai estetis.
Sedangkan dalam perspektif paten 63, Desain Industri dilihat sebagai upaya untuk mendorong terciptanya
penemuan dengan mengedepankan aspek perlindungan dan kegunaannya juga memberi kontribusi bagi
kemajuan industri. Hampir dapat dipastikan, perlindungan terhadap Desain Industri adalah merupakan
gabungan dari perlindungan terhadap Hak Cipta dan Paten, namun antara Hak Cipta, Paten dan Desain
Industri tetap memiliki perbedaan. Pada Hak Cipta terdapat nilai estetis, efek rasio dan rasa serta efek
kegunaan, sedangkan pada Paten khususnya Paten Sederhana lebih mengedepankan unsur materi yang
dapat diterapkan dalam bidang teknologi dan industri serta mengutamakan rasio dan efek kegunaan .
Pada Desain Industri penekanannya lebih pada materi yang melahirkan kesan estetisdan mengutamakan
rasa dan efek estetika.

Permasalahan perlindungan hukum terhadap Desain Industri dalam praktek bisnis di bidang kerajinan
menjadi masalah tersendiri. Kondisi demikian disebabkan oleh banyak faktor yang ada di masyarakat,
diantaranya faktor yuridis dan ekonomis. Secara yuridis dapat dikatakan bahwa terdapat banyak desain
yang dimiliki oleh Pendesain sekaligus pelaku usaha yang tidak didaftarkan, sehingga mengakibatkan
perlindungan hukum tidak optimal. Sebagai contoh adalah masyarakat dari Usaha Kecil Menengah(UKM)
belum sepenuhnya memahami tentang pentingnya perlindungan hukum Desain Industri yang dihasilkan
oleh UKM. Sementara itu secara ekonomi ada kendala dari segi finansial pemilik desain untuk membiayai
pendaftaran desain mereka. Sebagai contoh adalah UKM menganggap bahwa pendaftaran Desain Industri
memerlukan biaya yang mahal, proses pendaftarannya tidak mudah dan memakan waktu yang lama.

4.Lingkup Hak Desain Industri

Kekayaan Intelektual atau Hak Kekayaan Intelektual sering disingkat menjadi HKI atau HaKI. Yang terdiri
dari 3 kata kunci; Hak, Kekayaan, dan Intelektual. Dalam istilah asing disebut IPR (Intellektual Property
Right) yang berarti kekayaan atau sesuatu yang dimiliki, dijual belikan. Hak Milik Intelektual, Hak
Kekayaan Intelektual, (Intellektuele Eigendomsrecht) merupakan kekayaan atas segala hasil produksi,
kecerdasan daya pikir seperti tehnologi, pengetahuan, seni, sastra, dan lain-lain yang berguna bagi
manusia.

Garis Besar Haluan Negara tahun 1998 menyatakan dengan istilah hak milik intelektual. Dalam Propernas
(Program Pembangunan Nasional) disebut dengan istilah hak atas kekayaan intelektual. Milik memiliki
makna yang lebih khusus dari pada "kekayaan", karena kekayaan maknanya bersifat lebih luas. Ahmad
Ramli lebih memilih mengunakan istilah "Hak atas Kepemilikan Intelektual". HaKI adalah Hak atas
kepemilikan terhadap karya karya yang timbul atau lahir karena adanyakemampuan intelektualitas

manusia dalam bidang IP dan Tehnologi melalui daya cipta, rasa dan karsa dalam karyanya,dan memiliki
nilai moral,praktis dan okonomis (Bambang Kesowo).

HKI dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Hak cipta( copy right)

2.Hak Kekayaan Industri

a.Patent

b. Desain Industri

c. merk
d. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

e. Rahasia Dagang

f. Perlindungan Varietas Tanaman

Pemegang Hak Desain Industri memiliki hak eklusif untuk melaksanakan Hak Desain Industri yang
dimilikinya dan untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memakai, menjual,
mengimpor, mengekspor, dan/atau mengedarkan barang yang diberi hak desain industry.

Subjek dari Hak Desain Industri; Yang berhak memperoleh hak desain industri adalah pendesain atau
yang menerima hak tersebut dari pendesain. Dalam hal pendesain terdiri atas beberapa orang secara
bersama, hak desain industri diberikan kepada mereka secara bersama, kecuali jika diperjanjikan lain. Jika
suatu desain Industri dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya,
atau yang dibuat orang lain berdasarkan pesanan, pemegang hak desain industri adalah pihak yang untuk
dan/atau dalam dinasnya desain industri itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak
dengan tidak mengurangi hak pendesain apabila penggunaan desain industri itu diperluas sampai keluar
hubungan dinas.

Jika suatu desain industri dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, orang yang
membuat desain industri itu dianggap sebagai pendesain dan pemegang hak desain industri, kecuali jika
diperjanjikan lain antara kedua pihak.

5.Pengalihan Hak dan Lisensi Desain Industri

Hak Desain Industri dapat beralih atau dialihkan dengan cara pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian
tertulis, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. Pengalihan hak
desain industri tersebut harus disertai dengan dokumen tentang pengalihan hak dan wajib dicatat dalam
daftar umum desain industri pada Ditjen HKI dengan membayar biaya sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan. Pengalihan hak desain industri yang tidak dicatatkan dalam daftar umum
desain industri tidak berakibat hukum pada pihak ketiga. Pengalihan hak desain industri tersebut akan
diumumkan dalam berita resmi desain industri.

Pemegang Hak Desain Industri dapat memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian
lisensi dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu untuk melaksanakan hak desain industri dan
untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor,
mengekspor dan/atau mengedarkan barang yang di dalamnya terdapat seluruh atau sebagaian desain
yang telah diberi hak desain industri, kecuali jika diperjanjikan lain. Perjanjian lisensi ini dapat bersifat
ekslusif atau non ekslusif. Perjanjian lisensi wajib dicatatkan dalam daftar umum desain industri pada
Ditjen HKI dengan dikenai biaya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Perjanjian
lisensi ini kemudian diumumkan dalam berita resmi desain industri. Perjanjian lisensi yang tidak
dicatatkan tidak berlaku terhadap pihak ketiga.

6.Bentuk dan Isi Perjanjian Lisensi

Pada dasarnya bentuk dan isi perjanjian lisensi ditentukan sendiri oleh para pihak berdasarkan
kesepakatan bersama, namun tidak boleh memuat ketentuan yang melanggar peraturan perundang-
undangan yang berlaku seperti ketentuan yang dapat menimbulkan akibat yang merugikan bagi
perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat

Pengalihan Hak Kekayaan Intelektual Melalui Pemberian Lisensi:Perkataan Lisensi berasal dari kata latin
"Licentia". Apabila kita memberikan lisensi kepada seseorang terhadap suatu hak. Maka kita memberikan
kebebasan atau izin kepada orang itu untuk menggunakan sesuatu yang sebelumnya tidak boleh
digunakan. Disinilah hal yang paling mendasar dalam suatu perjanjian lisensi adalah adanya izin yang
diberikan oleh pemegang hak yang dilindungi untuk dapat dipergunakan oleh penerima hak tersebut,
Suatu kekayaan intelektual dapat dikatakan bermanfaat ekonomi karena terkandung didalamnya nilai-
nilai ekonomi. Untuk pemanfaatan nilai-nilai ekonomi ini secara optimal, seseorang pemegang hak salah
satu kekayaan intelektual (rahasia dagang, desain. industri, paten) seringkali tidak mungkin. melakukan
sendiri pemanfaatan ekonominya. Karena itu, undang-undang yang berlaku, kepada seseorang atau
perusahaan yang mempunyai aset HAKI diperbolehkan untuk memberikan hak atas aset HAKI yang
dimilikinya kepada perusahaan lain untuk pemanfaatan sebesar-besarnya suatu aset HAKI berdasarkan
lisensi atau waralaba. sehubungan dengan hak cipta maka perjanjian lisensi yang digunakan."

Jadi berarti lisensi adalah suatu bentuk hak untuk melakukan satu atau serangkaian tindakan atau
perbuatan, yang diberikan oleh mereka yang mempunyai hak dalam bentuk izin sebagaimana ditentukan
dalam perjanjian itu sendiri, tanpa adanya izin tersebut, maka tindakan atau perbuatan tersebut
merupakan suatu tindakan yang terlarang, yang tidak sah, yang merupakan perbuatan melawan hukum.
Terkecuali jika tindakan tersebut adalah bagian dari fair use." Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta, lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemegang Hak
Terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak Ciptaannya atau produk Hak
Terkaitnya dengan persyaratan tertentu. Meski mengakui adanya beberapa format pengalihan Hak Cipta
yang diatur dalam Pasal 1 Ayat (20) UU Hak Cipta namun ketentuan mengenai lisensi, yaitu dalam Pasal
80 yang dirumuskan sebagai berikut:

a. Pemegang hak cipta berhak memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan surat perjanjian lisensi
untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud Pasal 9 Ayat (1), Pasal 23 Ayat (2), Pasal 24 Ayat
(2) dan Pasal 25 Ayat

b. Kecuali diperjanjikan lain, lingkup sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi semua perbuatan
diperbolehkan untuk memberikan hak atas aset HAKI yang dimilikinya kepada perusahaan lain untuk
pemanfaatan sebesar-besarnya suatu aset HAKI berdasarkan lisensi atau waralaba, sehubungan dengan
hak cipta maka perjanjian lisensi yang digunakan."Jadi berarti lisensi adalah suatu bentuk hak untuk
melakukan satu atau serangkaian tindakan atau perbuatan, yang diberikan oleh mereka yang mempunyai
hak dalam bentuk izin sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 berlangsung selama jangka
waktu lisensi diberikan dan berlaku untuk seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.

c. Kecuali diperjanjikan lain. pelaksanaan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
disertai dengan kewajiban pemberian royalti kepada Pemegang Hak Cipta oleh penerima Lisensi.

d. Jumlah royalti yang wajib dibayarkan kepada Pemegang Hak Cipta oleh penerima Lisensi adalah
berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak degan berpedoman kepada kesepakatan organisasi
profesi.Dari pengertian tersebut yang diberikan dapat kita lihat bahwa lisensi merupakan suatu bentuk
pemberian hak yang melahirkan suatu perikatan,20 yang dapat bersifat ekslusif mapun non-ekslusif
sebagai suatu perikatan pemberian lisensi ini memberikan hak kepada pemberi lisensi atas kontra prestasi
dari penerima lisensi.

Secara umum dapat dikatakan bahwa kontra prestasi yang diharapkan oleh pemberi lisensi dari
penerima lisensi adalah bentuk pembayaran (yang disebut dengan license fee atau royalti). Namum
demikian kebutuhan praktis menunjukan bahwa ternyata tidak sampai di situ saja kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh penerima lisensi. Pemberi lisensi merasa berkepentingan agar hak kekayaan intelektual
yang dilisensikan olehnya kepada penerima lisensi dapat dijaga keutuhannya (dalam hal hak atas
kekayaan intelektual yang di lisensikan adalah rahasia dagang, penerima lisensi bahkan diwajibkan untuk
menjaga kerahasiaan rahasia dagang yang dilisensikan tersebut). termasuk melakukan hal-hal yang tidak
akan mengakibatkan kerugian, baik langsung maupun tidak langsung atas hak kekayaan intelektual yang
diperoleh pemanfaatannya melalui pemberian lisensi, baik memberikan kerugian moril maupun materiil
bagi pihak pemberi lisensi.Agar dapat mempunyai akibat hukum bagi pihak ketiga, perjanjian lisensi wajib
dicatatkan di Direktorat Jenderal. Pendaftaran adalah persyaratan untuk menetapkan adanya gugatan
atas pelanggaran. Pendaftaran juga merupakan persyaratan untuk memperoleh ganti rugi. Surat
pendaftaran ciptaan menetapkan bukti awal (prime facie) bagi pencipta akan keabsahan hak ciptanya.22
Direktorat Jenderal wajib menolak pencatatan perjanjian lisensi yang memuat ketentuan yang dapat
menimbulkan akibat Gunawan Op., Cit, hal. 4-5 Rahmi Jened, Hak Kekayaan Intelektual melahirkan suatu
perikatan, yang dapat bersifat ekslusif mapun non-ekslusif sebagai suatu perikatan pemberian lisensi ini
memberikan hak kepada pemberi lisensi atas kontra prestasi dari penerima lisensi.

Secara umum dapat dikatakan bahwa kontra prestasi yang diharapkan oleh pemberi lisensi dari
penerima lisensi adalah bentuk pembayaran (yang disebut dengan license fee atau royah)yang merugikan
perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat.
Ketentuan lebih lanjut mengenai catatan perjanjian lisensi diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta Pasal
82 Ayat (2). Lisensi hak cipta pada dasarnya diperbolehkan selama sepanjang syarat-syarat lahirnya lisensi
sebagai suatu perjanjian yang sah.
7.Persyaratan dan Prosedur

Ketentuan mengenai persyaratan desain industri diatur di dalam beberapa pasal yaitu Pasal 10 sampai
dengan Pasal 17 Undang-undang No. 31 Tahun 2000, antara lain meliputi:

a. hak desain industri diberikan atas dasar permohonan (Pasal 10 UUDI).


b. permohonan tersebut dibuat secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dan iya diajukan. ke Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan membayar biaya (Pasal 11 ayat (1) UUDI). Permohonan
tersebut harus ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya. Mengenai bentuk clan isi Surat
permohonan yang telah ditentukan serta lampiran permohonan harus memuat apa yang telah diatur
dalam Pasal 11 Ayat (3) dan (4). Dalam hal permohonan diajukan bersama-sama oleh lebih dari 1
(satu) pemohon, permohonan harus ditandatangani oleh salah satu pemohon dengan melampir- kan
persetujuan tertulis dari pihak pemohon lain (Pasal 11 ayat (5) UUDI). Permohonan yang diajukan
oleh bukan pendesain, permohonan harus disertai dengan pemyataan yang dilengkapi bukh yang
cukup bahwa pemohon berhak atas desain industri yang bersangkutan (Pasal 11 Ayat (6) UUDI).

c. Pasal 13 UUDI menyatakan bahwa setiap, permohonan hanya dapat diajukan untuk satu desain industri
atau beberapa desain industri yang merupakan satu kesatuan desain industri atau yang mem 111 ki kelas
yang sama.

d. Pasal 14 UUDI menyatakan pemohon yang bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia
harus mengajukan. permohonan melalui kuasa serta pemohon tersebut menyatakan clan memilih
domisili hukumnya di Indonesia.

. Pasal 16 dan Pasal 17 UUDI merupakan e ketentuan mengenai pengajuan dengan hak prioritas.UUDI
telah mengatur ketentuan. mengenai prosedur pendaftaran desain industri. Ketentuan tersebut diatur
dalam Pasal 18 sampai dengan Pasal 29 UUDI. Prosedur tersebut meliputi pengajuan permohonan,
tanggal penerimaan, pemeriksaan administratif, pengumuman permohonan desain industri, pemeriksaan
substantif dilakukan apabila terdapat keberatan,pendaftaran, pembuatan dan pengesahan sertifikat
desain industri serta pengumuman berita resmi desain industri.

8.Persyaratan dan Prosedur Pendaftaran Desain Industri Menurut Ketentuan UUDI

Menurut UUDI pemeriksaan terhadap desain industri yang diajukan permohonan pendaftarannya
meliputi:

a. Pemeriksaan kelengkapan persyaratan pendaftaran (diatur di dalam Pasal 10, Pasal 11, Pasal 13, Pasal
14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17 UUDI).

b. Pemeriksaan material pendaftaran desain industri atau yang disebut dengan pemeriksaan substantif
yang khusus dilakukan apabila terdapat oposisi (diatur didalam Pasal 25 s/d 30 UUDI.
UUDI mengatur mengenai persyaratan permohonan pendaftaran desain indusri. Ketentuan tersebut
dimuat didalam beberapa pasal yaitu Pasal 10, Pasal 11, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, dan Pasal
17. Pasal-pasal tersebut mangatur permohonan pendaftaran desain industri, bentuk dan isi permohonan
pendaftaran desain industri, biaya permohonan pendaftaran desain industri, dan ketentuan mengenai
lampiran yang harus dipenuhi. Klasifikasi kasatuan desain industri, ketentuan pihak kuasa permohonan,
ketentuan konsultan HKI, serta permohonan dengan hak prioritas.

9. Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual

Ketentuan mengenai hukum hak kekayaan intelektual (HKI) telah diatur dalam berbagai undang-undang,
seperti:

a. Undang-undang No. 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang;

b. Undang-undang No. 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri;

c. Undang-undang No. 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu;

d. Undang-undang No. 14 Tahun 2000 Tentang Paten;

e. Undang-undang No. 15 Tahun 2000 Tentang Merek;

f. Undang-undang No. 19 Tahun 2000 Tentang Hak Cipta.

Di Indonesia, desain industri atau desain produk industri diakui berbeda dengan hak kekayaan intektual
lainnya. Hak desain industri sebelumnya masih menjadi bagian dalam Undang- undang No. 5 Tahun 1984
tentang Perindustrian. Di samping diatur dalam perundang- undangan, konvensi internasional mengenai
hak kekayaan intelektual juga menjadi sumber hukum.

Konvensi mengenai desain industri terdapat dalam satu kesatuan dengan perlindungan hak milik
perindustrian 1883 yang dikenal dengan Konvensi Paris Bivieaux International Renis pour la Protection de
la Propiete Intelectualle (BIRPI), yang saat ini dikenal dengan World Intellectual Property Organization
(WIPO). Badan internasional tersebut berada di Jenewa.

Selain itu, Konvensi Den Haag 1925 atau The Haque arrangement Concerning the International Deposit
of Industrial Pattern and Design dan Trade related Aspects of Intellectual Property Right (TRIP's) setelah
ditandatanganinya kesepakatan Putaran Uruguay pada tanggal 15 April 1994 di Marakesh - Maroko juga
memuat ketentuan prinsip tentang perlindungan HKI. Konvensi ini berisikan 3 (tiga) hal utama;

a. Pembentukan organisasi perdagangan dunia sebagai penganti secretariat General Aggreenment on


Tariffs and Trade (GATT) yang selanjutnya akan mengadministrasikan dan mengawasi pelaksanaan
persetujuan perdagangan serta menyelesaikan sengketa dagang di antara Negara anggota;
b. Penurunan tariff impor berbagai komoditi perdagangan secara menyeluruh dan akses pasar domestik
dengan mengurangi berbagai hambatan proteksi perdagangan yang ada;

c. Pengaturan baru di bidang aspek-aspek dagang yang terkait dengan hak kekayaan intelektual,
ketentuan investasi yang terkait dengan perdagangan, dan perdagangan jasa.

Terdapat kelemahan prosedural substansi Undang-Undang Desain Industri, yaitu: 1. Banyak Desain
Industri terdaftar pada Direktorat Jenderal HKI yang sebenarnya tidak memiliki "kebaruan" dan
"orisinalitas" karena sudah diproduksi oleh beberapa pihak perusahaan yang berasal dari Indonesia
maupun dari dan di luar negeri, sehingga sudah diketahui umum;

2. Ada "itikad tidak baik dari pihak-pihak pemohon yang sengaja mendaftarkan Desain Industri yang sudah
tidak memiliki "kebaruan" dan "orisinalitas", sudah diketahui oleh umum atau sudah beredar dalam
lingkungan bisnis serupa.

Revisi Undang-Undang Nomor 31 tahun 2000 Tentang Desain Industri yang diusulkan ini, selain harus
dilatarbelakangi dengan hal-hal sebagaimana telah diuraikan di atas, tentu harus mengandung substansi
yang lebih jelas dan tegas agar tercapai kepastian hukum. Revisi juga harus dilakukan dengan
penyesuaian mengenai pengertian atau ketentuan dalam Perjanjian TRIPS, Hague Agreement, praktek
pelaksanaan UU di negara-negara maju seperti USA, Uni Eropa, Jepang, dan sebagainya. Lebih lanjut,
revisi Undang-Undang Nomor 31 tahun 2000 Tentang Desain Industri juga sebaiknya dilatarbelakangi
dengan tujuan untuk mengakomodasikan masalah-masalah yang timbul dalam kaitannya dengan
prosedur administrasi, pendaftaran Desain Industri, dan penegakan hak Desain Industri, serta dapat
mengakomodasikan masukan-masukan masyarakat yang berkaitan dengan perlindungan hukum dan
kepastian lingkup perlindungan hak Desain Industri.

Tuntutan masyarakat yang menyebabkan semua sektor kehidupan misalnya seperti tuntutan ekonomi,
hukum dan budaya berpacu dengan waktu untuk mengejar ketertinggalannya dalam era persaingan
global yang saat ini semakin diskriminatif, komparatif, dan kompetitif sehingga telah mendorong Badan
Pembinaan Hukum Nasional perlu menyusun Tim Naskah Akademik Peraturan Perundang-undangan
tentang Rancangan Undang-Undang Desain Industri.

Berikut ini adalah definisi operasional mengenai istilah HKI yang pada prinsipnya dibagi menjadi dua
subyek yang saling melengkapi satu sama lain yaitu, Hak Cipta (seni, sastra, ilmu pengetahuan, dan hak
hak terkait) dan Hak Milik Industri (Paten,Merek, Indikasi Geografis, Desain Industri, Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang, dan Perlindungan Varietas Tanaman).HKI atau yang dalam perjanjian
TRIPs disebut dengan Intellectual Property Rights (IPR) adalah istilah yang sangat luas, namun dapat
dipakai untuk menunjukkan suatu kelompok dari bidang-bidang Hak Kekayaan Intelektual, terdiri dari
Copyright and Related Rights, Trademarks, Geographical Indication, Industrial Design, Patents, Layout
Designs of Integrated Circuit, Protection of Undisclosed Information dan Control of Anti Competitive
Practices in Contractual Licenses.
B.KESIMPULAN

Desain industri menghasilkan kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna atau
garis dan warna atau gabungannya, yang berbentuk 3 atau 2 dimensi, yang memberi kesan estetis, dapat
dipakai untuk menghasilkan produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan. Sebuah karya
desain dianggap sebagaikekayaan intelektual karena merupakan hasil buah pikiran dan kreatifitas dari
pendesainnya, sehingga dilindungi hak ciptanya oleh pemerintah melalui Undang-Undang No. 31 tahun
2000 tentang Desain Industri. Kriteria desain industri adalah baru dan tidak melanggar agama, peraturan
perundangan, susila, dan ketertiban umum. Jangka waktu perlindungan untuk desain industri adalah 10
tahun terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan Desain Industri ke Kantor Ditjen Hak Kekayaan
Intelektual.

Perlindungan desain industri produk memiliki beberapa kesimpulan penting. Pertama, memberikan hak
eksklusif kepada pemilik desain untuk mencegah orang lain menghasilkan, menggunakan, atau menjual
desain yang serupa tanpa izin. Kedua, mendorong inovasi dan kreativitas dengan memberikan insentif
kepada desainer untuk mengembangkan produk yang menarik dan fungsional. Ketiga, melindungi
investasi pemilik desain dari peniruan dan penyalahgunaan yang dapat merugikan secara ekonomi.
Kesimpulan lainnya adalah bahwa perlindungan desain industri produk dapat membantu memperkuat
daya saing suatu negara dalam pasar global dengan melindungi karya-karya kreatif dari praktik kompetitif
yang tidak adil.
DAFTAR PUSTAKA

Kusumastuti Dora,Suseno y.Djoko,Sutoyo(2018).HUKUM atas KEKAYAAN INTELEKTUAL.Unisri


PRESS:Joglo Kadipiro

Dwiatin Lindati (2007).DESKRPSI PERLINDUNGAN HUKUM DESAIN INDUSTRI BERDASARKAN


UUD NO.31 TAHUN 2000.Fiat Justisia jurnal ilmu hukum.Vol.1.No.2.

Citrawinda Cita.(2008).NASKAH AKADEMIK PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN


RANCANGAN UU TENTANG DESAIN INDUSTRI.oleh TIM

Anda mungkin juga menyukai