Anda di halaman 1dari 4

Fiqh Ahkam

22/9/2008 | 21 Ramadhan 1429 H | Hits: 1.083

Zakat dan Pajak


Oleh: Tim dakwatuna.com
http://www.dakwatuna.com/2008/zakat-dan-pajak/

Membayar Zakat Fitrah (foto: Arjuna)

Adakah Kewajiban Harta Selain Zakat?

dakwatuna.com - Zakat adalah kewajiban periodik harta, dan wajib dikeluarkan dalam
setiap kesempatan dan keadaan. Dalam kondisi biasa seorang muslim tidak diwajibkan
selain zakat, kecuali dengan sukarela.

1. Dalam kondisi darurat terdapat kewajiban harta selain zakat, yang disepakati para
ulama, yaitu:

a. Hak kedua orang tua, dalam bentuk nafkah yang mereka butuhkan pada saat anaknya
kaya.

b. Hak kerabat, dengan perbedaan tingkat kedekatan yang mewajibkan nafkah.

c. Hak orang-orang yang sangat membutuhkan pakaian atau rumah tinggal.

d. Membantu keluarga untuk membayar diyat pembunuhan yang tidak disengaja.

e. Hak kaum muslimin yang sedang ditimpa bencana.

Confidential Page 1 11/6/2008


2. Masih ada hak-hak lain yang masih diperdebatkan apakah wajib atau sunnahh, antara
lain:

a. Hak tamu selama tiga hari.

b. Hak orang yang hendak meminjam kebutuhan rumah, bagi tetangga.

3. Sedangkan hak fakir miskin terhadap harta orang kaya secara umum sudah banyak
disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an maupun Hadits. Dan bentuk masyarakat Islami
yang saling melindungi tidak akan pernah terwujud tanpa hal ini.

Ketika zakat sudah mengcover kebutuhan fakir miskin, maka orang-orang kaya tidak
diminta yang selain zakat. Namun jika zakat belum mencukupi, maka harus diambilkan
dari orang-orang kaya selain zakat untuk dapat mencukupi kebutuhan dasar fakir miskin.
Sebagaimana diambil pula dari orang kaya itu kebutuhan untuk melindungi negara dari
ancaman musuh jika dari zakat belum mencukupi. Semua ini hampir disepakati oleh para
ulama, meskipun terdapat perbedaan di seputar maslah adakah kewajiban harta selain
zakat. Perbedaan ini berpulang pada kewajiban selain zakat yang permanen, bukan yang
insidental.

Bolehkan Menetapkan Pajak Bersama Dengan Zakat?

 Bagi imam setelah bermusyawarah dengan ahlul halli wal aqdi, diperbolehkan
untuk menetapkan zakat kepada kaum muslimin selain zakat, dengan dalil:

a. Jaminan sosial kaum muslimin hukumnya wajib. Jika dari zakat dan pendapatan kas
negara tidak cukup, maka boleh menetapkan pajak tambahan kepada orang kaya.

b. Belanja negara sangat banyak, pos-pos dan sumber zakat sangat terbatas, maka
bagaimana mungkin mampu menutup kebutuhan negara yang tidak masuk dalam pintu
distribusi zakat? Dan bagaimana mampu menutup pos penerima zakat jika sumber
zakatnya sangat kecil?

c. Kewajiban yang tidak akan terlaksana kecuali dengan adanya sarana, maka
menghadirkan sarana itu menjadi kewajiban pula. Dari kaidah ushul fiqih inilah Imam
Al-Ghazali Asy-Syafi’i memperbolehkan imam untuk mewajibkan kepada orang kaya
untuk membiayai kebutuhan seorang tentara. Demikian juga Imam Asy-Syathibiy Al-
Maliki, memperbolehkan imam yang adil untuk menugaskan orang kaya membiayai
tentara selain dari baitul mal. Dan para ulama lain berpendapat seperti ini.

 Syarat-syarat yang wajib diperhatikan dalam penetapan zakat

a. Terdapat kebutuhan riil yang tidak tercukupi oleh sumber-sumber pendanaan


konvensional (zakat, bagi hasil, dan lain-lain).

b. Pembagian beban pajak secara adil kepada mereka yang mampu.

Confidential Page 2 11/6/2008


c. Penyaluran uang pajak untuk kemaslahatan umat, bukan kepentingan penguasa.

d. Mendapat persetujuan dewan permusyawaratan atau ahlul halli wal aqdi. Karena
penetapan pajak merupakan keputusan sensitif yang mengintervensi kepemilikan pribadi
yang dilindungi hokum, maka tidak diperbolehkan mengambilnya kecuali karena
kebutuhan syar’i yang ditetapkan oleh ahlul halli wal aqdi.

Pajak yang ditetapkan dengan memenuhi syarat-syarat di atas tidak lagi masuk dalam
pungutan liar dan cukai yang tercela dan diharamkan dalam beberapa hadits.

Zakat dan Pajak

Meskipun pajak dan zakat memiliki titik singgung yang sama, yaitu kewajiban yang
mengikat, dan kekuasaan yang menekan, namun di antara keduanya terdapat perbedaan
penting, yaitu:

 Bahwa zakat itu adalah ibadah, dan pajak adalah kewajiban kepada negara.
 Penetapan nishab dan persentase zakat ditetapkan oleh syariat, maka hukumnya
tetap dan tidak berubah. Sedangkan pajak ditetapkan oleh ulil amri, maka
merekalah yang menentukan dan menghapuskan.
 Pajak berhubungan antara warga dan negara. Sedangkan zakat adalah hubungan
manusia dengan Tuhannya. Seorang muzakki akan membayar zakatnya, meskipun
tidak ada yang menagihnya.
 Pajak terbatas sasarannya, hanya pada target materi; sedangkan zakat memiliki
sasaran ruhiyah, akhlak, dan insaniyah (kemanusiaan). Zakat adalah ibadah yang
sekaligus pungutan.

Persentase Progresif antara Pajak dan Zakat

Pajak dengan persentase tetap ialah yang telah ditetapkan persentasenya dengan satu
ketentuan, meskipun kekayaan bertambah banyak. Sedangkan pajak progresif semakin
besar presentasenya sesuai dengan pertambahan kekayaan, seperti 10% untuk ribuan
pertama, 12% untuk ribuan kedua, 14% untuk ribuan ketiga, dan seterusnya.

Dan yang terkenal dalam zakat adalah persentase tetap, tidak dengan persentase
progresif, meskipun kekayaan yang dikeluarkan zakatnya semakin besar. Untuk uang
misalnya, persentase zakatnya 2,5% baik bagi yang memiliki uang yang mencapai nishab
ataupun yang memiliki seribu kali nishab. Apa hikmah di balik itu?

1. Tujuan pajak progresif adalah untuk mengembalikan keseimbangan dan mendekatkan


kesenjangan. Tujuan ini sangat serius diwujudkan dalam Islam, tetapi dengan cara di luar
zakat. Sistem waris (harta pusaka), wasiat, larangan riba, larangan penimbunan, dan
larangan cara-cara haram lainnya, adalah upaya untuk mewujudkan tujuan di atas

2. Zakat yang diambil dari orang kaya dan diberikan kepada fakir miskin, memiliki peran
besar dalam mewujudkan tujuan di atas. Pada saat pajak progresif diambil dari seluruh

Confidential Page 3 11/6/2008


lapisan dan terkadang dari fakir miskin pula, kemudian digunakan untuk belanja negara
secara umum yang dimanfaatkan oleh orang kaya juga.

3. Zakat sebagai ibadah harus ditetapkan dengan baku dan tidak berubah-ubah. Hal ini
tidak menghalangi negara ketika membutuhkan untuk menetapkan pajak selain zakat.
Ulil amri dapat memetakan kemaslahatan yang digunakan untuk menetapkan pajak
progresif dalam kondisi tertentu. Sedangkan zakat tidak membuka peluang intervensi
pendapat dan penyesuaian.

Confidential Page 4 11/6/2008

Anda mungkin juga menyukai