Anda di halaman 1dari 254

Akreditasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (Sp.

1)# Dody Firmanda Ketua Komisi Akreditasi Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.
Pendahuluan Terhitung tanggal 1 Januari 2010 telah berlaku implementasi modus keempat dalam era liberalisasi perdaganan jasa bidang kesehatan untuk negara kawasan Asia Tenggara sesuai dengan perjanjian kerjasama ASEAN Mutual Recognition Arrangement on Medical Practitioners (MRA-MP). Ada 4 tujuan dalam MRA-MP yakni: 1. mengatur mobilitas praktisi dokter di wilayah ASEAN; 2. meningkatkan dan mengembangkan kerja sama pertukaran informasi antar profesi medis; 3. meningkatkan mutu kualifikasi dan standar layanan dan; 4. kerjasama pendidikan dan pelatihan profesi medis Pada tanggal 20 November 2008 The Joint Commission Amerika Serikat meluncurkan

Health care at the crossroads: Guiding principles for the development of the hospital of the future1 berdasarkan hasil rekomendasi pertemuan tanggal 26-27 April 2007 di Lake
Buena Vista Florida tentang What does the future hold for hospital care across the globe?

The Hospital of the future.2


Sebelumnya WHO Regional Eropa telah melakukan uji coba suatu instrumen yang akan digunakan untuk menilai kinerja mutu (performamce) rumah sakit oleh WHO regional Eropa yang dinamakan Performance Assessment Tools for Hospital (PATH).3,4,5,6 Kedua instrumen tersebut kemungkinan besar akan diterapkan oleh seluruh rumah sakit di dunia
#

Disampaikan pada Pembinaan Akreditasi IPDSA di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ SMF/Instalasi Kesehatan Anak RSUP Adam Malik, Medan 19-20 Januari 2012.
The Joint Commission - Health care at the crossroads: Guiding principles for the development of the hospital of the future, November 20, 2008. The Joint Commission and The Joint Commission Resources - What does the future hold for hospital care across the globe? The Hospital of the future. Florida, April 26-27, 2007. WHO Regional Office for Europe. Measuring hospital performance to improve the quality of care in Europe: a need for clarifying the concepts and defining the dimensions. January 2003 WHO Regional Office for Europe. How can hospital performance can be measured and monitored. August 2003. WHO Regional Office for Europe. PATH (Performance Assessment Tools for Quality Improvement in Hospitals). 2007. WHO Regional Office for Europe. Assuring the quality of care in the European Union. 2008

sebagaimana halnya program WHO World Alliance for Patient Safety Move Program sebagai world class hospitals benchmarking.

Mengingat salah satu misi dari visi dari KIKA adalah menjadikan IPDSA sebagai World Class Pediatrics Training Institution. Sedangkan untuk menjadi kelas dunia tersebut terdiri dari spektrum performance sebagai berikut7-8: 1. Melampaui standar/target nasional (Exceeding national targets) 2. Melakukan upaya benchmarking 3. Melaksanakan upaya peningkatan mutu berkesinambungan (Continuous Quality Improvement) Ketiga hal di atas dapat dicapai melalui tahapan self-assessment dan akreditasi.9

Pada periode 2008-2011 yang lalu Komisi III (Akreditasi) telah melaksanakan10: 1. Self-Assessment IPDSA sebanyak 3 (tiga) kali dalam rangka persiapan Akreditasi IPDSA. 2. Pelatihan Surveyor untuk Penilaian Akreditasi IPDSA sebanyak 2 (dua) kali dalam rangka Akreditasi IPDSA. 3. Penilaian Akreditasi terhadap 13 (tiga belas) IPDSA dan pembinaan 1 (satu) IPDSA dalam pengampuan. Pelaksanaan visitasi on-site Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak dilaksanakan terhadap 14 institusi pendidikan mulai tanggal 6 Februari 2011 sampai dengan 15 Maret 2011 yang dilakukan oleh surveyor bersertifikat yang telah lulus mengikuti pelatihan sebagai surveyor sebanyak 21 orang. Hasil penilaian akreditasi IPDSA 2011 telah dibahas dan dinyatakan resmi berdasarkan Rapat Komisi Akreditasi Kolegium Ilmu Kesehatan Anak (KIKA) Indonesia pada tanggal 10 April 2011 di Hotel Aryaduta Jakarta dengan hasil sebagaimana dalam Tabel 1 dan Tabel 2 berikut.

7 8

UK Cabinet Office. Excellence and fairness achieving world class. London, 2008. American College of Medical Quality. Medical Quality Management. Boston: Jones and Bartlett Pub.; 2010 9 WHO and WFME. WHO/WFME guidelines for accreditation of basic medical education. Geneva/Copenhagen, 2005. 10 Laporan Pertanggung Jawaban Komisi III (Akreditasi) KIKA periode 2008-2011. Disampaikan pada KONIKA XV di Manado.

Tabel 1. Hasil Penilaian Akreditasi IPDSA Tahun 2011

Ada 3 (tiga) Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang mencapai nilai predikat A (nilai kumulatif diatas 80%) yakni: 1. IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta dengan nilai 154 dari nilai maksimum 180 (85.6%) 2. IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung dengan nilai 149 dari maksimum 180 (82,8%) 3. IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta dengan nilai 148 dari maksimum 180 (82.7%)
3

Ada 3 (tiga) Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang mencapai nilai predikat B (nilai kumulatif 70% - 79%) yakni: 1. IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang dengan nilai 141 (78,3%) 2. IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar dengan nilai 141 (78.3%) 3. PDSA Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya dengan nilai 131 (72.8%) Sedangkan 7 (tujuh) IPDSA lain mendapat predikat C (nilai 60 - 69%) yakni: 1. IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan dengan nilai 121 (67.2%) 2. IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang dengan nilai 120 (66.7%) 3. IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dengan nilai 119 (66.1%) 4. IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Solo dengan nilai 118 (65.8%) 5. IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar dengan nilai 113 (62.8%) 6. IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang dengan nilai 110 (61.1%) 7. IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado dengan nilai 108 (60.0%) IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Syah Kuala (UNSYIAH) Banda Aceh belum dapat dinilai karena masih dalam pengampuan dan pembinaan oleh IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

Tabel 2. Perincian Hasil Akreditasi IPDSA untuk setiap standar dan parameter.

Sebagai tindak lanjut dari Laporan Pertanggung Jawaban Komisi III (Akreditasi) KIKA pada KONIKA XV di Manado dan untuk kesinambungan program Kolegium Kesehatan Anak Indonesia (KIKA) maka Komisi III (Akreditasi) KIKA periode 2011-2014 menyusun Rencana Strategis terdiri dari 2 (dua) bidang utama yakni Re-Akreditasi dan Continuous Quality Imrovement (CQI) dan Rencana Kerja tediri dari 4 (empat) dimensi ruang lingkup sebagai berikut: 1. Re-Akreditasi: dilaksanakan bila adanya permintaan tertulis dari IPDSA terkait (yang mencapai predikat B atau C dalam Akreditasi lalu) 2. Self-Assessment IPDSA dengan tujuan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu IPDSA. 3. Peningkatan mutu dan revisi (bila diperlukan) dari 9 (sembilan) standar dalam Instrumen Akreditasi IPDSA. 4. Pelatihan Surveyor bagi para Asesor dalam rangka peningkatan mutu para asesor dan mempersiapkan kader. Komisi III (Akreditasi) KIKA periode 2011-2014 telah menyampaikan 4 hal utama dalam Rencana Kerja (Raker) Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) dan Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia yang telah diselenggarakan di Lampung pada tanggal 3 5 Desember 2011. Adapun perincian Rencana Strategis dan Rencana Kerja Komisi III (Akreditasi) Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia untuk periode 2011 2014 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Rencana Strategis dan Rencana Kerja Komisi III (Akreditasi) Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia (KIKA) Periode 2011-2014

Untuk perbaikan/peningkatan akreditasi (quality improvement) IPDSA sebaiknya dari sekarang mempersiapkan rencana kerja dan rencana strategis dengan: 1. Melibatkan seluruh staf tenaga didik dan peserta didik serta melalui pendekatan sistem dan team-work dengan pembagian tugas (job descriptions) yang jelas dan eksplisit.

2. Melakukan monitoring dan evaluasi secara terjadwal dan rutin sehingga dapat antisipasi perbaikan dari setiap parameter dan standar yang dinilai. 3. Mempelajari Panduan Pelaksanaan Akreditasi (terlampir) agar tidak ada discrepancy dengan surveyor saat visitasi akreditasi.

Akreditasi Badan Akreditasi Nasional - Perguruan Tinggi (BAN PT) Sampai saat terakhir untuk akreditasi program studi kedokteran BAN PT baru menyusun draf (Oktober 2011) yakni standar akreditasi program studi kedokteran mencakup standar tentang komitmen program studi sarjana terhadap kapasitas institusional (institutional capacity) dan komitmen terhadap efektivitas program pendidikan (educational effectiveness), yang dikemas dalam tujuh standar akreditasi, yaitu: Standar Standar Standar Standar Standar Standar Standar 1. Visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi pencapaian 2. Tata pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan penjaminan mutu 3. Mahasiswa dan lulusan 4. Sumber daya manusia 5. Kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik 6. Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi 7. Penelitian dan pelayanan/pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama

Standar tersebut di atas diintegrasikan dengan standar pendidikan profesi dokter Indonesia yang terdiri dari 9 standar pendidikan profesi yang mengacu pada Global Standard for Medical Education dari World Federation of Medical Education (WFME), yaitu: Standar Standar Standar Standar Standar Standar Standar Standar Standar 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Visi, misi, dan tujuan Program pendidikan Penilaian hasil belajar Mahasiswa Staf akademik Sumber daya pendidikan Evaluasi program pendidikan Penyelenggaraan program dan administrasi pendidikan Pembaruan berkesinambungan
8

Asesmen kinerja program studi didasarkan pada pemenuhan tuntutan standar akreditasi. Dokumen akreditasi program studi yang dapat diproses harus telah memenuhi persyaratan awal (eligibilitas) yang ditandai dengan adanya izin yang sah dan berlaku dalam penyelenggaraan program studi dari pejabat yang berwenang; memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga/statuta dan dokumen-dokumen rencana strategis atau rencana induk pengembangan yang menunjukkan dengan jelas visi, misi, tujuan dan sasaran program studi; nilai-nilai dasar yang dianut dan berbagai aspek mengenai organisasi dan pengelolaan program studi, proses pengambilan keputusan penyelenggaraan program, dan sistem jaminan mutu. Sedangkan untuk program pendidikan dokter spesialis BAN PT belum mempunyai standar penilaian, namun pada rapat terakhir 25 Oktober 2011 lalu telah disepakati:
1. Pemetaan instrumen kolegium dengan acuan borang instrumen akreditasi kedokteran, untuk selanjutnya akan dilakukan pertemuan dengan stakeholders untuk merumuskan kesepakatan mengenai akreditasi yang selama ini dilakukan oleh kolegium 2. Menyusun instrumen (yang spesifik) pada masing-masing kolegium

Pada tanggal 10 Mei 2011 Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia telah menyerahkan 4 (emapat) naskah kepada Dirjen Dikti Kemendiknas, BAN PT, Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan MKKI. Keempat naskah tersebut sebagaimana terlampir terdiri dari: 1. 2. 3. 4. Naskah Akademik Akreditasi IPDSA Borang Instrumen Akreditasi IPDSA Panduan Pelaksanaan Akreditasi IPDSA Laporan Pelaksanaan Akreditasi IPDSA

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) FK-USU Medan Pada tanggal 7 Mei 2011 dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan dokter spesialis anak serta penilaian akreditasi IPDSA di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU disarankan untuk membuat tim yang melibatkan partisipasi seluruh staf pendidik sebagaimana dalam Tabel 4 berikut sebagai Rencana Tindak Lanjut. Tabel 4. Rencana Tindak Lanjut Persiapan Perbaikan dan Peningkatan Akreditasi IPDSA di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU Medan.

10

Berikut sebagai contoh langkah langkah strategi untuk Standar 9 yang terdiri dari 2 parameter.

Standar 9. Program Peningkatan Mutu (Quality Improvement) 1. Kebijakan: Pertemuan Rutin tingkat unit dan institusi yang terjadwal mengenai perkembangan:

a. pencapaian peserta didik b. sarana pendidikan c. proses pendidikan


Strategi:

1. Surat Keputusan tentang Pertemuan Rutin di Divisi dan SMF/Bagian yang ditanda tangani oleh Ketua Program Studi dan Kepala Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSUP Adam Malik. 2. Buat Jadwal Pertemuan Rutin di tingkat Divisi ditanda tangani oleh Ketua Divisi, Ketua Program Studi dan Kepala Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSUP Adam Malik (dalam bentuk Tabel Gants Chart) 3. Buat Jadwal Pertemuan Rutin di tingkat Bagian/SMF ditanda tangani oleh Ketua Program Studi dan Kepala Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSUP Adam Malik Soetomo (dalam bentuk Tabel Gants Chart) 4. Bukti Pelaksanaan: a. Surat Undangan Rapat di tingkat Divisi ditanda tangani oleh Ketua Divisi b. Daftar Hadir Rapat di tingkat Divisi c. Notulen Rapat di tingkat Divisi d. Surat Undangan Rapat di tingkat Bagian/SMF ditanda tangani oleh KPS dan Kepala Bagian/SMF e. Daftar Hadir Rapat di tingkat Bagian/SMF f. Notulen Rapat di tingkat Bagian/SMF 5. Bukti Revisi dan Tindak Lanjut tertulis perihal masalah (gap analysis) dari (4) diatas dan Rencana Tindak Lanjutnya (alternatif solusi masalah)

11

2. Kebijakan: Program upaya perbaikan dan peningkatan mutu (quality control dan quality improvement) Pendidikan Dokter Spesialis Anak di tingkat Divisi dan Bagian/SMF - misalnya untuk:

a. b. c. d.

pencapaian peserta didik sarana pendidikan proses pendidikan kinerja staf pendidik

Strategi:

1. Surat Keputusan tentang Program upaya perbaikan dan peningkatan mutu (quality control dan quality improvement) di Divisi dan SMF/Bagian yang ditanda tangani oleh Ketua Program Studi dan Kepala Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSUP Adam Malik. 2. Buat dan tentukan indikator terukur setiap parameter (a, b, c dan d di atas) 3. Buat Rencana Kerja dari (2) di atas dalam bentuk tabel Gants Chart. 4. Tentukan waktu evaluasi/audit dalam Gants Chart tersebut 5. Bukti tertulis hasil pelaksanaan (implementasi) di atas terhadap indikator terukur setiap parameter (a, b, c dan d di atas) dan lebih baik dibuat juga analyisis trend nya masing masing. 6. Buat Rencana Tindak Lanjutnya - alternatif cara peningkatan (5)

Terima kasih, semoga bermanfaat Medan, 19-20 Januari 2012 Dody Firmanda Ketua Komisi Akreditasi Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.

12

NASKAH AKADEMIK
AKREDITASI
INSTITUSI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ANAK

2011

Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak

Pendahuluan Mulai tanggal 1 Januari 2010 berlaku implementasi modus keempat dalam era liberalisasi perdaganan jasa bidang kesehatan untuk negara kawasan Asia Tenggara sesuai dengan perjanjian kerjasama ASEAN Mutual Recognition Arrangement on Medical Practitioners (MRA-MP). Ada 4 tujuan dalam MRAMP yakni: 1. mengatur mobilitas praktisi dokter di wilayah ASEAN; 2. meningkatkan dan mengembangkan kerja sama pertukaran informasi antar profesi medis; 3. meningkatkan mutu kualifikasi dan standar layanan dan; 4. kerjasama pendidikan dan pelatihan profesi medis Pada tanggal 20 November 2008 The Joint Commission Amerika Serikat meluncurkan Health care at the crossroads: Guiding principles for the development of the hospital of the future1 berdasarkan hasil rekomendasi pertemuan tanggal 26-27 April 2007 di Lake Buena Vista Florida tentang What does the future hold for hospital care across the globe? The Hospital of the future.2 Sebelumnya WHO Regional Eropa telah melakukan uji coba suatu instrumen yang akan digunakan untuk menilai kinerja mutu (performamce) rumah sakit oleh WHO regional Eropa yang dinamakan Performance Assessment Tools for Hospital (PATH).3,4,5,6 Kedua instrumen tersebut kemungkinan besar akan
1

The Joint Commission - Health care at the crossroads: Guiding principles for the development of the hospital of the future, November 20, 2008. The Joint Commission and The Joint Commission Resources - What does the future hold for hospital care across the globe? The Hospital of the future. Florida, April 26-27, 2007. WHO Regional Office for Europe. Measuring hospital performance to improve the quality of care in Europe: a need for clarifying the concepts and defining the dimensions. January 2003 WHO Regional Office for Europe. How can hospital performance can be measured and monitored. August 2003.

diterapkan oleh seluruh rumah sakit di dunia sebagaimana halnya program WHO World Alliance for Patient Safety Move Program sebagai world class hospitals benchmarking. Sedangkan sampai saat ini definisi akan World Class yang ada hanya dari UK Prime Minister Cabinet of Office yang mencanangkan Program World Class Services dikatakan sebagai World Class bila memenuhi tiga syarat kriteria berikut: 7 1. Kinerjanya (performance) telah melampaui standar nasional dan regional; 2. Melakukan benchmarking dan 3. Melakukan peningkatan improvement) mutu berkelanjutan

(continuous

quality

Ketiga hal di atas dapat dicapai melalui tahapan self-assessment dan akreditasi.8

6 7 8

WHO Regional Office for Europe. PATH (Performance Assessment Tools for Quality Improvement in Hospitals). 2007. WHO Regional Office for Europe. Assuring the quality of care in the European Union. 2008 UK Cabinet Office. Excellence and fairness achieving world class. London, 2008. WHO and WFME. WHO/WFME guidelines for accreditation of basic medical education. Geneva/ Copenhagen, 2005.

Sistem Akreditasi IPDSA Secara ringkas Sistem Akreditasi IPDSA terdiri dari 7 komponen sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah.

Gambar 1. Tujuh komponen dari Sistem Akreditasi

Dimana dalam implementasinya dilakukan secara secara integrasi sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

Manajemen Mutu (Quality Management) IPDSA Manajemen Mutu (Quality Management) adalah seluruh aktivitas kegiatan fungsi manajemen dari kebijakan, tugas dan tanggung jawab yang dituangkan dalam bentuk perencanaan mutu (quality planning), kendali mutu (quality control), jaminan mutu (quality assurance) dan peningkatan mutu (quality improvement) dalam satu sistem mutu.
Quality Management is defined as all activities of the overall management that determine the quality policy, objectives and responsibilities, and implement them by such as quality planning, quality control, quality assurance and quality improvement within the quality system.

Mutu/Kualitas dapat ditinjau dari berbagai perspektif baik itu dari perspekstif peserta didik dan penyandang dana, tenaga didik dan manajer pendidikan dari institusi pendidikan dokter spesialis anak maupun pembuat dan pelaksana kebijakan institusi pendikan dokter spesialis anak di tingkat departemen/bagaian/UPF/SMF, fakultas/rumah sakit, nasional (kolegium. MKKI, KKI) dan regional. (Quality is different things to different people based on their belief and norms).9 Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan semakin meningkatnya tuntutan pengguna jasa layanan kesehatan akan mutu, keselamatan serta biaya. Maka prinsip prinsip good corporate governance (dalam hal ini mencakup faculty/hospital/departmental governance dan clinical governance) yakni transparency, responsiveness dan accountable akan semakin menonjol serta mengedepankan akan efesiensi dan efektifitas suatu layanan. Istilah efesiensi sangat berhubungan erat antara inputs dan proses, sedangkan efektifitas berhubungan dengan proses dan hasil. Sedangkan istilah, definisi dan dimensi akan efisiensi juga belum ada kesepakatan yang jelas dan eksplisit tergantung dari berbagai perspektif. Efisiensi dapat digolongkan kepada efisiensi tehnik (technical efficiency), efisiensi produksi/hasil (productive efficiency) dan efisiensi alokatif (allocative/societal efficiency) termasuk didalamnya bidang market dan
9

Adams C, Neely A. The performance prism to boost success. Measuring Health Business Excellence 2000; 4(3):19-23.

kesehatan. Oleh karena itu saat ini dibutuhkan tidak hanya doing things right, akan tetapi juga diperlukan prinsip manajemen doing the right things (dikenal sebagai increasing effectiveness) sehingga kombinasi keduanya disebut sebagai prinsip manajemen layanan modern doing the right things right. (Gambar 2 dan 3). 10,11,12,

Gambar 3. Ruang lingkup kualifikasi penguasaan materi bagi pemimpin institusi pendidikan dokter spesialis anak dan manajer mutu pendidikan (quality manager) 11-12

10

Firmanda D. Key to success of quality care programs: empowering medical professional. Global Health Journal 2000; 1(1) http://www.interloq.com/a26.htm 11 Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a review of its meaning, elements, and implementation. Global Health Journal 2000;1(2) http://www.interloq.com/a39vlis2.htm 12 Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999; 1(1):43-9.

Gambar 3. Evolusi prinsip manajemen layanan kesehatan dan pendidikan. 13-15 Perkembangan akan mutu itu sendiri dari cara inspection, quality control, quality assurance sampai ke total quality sangat bervariasi sesuai dengan perkembangan ilmu. Jepang menggunakan istilah quality control untuk seluruhnya, sedangkan di Amerika memakai istilah continuous quality improvement untuk total quality dan Inggris memakai istilah quality assurance untuk quality assurance, continuous quality improvement maupun untuk total quality dan tidak membedakannya. (Lihat Gambar 4).

Gambar 4. Skema sederhana perkembangan mutu. Evolusi perkembangan mutu itu sendiri berasal dari bidang industri pada awal akhir abad ke sembilan belas dan awal abad ke dua puluh di masa perang dunia pertama. Pada waktu itu industri senjata menerapkan kaidah inspection dalam menjaga kualitas produksi amunisi dan senjata. Kemudian Shewart mengembangkan dan mengadopsi serta menerapkan kaidah statistik sebagai quality control serta memperkenalkan pendekatan siklus P-D-S-A (Plan, Do, Study dan Act) yang mana hal ini kemudian dikembangkan oleh muridnya Deming sebagai P-D-C-A (Plan, Do, Check dan Action). Kaidah PDCA ini menjadi cikal bakal yang kemudian dikenal sebagai generic form of quality system dalam quality assurance dari BSI 5751 (British Standards of Institute) yang kemudian menjadi seri EN/ISO 9000 dan 14 000. (Lihat Gambar 5).

Gambar 5. Contoh dari model Quality Assurance versi ISO 9001:2008 Tatkala Deming diperbantukan ke Jepang dalam upaya memperbaiki dan mengembangkan industri, beliau mengembangkan dengan memadukan unsur budaya Jepang kaizen dan filosofi Sun Tzu dalam hal benchmarking maupun manajemen dan dikenal sebagai total quality.13 Sedangkan Total Quality Management/Service (TQM/S) adalah suatu cara pendekatan organisasi dalam upaya meningkatkan efektifitas, efisiensi dan responsif organisasi secara melibatkan seluruh staf/karyawan dalam segala proses aktifitas peningkatan mutu dalam rangka memenuhi kebutuhan/tuntutan konsumen pengguna jasa organisasi organisasi tersebut. (Process driven dan customerfocused oriented). Ini merupakan suatu tingkat tertinggi dalam upaya organisasi tersebut untuk mencapai tingkat dunia (World Class Quality).14 Secara ringkas ada 5 struktur komponen utama dalam Total Quality
13

14

Moss F, Palmberg M, Plsek P, Schellekens W. Quality improvement around the world: how much we learn from each other. Qual Health Care 2000;8:63-6. Firmanda D. Total Quality Management in Healthcare (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999; 1(1):43-9.

Management (TQM) yakni understanding the customer, understanding the hospitals business, quality systems, continuous quality improvement dan quality tools. (Lihat Gambar 6).

Gambar 6. Komponen Total Quality Management (TQM) Untuk dapat menguasai TQM harus menguasai akan kaidah/tehnik dari perkembangan mutu itu sendiri dari inspection, quality control dengan seven basic statistics process control/ SPC, dan quality assurance dengan ketiga kompenen utamanya yang terdiri setting standards, checking the standards (audit and accreditation) dan continuous quality improvement (CQI).

Quality Assurance (QA) Quality Assurance (QA) adalah tahap ke tiga dan yang paling penting dalam perkembangan mutu suatu institusi/organisasi menuju tingkat yang lebih luas dan tinggi (total quality).
Program quality assurance terdiri dari15,16: 1. Standarisasi meliputi kriteria yang terukur (measurable) dan indikator satuan waktu (time-frame). 2. Akreditasi dilakukan setelah yang akan dinilai melaksanakan penilian diri (self-assessment) maksimal 2 (dua) kali terlebih dahulu. 3. Kegiatan mutu berkesinambungan (continuous quality improvement) dengan mempergunakan kaidah mutu (Plan-Do-Check-Action) dalam rangka mempertahankan dan atau meningkatkan mutu. 1. Standar Standar dibuat berdasarkan kebijakan (policy), tujuan (aims) dan objektif yang telah disepakati bersama dalam institusi tersebut untuk dijadikan kriteria yang dapat ditinjau dari segi input/struktur, proses dan output/outcome sebagaimana dapat pada Gambar 7 di bawah. Untuk bidang kesehatan Donabedian17 dengan structure, process dan outcome pada awal tahun 80an memperkenalkan tentang cara penilaian untuk standar, kriteria dan indikator. Selang beberapa tahun kemudian Maxwell mengembangkan six dimensions of quality. Tehnik Donabedian dan Maxwell ini lebih menitikberatkan tentang hal membuat standar dan penilaiannya (akreditasi) yang merupakan 2 dari 3 komponen quality assurance.18, 19

15

Nabitz U, Klazinga N, Walburg J. The EFQM excellence model: European and Dutch experiences with the EFQM approach in health care. Int J Qual Health Care 2000;12(3): 191-201. 16 Shaw CD. External quality mechanisms for health care: summary of the ExPERT project on visitatie, accreditation, EFQM and ISO assessment in European countries. Int J Qual Health Care 000;12(3): 169-75. 17 Donabedian A. The quality of care: how can it be assessed ? JAMA 1988; 260:1743-8. 18 Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999; 1(1):43-9. 19 Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a review of its meaning, elements, and implementation. Global Health Journal 2000;1(2) http://www.interloq.com/a39vlis2.htm

10

Gambar 7. Hubungan antara tujuan dan objekif suatu organisasi/ institusi dalam hal standar, kriteria dan indikator mutu berdasarkan pendekatan tehnik Donabedian dan Maxwell. Ada beberapa tehnik/cara dalam membuat standar tersebut: cara Donabedian atau Maxwell atau bahkan kombinasi antar keduanya (cara DonMax) sebagaimana contoh berikut (Gambar 8):

11

Gambar 8. Contoh Implementasi Hubungan Tehnik Donabedian dan Maxwell dalam hal standar, kriteria dan indikator mutu.

12

Aspek legalitas Akreditasi di Indonesia Bila kita kaji akan pengembangan akreditasi untuk institusi perguruan tinggi sesuai perundangan dan peraturan yang belaku adalah: 1. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 60 dan 61) 2. Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal 47). 3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional (Pasal 86, 87 dan 88). 4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 28 tahun 2005 tentang Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Secara lengkap pasal-pasal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut: Pasal 60: (1) Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal setiap jenjang dan jenis pendidikan. (2) Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh pemerintah dan/atau lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik. (3) Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka. (4) Ketentuan mengenai akreditasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 61: (1) Sertifikasi berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi. (2) Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang dislenggrakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi (3) Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara dan lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan

13

tertentu setelah lulus ujian kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. (4) Ketentuan mengenai sertifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Sdangkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah sebagai berikut: Pasal 47: (1) Sertifikat pendidik untuk dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 diberikan setelah memenuhi syarat sebagai berikut: a. memiliki pengalaman kerja sebagai pendidik sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun; b. memiliki jabatan akademik sekurang-kurangnya asisten ahli; dan c. lulus sertifikasi yang dilakukan oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pengadaan tenaga kependidikan pada perguruan tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah (2) Pemerintah menetapkan perguruan tinggi yang terakreditasi untuk menyelenggarakan program pengadaan tenaga kependidikan sesuai dengan kebutuhan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikat pendidik untuk dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penetapan perguruan tinggi yang terakreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Selanjutnya, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan akreditasi adalah sebagai berikut : Pasal 86: (1) Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan untuk menentukan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan. (2) Kewenangan akreditasi sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) dapat pula dilakukan oleh lembaga mandiri yang diberi kewenangan oleh Pemerintah untuk melakukan akreditasi.

14

(3) Akreditasi sebagimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sebagai bentuk akuntabilitas kepada publik dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan. Pasal 87: (1) Akreditasi oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) dilakukan oleh : a. Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) terhadap program dan/atau satuan pendidikan pendidikan jalur formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah; b. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) terhadap program dan/atau satuan pendidian jenjang pendidikan Tinggi; dan c. Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal (BAN-PNF) terhadap program dan/atau satuan pendidikan jalur nonformal (2) Dalam melaksanakan akreditasi sebagaimana duimaksud pada ayat (1), BAN-S/M dibantu oleh badan akreditasi provinsi yang dibentuk oleh Gubernur. (3) Badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya badan akreiditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat mandiri. (5) Ketentuan mengenai badan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri. Pasal 88: (1) Lembaga mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (2) dapat melakukan fungsinya setelah mendapat pengakuan dari Menteri. (2) Untuk memperoleh pengakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lembaga mandiri wajib memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya: a. berbadan hukum Indonesia yang bersifat nirlaba. b. memiliki tenaga ahli yang berpengalaman di bidang evaluasi pendidikan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

15

Sampai saat ini Badan Akreditasi Nasional (BAN) belum penah melakukan akreditasi institusi pendidikan dokter spesialis, dan bahkan belum mempunyai standar penilaian akreditasi (elemen dan deskriptornya) untuk institusi pendidikan dokter spesialis. Badan Akreditasi Nasional (BAN)20,21,22,23,24,25 Sampai saat ini Badan Akreditasi Nasional (BAN) belum penah melakukan akreditasi institusi pendidikan dokter spesialis, dan bahkan belum mempunyai standar penilaian akreditasi (elemen dan deskriptornya) untuk institusi pendidikan dokter spesialis meskipun telah ada yamg namanya Standar Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi yang terdiri atas 15 standar seperti berikut: Standar 1. Kepemimpinan Standar 2. Kemahasiswaan Standar 3. Sumber daya manusia Standar 4. Kurikulum Standar 5. Prasarana dan Sarana Standar 6. Pendanaan Standar 7. Tata pamong (governance) Standar 8. Sistem pengelolaan Standar 9. Sistem pembelajaran Standar 10. Suasana akademik Standar 11. Sistem informasi Standar 12. Sistem jaminan mutu Standar 13. Lulusan Standar 14. Penelitian dan pengabdian kepada masyarakat Standar 15. Program studi

20 21

Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Buku I Naskah Akademik, Jakarta 2008. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Buku II Standar danProsedur, Jakarta 2008. 22 Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Buku III Pedoman Penyusunan Portofolio, Jakarta 2008. 23 Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Buku IV Pedoman Asesmen Lapang, Jakarta 2008. 24 Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Buku V Pedoman Penilaian Portofolio, Jakarta 2008. 25 Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Buku VI Matriks Penilaian Portofolio Akreditasi Institusi, Jakarta 2008.

16

Deskripsi masing-masing stadar beserta rincian elemen-elemen yang dinilai itu adalah sebagai berikut. Standar 1. Kepemimpinan 1.1. Deskripsi Standar Kepemimpinan Kepemimpinan perguruan tinggi merupakan aspek yang dinilai berdasarkan merit dalam bidang akademik. Kepemimpinan yang baik ditingkat institusi harus dapat menumbuhkan kepemimpinan yang baik pula pada unit-unit di bawahnya. Sebagai suatu aspek yang bersifat komprehensif maka kepemimpinan institusi yang baik dinilai dari kemampuan menumbuhkan konsensus dan pemahaman di setiap unit dalam institusi sehingga semua upaya dan langkah pengembangan didasari oleh visi dan misi institusi, kesadaran terhadap mutu serta mengacu pada harapan-harapan pemangku kepentingan (stakeholders). Keberhasilan pengembangan kepemimpinan yang baik didalam suatu institusi juga direfleksikan dari tumbuhnya suatu suasana akademik yang menjamin kebebasan akademik, komunikasi, koordinasi, dan interaksi yang efektif serta mengimplementasikan praktek-praktek baik (good practices) yang berkembang dalam institusi. 1.2. Elemen Penilaian a. Perguruan tinggi menerapkan mekanisme pemilihan pemimpin yang berdasarkan kepatutan dan kepantasan b. Perguruan tinggi melaksanakan rencana strategis perguruan tinggi yang mencakup visi, misi, tujuan, dan strategi, yang tercermin dalam bentuk program-program yang terintegrasi pada semua unit kerja. c. Perguruan tinggi melakukan sosialissasi tentang rencana strategis yang telah dikembangkan kepada komunitas institusi. d. Perguruan tinggi memiliki sistem monitoring dan evaluasi yang efektif Standar 2. Kemahasiswaan 2.1. Deskripsi Standar Kemahasiswaan Mahasiswa adalah kelompok internal stakeholder yang harus mendapatkan manfaat dari proses pendidikan yang dilakukan oleh

17

lembaga pendidikan. Mahasiswa juga merupakan bagian generasi muda bangsa yang membutuhkan pengembangan fisik dan kepribadian sebagai calon-calon SDM atau pemimpin yang berkualitas dimasa datang. Perguruan tinggi harus memfasilitasi mahasiswa agar bisa mengembangkan segala potensi yang dimiliki melalui berbagai kegiatan. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus mampu menyiapkan layanan yang berkualitas untuk pengembangan minat dan bakat dalam bidang seni budaya, olah raga, kepekaan sosial dan kemasyarakatan, pelestarian lingkungan hidup serta kreativitas lainnya. Perguruan tinggi juga harus mampu mengembangkan nilai-nilai profesionalisme agar mahasiswa dapat beradaptasi secara cepat saat memasuki dunia profesi. 2.2. Elemen Penilaian a. Perguruan tinggi memilki unit-unit pelayanan mahasiswa yang dapat dimanfaatkan untuk membina dan mengembangkan penalaran, minat, bakat, seni, dan kesejahteraan b. Perguruan tinggi menyediakan unit-unit layanan yang dimanfaatkan oleh mahasiswa. c. Perguruan tinggi memilki kode etik mahasiswa dan melakukan sosialisasi. d. Perguruan tinggi meningkatkan partisipasi dan prestasi mahasiswa dalam kegiatan ilmiah mahasiswa dan dalam bidang minat dan bakat di tingkat lokal/ nasional/ regional/ global. e. Partisipasi dan prestasi mahasiswa 1) Prestasi dalam kegiatan ilmiah nasional atau internasional (selama 3 tahun terakhir) 2) Prestasi dalam bidang minat dan bakat (olahraga, seni dan lain-lain) ditingkat nasional atau internasional (selama 3 tahun terakhir) f. Perguruan tinggi melakukan survei kepuasan mahasiswa terhadap layanan aktivitas kemahasiswaan. Standar 3. Sumberdaya Manusia 3.1. Deskripsi Standar Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia perguruan tinggi adalah dosen, pustakawan, laboran, teknisi, tenaga administrasi, dan tenaga pendukung yang

18

bertanggung jawab atas pencapaian sasaran mutu keseluruhan program tri darma perguruan tinggi. Perguruan tinggi harus dapat mengelola dan menempatkan sumberdaya manusia sebagai komponen utama untuk mensukseskan program perguruan tinggi dalam rangka mencapai visi dan misinya. Perguruan tinggi harus mempunyai sistem pengelolaan sumberdaya manusia yang lengkap sesuai dengan kebutuhan perencanaan dan pengembangan. 3.2. Elemen Penilaian a. Perguruan tinggi memiliki sistem pengelolaan sumberdaya manusia yang mencakup sub-sub sistem perencanaan, rekrutmen dan seleksi, orientasi dan penempatan pegawai, pengembangan karir, penghargaan dan sanksi, remunerasi, pemberhentian pegawai, yang transparan dan akuntabel berbasis pada meritokrasi, keadilan, dan kesejahteraan. b. Kecukupan kualifikasi dan jabatan akademik dosen 1) Rasio dosen tetap dan mahasiswa 2) Dosen tetap berpendidikan minimal magister 3) Dosen tetap bergelar doktor untuk universitas, institut dan sekolah tinggi, sedangkan untuk politeknik dan akademi, dosen tetap bersertifikasi keahlian sesuai bidangnya 4) Untuk universitas, institut dan sekolah tinggi, jumlah guru besar tetap, sedangkan untuk politeknik dan akademi, jumlah lektor kepala c. Perguruan tinggi melakukan survei kepuasan dosen, pustakawan, laboran, teknisi, tenaga administrasi, dan tenaga pendukung terhadap sistem pengelolaan sumberdaya manusia. d. Perguruan tinggi kependidikan. memiliki Kode Etik dosen dan tenaga

e. Perguruan tinggi memiliki tenaga kependidikan yang bersertifikat kompetensi bagi teknisi, laboran, analis, dan pustakawan.

19

Standar 4. Kurikulum 4.1. Deskripsi Standar Kurikulum Kurikulum merupakan rancangan seluruh kegiatan pembelajaran mahasiswa sebagai rujukan program studi dalam merencanakan, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi seluruh kegiatannya untuk mencapai tujuan program studi. Kegiatan pembelajaran mahasiswa adalah pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa dari kegiatan perkuliahan (tatap muka atau jarak jauh), praktikum atau praktek, seminar, dan tugas-tugas perkuliahan lainnya. Kurikulum disusun berdasarkan kajian mendalam tentang hakekat keilmuan bidang studi dan kebutuhan pemangku kepentingan terhadap bidang ilmu yang dicakup oleh suatu program studi dengan memperhatikan dan mengikuti perkembangan Ipteks. Oleh karena itu, kurikulum harus selalu dikembangkan atau dimutakhirkan secara periodik untuk menyesuaikannya dengan perkembangan Ipteks dan kebutuhan pemangku kepentingan. Kurikulum merupakan acuan dasar pembentukan dan penjaminan tercapainya komptensi lulusan dalam setiap program akademik pada tingkat program studi. Dalam hal kebutuhan yang dianggap perlu maka perguruan tinggi dapat menetapkan penyertaan komponen kurikulum tertentu menjadi bagian dari struktur kurikulum yang disusun oleh masing-masing program studi. Perguruan tinggi harus mampu menciptakan sistem tata pamong yang dapat mendorong pemutakhiran kurikulum ditingkat program studi sesuai dengan perkembangan Ipteks yang dinamis. Sistem penjaminan mutu di tingkat perguruan tinggi harus pula mengikutsertakan pemantauan pelaksanaan serta evaluasi hasil-hasil yang dicapai sebagai cerminan dari adanya peningkatan mutu berkelanjutan dalam penyelenggaraan program-program akademik perguruan tinggi tersebut. Peranan institusi perguruan tinggi yang menaungi program studi tersebut adalah memfasilitasi dan memberdayakan program studi dalam mengembangkan kurikulum yang mengikuti perkembangan Ipteks dan kebutuhan pemangku kepentingan. 4.2. Elemen Penilaian a. Perguruan tinggi memiliki kebijakan, peraturan, pedoman atau buku panduan yang memfasilitasi program studi untuk melakukan

20

perencanaan, pengembangan, dan pemutakhiran kurikulum secara berkala dan berkesinambungan. b. Perguruan tinggi memiliki komitmenn untuk mengalokasikan anggaran dan mempersiapkan sumberdaya yang dapat digunakan oleh program studi untuk merencanakan melaksanakan, mengembangkan, memutakhirkan kurikulum. c. Perguruan tinggi memiliki bukti berupa data dan laporan yang menunjukkan bahwa program studi telah merencanakan, melaksanakan, mengembangkan, dan memutakhirkan kurikulum. Standar 5. Sarana dan Prasarana 5.1. Deskripsi Standar Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana adalah unsur penunjang dalam pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi, yang mencakup bangunan, perabotan, peralatan (perangkat keras dan lunak), dan sistem pengamanan aset dan kampus. Sesuai dengan visi, misi atau mandatnya maka suatu perguruan tinggi membutuhkan pengembangan suatu sistem pengelolaan yang mencakup perencanaan, pengadaan, pendataan, pemanfaatan, pemeliharaan, penghapusan, serta pemutahiran semua sarana dan prasarana. Perguruan tinggi harus memiliki panduan khusus mengenai kelengkapan dan kecukupan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, termasuk sistem klasifikasi, inventarisasi dan informasi keberadaannya. Perguruan tinggi harus memiliki sistem pengelolaan yang menjamin adanya akses yang lebih luas terutama bagi mahasiswa dan dosen melalui penerapan model-model resource sharing. Bentuk kepemilikan lain seperti sewa, pinjam atau hibah harus dinyatakan dalam surat kesepakatan antara perguruan tinggi dan pihak terkait dengan kepastian hukum yang jelas. 5.2. Elemen Penilaian a. Perguruan tinggi memiliki sistem pengelolaan sarana dan prasarana yang efektif dan efisien dengan memanfaatkan teknologi informasi, mencakup sistem inventarisasi yang lengkap. Sistem pengelolaan tersebut mencakup pula pola pelaporan secara berkala dari unit pelaksana kepada pihak manajemen serta dapat dipergunakan sebagai informasi bagi para pengguna (mahasiswa dan dosen).

21

b. Perguruan tinggi memiliki kebijakan, pedoman, panduan, dan peraturan yang jelas tentang keamanan dan keselamatan penggunaan sarana dan prasarana di tingkat institusi. Bukti pelaksanaan dari kebijakan tersebut harus dapat dilacak dari peraturan yang lebih rinci dan aplikatif serta laporan berkala di tingkat laboratorium/studio/perpustakaan dan tempat-tempat lain di mana kegiatan dilaksanakan. c. Perguruan tinggi mempunyai dokumen kepemilikan, hibah, sewa, atau pinjam melalui kesepakatan atau perjanjian sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku antara perguruan tinggi dan pihak terkait. Standar 6. Pendanaan 6.1. Deskripsi Standar Pendanaan Perguruan tinggi harus mampu menjamin pendanaan yang memadai untuk penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi serta peningkatan mutunya secara berkelanjutan. Usaha-usaha penggalangan dana oleh suatu perguruan tinggi harus mengacu pada visi dan misi perguruan tinggi tersebut, karakter perguruan tinggi sebagai badan hukum nirlaba serta tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas serta transparansi harus pula menjiwai sistem-sistem pengelolaan dana yang diberlakukan, tanpa meninggalkan kaidah-kaidah akuntansi yang benar termasuk sistem audit internal atau publik yang ditetapkan oleh pengelola perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang baik harus dapat menunjukkan sistem pengelolaan keuangan yang sehat, transparan, dan akuntabel. Pelaporan periodik yang akuntabel dan transparan harus dapat menjamin terselenggaranya program akademik yang bermutu secara berkelanjutan, minimum selama lima tahun ke depan. 6.2. Elemen Penilaian a. Perguruan tinggi memiliki laporan audit keuangan yang memuat keandalan sumber pendanaan dan pemanfaatannya. b. Perguruan tinggi memiliki bukti mengenai proporsi dana yang dialokasikan untuk pengembangan program akademik dibandingkan dengan investasi pada aspek fisik, sarana dan 22

prasarana. c. Perguruan tinggi harus mempunyai sistem montoring dan evaluasi pendanaan secara internal yang akuntabel dengan terhadap semua unit kerja dengan persetujuan dari pimpinan yang berwenang. d. Perguruan tinggi memiliki mekanisme penetapan biaya pendidikan yang dibebankan kepada mahasiswa serta laporan proses pengambilan keputusan. e. Perguruan tinggi mampu memperoleh dukungan dana untuk program akademik dari luar institusi. Standar 7. Tatapamong 7.1. Deskripsi Standar Tatapamong Tatapamong (governance) mencakup sistem, struktur organisasi dan mekanisme yang menjamin pengelolaan institusi dengan transparan dan akuntabel. Tatapamong dikembangkan berdasarkan nilai-nilai moral, etik, integritas yang dianut serta norma-norma akademik. Perguruan tinggi dapat membentuk lembaga-lembaga tertentu yang dianggap penting untuk menciptakan suatu tata pamong yang baik, seperti adanya dewan penyantun, senat akademik atau senat perguruan tinggi, majelis guru besar serta lembaga-lembaga lain pada tataran pelaksana (eksekutif). Dalam hubungannya dengan lingkungan eksternal maka tatapamong yang baik harus dapat menciptakan hubungan saling menghormati antara Institusi dengan lembaga-lembaga pemerintah, kelompok-kelompok masyarakat serta institusi lain. 7.2. Elemen Penilaian a. Perguruan tinggi telah memiliki unit tatapamong dalam bentuk dan struktur yang sesuai dengan kebutuhan institusi serta peraturan yang berlaku lengkap dengan fungsi dan wewenang yang jelas. b. Perguruan tinggi memiliki rencana strategis yang mencakup visi, misi, tujuan, dan strategi yang dirumuskan melalui pendekatan yang sistemik dan sistematik dengan mengintegrasikan kepentingan seluruh stakeholders, dipublikasikan dengan baik

23

sehingga semua sivitas akademika dapat dengan mudah mengaksesnya. c. Perguruan tinggi mengembangkan SOP yang memberikan gambaran jelas tentang mekanisme untuk melakukan perencanaan, pengembangan serta implementasi kebijakankebijakan perguruan tinggi bagi setiap unit tatapamong. d. Perguruan tinggi secara bertanggung jawab menyebarluaskan hasil kinerjanya secara berkala kepada stakeholders sebagai bentuk akuntabilitas publik Standar 8. Sistem Pengelolaan 8.1. Deskripsi Standar Sistem Pengelolaan Untuk mengelola program reguler maupun program-program pengembangan, perguruan tinggi memerlukan sistem pengelolaan dari tingkat institusi sampai tingkat fakultas/jurusan/program studi mencakup pembagian fungsi dan wewenang yang jelas dan sistematis dalam alur kerja, SOP serta tanggung jawab setiap unit tatapamong. Perguruan tinggi harus pula memiliki unit kerja yang melaksanakan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap kinerja unit-unit tatpamong perguruan tinggi. Suatu sistem pengelolaan yang baik harus memiliki prasarana dan sarana agar unit-unit tersebut dapat melakukan layanan yang efektif dan efisien. Hasil monitoring dan evaluasi harus dipublikasikan kepada seluruh stakeholders untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas. 8.2. Elemen Penilaian a. Perguruan tinggi memiliki rancangan dan analisa jabatan, job description, prosedur kerja, program peningkatan kompetensi manajerial yang sistematis untuk menggambarkan terjadinya proses pengelolaan yang efektif dan efisien di setiap unit-unit kerja. b. Perguruan tinggi memiliki proses manajemen yang memungkinkan unit-unit kerja menjalankan seluruh fungsi-fungsi manajemen. c. Perguruan tinggi memiliki kriteria dan instrumen penilaian serta menggunakannya untuk mengukur kinerja setiap unit kerja.

24

Standar 9. Sistem Pembelajaran 9.1. Deskripsi Standar Sistem Pembelajaran Perguruan tinggi harus mengembangkan sistem dan proses pembelajaran yang mencerminkan strategi untuk mencapai tujuan. melaksanakan misi dan mewujudkan visinya. Sistem pembelajaran tersebut harus dengan mudah dapat ditemukan didalam pedoman akademik sebagai acuan bagi semua unit pelaksana pembelajaran dan memuat kebijakan, peraturan, kode etik, norma dan nilai-nilai akademik. Perguruan tinggi harus senantiasa melakukan pengkajian dan pengembangan sistem pembelajaran yang menjamin terjadinya pemutahiran semua komponen-komponennya. Dalam menjamin proses dan mutu pembelajaran, perguruan tinggi harus melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan sistem pembelajaran secara berkala. Perguruan tinggi juga harus menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana pembelajaran yang dapat diakses serta dimanfaatkan untuk mendukung interaksi akademik antara mahasiswa, dosen, pakar, dan nara sumber lainnya dalam kegiatan-kegiatan pembelajran.

9.2. Elemen Penilaian a. Perguruan tinggi mengembangkan sistem pembelajaran sesuai dengan visi, misi dan tujuan institusi serta dipublikasikan di dalam pedoman akademik serta dijadikan acuan oleh semua unit pelaksana pembelajaran. b. Perguruan tinggi memiliki unit atau lembaga yang mempunyai fungsi mengkaji dan mengembangkan sistem dan mutu pembelajaran yang hasilnya dimanfaatkan oleh institusi. c. Perguruan tinggi menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran yang terpusat dan dapat diakses serta dimanfaatkan untuk mendukung interaksi akademik antara mahasiswa, dosen, pakar, dan nara sumber lainnya dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran. d. Kondisi fisik dan layanan perpustakaan di tingkat institusi memperhatikan aspek-aspek berikut: ukuran ruangan yang memadai, kondisi ruangan yang memenuhi syarat keamanan (alat 25

pemadam kebakaran), kesehatan dan kenyamanan (suhu, pencahayaan, sirkulasi udara), d.peralatan bantu bagi pengunjung (mesin photo-copy, alat pencari katalog buku), jenis dan bahan putaka lengkap (buku teks bahasa Indonesia dan bahasa asing, jurnal luar dan dalam negeri, e-journals, bahan audio video), layanan antar perpustakaan, layanan e-library dengan perputakaan di fakultas/jurusan/prodi, rasio buku dengan jumlah mahasiswa memadai (1:10 sampai 1:20), rasio buku teks terbitan 5 tahun terakhir dibandingkan dengan total jumlah buku, waktu layanan perpustakaan menacapai 8 10 jam sehari, program pemeliharaan perpustakaan secara berkala (fumigasi, kebersihan), dan ruang diskusi untuk kelompok belajar mahasiswa. e. Memiliki ruang diskusi untuk kelompok belajar mahasiswa. f. Sistem Pembelajaran menjamin terselenggaranya proses pembelajaran yang objektif, adil dan akuntabel dicerminkan dari adanya evaluasi mahasiswa terhadap proses pembelajaran secara berkala dan hasilnya ditindaklanjuti.

Standar 10. Suasana Akademik 10.1. Deskripsi Standar Suasana Akademik Suasana Akademik adalah kondisi yang dapat menumbuhkembangkan semangat peningkatan mutu akademik, interaksi di antara dosen dan mahasiswa, kuantitas dan kualitas kegiatan akademik, mendorong pengembangan profesionalisme, kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik serta penghormatan kepada kebenaran dan semangat belajar yang tidak kunjung padam. Suasana akademik harus dapat diamati dalam berbagai kegiatan akademik yang diprakarsai sendiri oleh dosen maupun mahasiswa. Prakarsa tersebut didorong dan difasilitasi oleh institusi berupa program-program yang kongkrit.

26

10.2. Elemen Penilaian a. Perguruan tinggi memiliki kebijakan dan program institusi yang mendorong pengembangan suasana akademik dalam bentuk pemberian penghargaan bagi dosen dan mahasiswa. b. Perguruan tinggi melaksanakan program institusi yang terjadwal untuk meraih keunggulan akademik di dalam dan di luar kampus yang meningkatkan gairah dan suasana akademik. 1) Pelaksanaan program institusi yang terjadwal, berupa penyediaan dana oleh institusi, untuk meraih unggulan akademik didalam dan di luar kampus. 2) Pelaksanaan program institusi yang terjadwal, berupa penyelenggaraan seminar, lokakarya, simposium, demonstrasi/pameran, dan lomba karya ilmiah dosen dan mahasiswa. 3) Pelaksanaan program institusi yang terjadwal, berupa keikutsertaan dalam forum ilmiah di tingkat nasional dan internasional. Standar 11. Sistem Informasi 11.1. Deskripsi Standar Sistem Infromasi Perguruan tinggi harus memiliki sistem informasi yang disiapkan untuk mendukung pengelolaan dan peningkatan mutu program akademik. Sistem informasi dalam suatu perguruan tinggi minimal terdiri atas pengumpulan data, analisis, penyimpanan, pengambilan kembali data (retrieval), presentasi data dan informasi serta komunikasi dengan pihak berkepentingan yang dibangun secara terpusat di tingkat perguruan tinggi dan atau terdistribusi pada unit-unit terkait. Data dan informasi yang dikelola oleh perguruan tinggi dapat meliputi akademik, kemahasiswaan, sumberdaya manusia, prasarana dan sarana, administrasi dan keuangan serta data lain yang dianggap perlu untuk kepentingan berbagai pihak. Dalam berbagai hal, perguruan tinggi harus dapat memanfaatkan sistem informasi yang dimilikinya untuk memelihara komunikasi dan koordinasi internal serta kerjasama dengan institusi lain, pemerintah, alumni, perusahan/industri atau masyarakat luas.

27

Berkenaan dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat maka perguruan tinggi harus mampu melakukan pengelolaan yang profesional serta pemutahiran terhadap piranti keras dan lunak, sumber daya manusia serta organisasi pengelola untuk menjamin pertumbuhan sistem informasi yang telah dibangun tersebut. Perguruan tinggi juga harus menjamin akses bagi mahasiswa, staf dan sivitas akademika lainnya untuk memanfaatkan keberadaan sistem informasi tersebut melalui peraturanperaturan yang transparan. 11.2. Elemen Penilaian a. Perguruan tinggi memiliki blue print yang jelas tentang pengembangan, pengelolaan dan pemanfaatan sistem informasi termasuk sistem yang mengatur aliran data, otorisasi akses data, dan sistem disaster recovery. b. Perguruan tinggi memiliki sistem pendukung pengambilan keputusan (decision support system) membantu pimpinan dalam melakukan perencanaan dan analisa evaluasi diri dengan lebih baik dan pengambilan keputusan yang lebih obyektif. c. Sistem informasi yang dimiliki berupa basis data dan informasi yang minimal mencakup keuangan perguruan tinggi, aset, sarana dan prasarana, administrasi akademik, profil mahasiswa dan lulusan, dosen dan tenaga pendukung. d. Perguruan tinggi memiliki sistem informasi yang dimanfaatkan untuk komunikasi internal dan eksternal kampus serta akses bagi mahasiswa dan dosen terhadap sumber-sumber informasi ilmiah e. Perguruan tinggi memiliki kapasitas internet dengan rasio bandwidth per mahasiswa yang memadai. Standar 12. Sistem Penjaminan Mutu Internal 12.1. Deskripsi Standar Sistem Penjaminan Mutu Internal Untuk menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan perguruan tinggi secara berkelanjutan, setiap perguruan tinggi harus memiliki sistem penjaminan mutu sebagai bagian dari sistem pengelolaan dan proses pelaksanaan program-program akademik. Sistem penjaminan

28

mutu dibentuk ditingkat institusi dan dapat pula dikembangkan di tingkat fakultas/jurusan, sesuai dengan kebutuhan. Sistem penjaminan mutu internal pada suatu perguruan tinngi tercermin pada adanya pengorganisasian, dan manual mutu yang memuat pernyataan mutu sebagai komitmen institusi, kebijakan mutu, prosedur mutu instruksi kerja mutu. Perguruan tinggi harus menetapkan sasaran mutu yang harus dicapai oleh unit-unit kerja sesuai dengan kapasitas dan kinerja masing-masing. Perguruan tinggi juga harus memiliki mekanisme peningkatan mutu berkelanjutan serta pengembangan sistem penjaminan mutu untuk menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan di tingkat nasional maupun internasional. Pelaksana monitoring dan evaluasi terhadap proses peningkatan mutu berkelanjutan dapat berkoordinasi dengan pelaksana audit internal, jika ada, untuk memberikan masukan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindakan perbaikan yang efektif. Perguruan tinggi harus memiliki sistem rekaman data dan informasi yang baik mengenai proses serta hasil pelaksanaan sistem penjaminan mutu. Rekaman data dan informasi yang baik dimaksudkan untuk memungkinkan pelacakan kembali data dan informasi yang diperlukan serta memberikan peringatan dini kepada pihak yang melakukan tindakan perbaikan. Hasil-hasil seluruh sistem penjaminan mutu yang terdokumentasi dengan baik hendaknya digunakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari program penjaminan mutu eksternal termasuk program untuk memperoleh akreditasi. 12.2. Elemen Penilaian a. Perguruan tinggi menjalankan sistem penjaminan mutu yang didukung dengan adanya bukti-bukti berupa manual mutu, dan pelaksanaannya. 1) Keberadaan Manual Mutu 2) Implementasi penjaminan mutu

29

b. Perguruan tinggi menetapkan sasaran mutu, memonitor dan mengevaluasi pencapaiannya, minimal di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. c. Perguruan tinggi merekrut calon mahasiswa yang bermutu. d. Perguruan tinggi memiliki daya tarik institusi bagi calon mahasiswa dari berbagai daerah di indonesia dan luar negeri. e. Perguruan tinggi memiliki rekaman data yang diolah menjadi informasi untuk memungkinkan pelacakan kembali data dan informasi yang diperlukan serta memberikan peringatan dini kepada pihak yang melakukan tindakan perbaikan. f. Perguruan tinggi memiliki komitmen institusi untuk menyediakan dana yang menjamin upaya peningkatan mutu internal serta akreditasi, secara terus menerus.

Standar 13. Lulusan 13.1. Deskripsi Standar Lulusan Lulusan merupakan salah satu output langsung dari proses pendidikan yang dilakukan oleh perguruan tinggi. Lulusan ini harus memiliki kompetensi akademik maupun soft skills sebagaimana dinyatakan oleh sasaran mutu serta dibuktikan oleh kinerja lulusan di masyarakat sesuai dengan profesinya. Perguruan tinggi berperan penting dalam melakukan analisis data akademik seluruh program studi yang menggambarkan kinerja perguruan tinggi secara keseluruhan untuk menilai karakteristik, profil dan pemetaan lulusan. Perguruan tinggi harus berupaya membantu lulusan mendapat pekerjaan dan meningkatkan interaksi antara lulusan dan institusi. Perguruan tinggi harus mempunyai mekanisme yang menjamin pemanfaatan hasil evaluasi dan pelacakan lulusan di tingkat institusi untuk pengembangan jurusan/program studi.

30

13.2. Elemen Penilaian a. Perguruan tinggi memiliki angka efisiensi edukasi yang ideal. b. Masa tunggu lulusan untuk bekerja relatif singkat. c. Perguruan tinggi memiliki upaya-upaya pelacakan lulusan secara periodik. dalam melakukan

d. Perguruan tinggi memiliki mekanisme yang menjamin evaluasi hasil pelacakan lulusan digunakan sebagai umpan balik bagi institusi dalam menentukan kebijakan akademik e. Perguruan tinggi memberikan layanan bimbingan karir dan informasi kerja bagi mahasiswa dan lulusan

Standar 14. Penelitian dan pengabdian kepada masyarakat 14.1. Deskripsi Masyarakat Standar Penelitian dan Pengabdian kepada

Perguruan tinggi mendorong lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat untuk meningkatkan peran dan fungsinya dalam memfasilitasi dan memberdayakan dosen untuk melakukan penelitian inovatif yang mempertimbangkan kearifan lokal serta pengabdian masyarakat yang tepat sasaran. Perguruan tinggi melakukan diseminasi dan promosi hasil-hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta upaya untuk pemerolehan hak atas kekayaan intelektual yang dilakukan lembaga, dosen, dan mahasiswa. Perguruan tinggi melakukan upaya-upaya memperoleh dana penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berbentuk kerjasama mutual benefit dengan berbagai institusi atau lembaga serta berbagai hibah kompetisi. Perguruan tinggi memiliki data dan informasi tentang publikasi karya ilmiah, hak paten, karya inovatif serta hasil-hasil pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan lembaga, dosen, dan mahasiswa.

31

14.2 Elemen Penilaian a. Perguruan tinggi memiliki pedoman penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berisi ketentuan tentang prosedur standar perencanaan serta implementasi penelitian dan pengabdian kepada masyarakat a. Pedoman pengelolaan penelitian yang dikembangkan oleh institusi dan dipublikasikan, mencakup beberapa aspek berikut. 1) Kebijakan dasar penelitian yang meliputi antara lain: arah dan fokus, jenis dan rekam jejak penelitian unggulan, pola kerjasama dengan pihak luar, pendanaan, sistem kompetisi, penanganan plagiasi, paten dan hak atas kekayaan intektual 2) Rencana dan pelaksanaan penelitian yang mencakup agenda tahunan, peraturan pengusulan proposal dan pelaksanaan penelitian, keterlibatan mahasiswa dalam penelitian 3) Monitoring dan evaluasi untuk penjaminan mutu penelitian 4) Pemanfaatan hasil penelitian oleh masyarakat dan industri b. Pedoman pengelolaan pengabdian kepada masyarakat yang dikembangkan oleh institusi dan dipublikasikan, mencakup beberapa aspek berikut. 1) Kebijakan dasar pengabdian kepada masyarakat yang meliputi antara lain: visi dan misi, pola kerjasama dengan pihak luar, pendanaan, paten dan hak atas kekayaan intektual. 2) Rencana dan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat yang mencakup agenda tahunan, peraturan pengusulan proposal dan pelaksanaan, keterlibatan mahasiswa. 3) Monitoring dan evaluasi untuk penjaminan mutu pengabdian kepada masyarakat. 4) Pemanfaatan hasil pengabdian kepada masyarakat oleh masyarakat dan industri. c. Publikasi hasil-hasil penelitian *) 1) Dipublikasikan dalam jurnal yang memiliki reputasi dan prosiding ilmiah internasional. 2) Dipublikasikan dalam jurnal dan prosiding ilmiah nasional terakreditasi.

32

d. Pengabdian kepada masyarakat yang terkait dengan penelitian. e. Penghargaan karya inovatif dosen dan/ mahasiswa dalam 5 tahun terakhir. f. Jumlah dosen yang menulis buku ajar yang diterbitkan selama 5 tahun terakhir b. Perguruan tinggi memfasilitasi agar karya-karya ilmiah dosen memperoleh paten/hak cipta c. Perguruan tinggi memacu dosen dan mahasiswa untuk melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat per tahun

Standar 15. Program studi 15.1. Deskripsi Standar Program Studi Perguruan tinggi memiliki pedoman pembukaan dan penutupan program studi yang mencakup studi kelayakan yang mengacu statuta dan anggaran dasar, renstra, ketentuan/peraturan perundang-undangan yang berlaku serta prosedur yang jelas. Perguruan tinggi mendorong program studi untuk mencapai pengakuan publik dalam bentuk pencapaian akreditasi nasional maupun internasional. 15.2. Elemen Penilaian a. Perguruan tinggi memiliki pedoman pembukaan dan penutupan program studi yang diterbitkan oleh perguruan tinggi dan dapat diakses dengan mudah. b. Perguruan tinggi memiliki data dan informasi mutakhir tentang peringkat serta masa berlaku akreditasi nasional/ internasional dari semua program studi. c. Jumlah program studi sarjana (untuk universitas, institut, dan sekolah tinggi) dan program diploma III (untuk akademi dan politeknik) terakreditasi A

33

Akreditasi Perguruan Tinggi dilakukan oleh BAN-PT terhadap perguruan tinggi negeri dan swasta yang dapat berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, dan akademi. Akreditasi dilakukan melalui prosedur sebagai berikut: BAN-PT memberitahu perguruan tinggi mengenai prosedur pelaksanaan akreditasi institusi. 2. Perguruan tinggi mengajukan permohonan kepada BAN-PT untuk diakreditasi dengan melampirkan persyaratan eligibilitas yaitu: a. SK Pendirian Institusi PT b. AD/ART atau Statuta. c. Renstra/RIP/RJP d. Sistem Penjaminan Mutu dan laporan hasil evaluasi-diri institusi. e. Laporan monitoring dan evaluasi institusi. f. Informasi tentang izin operasional program studi. g. Informasi tentang alokasi dana untuk penjaminan mutu. h. Informasi tentang jumlah seluruh program studi dan jumlah program studi yang masih nterakteditasi. 3. BAN-PT mengkaji permohonan dan laporan hasil evaluasi-diri berdasarkan persyaratan awal (elijibilitas). 4. Jika telah memenuhi persyaratan awal, BAN-PT mengirimkan instrumen akreditasi kepada institusi terkait setelah rangkuman hasil evaluasi-diri dinilai memenuhi syarat. 5. Perguruan tinggi menyusun portofolio sesuai dengan cara yang dituangkan dalam Pedoman Penyusunan Portofolio Institusi Perguruan Tinggi. 6. Perguruan tinggi mengirimkan portofolio tersebut beserta lampiran-lampirannya kepada BAN-PT. 7. BAN-PT memverifikasi kelengkapan portofolio tersebut. 8. BAN-PT menetapkan (melalui seleksi dan pelatihan) tim asesor yang terdiri atas tiga sampai tujuh orang pakar sejawat yang memahami pengelolaan perguruan tinggi. 9. Setiap asesor secara mandiri menilai portofolio (asesmen kecukupan) selama satu bulan di tempat masing-masing. 10. BAN-PT mengundang tim asesor untuk mendiskusikan dan menyepakati hasil penilaian dokumen. Hasil kesepakatan digunakan sebagai bahan asesmen lapang. 1.

34

11. 12. 13. 14. 15.

Tim asesor melakukan asesmen lapang ke lokasi perguruan tinggi selama 3 atau 5 hari. Tim asesor melaporkan hasil asesmen lapang kepada BAN-PT paling lama seminggu setelah asesmen lapang. BAN-PT memvalidasi laporan tim asesor. BAN-PT menetapkan hasil akreditasi pergutuan tinggi. BAN-PT mengumumkan hasil akreditasi kepada masyarakat luas, menginformasikan hasil keputusan kepada asesor yang terkait, dan menyampaikan sertifikat akreditasi kepada pergutuan tinggi yang bersangkutan.

Prosedur akreditasi perguruan tinggi tersebut sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 9 berikut.

35

BAN-PT

PERGURUAN TINGGI
Memenuhi syarat kelayakan Menyampaikan usul akreditasi

TIM ASESOR

Mengembangkan perangkat instrumen Mngumumkan pelaksanaan AIPT

Mengkaji usul dan persyaratannya Menyetujui usul Pengiriman instrumen akreditasi kepada perguruan tinggi

Menyusunan portofolio Menyampaikan dokumen akreditasi kepada BAN-PT

Verifikasi dokumen akreditasi perguruan tinggi Menunjuk tim asesor

Menilai dokumen akreditasi secara mandiri Menyusun dan menyampaikan laporan penilaian mandiri kepada BANPT

Mengundang tim asesor untuk menyepakati hasil penilaian mandiri

Menyepakati hasil asesmen lapang kelompok asesor

Pengamatan
Verifikasi laporan asesmen lapang. Melaporkan hasil verifikasi kepada Sidang Pleno BANPT

Asesmen lapang dan penyusunan/penyampaian laporan asesmen lapang kelompok kepada BAN-PT

Menetapkan Keputusan Akreditasi. Mengumumkan hasil akreditasi kepada masyarakat terkait Menyampaikan sertifikasi akreditasi kepada perguruan tinggi

Gambar 9. Prosedur BAN-PT untuk akreditasi perguruan tinggi

36

Standar Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) Pada KONIKA XIII 2005 di Bandung telah diajukan Buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak (Gambar 10) yang disusun bersama Pengurus Pusat IDAI dan Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia (sesuai dengan Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 Pasal 26 ayat 2b yang menyatakan bahwa standar pendidikan untuk pendidikan profesi dokter spesialis disusun oleh kolegium) dan bahkan pada saat yang sama telah diserahkan kepada Ketua Konsil Kedokteran Indonesia KKI (Dr. Hardi Yusa Sp.OG) untuk diminta pengesahan KKI sesuai dengan Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 Pasal 26 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar pendidikan disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.

Gambar 10. Buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 Buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak tersebut merupakan buku pertama di Indonesia dan bahkan menjadi acuan organisasi profesi lain dalam membuat dan standarnya. Pada waktu itu Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) belum mempunyai format mengenai hal tersebut. Buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak tersebut disusun dengan memperhatikan Undang Undang Republik Indonesia 37

Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Undang Undang Republik Indonesia Nomor: 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 131/Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional, serta mengacu kepada berbagai referensi luar negeri seperti Trilogy of World Federation for Medical EducationDocuments World Standards for Medical Education, British General Medical Council dan Royal College of Physicians, American Institute of Medicine serta disesuaikan aplikasinya dengan situasi kondisi di tanah air. Standar Profesi dan Standar Pendidikan untuk Dokter Spesialis Anak dan Konsultan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini terdiri dari 6 standar, 4 Panduan pelaksanaan standar dan 3 instrumen penilaian akreditasi; selengkapnya adalah sebagai berikut : 1. Standar Profesi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2. Panduan Pelaksanaan Standar Profesi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 3. Standar Penyelenggara Kegiatan Pengembangan Profesi (Continuous Professional Development/CPD) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 4. Panduan Penyelenggara Kegiatan Pengembangan Profesi (Continuous Professional Development/CPD) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 5. Instrumen Penilaian Akreditasi Penyelenggara Kegiatan Pengembangan Profesi (Continuous Professional Development/CPD) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 6. Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 7. Standar Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak 8. Panduan Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak 9. Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak 10. Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak Konsultan 11. Standar Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak Konsultan 12. Panduan Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak Konsultan 13. Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak Konsultan

38

Pada tanggal 28 September 2008 menerbitkan Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 21/KKI/KRP/IX/2006 tentang Pengesahan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis dan pada bulan November 2006 Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) berhasil menerbitkan buku Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis (Gambar 11).

Gambar 11. Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis KKI 2006 Format Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis KKI 2006 terdiri dari: 1. Misi dan Tujuan Pendidikan 2. Proses Pendidikan 3. Sistem Evaluasi Peserta Didik 4. Peserta Didik 5. Staf Akademik 6. Sumber Daya Pendidikan 7. Evaluasi Program 8. Penyelenggara Program dan Administrasi Pendidikan 9. Perbaikan Berkesinambungan 10. Aturan Tambahan Sebetulnya Buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan untuk Dokter Spesialis Anak 2005 jauh lebih lengkap dan luas merangkum seluruh aspek

39

maupun segi struktur, proses, output/outcome dan impact dalam satu buku sebagai satu kesatuan. Buku Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis KKI 2006 merupakan sebagai komponen nomor 6 dari 11 komponen dalam Buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005. Esensi dan substansi Komponen 6 dalam Buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 adalah Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang terdiri dari 10 standar yang tidak jauh berbeda esensi dan substansinya dengan 10 standar dari Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis KKI 2006, karena sama sama mengacu pada Trilogy of World Federation for Medical Education perbedaannya hanya dari segi format urutan. Maka Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia untuk komponen 6 yakni Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak menyesuaikan formatnya dengan format dari Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis KKI 2006 sebagaimana Gambar 12.

Gambar 12. Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak 2007 Pada Lampiran 1 (halaman 91 sampai dengan 94) tentang Standar Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak dalam buku Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak 2007 sama pesis tanpa perubahan dengan komponen 7 tentang Standar Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak pada halaman 37 40

sampai 39 dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005. Demikian juga Lampiran 2 (halaman 95 sampai dengan 117) tentang Instrumen Penilain Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak dalam buku Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak 2007 sama pesis tanpa perubahan dengan komponen 9 tentang Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak pada halaman 75 sampai 92 dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005. Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) telah mensahkan dengan Surat Keputusan Nomor 41/KKI/KEP/IV/2008 pada tanggal 29 April 2008 tentang standar kompetensi dan standar pendidikan dokter spesialis anak. Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak sebagaimana komponen nomor 9 dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 (halaman 45 sampai 61) disesuaikan dengan format dari WHO/WFME Guidelines for Accreditation of Basic Medical Education 2005 dan situasi kondisi di Indonesia serta peraturan dan perundangan yang berlaku; maka Instrumen Penilaian Diri (Self-Assesment) Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak terdiri dari 9 standar utama yakni: 1. Visi, Misi dan Tujuan (Objektif) Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak. 2. Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak 3. Penilaian Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak 4. Peserta Didik di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak 5. Staf Pengajar di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak 6. Sarana Pendidikan di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak 7. Program Evaluasi di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak 8. Tatakelola dan administrasi di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak 9. Program Peningkatan Mutu di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak Dalam setiap standar tersebut mencakup parameter kriteria dan indikator serta nilai dari setiap indikator tersebut. Berdasarkan pengalaman selfasessment Pertama pada Rapat Kerja Kolegium di Palembang tanggal 29 - 30

41

November 2008 dan Kedua pada Rapat Kerja di Jakarta tanggal 9 10 Januari 2010 serta beberapa usulan masukan penyempurnaan maka Komisi III (Akreditasi) Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia telah melakukan revisi instrumen tersebut menjadi terdiri dari 9 standar dengan 36 kriteria dan 180 indikator penilaian IPDSA sebagimana dalam Tabel 1 berikut: Tabel 1. Instrumen Penilaian IPDSA. Instrumen Self-Assesment /Akreditasi IPDSA Terdiri dari: 1. Standar = 9 2. Kriteria = 36 3. Indikator = 180 Parameter Kriteria 1 6 8 2 2 8 3 4 2 36 kriteria Indikator 5 30 40 10 10 40 15 20 10 180 indikator

Standar No. 1. Visi, Misi, Objektif dan Target 2. Program Pendidikan 3. Penilaian 4. PPDSA 5. Staf 6. Sarana 7. Program Evalusi 8. Tatakelola 9. Peningkatan Mutu 9 Standar

2. Self-Assessment dan Akreditasi Sampai saat ini Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) belum mempunyai format tentang akreditasi baik dalam hal standar, Panduan maupun instrumen untuk pendidikan dokter dan dokter spesialis. Dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 tercantum 5 komponen (lihat halaman 5 di atas) mengenai akreditasi sebagai berikut : 1. Instrumen Penilaian Akreditasi Penyelenggara Kegiatan Pengembangan Profesi (Continuous Professional Development/CPD) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sebagai komponen nomor 6 dalam buku

42

2.

3.

4.

5.

Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada halaman 23 sampai 24. Panduan Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak - sebagai komponen nomor 8 dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada halaman 41 sampai 43. Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak - sebagai komponen nomor 9 dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada halaman 45 sampai 61. Panduan Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak Konsultan - sebagai komponen nomor 12 dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada halaman 71 sampai 73. Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak Konsultan - sebagai komponen nomor 13 dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada halaman 72 sampai 95.

Sedangkan World Federation for Medical Education bekerja sama dengan WHO meluncurkan WHO/WFME Guidelines for Accreditation of Basic Medical Education pada tahun 2005 juga. (Gambar 13 berikut)

Gambar 13. WHO/WFME Guidelines for Accreditation of Basic Medical Education 2005

43

Dalam Panduan WHO/WFME Guidelines for Accreditation of Basic Medical Education 2005 tersebut diperuntukan untuk pendidikan dokter, sedangkan untuk pendidikan dokter spesialis belum ada namun secara umum dari segi substansi kemungkinan tidak akan berbeda. Substansi dalam WHO/WFME Guidelines for Accreditation of Basic Medical Education 2005 tersebut mirip dengan nomor 2 di atas pada halaman 9 yakni Panduan Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak - sebagai komponen nomor 8 dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 pada halaman 41 sampai 43. Namun pada WHO/WFME Guidelines for Accreditation of Basic Medical Education 2005 ada proses sebelum akreditasi yakni self-evaluation (selfassessment). Atas dasar di atas tersebut, maka Komisi III Akreditasi KIKA melaksanakan implementasi penilaian diri (self-assessment)26 tersebut dengan tujuan pembinaan, pematangan dan persiapan menuju akreditasi secara memodifikasi Instrumen Penilaian Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak - sebagaimana komponen nomor 9 dalam buku Standar Profesi dan Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak 2005 (halaman 45 sampai 61) disesuaikan dengan format dari WHO/WFME Guidelines for Accreditation of Basic Medical Education 2005 dan situasi kondisi di Indonesia serta peraturan dan perundangan yang berlaku; maka Instrumen Penilaian Diri (Self-Assesment) Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak terdiri dari 9 standar utama yakni: 1. Visi, Misi, Tujuan dan Objektif Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak. 2. Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak 3. Penilaian Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak 4. Peserta Didik di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak 5. Staf Pengajar di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak 6. Sarana Pendidikan di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak 7. Program Evaluasi di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak 8. Tatakelola dan administrasi di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak 9. Program Peningkatan Mutu di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak
26

Wass V, Bowden R, Jackson. The principles of assessment design. In: Jackson N, Jamieson A, Khan A (eds). Assessment in Medical Education and Training. Oxford: Radcliffe Publishing; 2007. p. 11-26.

44

Dalam setiap standar tersebut mencakup parameter kriteria dan indikator serta nilai dari setiap indikator tersebut. Akreditasi merupakan langkah kedua dari 3 langkah dalam program quality assurance. Ringkasan beberapa batasan/sstilah dalam Akreditasi IPDSA: 1. Definisi Akreditasi Akreditasi adalah suatu proses penilaian dalam rangka pengakuan telah memenuhi standar yang telah ditentukan. Akreditasi merupakan langkah kedua dari 3 langkah dalam program quality assurance. Program quality assurance terdiri dari: i. Standarisasi meliputi kriteria yang terukur (measurable) dan indikator satuan waktu (time-frame). ii. Akreditasi dilakukan setelah yang akan dinilai melaksanakan penilian diri (self-assessment) maksimal 2 (dua) kali terlebih dahulu. iii. Kegiatan mutu berkesinambungan (contiuous quality improvement) dengan mempergunakan kaidah mutu (Plan-DoCheck-Action) dalam rangka mempertahankan dan atau meningkatkan mutu. 2. Ruang Lingkup Akreditasi Ruang lingkup Akreditasi harus jelas dan eksplisit dalam rangka pendidikan meliputi kriteria struktur, proses, output, outcome dan impact bila memungkinkan.

3.Tujuan Akreditasi i. Untuk pembinaan dan pengembangan institusi tersebut mendapat pengakuan telah memenuhi standar yang telah ditentukan. ii. Untuk dapat melaksanakan benchmarking antar institusi.

45

iii. Untuk memberikan jaminan kepada pihak yang berkepentingan (peserta didik, tenaga didik, pemilik institusi dan penyandang dana)

4. Konsep Akreditasi Memenuhi persyaratan standar nasional yang telah ditentukan dan standar international yang dikehendaki dengan nilai norma norma dalam profesi dan masyarakat serta sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. 5. Struktur Akreditasi Terdiri dari instrumen penilaian diri (self assessment) dan akreditasi itu sendiri. 6. Model Akreditasi Pendekatan secara bottom-up approach untuk penilaian diri (selfassessment) dan secara top-down approach untuk akreditasi serta kombinasi keduanya untuk pembinaan/pengembangn dan peningkatan mutu. 7. Implementasi Akreditasi Penilaian dilakukan oleh surveyor/asesor yang berlisensi untuk melaksanakan akreditasi. Lisensi tersebut berjenjang dari pratama, madya dan utama serta dikeluarkan oleh Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia. Kriteria penjenjangan lisensi surveyor/asesor tersebut ditentukan dan diatur secara terpisah oleh Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia. 8. Monitoring Akreditasi Dilaksanakan oleh Komite III Akreditasi dan Pengurus Harian Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.

46

9. Evaluasi Akreditasi Evaluasi promotif dilaksanakan oleh Komite III Akreditasi dan Pengurus Harian Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia untuk tindak lanjut upaya perbaikan/peningkatan mutu. Sertifikat Akreditasi diberikan oleh Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia untuk batasan waktu tertentu bila telah memenuhi atau mencapai standar yang telah ditentukan

47

Pada rapat keja Kolegium tanggal 10-11 Januari 2010 telah diadakan selfassessment kedua dengan hasil sebagaimana dalam Tabel 2 dan Gambar 12 dan 13 berikut. Tabel 2.

48

Gambar 14. Hasil self-assessment kedua dari 13 IPDSA.

Gambar 15. Hasil self-assessment kedua dari 13 IPDSA dalam bentuk laba laba (spider web) 49

3. Continuous Quality Improvement (CQI) Continuous Quality Improvement (CQI) adalah langkah selanjutnya dalam siklus QA yang merupakan upaya institusi pelayananan tersebut mempertahankan (monitoring) dan meningkatkan mutu melalui berbagai kegiatan sesuai standar, kriteria dan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya dalam suatu sistem manajemen mutu sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 16 berikut.

Gambar 16. Hubungan Kinerja (performance) dengan Quality Control (QC) dan Quality Improvement (CQI) Adapun akreditasi Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia sebagaimana dalam Tabel 3 berkut.

50

Gantt Charts : Rencana Strategis dan Rencana Kerja Komisi III Akreditasi
Rencana Strategis 2008 Rencana Kerja Nov Des Self-Assesment 1 Persiapan dan pematangan: 4. instrumen 5. surveyor/asesor Akreditasi Re-akreditasi Target Skor 80 = A 70 79 = B 60 69 = C 59 = Re-akreditasi I 2009 II III I 2 2010 II 2011 III I II

Tabel 3. Rencana Kerja Revisi Komisi III (Akreditasi) Jakarta 10 11 Januari 2010

80% IPDSA terakreditasi A = 3 IPDSA B = 2 IPDSA C = 7 IPDSA A : masuk tahap benchmarking regional

51

Pada prakteknya program pendidikan dokter spesialis dilaksanakan di rumah sakit yang juga sebagai institusi pelayanan dan sebagaimana dalam Undang Undang RI Nomor 44 tentang Rumah Sakit dan Undang Undang RI Nomor 25 Tahun 2009 tentang Layanan Publik (termasuk kesehatan) ada 9 fungsi manajemen medik fungsi nomor 5 adalah peningkatan kinerja (Gambar 17). Maka seyogya institusi tersebut Medik bersiap mengantisipasi untuk membuat Key Performance Indicators (KPIs)27 Gambar 18 untuk tingkat Departemen/SMF dan individu profesi yang nantinya dirangkum sebagai satu kesatuan dengan Kinerja Rumah Sakit (Tabel 4)

27

Firmanda D. Key Performance Indicators (KPIs) Rumah Sakit. Disampaikan pada Workshop Key Performance Indicators (KPIs) di RSUP Fatmawati Jakarta, 24-25 Mei 2010.

52

Organisasi Institusi: 1. efektif 2. efisien 3. akuntabel

CLINICAL GOVERNANCE

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Fungsi Manajemen Medik: Kepemimpinan Medik Audit Medis Data Medis Risiko Klinis berbasis bukti Peningkatan Kinerja Pengelolaan Keluhan Mekanisme monitor Pengembangan profesional Akreditasi

Inti Tujuan UU RI No. 44 Tahun 2009

1. 2. 3. 4.

aksesibiltas pelayanan keselamatan pasien meningkatkan mutu dan standar kepastian hukum

Gambar 17. Organisasi institusi dalam Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

53

KEY PERFORMANCE INDICATORS (KPIs) Visi .. Misi 1. .. 2. 3. 4. 5. Nilai Nilai 1. .. 2. 3. 4. 5. Direktorat/Komite .. Bidang/Bagian/Instalasi/ SMF . Seksi/Sub Bagian/Divisi/ Koordinator . Critical Success Factors 1. .. (CSFs) 2. 3. 4. 5. Key Performance 1. .. Indicators (KPIs) 2. 3. 4. 5. Gambar 18. Contoh Format Key Performance Indicators (KPIs) untuk IPDSA

54

INSTRUMEN AKREDITASI INSTITUSI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ANAK Instrumen Akreditasi Standar 1 Visi, Misi, Objektif dan Target Standar 1: Visi, Misi dan Tujuan (Objektif) Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak. S1 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai visi, misi dan tujuan (objektif) serta target pendidikan dokter spesialis anak.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan validitas berkas mengenai visi, misi dan tujuan (objektif) serta target pendidikan dokter spesialis anak di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan Rencana Strategis (Renstra) dari Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit tersebut. Penilaian Surveyor: 1. Bila berkas tersebut telah telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Selanjutnya surveyor secara acak menanyakan kepada 3 staf pendidik dan 3 PPDSA akan pemahaman mereka tentang visi, misi dan tujuan (objektif) serta target pendidikan di IPDSA tersebut bila jawaban mereka sesuai, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut dengan bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

3.

55

Instrumen Akreditasi Standar 2: Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) Parameter 1: S2 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang mengacu kepada Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran setempat dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia yang telah disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan kesesuaian Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak IPDSA tersebut dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak . Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran setempat. Penilaian Surveyor: 1. Bila Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak IPDSA telah mengacu kepada Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. 2. Selanjutnya surveyor Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut berupa bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

56

Parameter 2: S2 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang mengacu kepada Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak serta Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia yang telah disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan kesesuaian Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak IPDSA tersebut dengan Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan Kurikulum dan Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran setempat. Penilaian Surveyor: 1. Bila Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak IPDSA tersebut telah telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) - surveyor secara acak menanyakan kepada 3 staf pendidik dan 3 PPDSA akan pemahaman mereka tentang Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak IPDSA bila jawaban mereka sesuai, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut dengan bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

57

Parameter 3: S2 P3 Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak tersebut menerangkan tentang objektif setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi tersebut dan sesuai Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia yang telah disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan kesesuaian objektif setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi tersebut dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak, Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan Kurikulum dan Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran setempat. Penilaian Surveyor: 1. Bila objektif lengkap untuk setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi tersebut dan telah telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) - surveyor secara acak menanyakan kepada 3 staf pendidik dan 3 PPDSA akan pemahaman mereka tentang objektif dari setiap jenjang Pendidikan Dokter Spesialis Anak bila jawaban mereka sesuai, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. 2. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut brerupa bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

58

Parameter 4: S2 P4 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai Log Book untuk peserta didik yang mengacu kepada Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di institusi tersebut dan Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang dikeluarkan oleh Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan kesesuaian isi Log Book dengan Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak IPDSA tersebut dengan Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak. Penilaian Surveyor: Bila Log Book telah sesuai dengan Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak IPDSA tersebut dan Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak serta telah telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) - surveyor secara acak menanyakan kepada 3 staf pendidik dan 3 PPDSA akan pemahaman mereka tentang objektif dari setiap jenjang Pendidikan Dokter Spesialis Anak bila jawaban mereka sesuai, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. 2. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut dengan bukti: iv. Daftar hadir v. Notulen kegiatan dan hasilnya vi. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5. 1.

59

Parameter 5: S2 P5

Log Book tersebut diimplementasikan secara kontinyu dan konsisten.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan validitas pengisian pembubuhan tanda tangan supervisor terkait.

Log Book dan

Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan lembaran contoh paraf/tanda tangan seluruh supervisor di IPDSA tersebut.

Penilaian Surveyor: 1. Bila Log Book di IPDSA tersebut telah diimplementasikan sepenuhnya secara kontinyu dan konsisten, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Selanjutnya surveyor mengecek secara acak 30 Log Book dari berbagai jenjang pendidikan bila didapatkan telah diimplementasikan sepenuhnya secara kontinyu dan konsisten serta setiap aktifitas peserta didik dibubuhi tanda tangan supervisor terkait, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut berupa bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

3.

60

Parameter 6: S2 P6 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut memberikan Sertifikat Kompetensi kepada peserta didik untuk setiap jenjang pendidikan.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa format Sertifikat Kompetensi untuk setiap jenjang pendidikan serta mengecek komponen Sertifikat Kompetensi tersebut sesuai dengan Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang mengacu kepada Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak. Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut telah memberikan Sertifikat Kompetensi kepada seluruh peserta didik untuk setiap jenjang pendidikan maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Selanjutnya surveyor mengecek pengdokumentasian arsip pemberian Sertifikat Kompetensi tersebut serta kelengkapannya, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut dengan bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

3.

61

Instrumen Akreditasi Standar 3: Penilaian Peserta Didik Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak Parameter 1: S3 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut melaksanakan penilaian terhadap peserta didik sesuai dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak ndonesia yang telah disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa jadwal pelaksanaan penilaian peserta didik untuk setiap jenjang pendidikan serta kesesuaiannya dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak. Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut telah melaksanakan penilaian kepada seluruh peserta didik sesuai dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Selanjutnya surveyor mengecek pengdokumentasian arsip penilaian tersebut serta kelengkapannya, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut berupa bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

3.

62

Parameter 2: S3 P2

Log Book Peserta Didik di IPDSA tersebut mencerminkan aktifitas penilaian yang akan dinilai dari peserta didik di institusi tersebut dan mengacu kepada Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di institusi tersebut dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa jadwal pelaksanaan penilaian peserta didik untuk setiap jenjang pendidikan serta kesesuaiannya dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak. Penilaian Surveyor: 1. Bila Log Book di IPDSA tersebut telah mencerminkan aktifitas penilaian yang akan dinilai dari peserta didik dan mengacu kepada Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak dan Kurikulum dari Kolegium, akan tetapi belum/tidak disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Selanjutnya surveyor mengecak pengesahan dari pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit), dan secara acak menanyakan kepada 3 staf pendidik dan 3 PPDSA akan pemahaman penilaian akktivitas bila memenuhi hal di atas maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut berupa bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

4.

63

Parameter 3: S3 P3 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempergunakan metoda Mini-CEX dalam penilaian peserta didik.

Operasional: Surveyor melihat format Mini-CEX yang digunakan di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan bukti materi pelatihan Mini-CEX yang telah didapat dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia dilihat kesesuaiannya dengan Mini-Cex yang digunakan di IPDSA tersebut.

Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut telah IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda Mini-CEX dalam penilaian peserta didik, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan metoda penilaian Mini_CEX tersebut dengan bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

64

Parameter 4: S3 P4 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempergunakan metoda OSCE dalam penilaian peserta didik.

Operasional: Surveyor melihat format OSCE yang digunakan di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan bukti materi pelatihan OSCE yang telah didapat dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia dilihat kesesuaiannya dengan OSCE yang digunakan di IPDSA tersebut.

Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut telah IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda OSCE dalam penilaian peserta didik, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan metoda penilaian Mini_CEX tersebut berupa bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

65

Parameter 5: S3 P5 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempergunakan metoda Mini-PAT dalam penilaian peserta didik.

Operasional: Surveyor melihat format Mini-PAT yang digunakan di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan bukti materi pelatihan Mini-PAT yang telah didapat dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia dilihat kesesuaiannya dengan Mini-PAT yang digunakan di IPDSA tersebut.

Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut telah IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda Mini-PAT dalam penilaian peserta didik, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan metoda penilaian Mini-PAT tersebut dengan bukti : i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

66

Parameter 6: S3 P6 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempergunakan metoda DOPS dalam penilaian peserta didik.

Operasional: Surveyor melihat format DOPS yang digunakan di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan bukti materi pelatihan DOPS yang telah didapat dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia dilihat kesesuaiannya dengan DOPS yang digunakan di IPDSA tersebut.

Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut telah IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda DOPS dalam penilaian peserta didik, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan metoda penilaian DOPS tersebut berupa bukti : i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

67

Parameter 7: S3 P7 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempergunakan metoda Case-based Discussion (CbD) dalam penilaian peserta didik.

Operasional: Surveyor melihat format Case-based Discussion (CbD) yang digunakan di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan bukti materi pelatihan Case-based Discussion (CbD) yang telah didapat dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia dilihat kesesuaiannya dengan Case-based Discussion (CbD) yang digunakan di IPDSA tersebut.

Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut telah IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda Case-based Discussion (CbD) dalam penilaian peserta didik, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan metoda penilaian Cb-D tersebut denagn bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

68

Parameter 8: S3 P8 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempergunakan metoda Portfolio dalam penilaian peserta didik.

Operasional: Surveyor melihat format Portfolio yang digunakan di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan bukti materi pelatihan Portfolio yang telah didapat dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia dilihat kesesuaiannya dengan Portfolio yang digunakan di IPDSA tersebut.

Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut telah IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda Portfolio dalam penilaian peserta didik, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan metoda penilaian Portfolio tersebut berupa bukti : i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

69

Instrumen Akreditasi Standar 4: Peserta Didik di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak Parameter 1: S4 P1 Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis anak (IPDSA) tersebut menerangkan tentang mekanisme proses rekrutmen dan kriteria penerimaan serta pemberhentian peserta didik mengacu kepada kebijakan Fakultas Kedokteran setempat dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak Indonesia yang telah disahkan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan kesesuaian objektif setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi tersebut dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak, Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan mekanisme proses rekrutmen dan kriteria penerimaan serta pemberhentian peserta didik mengacu kepada kebijakan Fakultas Kedokteran setempat dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak Indonesia. Penilaian Surveyor: 1. Bila Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut telah menerangkan tentang mekanisme proses rekrutmen dan kriteria penerimaan serta pemberhentian peserta didik sesuai dengan Kurikulum dari Kolegium dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit), maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. 2. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan mekanisme proses rekrutmen dan kriteria penerimaan serta pemberhentian peserta didik tersebut dengan bukti : i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

70

Parameter 2: S4 P2 Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut menerangkan tentang hak, tugas dan kewajiban peserta didik untuk setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi tersebut.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan penjelasan tentang tentang hak, tugas dan kewajiban peserta didik untuk setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan dokumen terkait tentang hak, tugas dan kewajiban peserta didik dari Fakultas Kedokteran setempat. Penilaian Surveyor: 1. Bila Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut telah menerangkan tentang hak, tugas dan kewajiban peserta didik telah lengkap untuk setiap jenjang pendidikan dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan hak, tugas dan kewajiban peserta didik berupa bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

71

Instrumen Akreditasi Standar 5: Staf Pengajar di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak Parameter 1: S5 P1
Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai dokumentasi kualifikasi dan lisensi profesi setiap staf pengajar sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Yang dimaksud dengan kualifikasi adalah Ijazah Spesialis 1 dan atau 2, S2 dan S3 yang dikeluarkan dan telah dilakukan sertifikasi oleh pihak berwenang dan diakui oleh pemerintah. Sedangkan yang dimaksud dengan lisensi profesi adalah Surat Tanda Registrasi (STR), Surat Izin Praktek (SIP) dan Surat Keputusan sebagai tenaga pengajar di institusi/rumah sakit tersebut yang dikeluarkan oleh pihak berwenang dan diakui oleh pemerintah serta masih berlaku.

Operasional:
Surveyor melihat dan memeriksa dokumentasi kualifikasi dan lisensi profesi seluruh staf pengajar sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan dokumen kebijakan dari pimpinan institusi (Dekan Fakultas/Direktur Rumah Sakit) tentang kualifikasi dan lisensi profesi seluruh staf pengajar.

Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA tersebut telah melaksanakan dokumentasi akan kualifikasi dan lisensi seluruh staf pengajar sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan kegiatan dokumentasi diatas berupa bukti : i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

72

Parameter 2: S5 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai uraian tugas secara tertulis setiap staf pengajar.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan validitas berkas mengenai uraian tugas seluruh staf pengajar di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan: 1. Surat Keputusan pengangkatan sebagai staf pengajar dari Fakultas Kedokteran terkait. 2. Surat Penempatan di Departemen/SMF Kesehatan Anak dari Direktur Rumah Sakit tersebut. 3. Surat Kewenangan Klinis (Clinical Previlege) dari Komite Medik Rumah Sakit tersbut 4, Struktur Organisasi Departemen/SMF Kesehatan Anak (IPDSA) tersebut Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA telah mempunyai uraian tugas secara tertulis setiap staf pengajar dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. 2. Selanjutnya surveyor secara acak menanyakan kepada 3 staf pengajar dan 3 PPDSA akan pemahaman mereka urainan tugas staf pengajar tersebut secara umum maupun rinci - bila jawaban mereka sesuai dengan ang tertulis , maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter uraian tugas tersebut dengan bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

73

Instrumen Akreditasi Standar 6: Sarana Pendidikan di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak Parameter 1: S6 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai sarana perpustakaan dengan berbagai bentuk kompilasi (buku, jurnal, VCD, CD dsb).

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya sarana perpustakaan di IPDSA tersebut.
Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan: 1. Surat Bukti invoice pemesanan buku, jurnal, Cd, CD dan sebagainya. 2. Surat Bukti Pembayaran pembelian dan berlangganan buku, jurnal, VCD, CD dan sebagainya. 3. Buku Stok inventaris

Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA telah mempunyai sarana perpustakaan dan telah terdokumentasi dengan baik dan sistematik, akan tetapi belum/tidak ada prosedur tertulis tentang mekanisme penggunaan sarana tersebut baik untuk peminjaman dan pengembaliannya - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. 2. Selanjutnya surveyor mengecek apakah IPDSA tersebut mempunyai sarana perpustakaan dan telah terdokumentasi dengan baik dan sistematik serta ada prosedur tertulis tentang mekanisme penggunaan sarana tersebut baik untuk peminjaman dan pengembaliannya - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter sarana perpustakaan, mekanisme penggunaan sarana dan sistematik dokumentasi tersebut dengan bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

74

Parameter 2: S6 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai sarana teknologi informasi dan audio-visual.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya sarana teknologi informasi dan audio-visual di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan: 1. Surat Bukti invoice pengadaan sarana teknologi informasi dan audio-visual 2. Surat Bukti Pembayaran pembelian dan berlangganan sarana Teknologi informasi dan audio-visual 3. Buku Stok inventaris Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA telah mempunyai sarana teknologi informasi dan audiovisual telah terdokumentasi dengan baik dan sistematik, akan tetapi belum/tidak ada prosedur tertulis tentang mekanisme penggunaan sarana tersebut baik untuk peminjaman, pemakaian dan pengembaliannya - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. 2. Selanjutnya surveyor mengecek apakah IPDSA tersebut mempunyai sarana tersebut telah terdokumentasi dengan baik dan sistematik serta ada prosedur tertulis tentang mekanisme penggunaan sarana tersebut baik untuk peminjaman, pemakaian dan pengembaliannya maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter sarana perpustakaan, mekanisme penggunaan sarana teknologi informasi dan audio-visual dan sistematik dokumentasi tersebut, dengan bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

75

Parameter 2: S6 P3 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai sarana tempat pertemuan ilmiah untuk seluruh staf dan peserta didik di institusi tersebut.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya sarana tempat pertemuan ilmiah untuk seluruh staf dan peserta didik di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan: 1. Rencana Induk (Masterplan) IPDSA dari Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit. 2. Rencana Anggaran Biaya (RAB) IPDSA dari Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit. 3. Buku Stok inventaris sarana tempat pertemuan ilmiah di IPDSA Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut mempunyai sarana pertemuan ilmiah untuk seluruh staf dan peserta didik di institusi tersebut serta ada prosedur tertulis tentang mekanisme penggunaan dan jadwal pemakaiannya - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter sarana pertemuan ilmiah untuk seluruh staf dan peserta didik, mekanisme penggunaan sarana dan sistematik dokumentasi tersebut, dengan bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Bila IPDSA tersebut mempunyai rencana induk (master plan) tentang pengembangan sarana pertemuan ilmiah untuk seluruh staf dan peserta didik dan disetujui oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta tertuang dalam rencana anggaran biaya (RAB) institusi - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

3.

76

Parameter 4: S6 P4 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai sarana tempat diskusi kelompok setiap unit (Divisi/Bagian) dalam institusi tersebut.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya sarana tempat diskusi kelompok setiap unit (Divisi/SubBagian) di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan: 1. Rencana Induk (Masterplan) IPDSA dari Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit. 2. Rencana Anggaran Biaya (RAB) IPDSA dari Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit. 3. Buku Stok inventaris sarana tempat diskusi kelompok di setiap unit dalam IPDSA tersebut. Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut mempunyai sarana tempat diskusi kelompok setiap unit (Divisi/SubBagian) dalam IPDSA tersebut serta ada prosedur tertulis tentang mekanisme penggunaan dan jadwal pemakaiannya - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter sarana tempat diskusi kelompok setiap unit (Divisi/SubBagian) di IPDSA dengan bukti : i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Bila IPDSA tersebut mempunyai rencana induk (master plan) tentang pengembangan sarana tempat diskusi kelompok setiap unit (Divisi/SubBagian) di IPDSA tersebut dan disetujui oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta tertuang dalam rencana anggaran biaya (RAB) institusi - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

3.

77

Parameter 5: S6 P5 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai sarana peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik yang dibutuhkan untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya sarana peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik yang dibutuhkan untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan: 1. Surat Bukti invoice pengadaan peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik yang dibutuhkan 2. Surat Bukti Pembayaran pembelian peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik yang dibutuhkan 3. Rencana Induk (Masterplan) IPDSA dari Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit. 4. Rencana Anggaran Biaya (RAB) IPDSA dari Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit. 5. Buku Stok inventaris peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut mempunyai sarana peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik lengkap yang dibutuhkan untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter sarana peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik lengkap yang dibutuhkan di IPDSA dengan bukti : i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4.

2.

78

3.

Bila IPDSA tersebut mempunyai rencana induk (master plan) tentang pengembangan sarana peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik lengkap yang dibutuhkan dan disetujui oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta tertuang dalam rencana anggaran biaya (RAB) institusi - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

79

Parameter 6: S6 P6 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai sarana media komunikasi antar staf pengajar dan peserta didik.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya sarana media komunikasi yang dibutuhkan antar staf pengajar dan peserta didik untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan: 1. 2. 3. 4. 5. Surat Bukti invoice pengadaan peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik yang dibutuhkan Surat Bukti Pembayaran pembelian peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik yang dibutuhkan Rencana Induk (Masterplan) IPDSA dari Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit. Rencana Anggaran Biaya (RAB) IPDSA dari Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit. Buku Stok inventaris peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik

Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut mempunyai media komunikasi lengkap untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter media komunikasi di IPDSA dengan bukti : i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Bila IPDSA tersebut mempunyai rencana induk (master plan) tentang pengembangan media komunikasi dan disetujui oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta tertuang dalam rencana anggaran biaya (RAB) institusi - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

3.

80

Parameter 7: S6 P7 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai sarana dan tempat pengaduan peserta didik baik untuk hal akademis maupun non akademis.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya sarana dan tempat pengaduan peserta didik baik untuk hal akademis maupun non akademis di IPDSA tersebut. Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang sarana dan tempat pengaduan peserta didik baik untuk hal akademis maupun non akademis secara tertulis dan telah ada sarana dan tempat pengaduan peserta didik di institusi tersebut maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut di IPDSA dengan bukti : i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Bila IPDSA tersebut telah memasukkan tentang sarana dan tempat pengaduan peserta didik dalam rencana induk (master plan) pengembangan IPDSA - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

3.

81

Parameter 8: S6 P8 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai staf pengajar sebagai pembimbing konselor bagi peserta didik yang mempunyai masalah.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya staf pengajar sebagai pembimbing konselor bagi peserta didik yang mempunyai masalah di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan: 1. Kebijakan mengenai Pembimbing Konselor bagi peserta didik yang mempunyai masalah di IPDSA tersebut. 2. Panduan Konseling Peserta Didik bermasalah di IPDSA tersebut. Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut mempunyai staf pengajar sebagai pembimbing konselor bagi peserta didik yang mempunyai masalah dan ada jadwal konseling, akan tetapi belum/tidak ada Panduan Konseling peserta didik bermasalah - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek Buku Panduan Konseling bila IPDSA tersebut mempunyai pembimbing konselor dan jadwal konseling, serta telah mempuyai Panduan Konseling peserta didik bermasalah; maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Selanjutnya surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut di IPDSA dengan bukti : i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

3.

82

Instrumen Akreditasi Standar 7: Program Evaluasi di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak Parameter 1: S7 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak. Program Evaluasi tersebut mencakup: 1. Organisasi pendidikan dokter spesialis anak 2. Materi pendidikan dokter spesialis anak 3. Metoda dan instrumen dalam pelaksanaan pendidikan dokter spesialis anak 4. Sarana pendidikan dokter spesialis anak 5. Hasil pendidikan dokter spesialis anak 6. Kinerja (performance) staf pengajar yang terlibat dalam pendidikan dokter spesialis anak

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan Program Evaluasi Pendidikan di IPDSA tersebut. Surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan seluruh dokumen, instrumen dan format evaluasi yang ada dari ke enam bidang di atas. Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut mempunyai Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak secara tertulis dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Bila Program Evaluasi Pendidikan di IPDSA tersebut telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) - surveyor secara acak menanyakan kepada 3 staf pengajar

2.

83

dan 3 PPDSA akan pemahaman mereka tentang program tersebut bila jawaban mereka sesuai, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. 3. Selanjutnya surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut di IPDSA dengan bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

84

Parameter 2: S7 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai jadwal rencana Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak mencakup bidang: 1. Organisasi pendidikan dokter spesialis anak 2. Materi pendidikan dokter spesialis anak 3. Metoda dan instrumen dalam pelaksanaan pendidikan dokter spesialis anak 4. Sarana pendidikan dokter spesialis anak 5. Hasil pendidikan dokter spesialis anak 6. Kinerja (performance) staf pengajar yang terlibat dalam pendidikan dokter spesialis anak

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan Implementasi Program Evaluasi Pendidikan di IPDSA tersebut. Surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan seluruh bukti dokumen, instrumen dan format evaluasi yang telah diimplementasikan dari ke enam bidang di atas. Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut melaksanakan 60% rencana jadwal Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. 2. Bila IPDSA tersebut melaksanakan 80% rencana jadwal Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. 3. Selanjutnya surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter rencana kerja tersebut di IPDSA dengan bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

85

Parameter 3: S7 P3 Pencapaian Pelaksanaan Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA mencakup bidang: 1. Organisasi pendidikan dokter spesialis anak 2. Materi pendidikan dokter spesialis anak 3. Metoda dan instrumen dalam pelaksanaan pendidikan dokter spesialis anak 4. Sarana pendidikan dokter spesialis anak 5. Hasil pendidikan dokter spesialis anak 6. Kinerja (performance) staf pengajar yang terlibat dalam pendidikan dokter spesialis anak

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa Pendidikan di IPDSA tersebut. akan Pencapaian Program Evaluasi

Surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan seluruh bukti pencapaian berupa dokumen, instrumen dan format evaluasi yang telah diimplementasikan dari ke enam bidang di atas. Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut pelaksanaan pencapaiannya sudah mencakup 4-5 bidang dari enam bidang dalam Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. 2. Bila IPDSA tersebut melaksanakan seluruh keenam bidang dalam Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. 3. Selanjutnya surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut di IPDSA dengan bukti : i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

86

Instrumen Akreditasi Standar 8: Tatakelola dan administrasi di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak Parameter 1: S8 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai struktur organisasi yang telah disahkan oleh pimpinan institusi Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan struktur organisasi di IPDSA tersebut. Surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan seluruh dokumen mengenai struktur organisasi. Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut telah mempunyai struktur organisasi secara tertulis dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor secara acak menanyakan kepada 3 staf pengajar dan 3 PPDSA akan pemahaman mereka tentang struktur organisasi IPDSA tersebut bila jawaban mereka sesuai, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Selanjutnya surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter struktur organisasi di IPDSA dengan bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

3.

87

Parameter 2: S8 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai penjelasan secara tertulis akan fungsi, tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab setiap unit (Divisi/SubBagian).

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa dokumen penjabaran dari struktur organisasi dalam IPDSA tersebut yang meliputi fungsi, tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab setiap unit (Divisi/SubBagian). Surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan seluruh dokumen yang menerangkan akan fungsi, tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab dari setiap unit (Divisi/SubBagian). Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut telah mempunyai dokumen yang menjelaskan akan fungsi, tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab setiap unit dalam IPDSA tersebut dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor secara acak menanyakan kepada 3 staf pengajar dan 3 PPDSA akan pemahaman mereka tentang fungsi, tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab setiap unit dalam organisasi IPDSA tersebut bila jawaban mereka sesuai, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Selanjutnya surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebutdi IPDSA dengan bukti : i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

3.

88

Parameter 3: S8 P3 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai kebijakan tentang mekanisme pengambilan keputusan secara tertulis dan disahkan oleh pimpinan ( Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit).

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa dokumen Kebijakan Mekanisme Pengambilan Keputusan dan Panduan Pengambilan Keputusan di IPDSA. Surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan seluruh dokumen yang menerangkan akan Kebijakan dan Panduan Mekanisme Pengambilan Kepurusan di tingkat IPDSA. Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang mekanisme pengambilan keputusan secara tertulis dan Panduan Pengambilan Keputusan, akan tetapi belum/ tidak disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. 2. Bila telah disahkan oleh pimpinan institusi - surveyor secara acak menanyakan kepada 10 staf pengajar akan pemahaman mekanisme pengambilan keputusan tersebut bila jawaban mereka sesuai, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. 3. Selanjutnya surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebutdi IPDSA dengan bukti : i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

89

Parameter 4: S8 P4 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut memberikan umpan balik (feedback) mengenai perkembangan pencapaian peserta didik kepada peserta didik, atasan peserta didik, pengirim maupun penyandang dana peserta didik tersebut secara tertulis dan rutin.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa dokumen umpan balik (feedback) mengenai perkembangan pencapaian peserta didik kepada peserta didik, atasan peserta didik, pengirim maupun penyandang dana peserta didik. Surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan seluruh dokumen yang menerangkan akan Kebijakan Umpan Balik, Bukti Pengiriman dan Dokumentasi Pengiriman Umpan Balik. Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang umpan balik (feedback) dan formatnya tersebut secara tertulis, akan tetapi belum/tidak dilaksanakan secara teratur maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. 2. Bila IPDSA telah melakukan secara rutin maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. 3. Selanjutnya surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebutdi IPDSA dengan bukti : i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

90

Instrumen Akreditasi Standar 9: Program Peningkatan Mutu (Quality Improvement) di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak Parameter 1: S9 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut melaksanakan pertemuan rutin tingkat unit dan institusi yang terjadwal mengenai perkembangan pencapaian peserta didik dan sarana serta proses pendidikan yang dilaksanakan di institusi tersebut.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa dokumen jadwal pertemuan rutin mengenai perkembangan pencapaian peserta didik dan sarana serta proses pendidikan yang dilaksanakan di IPDSA tersebut. Surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan seluruh dokumen yang menerangkan akan Kebijakan Pertemuan Rutin, Jadwal Pertemuan, Topik/Judul ruang lingkup pertemuan, daftar hadir dan notulensi pertemuan rutin tersebut. Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut mempunyai kebijakan dan ada jadwal yang teratur tentang pertemuan rutin tersebut, akan tetapi belum/tidak dilaksanakan maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. 2. Bila IPDSA tersebut mempunyai kebijakan dan ada jadwal serta dilaksanakan teratur tentang pertemuan rutin tersebut maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. 3. Selanjutnya surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter Pertemuan Rutin tersebut di tingkat IPDSA dengan bukti : i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

91

Parameter 2: S9 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai program upaya perbaikan dan peningkatan mutu Pendidikan Dokter Spesialis Anak di tingkat unit (Divisi/SubBagian) maupun institusi.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa dokumen program upaya perbaikan dan peningkatan mutu Pendidikan Dokter Spesialis Anak di tingkat unit (Divisi/SubBagian) maupun tingkat institusi IPDSA. Surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan seluruh dokumen yang menerangkan akan Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan, Rencana Program Peningkatan Mutu Pendidikan, Bukti Pelaksanaan Program Peningkatan Mutu Pendidikan dan Evaluasinya serta Audit Kinerja dari Program tersebut. Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut mempunyai kebijakan dan Rencana Program Kerja Peningkatan Mutu tentang upaya perbaikan dan peningkatan mutu Pendidikan Dokter Spesialis Anak di tingkat unit (Divisi/Bagian) maupun institusi, akan tetapi belum/tidak dilaksanakan maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. 2. Bila IPDSA tersebut mempunyai kebijakan, Rencana Program Kerja Peningkatan Mutu dan telah melaksanakan program upaya perbaikan dan peningkatan mutu Pendidikan Dokter Spesialis Anak di tingkat unit (Divisi/Bagian) maupun institusi, akan tetapi belum/tidak melaksanakan evaluasi/audit maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. 3. Selanjutnya surveyor mengecek IPDSA tersebut telah melaksanakan evaluasi/audit/revisi secara teratur dan ada tindak lanjutnya di tingkat IPDSA dengan bukti : i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

92

LEMBAR PENILAIAN SURVEYOR AKREDITASI IPDSA Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak Fakultas Kedokteran : ..............................................................................................................
Tanggal Penilaian : dari .....................................................s/d .................................................... Pilih salah satu nilai dari setiap kriteria dan beri tanda dalam kotak yang sesuai.
NILAI Standar/Kriteria S1 S1 P1 S2 S2 P1 S2 P2 S2 P3 S2 P4 S2 P5 S2 P6 S3 S3 P1 S3 P2 S3 P3 S3 P4 S3 P5 S3 P6 S3 P7 S3 P8 S4 S4 P1 S4 P2 S5 S5 P1 S5 P2 S6 S6 P1 S6 P2 S6 P3 S6 P4 S6 P5 S6 P6 S6 P7 S6 P8 S7 S7 P1 S7 P2 S7 P3 S8 S8 P1 S8 P2 S8 P3 S8 P4 S9 S9 P1 S9 P2 1 2 3 4 5 JUMLAH .................

.................

.................

................. .................

.................

................. . ................

................. JUMLAH NILAI PERSENTASE NILAI = (JUMLAH NILAI /180) X 100% TINGKAT SKOR ................. ................. .................

Nama Surveyor: 93 (..)

DF-2011

94

BORANG INSTRUMEN
AKREDITASI
INSTITUSI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ANAK

2011

Borang Instrumen Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) Nama Institusi Alamat Lengkap dan Kode Pos Telepon/Fax E-mail Website Nama Dekan FK Nama Direktur RS Nama Ketua Departemen: Nama Ketua Program Studi Sp.1 Nama Sekretaris Program Studi Sp.1 ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... .......................................................................................................

....................................................................................................... ....................................................................................................... .......................................................................................................

Standar 1: Visi, Misi dan Tujuan (Objektif) Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak. S1 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai visi, misi dan tujuan (objektif) serta target pendidikan dokter spesialis anak. Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut tidak/belum mempunyai visi, misi dan tujuan (objektif) serta target pendidikan dokter spesialis anak secara tertulis. IPDSA tersebut mempunyai visi, misi dan tujuan (objektif) serta target pendidikan dokter spesialis anak secara tertulis, akan tetapi belum/tidak disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit). IPDSA tersebut mempunyai visi, misi dan tujuan (objektif) serta target pendidikan dokter spesialis anak secara tertulis dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit). IPDSA tersebut mempunyai visi, misi dan tujuan (objektif) serta target pendidikan dokter spesialis anak secara tertulis dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) serta seluruh staf pengajar dan peserta didik mengetahui dan memahami akan visi, misi dan tujuan (objektif) serta target tersebut. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan visi, misi dan tujuan (objektif) serta target pendidikan dokter spesialis anak, dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis

Standar 2: Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) S2 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang mengacu kepada Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran setempat dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia yang telah disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia. Nilai: Kriteria: IPDSA tersebut tidak mempunyai Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak secara tertulis. IPDSA tersebut mempunyai Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak secara tertulis, akan tetapi belum/tidak mengacu kepada Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran setempat dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak. IPDSA tersebut mempunyai Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak secara tertulis mengacu kepada Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran setempat dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak akan tetapi belum/tidak disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit). IPDSA tersebut mempunyai Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak mengacu kepada Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran setempat dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak serta telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit). IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan Program tersebut, dan ada rencana tindak lanjut.

S2 P2

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang mengacu kepada Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak serta Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia yang telah disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia. Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut tidak mempunyai Pendidikan Dokter Spesialis Anak.

Panduan

IPDSA tersebut mempunyai Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak, akan tetapi belum/tidak mengacu kepada Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang dikeluarkan oleh Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia. IPDSA tersebut mempunyai Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak dan mengacu kepada Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang dikeluarkan oleh Kolegium, akan tetapi belum/tidak disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit). IPDSA tersebut mempunyai Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak dan mengacu kepada Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang dikeluarkan oleh Kolegium dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit), serta seluruh staf pengajar dan peserta didik mengetahui dan memahami Panduan tersebut. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak, dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

S2 P3

Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak tersebut menerangkan tentang objektif setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi tersebut dan sesuai Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia yang telah disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia. Nilai: 1 Kriteria: Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak tersebut tidak menerangkan tentang objektif setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi tersebut. Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak tersebut menerangkan tentang objektif pendidikan akan tetapi tidak/belum lengkap untuk setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi tersebut. Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak tersebut menerangkan tentang objektif dan telah lengkap untuk setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi tersebut akan tetapi belum disahkan oleh pimpinan intitusi tersebut (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direkur Rumah Sakit). Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak tersebut menerangkan tentang objektif dan telah lengkap untuk setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi tersebut dan disahkan oleh pimpinan intitusi tersebut (Dekan Fakultas Kedokteran/Direkur Rumah Sakit) serta seluruh staf pengajar dan peserta didik mengetahui dan memahami objektif setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi tersebut. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan objektif setiap jenjang tingkat pendidikan, dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

S2 P4

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai Log Book untuk peserta didik yang mengacu kepada Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di institusi tersebut dan Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang dikeluarkan oleh Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia. Nilai: Kriteria: IPDSA tersebut tidak mempunyai Log Book untuk peserta didik. IPDSA tersebut mempunyai Log Book untuk peserta didik, akan tetapi belum/tidak mengacu kepada Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di institusi tersebut dan Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang dikeluarkan oleh Kolegium. IPDSA tersebut mempunyai Log Book untuk peserta didik mengacu kepada Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak dan Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang dikeluarkan oleh Kolegium, akan tetapi belum/tidak disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit). IPDSA tersebut mempunyai Log Book untuk peserta didik telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta seluruh staf pengajar dan peserta didik mengetahui dan memahami penggunaan Log Book tersebut. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan Log Book untuk peserta didik, dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

S2 P5

Log Book tersebut diimplementasikan secara kontinyu dan konsisten.


Nilai: 1 Kriteria:

Log Book di IPDSA tersebut belum/tidak diimplementasikan secara kontinyu dan konsisten.

Log Book di IPDSA tersebut telah diimplementasikan akan tetapi belum/tidak kontinyu dan konsisten (baru sebagian yang telah diimplementasikan). Log Book di IPDSA tersebut telah diimplementasikan sepenuhnya secara kontinyu dan konsisten. Log Book di IPDSA tersebut telah diimplementasikan sepenuhnya secara kontinyu dan konsisten serta setiap aktifitas peserta didik dibubuhi tanda tangan supervisor terkait.
IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan proses implementasi Log Book, dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

S2 P6

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut memberikan Sertifikat Kompetensi kepada peserta didik untuk setiap jenjang pendidikan. Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut belum/tidak memberikan Sertifikat Kompetensi kepada peserta didik untuk setiap jenjang pendidikan. IPDSA tersebut telah memberikan Sertifikat Kompetensi kepada sebagian (belum seluruh) peserta didik untuk setiap jenjang pendidikan. IPDSA tersebut telah memberikan Sertifikat Kompetensi kepada seluruh peserta didik untuk setiap jenjang pendidikan. IPDSA tersebut telah memberikan Sertifikat Kompetensi kepada seluruh peserta didik untuk setiap jenjang pendidikan dan mendokumentasikannya dengan lengkap. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan Sertifikat Kompetensi kepada peserta didik untuk setiap jenjang pendidikan. dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

Standar 3: Penilaian Peserta Didik Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak S3 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut melaksanakan penilaian terhadap peserta didik sesuai dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak ndonesia yang telah disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut melaksanakan penilaian belum/tidak sesuai dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dari Kolegium. IPDSA tersebut telah melaksanakan penilaian kepada sebagian (belum seluruh) peserta didik sesuai dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak IPDSA tersebut telah melaksanakan penilaian kepada seluruh peserta didik sesuai dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak. IPDSA tersebut telah melaksanakan penilaian kepada seluruh peserta didik sesuai dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dan mendokumentasikannya dengan lengkap. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan pelaksanaan penilain tersebut sesuai dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak kepada peserta didik untuk setiap jenjang pendidikan. dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

S3 P2

Log Book Peserta Didik di IPDSA tersebut mencerminkan aktifitas penilaian yang akan dinilai dari peserta didik di institusi tersebut dan mengacu kepada Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di institusi tersebut dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.
Nilai: Kriteria: Log Book di IPDSA tersebut belum/tidak mencerminkan aktifitas penilaian yang akan dinilai dari peserta didik di institusi tersebut.

Log Book di IPDSA tersebut telah mencerminkan aktifitas penilaian yang akan dinilai dari peserta didik, akan tetapi belum/tidak mengacu kepada Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di institusi tersebut dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dari Kolegium. Log Book di IPDSA tersebut telah mencerminkan aktifitas penilaian yang akan dinilai dari peserta didik dan mengacu kepada Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak dan Kurikulum dari Kolegium, akan tetapi belum/tidak disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit). Log Book di IPDSA tersebut telah mencerminkan aktifitas penilaian yang akan dinilai dari peserta didik dan mengacu kepada Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak dan Kurikulum dari Kolegium, dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta seluruh staf pengajar dan peserta didik peserta didik mengetahui dan memahami aktivitas penilaian.
IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan Log Book sebagai cerminan aktifitas penilaian yang akan dinilai dari untuk peserta didik, dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

10

S3 P3

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempergunakan metoda Mini-CEX dalam penilaian peserta didik. Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut belum/tidak mempergunakan metoda Mini-CEX dalam penilaian peserta didik. IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda MiniCEX dalam penilaian peserta didik akan tetapi kurang dari dua kali dalam setahun. IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda MiniCEX dalam penilaian peserta didik dua sampai empat kali dalam setahun. IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda MiniCEX dalam penilaian peserta didik lebih dari empat kali dalam setahun. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan metoda penilaian Mini-Cex, dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

11

S3 P4

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempergunakan metoda ujian OSCE dalam penilaian peserta didik. Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut belum/tidak mempergunakan metoda OSCE dalam penilaian peserta didik. IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda OSCE dalam penilaian peserta didik akan tetapi kurang dari dua kali dalam setahun. IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda OSCE dalam penilaian peserta didik dua sampai empat kali dalam setahun. IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda OSCE dalam penilaian peserta didik lebih dari empat kali dalam setahun. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan metoda penilaian OSCE, dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

12

S3 P5

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempergunakan metoda Mini-PAT dalam penilaian peserta didik. Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut belum/tidak mempergunakan metoda Mini-PAT dalam penilaian peserta didik. IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda MiniPAT dalam penilaian peserta didik akan tetapi kurang dari dua kali dalam setahun. IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda MiniPAT dalam penilaian peserta didik dua sampai empat kali dalam setahun. IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda MiniPAT dalam penilaian peserta didik lebih dari empat kali dalam setahun. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan metoda penilaian Mini-PAT, dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

13

S3 P6

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempergunakan metoda DOPS dalam penilaian peserta didik. Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut belum/tidak mempergunakan metoda DOPS dalam penilaian peserta didik. IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda DOPS dalam penilaian peserta didik akan tetapi kurang dari dua kali dalam setahun. IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda DOPS dalam penilaian peserta didik dua sampai empat kali dalam setahun. IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda DOPS dalam penilaian peserta didik lebih dari empat kali dalam setahun. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan metoda penilaian DOPS, dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

14

S3 P7

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempergunakan metoda Case-based Discussion (CbD) dalam penilaian peserta didik. Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut belum/tidak mempergunakan metoda Cb-D dalam penilaian peserta didik. IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda Portfolio dalam penilaian peserta didik akan tetapi kurang dari dua kali dalam setahun. IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda Cb-D dalam penilaian peserta didik dua sampai empat kali dalam setahun. IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda Cb-D dalam penilaian peserta didik lebih dari empat kali dalam setahun. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan metoda penilaian Cb-D, dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

15

S3 P8

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempergunakan metoda Portfolio dalam penilaian peserta didik. Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut belum/tidak mempergunakan metoda Portfolio dalam penilaian peserta didik. IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda Portfolio dalam penilaian peserta didik akan tetapi kurang dari dua kali dalam setahun. IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda Portfolio dalam penilaian peserta didik dua sampai empat kali dalam setahun. IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda Portfolio dalam penilaian peserta didik lebih dari empat kali dalam setahun. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan metoda penilaian Portfolio, dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

16

Standar 4. Peserta Didik di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak S4 P1


Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis anak (IPDSA) tersebut menerangkan tentang mekanisme proses rekrutmen dan kriteria penerimaan serta pemberhentian peserta didik mengacu kepada kebijakan Fakultas Kedokteran setempat dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak Indonesia yang telah disahkan konsil Kedokteran Indonesia (KKI).

Nilai: 1

Kriteria:
Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut tidak menerangkan tentang mekanisme proses rekrutmen dan kriteria penerimaan serta pemberhentian peserta didik. Panduan di IPDSA tersebut menerangkan tentang mekanisme proses rekrutmen dan kriteria penerimaan serta pemberhentian peserta didik, akan tetapi belum/tidak mengacu kepada kebijakan FK setempat dan Kurikulum serta Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak Indonesia. Panduan di IPDSA tersebut menerangkan tentang mekanisme proses rekrutmen dan kriteria penerimaan serta pemberhentian peserta didik sesuai dengan Kurikulum dari Kolegium, akan tetapi belum/tidak disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit). Panduan di IPDSA tersebut menerangkan tentang mekanisme proses rekrutmen dan kriteria penerimaan serta pemberhentian peserta didik sesuai dengan Kurikulum dari Kolegium dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit). IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan mekanisme proses rekrutmen dan kriteria penerimaan serta pemberhentian peserta didik, dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

17

S4 P2

Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut menerangkan tentang hak, tugas dan kewajiban peserta didik untuk setiap jenjang tingkat tingkat pendidikan di institusi tersebut. Nilai: 1 Kriteria: Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak tersebut tidak menerangkan tentang hak, tugas dan kewajiban peserta didik untuk setiap jenjang tingkat tingkat pendidikan di institusi tersebut. Panduan tersebut menerangkan tentang hak, tugas dan kewajiban peserta didik untuk setiap jenjang tingkat tingkat pendidikan di IPDSA tersebut. akan tetapi tidak/belum lengkap untuk setiap jenjang tingkat pendidikan. Panduan tersebut menerangkan tentang hak, tugas dan kewajiban peserta didik untuk setiap jenjang tingkat tingkat pendidikan dan telah lengkap untuk setiap jenjang tingkat pendidikan akan tetapi belum disahkan oleh pimpinan intitusi tersebut (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direkur Rumah Sakit). Panduan tersebut menerangkan tentang hak, tugas dan kewajiban peserta didik untuk setiap jenjang tingkat tingkat pendidikan di IPDSA tersebut. telah lengkap dan disahkan oleh pimpinan intitusi tersebut (Dekan Fakultas Kedokteran/Direkur Rumah Sakit). IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan hak, tugas dan kewajiban peserta didik untuk setiap jenjang tingkat tingkat pendidikan, dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

18

Standar 5. Staf Pengajar di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak S5 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai dokumentasi kualifikasi dan lisensi profesi setiap staf pengajar sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Yang dimaksud dengan kualifikasi adalah Ijazah Spesialis 1 dan atau 2, S2 dan S3 yang dikeluarkan dan telah dilakukan sertifikasi oleh pihak berwenang dan diakui oleh pemerintah. Sedangkan yang dimaksud dengan lisensi profesi adalah Surat Tanda Registrasi (STR), Surat Izin Praktek (SIP) dan Surat Keputusan sebagai tenaga pengajar di institusi/rumah sakit tersebut yang dikeluarkan oleh pihak berwenang dan diakui oleh pemerintah serta masih berlaku. Nilai: Kriteria:

Tidak ada dokumentasi kualifikasi dan lisensi profesi setiap staf pengajar sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Ada dokumentasi kualifikasi setiap staf pengajar akan tetapi belum/tidak lengkap dokumentasi lisensi profesi setiap staf pengajar sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Ada dokumentasi kualifikasi dan lisensi profesi setiap staf pengajar sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku akan tetapi belum/tidak disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit). Ada dokumentasi dan kualifikasi lisensi profesi setiap staf pengajar sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit). IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan dokumentasi dan kualifikasi lisensi profesi setiap staf pengajar, dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

19

S5 P2

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai uraian tugas secara tertulis setiap staf pengajar. Nilai: 1 Kriteria: Tidak ada uraian tugas secara tertulis setiap staf pengajar dan disahkan oleh oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit). Ada uraian tugas secara tertulis setiap staf pengajar, akan tetapi belum/tidak disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit). Ada uraian tugas secara tertulis setiap staf pengajar dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit). Ada uraian tugas secara tertulis setiap staf pengajar dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta seluruh staf pengajar dan peserta didik mengetahui dan memahami uraian tugas tersebut. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan uraian tugas setiap staf pengajar, dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

20

Standar 6. Sarana Pendidikan di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak S6 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai sarana perpustakaan dengan berbagai bentuk kompilasi (buku, jurnal, VCD, CD dsb). Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut belum/tidak perpustakaan. mempunyai sarana

IPDSA tersebut mempunyai sarana perpustakaan, akan tetapi belum/tidak ada dokumentasi database daftar buku, jurnal, VCD/CD secara sistematik. IPDSA tersebut mempunyai sarana perpustakaan dan telah terdokumentasi dengan baik dan sistematik, akan tetapi belum/tidak ada prosedur tertulis tentang mekanisme penggunaan sarana tersebut baik untuk peminjaman dan pengembaliannya. IPDSA tersebut mempunyai sarana perpustakaan dan telah terdokumentasi dengan baik dan sistematik serta ada prosedur tertulis tentang mekanisme penggunaan sarana tersebut baik untuk peminjaman dan pengembaliannya. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan sarana perpustakaan, mekanisme penggunaan sarana dan sistematik dokumentasi, serta ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

21

S6 P2

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai sarana teknologi informasi dan audio-visual. Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai sarana teknologi informasi dan audio-visual. IPDSA tersebut mempunyai sarana teknologi informasi dan audio-visual, akan tetapi belum/tidak ada dokumentasi database sarana tersebut. IPDSA tersebut mempunyai sarana teknologi informasi dan audio-visual dan telah terdokumentasi dengan baik dan sistematik, akan tetapi belum/tidak ada prosedur tertulis tentang mekanisme penggunaan sarana tersebut. IPDSA tersebut mempunyai sarana teknologi informasi dan audio-visual, telah terdokumentasi dengan baik dan sistematik serta ada prosedur tertulis tentang mekanisme penggunaan sarana tersebut. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan sarana teknologi informasi dan audio-visual, mekanisme penggunaan sarana dan sistematik dokumentasi, serta ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

22

S6 P3

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai sarana tempat pertemuan ilmiah untuk seluruh staf dan peserta didik di institusi tersebut. Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai sarana pertemuan ilmiah untuk seluruh staf dan peserta didik di institusi tersebut. IPDSA tersebut mempunyai sarana pertemuan ilmiah untuk seluruh staf dan peserta didik di institusi tersebut, akan tetapi belum/tidak ada prosedur tertulis tentang mekanisme penggunaan dan jadwal pemakaiannya. IPDSA tersebut mempunyai sarana pertemuan ilmiah untuk seluruh staf dan peserta didik di institusi tersebut serta ada prosedur tertulis tentang mekanisme penggunaan dan jadwal pemakaiannya. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan sarana pertemuan ilmiah untuk seluruh staf dan peserta didik, mekanisme penggunaan sarana dan sistematik dokumentasi, serta ada rencana tindak lanjut secara tertulis. IPDSA tersebut mempunyai rencana induk (master plan) tentang pengembangan sarana pertemuan ilmiah untuk seluruh staf dan peserta didik dan disetujui oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta tertuang dalam rencana anggaran biaya (RAB) institusi.

23

S6 P4

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai sarana tempat diskusi kelompok setiap unit (Divisi/Bagian) dalam institusi tersebut. Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai sarana tempat diskusi kelompok setiap unit (Divisi/Bagian) dalam institusi tersebut. IPDSA tersebut mempunyai sarana tempat diskusi kelompok setiap unit (Divisi/Bagian) dalam institusi tersebut. IPDSA tersebut mempunyai sarana tempat diskusi kelompok setiap unit (Divisi/Bagian) dalam institusi tersebut. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan sarana tempat diskusi kelompok setiap unit (Divisi/Bagian) dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis. IPDSA tersebut mempunyai rencana induk (master plan) tentang pengembangan sarana tempat diskusi kelompok setiap unit (Divisi/Bagian) dan disetujui oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) serta tertuang dalam rencana anggaran biaya (RAB) institusi.

24

S6 P5

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai sarana peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik yang dibutuhkan untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak. Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai sarana peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik yang dibutuhkan untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak. IPDSA tersebut mempunyai sarana peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik yang dibutuhkan, akan tetapi belum/tidak lengkap untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak. IPDSA tersebut mempunyai sarana peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik lengkap yang dibutuhkan untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan sarana peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik lengkap yang dibutuhkan untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis. IPDSA tersebut mempunyai rencana induk (master plan) tentang pengembangan sarana peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik lengkap yang dibutuhkan untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak dan disetujui oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) serta tertuang dalam rencana anggaran biaya (RAB) institusi.

25

S6 P6

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai sarana media komunikasi antar staf pengajar dan peserta didik. Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai sarana media komunikasi antar staf pengajar dan peserta didik. IPDSA tersebut mempunyai sarana media komunikasi antar staf pengajar dan peserta didik, akan tetapi belum/tidak lengkap antar staf pengajar dan peserta didik untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak. IPDSA tersebut mempunyai sarana media komunikasi antar staf pengajar dan peserta didik lengkap untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan sarana media komunikasi antar staf pengajar dan peserta didik lengkap untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis. IPDSA tersebut mempunyai rencana induk (master plan) tentang pengembangan arana media komunikasi antar staf pengajar dan peserta didik lengkap untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak dan disetujui oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) serta tertuang dalam rencana anggaran biaya (RAB) institusi.

26

S6 P7

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai sarana dan tempat pengaduan peserta didik baik untuk hal akademis maupun non akademis. Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai kebijakan tentang sarana dan tempat pengaduan peserta didik baik untuk hal akademis maupun non akademis. IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang sarana dan tempat pengaduan peserta didik baik untuk hal akademis maupun non akademis secara tertulis, akan tetapi belum/tidak mempunyai sarana dan tempat pengaduan di institusi tersebut. IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang sarana dan tempat pengaduan peserta didik baik untuk hal akademis maupun non akademis secara tertulis dan telah ada sarana dan tempat pengaduan peserta didik di institusi tersebut. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan kebijakan tentang sarana dan tempat pengaduan peserta didik dan ada rencana tindak lanjut. IPDSA tersebut telah memasukkan tentang sarana dan tempat pengaduan peserta didik dalam rencana induk (master plan) pengembangan IPDSA.

27

S6 P8

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai staf pengajar sebagai pembimbing konselor bagi peserta didik yang mempunyai masalah. Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai staf pengajar sebagai pembimbing konselor bagi peserta didik yang mempunyai masalah. IPDSA tersebut ada staf pengajar sebagai pembimbing konselor bagi peserta didik yang mempunyai masalah, akan tetapi belum/tidak ada jadwal konseling . IPDSA tersebut ada staf pengajar sebagai pembimbing konselor bagi peserta didik yang mempunyai masalah dan ada jadwal konseling, akan tetapi belum/tidak ada Panduan Konseling peserta didik bermasalah. IPDSA tersebut ada staf pengajar sebagai pembimbing konselor bagi peserta didik yang mempunyai masalah dan ada jadwal konseling, serta telah mempuyai Panduan Konseling peserta didik bermasalah. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan Panduan Konseling peserta didik bermasalah dan ada rencana tindak lanjut.

28

Standar 7. Program Evaluasi di Institusi Pendidikan Doter Spesialis Anak S7 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak. Program Evaluasi tersebut mencakup:
1. Organisasi pendidikan dokter spesialis anak 2. Materi pendidikan dokter spesialis anak 3. Metoda dan instrumen dalam pelaksanaan pendidikan dokter spesialis anak 4. Sarana pendidikan dokter spesialis anak 5. Hasil pendidikan dokter spesialis anak 6. Kinerja (performance) staf pengajar yang terlibat dalam pendidikan dokter spesialis anak

1 2

Nilai:

IPDSA tersebut tidak mempunyai Pendidikan Dokter Spesialis Anak.

Kriteria:

Program Evaluasi

IPDSA tersebut mempunyai Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak secara tertulis, akan tetapi belum/tidak disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit). IPDSA tersebut mempunyai Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak secara tertulis dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit). IPDSA tersebut mempunyai Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak secara tertulis dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta seluruh staf pengajar dan peserta didik mengetahui dan memahami Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak tersebut. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak, dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

29

S7 P2

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai jadwal rencana Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak. Jadwal rencana Program Evaluasi tersebut mencakup untuk: 1. Organisasi pendidikan dokter spesialis anak 2. Materi pendidikan dokter spesialis anak 3. Metoda dan instrumen dalam pelaksanaan pendidikan dokter spesialis anak 4. Sarana pendidikan dokter spesialis anak 5. Hasil pendidikan dokter spesialis anak 6. Kinerja (performance) staf pengajar yang terlibat dalam pendidikan dokter spesialis anak Nilai: Kriteria: IPDSA tersebut tidak mempunyai jadwal rencana Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak. IPDSA tersebut mempunyai jadwal rencana Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak secara tertulis. IPDSA tersebut melaksanakan 60% rencana jadwal Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak. IPDSA tersebut melaksanakan 80% rencana jadwal Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan rencana jadwal Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak, dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

30

S7 P3

Pencapaian pelaksanaan Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mencakup bidang: 1. Organisasi pendidikan dokter spesialis anak 2. Materi pendidikan dokter spesialis anak 3. Metoda dan instrumen dalam pelaksanaan pendidikan dokter spesialis anak 4. Sarana pendidikan dokter spesialis anak 5. Hasil pendidikan dokter spesialis anak 6. Kinerja (performance) staf pengajar yang terlibat dalam pendidikan dokter spesialis anak Nilai: 1 Kriteria: Pencapaian pelaksanaan Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut kurang dari 2 bidang. Pencapaian pelaksanaan Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut 2-3 bidang. Pencapaian pelaksanaan Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut 4-5 bidang. Pelaksanaan Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut mencakup seluruh bidang. Pelaksanaan Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut mencakup seluruh bidang dan IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan hasil pencapain tersebut, serta ada rencana tindak lanjut secara tertulis.

31

Standar 8. Tatakelola dan administrasi di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak S8 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai struktur organisasi yang telah disahkan oleh pimpinan institusi Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit. Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut tidak mempunyai struktur organisasi secara tertulis IPDSA tersebut mempunyai struktur organisasi secara tertulis, akan tetapi belum/tidak disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit). IPDSA tersebut mempunyai struktur organisasi secara tertulis dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit). IPDSA tersebut mempunyai struktur organisasi secara tertulis dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta seluruh staf pengajar dan peserta didik mengetahui dan memahami struktur organisasi tersebut. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan struktur organisasi, dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis

32

S8 P2

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai penjelasan secara tertulis akan fungsi, tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab setiap unit (Divisi/Bagian). Nilai: 1 Kriteria: Tidak ada penjelasan secara secara tertulis akan fungsi, tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap unit dalam IPDSA tersebut. Ada penjelasan secara secara tertulis akan tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung setiap unit dalam IPDSA tersebut, akan belum/tidak disahkan oleh pimpinan institusi Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit). fungsi, jawab tetapi (Dekan

Ada penjelasan secara secara tertulis akan fungsi, tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab setiap unit dalam IPDSA tersebut dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit). Ada penjelasan secara secara tertulis akan fungsi, tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab setiap unit dalam IPDSA tersebut, telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta seluruh staf pengajar dan peserta didik mengetahui dan memahami penjelasan akan fungsi, tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab setiap unit tersebut. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan fungsi, tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab setiap unit, dan ada rencana tindak lanjut secara tertulis

33

S8 P3

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai kebijakan tentang mekanisme pengambilan keputusan secara tertulis dan disahkan oleh pimpinan ( Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit). Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai kebijakan tentang mekanisme pengambilan keputusan secara tertulis. IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang mekanisme pengambilan keputusan secara tertulis, akan tetapi belum/tidak mempunyai Panduan Pengambilan Keputusan. IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang mekanisme pengambilan keputusan secara tertulis dan Panduan Pengambilan Keputusan, akan tetapi belum/ tidak disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit). IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang mekanisme pengambilan keputusan secara tertulis dan Panduan Pengambilan Keputusan, serta telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) telah diketahui dan difahami oleh seluruh staf pengajar di institusi tersebut. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan Panduan Pengambilan Keputusan dan ada rencana tindak lanjut.

34

S8 P4

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut memberikan umpan balik (feedback) mengenai perkembangan pencapaian peserta didik kepada peserta didik, atasan peserta didik, pengirim maupun penyandang dana peserta didik tersebut secara tertulis dan rutin. Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai kebijakan tentang umpan balik (feedback) mengenai perkembangan pencapaian peserta didik kepada peserta didik, atasan peserta didik, pengirim maupun penyandang dana peserta didik tersebut secara tertulis dan rutin. IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang umpan balik (feedback) mengenai perkembangan pencapaian peserta didik kepada peserta didik, atasan peserta didik, pengirim maupun penyandang dana peserta didik tersebut secara tertulis dan rutin, akan tetapi. belum/tidak mempunyai format umpan balik (feedback). IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang umpan balik (feedback) dan formatnya tersebut secara tertulis, akan tetapi belum/tidak dilaksanakan secara teratur. IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang umpan balik (feedback), formatnya secara tertulis dan telah dilaksanakan secara teratur. IPDSA tersebut telah melakukan evaluasi/revisi akan mekanisme umpan balik (feed back) tersebut dan ada rencana tindak lanjutnya.

35

Standar 9. Program Peningkatan Mutu (Quality Improvement) S9 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut melaksanakan pertemuan rutin tingkat unit dan institusi yang terjadwal mengenai perkembangan pencapaian peserta didik dan sarana serta proses pendidikan yang dilaksanakan di institusi tersebut. Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai kebijakan tentang pertemuan rutin tingkat unit dan institusi mengenai perkembangan pencapaian peserta didik dan sarana serta proses pendidikan yang dilaksanakan di institusi tersebut. IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang pertemuan rutin tingkat unit dan institusi mengenai perkembangan pencapaian peserta didik dan sarana serta proses pendidikan yang dilaksanakan di institusi tersebut, akan tetapi belum/tidak ada jadwal yang teratur. IPDSA tersebut mempunyai kebijakan dan ada jadwal yang teratur tentang pertemuan rutin tersebut, akan tetapi belum/tidak dilaksanakan. IPDSA tersebut mempunyai kebijakan dan ada jadwal serta dilaksanakan teratur tentang pertemuan rutin tersebut. IPDSA tersebut telah melaksanakan evaluasi/revisi mengenai kebijakan pertemuan rutin tersebut, serta ada rencana tindak lanjut.

36

S9 P2

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai program upaya perbaikan dan peningkatan mutu Pendidikan Dokter Spesialis Anak di tingkat unit (Divisi/Bagian) maupun institusi. Nilai: 1 Kriteria: IPDSA tersebut belum/tidak mempunyai kebijakan tentang upaya perbaikan dan peningkatan mutu Pendidikan Dokter Spesialis Anak di tingkat unit (Divisi/Bagian) maupun institusi. IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang upaya perbaikan dan peningkatan mutu Pendidikan Dokter Spesialis Anak di tingkat unit (Divisi/Bagian) maupun institusi akan tetapi belum/tidak Rencana Program Kerja Peningkatan Mutu. IPDSA tersebut mempunyai kebijakan dan Rencana Program Kerja Peningkatan Mutu tentang upaya perbaikan dan peningkatan mutu Pendidikan Dokter Spesialis Anak di tingkat unit (Divisi/Bagian) maupun institusi, akan tetapi belum/tidak dilaksanakan. IPDSA tersebut mempunyai kebijakan, Rencana Program Kerja Peningkatan Mutu dan telah melaksanakan program upaya perbaikan dan peningkatan mutu Pendidikan Dokter Spesialis Anak di tingkat unit (Divisi/Bagian) maupun institusi, akan tetapi belum/tidak melaksanakan evaluasi/audit. IPDSA tersebut telah melaksanakan evaluasi/audit/revisi secara teratur dan ada tindak lanjutnya.

37

Instrumen Self-Assesment /Akreditasi IPDSA


Terdiri dari: 1. Standar = 9 2. Kriteria = 36 3. Indikator = 168 Parameter Kriteria 1 6 8 2 2 8 3 4 2 36 kriteria Indikator 5 30 40 10 10 40 15 20 10 180 indikator

Standar No. 1. VMOT 2. Program 3. Penilaian 4. PPDSA 5. Staf 6. Sarana 7. Program Evalusi 8. Tatakelola 9. Peningkatan Mutu 9 Standar

Persentase Nilai = Jumlah Nilai Indikator X 100 % 180

DF-2011

38

PANDUAN PELAKSANAAN
AKREDITASI
INSTITUSI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ANAK

2011

Kode Etik Surveyor


1. Bersikap ramah, santun dan terbuka 2. Bersikap jujur dan tidak memihak 3. Sadar akan kedudukannya, hak dan kewajibannya sebagai wakil Komite Akreditasi KIKA 4. Menampilkan diri sebagai penasehat dan pembimbing 5. Memegang teguh rahasia yang berkaitan dengan tugasnya 6. Menjaga kondisi kesehatan dan menghilangkan kebiasaan tidak sehat 7. Patuh terhadap ketentuan setempat di IPDSA 8. Menjaga penampilan di IPDSA dalam hal berpakaian 9. Menguasai dan mengikuti perkembangan IPTEK, dalam bidang keahliannya terutama dalam bidang pendidikan, pelayanan kesehatan, peningkatan mutu, praktek klinis, manajemen institusi pendidikan dan instrumen akreditasi 10. Bekerja sesuai pedoman dan kode etik yang ditetapkan oleh KIKA 11. Tidak menggunakan KIKA untuk kepentingan pribadi atau melakukan promosi diri dengan tujuan memperoleh imbalan

TUGAS DAN KEWAJIBAN TIM SURVEYOR 1. Membaca, mengerti dan memahami isi semua laporan surveyor akreditasi Institusi Pendidikan(IP) khususnya pedoman khusus 2. Membaca hasil Self Assessment yang dilakukan oleh pimpinan Institusi Pendidikan dan membuat catatan seperlunya 3. Membaca hasil laporan pra survei / bimbingan, bila IP tersebut telah dibimbing / dilakukan pra survei oleh Komite Akreditasi KIKA 4. Membawa surat tugas dari Komite Akreditasi KIKA 5. Melaporkan kedatangan pada pimpinan Institusi Pendidikan (Dekan, Direktur RS dan Kadep IKA) 6. Melakukan tugas pekerjaan sesuai ketentuan yang dimuat dalam: a. Buku Kerja untuk Surveyor Akreditasi IPDSA b. Laporan Survei Akreditasi IPDSA 7. Membuat rencana kerja meliputi 2-3 hari kerja yang memuat hal-hal dibawah ini : a. Dokumentasi, jenis dokumen yang diperlukan dan dimana diperoleh b. Wawancara, dimana dan waktu diadakan wawancara c. Observasi, dimana dan waktu dilakukan observasi d. Pengambilan sample, dimana, waktu dan berapa besar sample yang diambil e. Ijin, dijabarkan ijin yang diperlukan dan untuk keperluan apa 8. Mampu memberi penjelasan tentang semua hal yang berkaitan dengan pelaksanaan Akreditasi IPDSA

CARA KERJA TIM SURVEI


1. Adakan pertemuan dengan pimpinan Institusi Pendidikan(Dekan, Direktur RS dan KADEP) untuk menjelaskan tujuan kedatangan Tim Survei, Rencana Kerja, dan menyerahkan Surat Tugas 2. Tugas pekerjaan Tim Survei mengumpulkan dan mencatat data serta informasi yang dilakukan melalui wawancara, pengumpulan dokumen resmi/otentik, observasi dan pengambilan sample 3. Wawancara diadakan dengan orang yang kompeten dalam bidang tugasnya dan diberi wewenang untuk memberi keterangan. Dalam kolom CATATAN pada Buku Kerja Untuk Surveyor dapat diisi nama, waktu dan jabatan dari orang yang memberi keterangan. 4. Dokumen, data dan informasi yang dikumpulkan harus merupakan sesuatu yang resmi/otentik dan ada pada saat Tim Survei berada di Institusi Pendidikan saat itu.
Dalam CATATAN pada buku Kerja Untuk Surveyor dapat diisi rincian dari dokumen yang dikumpulkan, dari mana dan waktu dikumpulkan

5. Observasi harus dilakukan dengan mengindahkan norma kesopanan dan tidak mengganggu kegiatan pendidikan yang sedang berlangsung.
Pada kolom CATATAN pada Buku Kerja Untuk Surveyor dapat diisi dengan waktu dilakukan observasi dimana dan dilakukan oleh siapa

6. Pengambilan sample harus dibatasi sekecil mungkin hanya secukupnya untuk keperluan survei.
Pada kolom CATATAN pada Buku Kerja Untuk Surveyor dapat diisi keterangan tentang pengambilan sample ini

7. Tim Survei menggunakan dokumen : a. Buku Kerja Penilaian Untuk Surveyor untuk mengisi nilai (skor) yang diberikan oleh Tim Survei dengan cara mencocokan antara standar pendikan yang ditetapkan dengan fakta yang ditemukan. b. Laporan Survei Akreditasi Institusi Pendidikan yang meliputi : 1. Profil Institusi Pendidikan yang disurvei 2. Rekapitulasi skor dari Sembilan (9) Standar 3. Kesimpulan dan rekomendasi yang dibuat dan diusulkan oleh Tim Survei 8. Pada hari terakhir survey: Tim Survei harus melakukan exit conference dan melaporkan pekerjaannya pada pimpinan Institusi Pendidikan serta memberikan saran-saran perbaikan, tanpa melaporkan nilai (skor) yang diberikan 9. Tim Survei harus mampu memberi penjelasan tentang segala sesuatu dari pelaksanaan program akreditasi Institusi Pendidikan di Indonesia 10. Paling lambat 1 (satu) minggu setelah survei dilakukan, surveyor harus sudah menyampaikan laporan survei ke Sekretariat Komite Akreditasi KIKA dengan ketentuan sebagai berikut : a. Laporan harus diketik dan dijilid b. Laporan meliputi buku kerja untuk surveyor dan laporan survei akreditasi Institusi Pendidikan

BUKU KERJA SURVEYOR


Nama Surveyor Nomor dan Tanggal Surat Tugas IPDSA yang dinilai Waktu Pelaksanaan Hari Pertama Hari Kedua Hari Ketiga .. .. .. Tanggal:jams/d jam. Tanggal:jams/d jam. Tanggal:jams/d jam. Ya .. .. .. .. .. .. Tidak . . . . . . . . .. Catatan . .

Check List Tugas dan Kewajiban: 1. Memahami Kode Etik Surveyor 2. Membaca Materi Pelatihan Surveyor 3. Membaca Hasil SelfAssessment IPDSA tersebut 4. Membaca Hasil pra survei 5. Membawa Surat Tugas 6. Melaporkan kedatangan kepada Pinpinan Institusi (Dekan, Direktur dan Kepala IPDSA) 7. Membuat Rencana Kerja Tim a. Dokumentasi b. Wawancara c. Observasi d. Pengambilan sampel e. Ijin yang diperlukan 8. Memberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat dan tindak lanjut dari akreditasi IPDSA

.. ..

RENCANA KERJA HARI PERTAMA


Surveyor 1: . (A) Surveyor 3: .. (C) Surveyor 2: (B) Perihal Standar/Kriteria S1 S2 S1 P1 S2 P1 S2 P2 S2 P3 S2 P4 S2 P5 S2 P6 S3 S3 P1 S3 P2 S3 P3 S3 P4 S3 P5 S3 P6 S3 P7 S3 P8 S4 S5 S6 S4 P1 S4 P2 S5 P1 S5 P2 S6 P1 S6 P2 S6 P3 S6 P4 S6 P5 S6 P6 S6 P7 S6 P8 S7 S7 P1 S7 P2 S7 P3 S8 S8 P1 S8 P2 S8 P3 S8 P4 S9 S9 P1 S9 P2 Dokumentasi A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C Wawancara A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C Observasi A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C Pengambilan Sampel A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C ................. ................ ................. . ................. ................. ................. ................. ................. ................. Perijinan Catatan

RENCANA KERJA HARI KEDUA


Surveyor 1: . (A) Surveyor 3: .. (C) Surveyor 2: (B) Perihal Standar/Kriteria S1 S2 S1 P1 S2 P1 S2 P2 S2 P3 S2 P4 S2 P5 S2 P6 S3 S3 P1 S3 P2 S3 P3 S3 P4 S3 P5 S3 P6 S3 P7 S3 P8 S4 S5 S6 S4 P1 S4 P2 S5 P1 S5 P2 S6 P1 S6 P2 S6 P3 S6 P4 S6 P5 S6 P6 S6 P7 S6 P8 S7 S7 P1 S7 P2 S7 P3 S8 S8 P1 S8 P2 S8 P3 S8 P4 S9 S9 P1 S9 P2 Dokumentasi A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C Wawancara A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C Observasi A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C Pengambilan Sampel A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C ................. ................ ................. . ................. ................. ................. ................. ................. ................. Perijinan Catatan

RENCANA KERJA HARI KETIGA


Surveyor 1: . (A) Surveyor 3: .. (C) Surveyor 2: (B) Perihal Standar/Kriteria S1 S2 S1 P1 S2 P1 S2 P2 S2 P3 S2 P4 S2 P5 S2 P6 S3 S3 P1 S3 P2 S3 P3 S3 P4 S3 P5 S3 P6 S3 P7 S3 P8 S4 S5 S6 S4 P1 S4 P2 S5 P1 S5 P2 S6 P1 S6 P2 S6 P3 S6 P4 S6 P5 S6 P6 S6 P7 S6 P8 S7 S7 P1 S7 P2 S7 P3 S8 S8 P1 S8 P2 S8 P3 S8 P4 S9 S9 P1 S9 P2 Dokumentasi A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C Wawancara A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C Observasi A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C Pengambilan Sampel A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C A/B/C ................. ................ ................. . ................. ................. ................. ................. ................. ................. Perijinan Catatan

LAPORAN SURVEI AKREDITASI


IPDSA Surveyor 1. .. 2. .. 3. .. s/d. Fakultas Kedokteran Nama Dekan Rumah Sakit .. Nama Direktur Utama Jumlah Staf Pendidik IPDSA Jumlah Peserta Didik (PPDS) Jumlah Divisi/SubBagian Jumlah Tempat Tidur IPDSA BOR (Tahun: ) % LOS (Tahun: ) hari TOI (Tahun: ) Nama KPS Sp1 Nama SPS Sp1 Nilai Kumulatif: Surveyor 1 Surveyor 2 Surveyor 3 . .., ..20 Surveyor 1 Surveyor 2 Surveyor 3

Tanggal Survei 1. Profil IPDSA

2. Rekapitulasi

3. Catatan

4. Saran/ Rekomendasi

9 . .

CATATAN TAMBAHAN LAPORAN SURVEYOR INPUT: PROSES: OUPUT: Surveyor 10

PANDUAN PENILAIAN SURVEYOR:


Instrumen Akreditasi Standar 1 Visi, Misi, Objektif dan Target Standar 1: Visi, Misi dan Tujuan (Objektif) Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak. S1 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai visi, misi dan tujuan (objektif) serta target pendidikan dokter spesialis anak.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan validitas berkas mengenai visi, misi dan tujuan (objektif) serta target pendidikan dokter spesialis anak di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan Rencana Strategis (Renstra) dari Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit tersebut. Penilaian Surveyor: 1. Bila berkas tersebut telah telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Selanjutnya surveyor secara acak menanyakan kepada 3 staf pendidik dan 3 PPDSA akan pemahaman mereka tentang visi, misi dan tujuan (objektif) serta target pendidikan di IPDSA tersebut bila jawaban mereka sesuai, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut dengan bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

3.

11

Instrumen Akreditasi Standar 2: Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) Parameter 1: S2 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang mengacu kepada Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran setempat dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia yang telah disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan kesesuaian Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak IPDSA tersebut dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak . Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan Program Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran setempat. Penilaian Surveyor:
1. Bila Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak IPDSA telah mengacu kepada Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Selanjutnya surveyor Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut berupa bukti:

2.

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

12

Parameter 2: S2 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang mengacu kepada Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak serta Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia yang telah disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan kesesuaian Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak IPDSA tersebut dengan Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan Kurikulum dan Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran setempat. Penilaian Surveyor: 1. Bila Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak IPDSA tersebut telah telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) - surveyor secara acak menanyakan kepada 3 staf pendidik dan 3 PPDSA akan pemahaman mereka tentang Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak IPDSA bila jawaban mereka sesuai, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut dengan bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

13

Parameter 3: S2 P3 Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak tersebut menerangkan tentang objektif setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi tersebut dan sesuai Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak Indonesia. dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia yang telah disahkan oleh Konsil Kedokteran

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan kesesuaian objektif setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi tersebut dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak, Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan Kurikulum dan Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran setempat. Penilaian Surveyor: 1. Bila objektif lengkap untuk setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi tersebut dan telah telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) - surveyor secara acak menanyakan kepada 3 staf pendidik dan 3 PPDSA akan pemahaman mereka tentang objektif dari setiap jenjang Pendidikan Dokter Spesialis Anak bila jawaban mereka sesuai, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. 2. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut brerupa bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

14

Parameter 4: S2 P4 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai

Log Book untuk peserta didik yang mengacu kepada Panduan Pendidikan
Dokter Spesialis Anak di institusi tersebut dan Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang dikeluarkan oleh Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan kesesuaian isi Log Book dengan Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak IPDSA tersebut dengan Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak. Penilaian Surveyor: Bila Log Book telah sesuai dengan Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak IPDSA tersebut dan Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak serta telah telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) - surveyor secara acak menanyakan kepada 3 staf pendidik dan 3 PPDSA akan pemahaman mereka tentang objektif dari setiap jenjang Pendidikan Dokter Spesialis Anak bila jawaban mereka sesuai, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. 2. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut dengan bukti: iv. Daftar hadir v. Notulen kegiatan dan hasilnya vi. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5. 1.

15

Parameter 5: S2 P5

Log Book tersebut diimplementasikan secara kontinyu dan konsisten.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan validitas pengisian Log Book dan pembubuhan tanda tangan supervisor terkait. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan lembaran contoh paraf/tanda tangan seluruh supervisor di IPDSA tersebut.

Penilaian Surveyor:
1. 2. Bila Log Book di IPDSA tersebut telah diimplementasikan sepenuhnya secara kontinyu dan konsisten, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Selanjutnya surveyor mengecek secara acak 30 Log Book dari berbagai jenjang pendidikan - bila didapatkan telah diimplementasikan sepenuhnya secara kontinyu dan konsisten serta setiap aktifitas peserta didik dibubuhi tanda tangan supervisor terkait, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut berupa bukti:

3.

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

16

Parameter 6: S2 P6 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut

memberikan Sertifikat Kompetensi kepada jenjang pendidikan.

peserta didik untuk setiap

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa format Sertifikat Kompetensi untuk setiap jenjang pendidikan serta mengecek komponen Sertifikat Kompetensi tersebut sesuai dengan Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang mengacu kepada Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak. Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA tersebut telah memberikan Sertifikat Kompetensi kepada seluruh peserta didik untuk setiap jenjang pendidikan - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Selanjutnya surveyor mengecek pengdokumentasian arsip pemberian Sertifikat Kompetensi tersebut serta kelengkapannya, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut dengan bukti:

2.

3.

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

17

Instrumen Akreditasi Standar 3: Penilaian Peserta Didik Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak Parameter 1: S3 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut

melaksanakan penilaian terhadap peserta didik sesuai dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak ndonesia yang telah disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa jadwal pelaksanaan penilaian peserta didik untuk setiap jenjang pendidikan serta kesesuaiannya dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak. Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA tersebut telah melaksanakan penilaian kepada seluruh peserta didik sesuai dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Selanjutnya surveyor mengecek pengdokumentasian arsip penilaian tersebut serta kelengkapannya, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut berupa bukti:

2. 3.

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

18

Parameter 2: S3 P2

Log Book Peserta Didik di IPDSA tersebut mencerminkan aktifitas


penilaian yang akan dinilai dari peserta didik di institusi tersebut dan mengacu kepada Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia. institusi tersebut dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak dari

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa jadwal pelaksanaan penilaian peserta didik untuk setiap jenjang pendidikan serta kesesuaiannya dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak. Penilaian Surveyor:
1. Bila Log Book di IPDSA tersebut telah mencerminkan aktifitas penilaian yang akan dinilai dari peserta didik dan mengacu kepada Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak dan Kurikulum dari Kolegium, akan tetapi belum/tidak disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Selanjutnya surveyor mengecak pengesahan dari pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit), dan secara acak menanyakan kepada 3 staf pendidik dan 3 PPDSA akan pemahaman penilaian akktivitas bila memenuhi hal di atas maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut berupa bukti:

2.

4.

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

19

Parameter 3: S3 P3 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut

mempergunakan metoda Mini-CEX dalam penilaian peserta didik.

Operasional: Surveyor melihat format Mini-CEX yang digunakan di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan bukti materi pelatihan Mini-CEX yang telah didapat dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia dilihat kesesuaiannya dengan Mini-Cex yang digunakan di IPDSA tersebut.

Penilaian Surveyor:
1. 2. Bila IPDSA tersebut telah IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda MiniCEX dalam penilaian peserta didik, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan metoda penilaian Mini_CEX tersebut dengan bukti:

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

20

Parameter 4: S3 P4 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut

mempergunakan metoda OSCE dalam penilaian peserta didik.

Operasional: Surveyor melihat format OSCE yang digunakan di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan bukti materi pelatihan OSCE yang telah didapat dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia dilihat kesesuaiannya dengan OSCE yang digunakan di IPDSA tersebut.

Penilaian Surveyor:
1. 2. Bila IPDSA tersebut telah IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda OSCE dalam penilaian peserta didik, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan metoda penilaian OSCE tersebut berupa bukti:

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

21

Parameter 5: S3 P5 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut

mempergunakan metoda Mini-PAT dalam penilaian peserta didik.

Operasional: Surveyor melihat format Mini-PAT yang digunakan di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan bukti materi pelatihan Mini-PAT yang telah didapat dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia dilihat kesesuaiannya dengan Mini-PAT yang digunakan di IPDSA tersebut.

Penilaian Surveyor:
1. 2. Bila IPDSA tersebut telah IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda MiniPAT dalam penilaian peserta didik, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan metoda penilaian Mini_PAT tersebut dengan bukti :

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

22

Parameter 6: S3 P6 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut

mempergunakan metoda DOPS dalam penilaian peserta didik.

Operasional: Surveyor melihat format DOPS yang digunakan di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan bukti materi pelatihan DOPS yang telah didapat dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia dilihat kesesuaiannya dengan DOPS yang digunakan di IPDSA tersebut.

Penilaian Surveyor:
1. 2. Bila IPDSA tersebut telah IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda DOPS dalam penilaian peserta didik, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan metoda penilaian DOPS tersebut berupa bukti :

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

23

Parameter 7: S3 P7 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut

mempergunakan metoda Case-based Discussion (CbD) dalam penilaian peserta didik.

Operasional: Surveyor melihat format Case-based Discussion (CbD) yang digunakan di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan bukti materi pelatihan Case-based Discussion (CbD) yang telah didapat dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia dilihat kesesuaiannya dengan Case-based Discussion (CbD) yang digunakan di IPDSA tersebut.

Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA tersebut telah IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda Casebased Discussion (CbD) dalam penilaian peserta didik, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan metoda penilaian CbD tersebut denagn bukti:

2.

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

24

Parameter 8:

S3 P8

Institusi

Pendidikan

Dokter

Spesialis

Anak

(IPDSA)

tersebut

mempergunakan metoda Portfolio dalam penilaian peserta didik.

Operasional: Surveyor melihat format Portfolio yang digunakan di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan bukti materi pelatihan Portfolio yang telah didapat dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia dilihat kesesuaiannya dengan Portfolio yang digunakan di IPDSA tersebut.

Penilaian Surveyor:
1. 2. Bila IPDSA tersebut telah IPDSA tersebut telah mempergunakan metoda Portfolio dalam penilaian peserta didik, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan metoda penilaian Portfolio tersebut berupa bukti :

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

25

Instrumen Akreditasi Standar 4: Peserta Didik di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak

Parameter 1: S4 P1 Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis anak (IPDSA) tersebut menerangkan tentang mekanisme proses rekrutmen dan kriteria penerimaan serta pemberhentian peserta didik mengacu kepada kebijakan Fakultas Kedokteran setempat dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak Indonesia yang telah disahkan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan kesesuaian objektif setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi tersebut dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak, Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan mekanisme proses rekrutmen dan kriteria penerimaan serta pemberhentian peserta didik mengacu kepada kebijakan Fakultas Kedokteran setempat dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anak Indonesia. Penilaian Surveyor:
1. Bila Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut telah menerangkan tentang mekanisme proses rekrutmen dan kriteria penerimaan serta pemberhentian peserta didik sesuai dengan Kurikulum dari Kolegium dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit), maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan mekanisme proses rekrutmen dan kriteria penerimaan serta pemberhentian peserta didik tersebut dengan bukti :

2.

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5. 26

Parameter 2:

S4 P2

Panduan

Pendidikan

Dokter

Spesialis

Anak

di

IPDSA

tersebut

menerangkan tentang hak, tugas dan kewajiban peserta didik untuk setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi tersebut.

Operasional:
Surveyor melihat dan memeriksa akan penjelasan tentang tentang hak, tugas dan kewajiban peserta didik untuk setiap jenjang tingkat pendidikan di institusi tersebut.

Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan dokumen terkait tentang hak, tugas dan kewajiban peserta didik dari Fakultas Kedokteran setempat. Penilaian Surveyor:
1. Bila Panduan Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut telah menerangkan tentang hak, tugas dan kewajiban peserta didik telah lengkap untuk setiap jenjang pendidikan dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan hak, tugas dan kewajiban peserta didik berupa bukti:

2.

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

27

Instrumen Akreditasi Standar 5: Staf Pengajar di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak Parameter 1: S5 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai dokumentasi kualifikasi dan lisensi profesi setiap staf pengajar sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Yang dimaksud dengan kualifikasi adalah Ijazah Spesialis 1 dan atau 2, S2 dan S3 yang dikeluarkan dan telah dilakukan sertifikasi oleh pihak berwenang dan diakui oleh pemerintah. Sedangkan yang dimaksud dengan lisensi profesi adalah Surat Tanda Registrasi (STR), Surat Izin Praktek (SIP) dan Surat Keputusan sebagai tenaga pengajar di institusi/rumah sakit tersebut yang dikeluarkan oleh pihak berwenang dan diakui oleh pemerintah serta masih berlaku.

Operasional:
Surveyor melihat dan memeriksa dokumentasi kualifikasi dan lisensi profesi seluruh staf pengajar sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku

Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan dokumen kebijakan dari pimpinan institusi (Dekan Fakultas/Direktur Rumah Sakit) tentang kualifikasi dan lisensi profesi seluruh staf pengajar.

Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA tersebut telah melaksanakan dokumentasi akan kualifikasi dan lisensi seluruh staf pengajar sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan kegiatan dokumentasi diatas berupa bukti : i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

2.

28

Parameter 2: S5 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai uraian tugas secara tertulis setiap staf pengajar.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan validitas berkas mengenai uraian tugas seluruh staf pengajar di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan: 1. Surat Keputusan pengangkatan sebagai staf pengajar dari Fakultas Kedokteran terkait. 2. Surat Penempatan di Departemen/SMF Kesehatan Anak dari Direktur Rumah Sakit tersebut. 3. Surat Kewenangan Klinis (Clinical Previlege) dari Komite Medik Rumah Sakit tersbut 4, Struktur Organisasi Departemen/SMF Kesehatan Anak (IPDSA) tersebut Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA telah mempunyai uraian tugas secara tertulis setiap staf pengajar dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. 2. Selanjutnya surveyor secara acak menanyakan kepada 3 staf pengajar dan 3 PPDSA akan pemahaman mereka urainan tugas staf pengajar tersebut secara umum maupun rinci - bila jawaban mereka sesuai dengan ang tertulis , maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter uraian tugas tersebut dengan bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

29

Instrumen Akreditasi Standar 6: Sarana Pendidikan di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak

Parameter 1: S6 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai sarana perpustakaan dengan berbagai bentuk kompilasi (buku, jurnal, VCD, CD dsb).

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya sarana perpustakaan di IPDSA tersebut.
Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan: 1. Surat Bukti invoice pemesanan buku, jurnal, Cd, CD dan sebagainya. 2. Surat Bukti Pembayaran pembelian dan berlangganan buku, jurnal, VCD, CD dan sebagainya. 3. Buku Stok inventaris

Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA telah mempunyai sarana perpustakaan dan telah terdokumentasi dengan baik dan sistematik, akan tetapi belum/tidak ada prosedur tertulis tentang mekanisme penggunaan sarana tersebut baik untuk peminjaman dan pengembaliannya - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. 2. Selanjutnya surveyor mengecek apakah IPDSA tersebut mempunyai sarana perpustakaan dan telah terdokumentasi dengan baik dan sistematik serta ada prosedur tertulis tentang mekanisme penggunaan sarana tersebut baik untuk peminjaman dan pengembaliannya - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter sarana perpustakaan, mekanisme penggunaan sarana dan sistematik dokumentasi tersebut dengan bukti: i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

30

Parameter 2: S6 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai

sarana teknologi informasi dan audio-visual.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya sarana teknologi informasi dan audio-visual di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan: 1. Surat Bukti invoice pengadaan sarana teknologi informasi dan audio-visual 2. Surat Bukti Pembayaran pembelian dan berlangganan sarana Teknologi informasi dan audio-visual 3. Buku Stok inventaris Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA telah mempunyai sarana teknologi informasi dan audio-visual telah terdokumentasi dengan baik dan sistematik, akan tetapi belum/tidak ada prosedur tertulis tentang mekanisme penggunaan sarana tersebut baik untuk peminjaman, pemakaian dan pengembaliannya - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Selanjutnya surveyor mengecek apakah IPDSA tersebut mempunyai sarana tersebut telah terdokumentasi dengan baik dan sistematik serta ada prosedur tertulis tentang mekanisme penggunaan sarana tersebut baik untuk peminjaman, pemakaian dan pengembaliannya - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter sarana perpustakaan, mekanisme penggunaan sarana teknologi informasi dan audio-visual dan sistematik dokumentasi tersebut, dengan bukti:

2.

3.

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

31

Parameter 3: S6 P3 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai

sarana tempat pertemuan ilmiah untuk seluruh staf dan peserta didik di institusi tersebut.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya sarana tempat pertemuan ilmiah untuk seluruh staf dan peserta didik di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan: 1. Rencana Induk (Masterplan) IPDSA dari Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit. 2. Rencana Anggaran Biaya (RAB) IPDSA dari Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit. 3. Buku Stok inventaris sarana tempat pertemuan ilmiah di IPDSA Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA tersebut mempunyai sarana pertemuan ilmiah untuk seluruh staf dan peserta didik di institusi tersebut serta ada prosedur tertulis tentang mekanisme penggunaan dan jadwal pemakaiannya - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter sarana pertemuan ilmiah untuk seluruh staf dan peserta didik, mekanisme penggunaan sarana dan sistematik dokumentasi tersebut, dengan bukti:

2.

3.

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4.

Bila IPDSA tersebut mempunyai rencana induk (master plan) tentang pengembangan sarana pertemuan ilmiah untuk seluruh staf dan peserta didik dan disetujui oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta tertuang dalam rencana anggaran biaya (RAB) institusi - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

32

Parameter 4: S6 P4 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai sarana tempat diskusi kelompok setiap unit (Divisi/Bagian) dalam institusi tersebut.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya sarana tempat diskusi kelompok setiap unit (Divisi/SubBagian) di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan: 1. Rencana Induk (Masterplan) IPDSA dari Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit. 2. Rencana Anggaran Biaya (RAB) IPDSA dari Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit. 3. Buku Stok inventaris sarana tempat diskusi kelompok di setiap unit dalam IPDSA tersebut. Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA tersebut mempunyai sarana tempat diskusi kelompok setiap unit (Divisi/SubBagian) dalam IPDSA tersebut serta ada prosedur tertulis tentang mekanisme penggunaan dan jadwal pemakaiannya maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter sarana tempat diskusi kelompok setiap unit (Divisi/SubBagian) di IPDSA dengan bukti :

2.

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4.
3.

Bila IPDSA tersebut mempunyai rencana induk (master plan) tentang pengembangan sarana tempat diskusi kelompok setiap unit (Divisi/SubBagian) di IPDSA tersebut dan disetujui oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta tertuang dalam rencana anggaran biaya (RAB) institusi - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

33

Parameter 5: S6 P5 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai sarana peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik yang dibutuhkan untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya sarana peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik yang dibutuhkan untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan: 1. Surat Bukti invoice pengadaan peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik yang dibutuhkan 2. Surat Bukti Pembayaran pembelian peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik yang dibutuhkan 3. Rencana Induk (Masterplan) IPDSA dari Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit. 4. Rencana Anggaran Biaya (RAB) IPDSA dari Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit. 5. Buku Stok inventaris peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA tersebut mempunyai sarana peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik lengkap yang dibutuhkan untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter sarana peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik lengkap yang dibutuhkan di IPDSA dengan bukti :

2.

3.

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4.

Bila IPDSA tersebut mempunyai rencana induk (master plan) tentang pengembangan sarana peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik lengkap yang dibutuhkan dan disetujui oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta tertuang dalam rencana anggaran biaya (RAB) institusi - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

34

Parameter 6: S6 P6 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai sarana media komunikasi antar staf pengajar dan peserta didik.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya sarana media komunikasi yang dibutuhkan antar staf pengajar dan peserta didik untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan: 1. 2. 3. 4. 5. Surat Bukti invoice pengadaan peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik yang dibutuhkan Surat Bukti Pembayaran pembelian peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik yang dibutuhkan Rencana Induk (Masterplan) IPDSA dari Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit. Rencana Anggaran Biaya (RAB) IPDSA dari Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit. Buku Stok inventaris peralatan penunjang diagnostik dan terapeutik

Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA tersebut mempunyai media komunikasi lengkap untuk mencapai objektif Kurikulum Pendidikan Dokter Spesialis Anak - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter media komunikasi di IPDSA dengan bukti :

2.

3.

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4.

Bila IPDSA tersebut mempunyai rencana induk (master plan) tentang pengembangan media komunikasi dan disetujui oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) serta tertuang dalam rencana anggaran biaya (RAB) institusi - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

35

Parameter 7: S6 P7 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai sarana dan tempat pengaduan peserta didik baik untuk hal akademis maupun non akademis.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya sarana dan tempat pengaduan peserta didik baik untuk hal akademis maupun non akademis di IPDSA tersebut. Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang sarana dan tempat pengaduan peserta didik baik untuk hal akademis maupun non akademis secara tertulis dan telah ada sarana dan tempat pengaduan peserta didik di institusi tersebut maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3.

2.

Kemudian surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut di IPDSA dengan bukti :

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4.
3. Bila IPDSA tersebut telah memasukkan tentang sarana dan tempat pengaduan peserta didik dalam rencana induk (master plan) pengembangan IPDSA - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

36

Parameter 8: S6 P8 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai

staf pengajar sebagai pembimbing konselor bagi peserta didik yang mempunyai masalah.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan tersedianya staf pengajar sebagai pembimbing konselor bagi peserta didik yang mempunyai masalah di IPDSA tersebut. Bila perlu surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan: 1. Kebijakan mengenai Pembimbing Konselor bagi peserta didik yang mempunyai masalah di IPDSA tersebut. 2. Panduan Konseling Peserta Didik bermasalah di IPDSA tersebut.

Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA tersebut mempunyai staf pengajar sebagai pembimbing konselor bagi peserta didik yang mempunyai masalah dan ada jadwal konseling, akan tetapi belum/tidak ada Panduan Konseling peserta didik bermasalah - maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor mengecek Buku Panduan Konseling bila IPDSA tersebut mempunyai pembimbing konselor dan jadwal konseling, serta telah mempuyai Panduan Konseling peserta didik bermasalah; maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Selanjutnya surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut di IPDSA dengan bukti :

2.

3.

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

37

Instrumen Akreditasi Standar 7: Program Evaluasi di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak Parameter 1: S7 P1

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak. Program Evaluasi tersebut mencakup: 1. Organisasi pendidikan dokter spesialis anak 2. Materi pendidikan dokter spesialis anak 3. Metoda dan instrumen dalam pelaksanaan pendidikan dokter spesialis anak 4. Sarana pendidikan dokter spesialis anak 5. Hasil pendidikan dokter spesialis anak 6. Kinerja (performance) staf pengajar yang terlibat dalam pendidikan dokter spesialis anak

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan Program Evaluasi Pendidikan di IPDSA tersebut. Surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan seluruh dokumen, instrumen dan format evaluasi yang ada dari ke enam bidang di atas.

Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA tersebut mempunyai Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak secara tertulis dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3.

2.

Bila Program Evaluasi Pendidikan di IPDSA tersebut telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/ Direktur Rumah Sakit) 38

surveyor secara acak menanyakan kepada 3 staf pengajar dan 3 PPDSA akan pemahaman mereka tentang program tersebut bila jawaban mereka sesuai, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4.
3. Selanjutnya surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut di IPDSA dengan bukti:

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

39

Parameter 2: S7 P2

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai jadwal rencana Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak mencakup bidang: 1. Organisasi pendidikan dokter spesialis anak 2. Materi pendidikan dokter spesialis anak 3. Metoda dan instrumen dalam pelaksanaan pendidikan dokter spesialis anak 4. Sarana pendidikan dokter spesialis anak 5. Hasil pendidikan dokter spesialis anak 6. Kinerja (performance) staf pengajar yang terlibat dalam pendidikan dokter spesialis anak

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan Implementasi Program Evaluasi Pendidikan di IPDSA tersebut. Surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan seluruh bukti dokumen, instrumen dan format evaluasi yang telah diimplementasikan dari ke enam bidang di atas. Penilaian Surveyor:
1. 2. 3. Bila IPDSA tersebut melaksanakan 60% rencana jadwal Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Bila IPDSA tersebut melaksanakan 80% rencana jadwal Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Selanjutnya surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter rencana kerja tersebut di IPDSA dengan bukti:

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

40

Parameter 3: S7 P3

Pencapaian Pelaksanaan Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak di IPDSA mencakup bidang: 1. Organisasi pendidikan dokter spesialis anak 2. Materi pendidikan dokter spesialis anak 3. Metoda dan instrumen dalam pelaksanaan pendidikan dokter spesialis anak 4. Sarana pendidikan dokter spesialis anak 5. Hasil pendidikan dokter spesialis anak 6. Kinerja (performance) staf pengajar yang terlibat dalam pendidikan dokter spesialis anak

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan Pencapaian Program Evaluasi Pendidikan di IPDSA tersebut. Surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan seluruh bukti pencapaian berupa dokumen, instrumen dan format evaluasi yang telah diimplementasikan dari ke enam bidang di atas. Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA tersebut pelaksanaan pencapaiannya sudah mencakup 4-5 bidang dari enam bidang dalam Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Bila IPDSA tersebut melaksanakan seluruh keenam bidang dalam Program Evaluasi Pendidikan Dokter Spesialis Anak maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. Selanjutnya surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter tersebut di IPDSA dengan bukti :

2. 3.

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

41

Instrumen Akreditasi Standar 8: Tatakelola dan administrasi di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak Parameter 1: S8 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai struktur organisasi yang telah disahkan oleh pimpinan institusi Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa akan struktur organisasi di IPDSA tersebut. Surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan seluruh dokumen mengenai struktur organisasi.

Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA tersebut telah mempunyai struktur organisasi secara tertulis dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. Kemudian surveyor secara acak menanyakan kepada 3 staf pengajar dan 3 PPDSA akan pemahaman mereka tentang struktur organisasi IPDSA tersebut bila jawaban mereka sesuai, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4.

2.

3.

Selanjutnya surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter struktur organisasi di IPDSA dengan bukti:

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

42

Parameter 2: S8 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai penjelasan secara tertulis akan fungsi, tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab setiap unit (Divisi/SubBagian).

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa dokumen penjabaran dari struktur organisasi dalam IPDSA tersebut yang meliputi fungsi, tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab setiap unit (Divisi/SubBagian). Surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan seluruh dokumen yang menerangkan akan fungsi, tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab dari setiap unit (Divisi/SubBagian). Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA tersebut telah mempunyai dokumen yang menjelaskan akan fungsi, tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab setiap unit dalam IPDSA tersebut dan telah disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3.

2.

Kemudian surveyor secara acak menanyakan kepada 3 staf pengajar dan 3 PPDSA akan pemahaman mereka tentang fungsi, tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab setiap unit dalam organisasi IPDSA tersebut bila jawaban mereka sesuai, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4.

3.

Selanjutnya surveyor mengecek tersebutdi IPDSA dengan bukti :

kegiatan

evaluasi/revisi

akan

parameter

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

43

Parameter 3: S8 P3

Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai kebijakan tentang mekanisme pengambilan keputusan secara tertulis dan disahkan oleh pimpinan ( Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit).

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa dokumen Kebijakan Mekanisme Pengambilan Keputusan dan Panduan Pengambilan Keputusan di IPDSA. Surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan seluruh dokumen yang menerangkan akan Kebijakan dan Panduan Mekanisme Pengambilan Kepurusan di tingkat IPDSA.

Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA tersebut IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang mekanisme pengambilan keputusan secara tertulis dan Panduan Pengambilan Keputusan, akan tetapi belum/ tidak disahkan oleh pimpinan institusi (Dekan Fakultas Kedokteran/Direktur Rumah Sakit) maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. 2. Bila telah disahkan oleh pimpinan institusi - surveyor secara acak menanyakan kepada 10 staf pengajar akan pemahaman mekanisme pengambilan keputusan tersebut bila jawaban mereka sesuai, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4.

3. Selanjutnya surveyor mengecek tersebutdi IPDSA dengan bukti :

kegiatan

evaluasi/revisi

akan

parameter

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5. 44

Parameter 4: S8 P4 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut

memberikan umpan balik (feedback) mengenai perkembangan pencapaian peserta didik kepada peserta didik, atasan peserta didik, pengirim maupun penyandang dana peserta didik tersebut secara tertulis dan rutin.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa dokumen umpan balik (feedback) mengenai perkembangan pencapaian peserta didik kepada peserta didik, atasan peserta didik, pengirim maupun penyandang dana peserta didik. Surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan seluruh dokumen yang menerangkan akan Kebijakan Umpan Balik, Bukti Pengiriman dan Dokumentasi Pengiriman Umpan Balik.

Penilaian Surveyor:
1. Bila IPDSA tersebut mempunyai kebijakan tentang umpan balik (feedback) dan formatnya tersebut secara tertulis, akan tetapi belum/tidak dilaksanakan secara teratur maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. 2. Bila IPDSA telah melakukan secara rutin maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4.

3. Selanjutnya surveyor mengecek tersebutdi IPDSA dengan bukti :

kegiatan

evaluasi/revisi

akan

parameter

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

45

Instrumen Akreditasi Standar 9: Program Peningkatan Mutu

(Quality Improvement) di Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak

Parameter 1: S9 P1 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut

melaksanakan pertemuan rutin tingkat unit dan institusi yang terjadwal mengenai perkembangan pencapaian peserta didik dan sarana serta proses pendidikan yang dilaksanakan di institusi tersebut.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa dokumen jadwal pertemuan rutin mengenai perkembangan pencapaian peserta didik dan sarana serta proses pendidikan yang dilaksanakan di IPDSA tersebut. Surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan seluruh dokumen yang menerangkan akan Kebijakan Pertemuan Rutin, Jadwal Pertemuan, Topik/Judul ruang lingkup pertemuan, daftar hadir dan notulensi pertemuan rutin tersebut. Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut mempunyai kebijakan dan ada jadwal yang teratur tentang pertemuan rutin tersebut, akan tetapi belum/tidak dilaksanakan maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. 2. Bila IPDSA tersebut mempunyai kebijakan dan ada jadwal serta dilaksanakan teratur tentang pertemuan rutin tersebut maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. 3. Selanjutnya surveyor mengecek kegiatan evaluasi/revisi akan parameter Pertemuan Rutin tersebut di tingkat IPDSA dengan bukti : 46

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

47

Parameter 2: S9 P2 Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) tersebut mempunyai program upaya perbaikan dan peningkatan mutu Pendidikan Dokter Spesialis Anak di tingkat unit (Divisi/SubBagian) maupun institusi.

Operasional: Surveyor melihat dan memeriksa dokumen program upaya perbaikan dan peningkatan mutu Pendidikan Dokter Spesialis Anak di tingkat unit (Divisi/SubBagian) maupun tingkat institusi IPDSA. Surveyor meminta IPDSA tersebut memperlihatkan seluruh dokumen yang menerangkan akan Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan, Rencana Program Peningkatan Mutu Pendidikan, Bukti Pelaksanaan Program Peningkatan Mutu Pendidikan dan Evaluasinya serta Audit Kinerja dari Program tersebut. Penilaian Surveyor: 1. Bila IPDSA tersebut mempunyai kebijakan dan Rencana Program Kerja Peningkatan Mutu tentang upaya perbaikan dan peningkatan mutu Pendidikan Dokter Spesialis Anak di tingkat unit (Divisi/Bagian) maupun institusi, akan tetapi belum/tidak dilaksanakan maka IPDSA tersebut mendapat nilai 3. 2. Bila IPDSA tersebut mempunyai kebijakan, Rencana Program Kerja Peningkatan Mutu dan telah melaksanakan program upaya perbaikan dan peningkatan mutu Pendidikan Dokter Spesialis Anak di tingkat unit (Divisi/Bagian) maupun institusi, akan tetapi belum/tidak melaksanakan evaluasi/audit maka IPDSA tersebut mendapat nilai 4. 3. Selanjutnya surveyor mengecek IPDSA tersebut telah melaksanakan
evaluasi/audit/revisi secara teratur dan ada tindak lanjutnya di tingkat IPDSA dengan bukti :

i. Daftar hadir ii. Notulen kegiatan dan hasilnya iii. Rencana tindak lanjut tertulis dari IPDSA tersebut bila semuanya terpenuhi, maka IPDSA tersebut mendapat nilai 5.

48

49

LAPORAN PELAKSANAAN
AKREDITASI
INSTITUSI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ANAK

2011

Ringkasan
Telah selesai dilaksanakan visitasi on-site dalam rangka Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA) yang dilakukan oleh Komite Akreditasi Kolegium Ilmu Kesehatan Anak (KIKA) Indonesia terhadap 14 IPDSA dari bulan Februari 2011 sampai pertengahan Maret 2011. Penilaian akreditasi IPDSA secara visitasi tersebut mempergunakan Borang Instrumen Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak (KIKA) Indonesia yang telah disahkan penggunaannya oleh Konsil Kedokteran Indonesia sebagaimana dalam Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anak instrument akreditasi tersebut terdiri dari 9 Standar (atau unsur) dan 36 Parameter (elemen) serta 180 indikator. Penilaian visitasi dilaksanakan oleh 21 surveyor yang telah menyelesaikan 2 (dua) kali pelatihan yang diselenggarakan oleh KIKA dan telah dinyatakan lulus. Dari 14 IPDSA tersebut, 13 telah layak dilakukan penilaian akreditasi dan satu IPDSA masih belum layak dinilai karena masih dalam tahap pengampuan dan pembinaan dari IPDSA pengampu. Dari 13 IPDSA yang diakreditasi dinyatakan seluruhnya terakreditasi dengan predikat A sebanyak 3 IPDSA, predikat B sebanyak 3 IPDSA dan 7 IPDSA dengan predikat C. Seluruh biaya pelaksanaan akreditasi tersebut dari dana Kolegium Ilmu Kesehatan Anak (KIKA) Indonesia.

Daftar Isi
Ringkasan Daftar Isi Pendahuluan Penilaian Diri (Self-Assessment) IPDSA Pelatihan Surveyor Akreditasi Visitasi on-site Akreditasi IPDSA Hasil Penilaian Visitasi Akreditasi IPDSA Perincian Pembiayaan Pelatihan Surveyor dan Visitasi i ii 1 5 7 9 11 15

Akreditasi IPDSA

Daftar Tabel Tabel 1. Hasil Rerata Penilaian Diri (Self-Assessment) IPDSA Tabel 2. Jadwal Visitasi Akreditasi IPDSA Tabel 3. Hasil Penilaian Akreditasi IPDSA Tabel 4. Perincian Hasil Penilaian Akreditasi IPDSA untuk setiap standar dan parameter Tabel 5. Biaya Pelatihan Surveyor Tabel 6. Biaya Visitasi Akreditasi IPDSA 15 16 6 10 13 14

ii

Daftar Gambar Ganbar 1. Rencana Kerja Komisi III (Akreditasi) Kolegium Ilmu Kesehatan Anak (KIKA) 2008 - 2011 Gambar 2. Komponen Boran Instrumen Penilaian Gambar 3. Contoh Lembar Jawaban Self-Assessment Gambar 4. Jadwal Acara Pelatihan dan Buku Materi Pelatihan 3 4 5 2

Daftar Lampiran: Lampiran 1 . Sertifikat Pelatihan Surveyor Lampiran 2. Surat Tugas Surveyor Akreditasi 17 39

iii

PENDAHULUAN
Sesuai dengan Rencana Kerja Kolegium Ilmu Kesehatan Anak (KIKA) Indonesia periode 2008 2011 untuk Komisi III (Akreditasi) yakni: 1. Melaksanakan penilaian diri (self-assessment) seluruh Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Indonesia. 2. Mempersiapkan dan melatih calon penilai surveyor visitasi dalam rangka akreditasi seluruh Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Indonesia. 3. Melaksanakan penilaian visitasi on-site Akreditasi seluruh Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Indonesia Ketiga langkah tersebut merupakan suatu rangkaian dalam rangka upaya mempertahankan dan meningkatkan mutu pendidikan dokter spesialis anak di tanah air. Rencana kerja tertuang secara jelas sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Rencana Kerja Komisi III Akreditasi Kolegium Ilmu Kesehatan Anak (KIKA) Indonesia.

Adapun mengenai komponen borang instrumen self-assessment dan cara penilaian serta contoh lembar jawaban self assessment tersebut sebagaimana dalam Gambar 2 dan Gambar 3 berikut.

Gambar 2. Komponen borang instrumen dan cara penilaian dalam self-assessment. Kategori predikat penilaian adalah A, B dan C sedangkan R (remedial) hanya sebagai umpan balik (feed-back) untuk perbaikan .

Gambar 3. Contoh lembar jawaban dalam self-assessment IPDSA

Penilaian Diri (Self-Assessment) Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak


Penilaian diri (self assessment) telah dilaksanakan sebanyak 3 tiga) kali sebagai ujicoba persiapan menuju proses akreditasi. Kegiatan self-assessment tersebut dilaksanakan: 1. Pada Rapat Kerja Kolegium Ilmu Kesehatan Anak (KIKA) di Hotel Novotel Palembang pada 28 30 November 2008. 2. Rapat Kerja Kerja Kolegium Ilmu Kesehatan Anak (KIKA) di Hotel Arydaduta Jakarta pada 10 12 Januari 2010. 3. Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ke IV di Hotel JW Marriot Medan pada 20-24 Februari 2010. Adapun hasil ketiga self-assessment secara rerata dapat dilihat sebagaimana dalam Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Hasil rerata penilaian diri (self-assessment) Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak (IPDSA)

PELATIHAN SURVEYOR AKREDITASI

Pelatihan bagi calon surveyor akreditasi IPDSA telah dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali di Hotel Aryaduta Jakarta pada tanggal 31 Oktober 1 November 2010 dan 15-16 Desember 2010 dengan peserta sejumlah 21 orang dari berbagai pusat pendidikan dokter spesialis anak di tanah air.

Adapun dan materi pelatihan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4 berikut. Peserta yang telah menyelesaikan pelatihan tersebut diberikan sertifikat pelatihan sebagaimana dapat dilihat pada lembar Lampiran.

Gambar 4. Jadwal Acara Pelatihan dan Buku Materi Pelatihan Surveyor Kolegium Ilmu Kesehatan Anak (KIKA) .

VISITASI ON-SITE AKREDITASI INSTITUSI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ANAK

Pelaksanaan visitasi on-site dalam rangka Akreditasi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak dilaksanakan terhadap 14 institusi pendidikan mulai tanggal 6 Februari 2011 sampai dengan 15 Maret 2011 yang dilakukan oleh surveyor bersertifikat yang telah lulus mengikuti pelatihan sebagai surveyor sebanyak 21 orang (Lihat bukti sertifikat pada Lampiran). Setiap IPDSA dilakukan penilaian oleh 3 orang surveyor sesuai Surat Tugas yang dikeluarkan oleh Kolegium Ilmu Kesehatan Anak (KIKA) Indonesia (Lihat Lampiran Surat Tugas). Setiap surveyor melaksanakan penilaian akreditasi sesuai Panduan Penilaian Akreditasi yang dikeluarkan oleh Kolegium Ilmu Kesehatan Anak (KIKA) Indonesia (Lihat Buku Panduan Penilaian Akreditasi). Adapun jadwal penilaian visitasi on-site dalam rangka akreditasi IPDSA oleh surveyor sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Jadwal Visitasi Akreditasi IPDSA


Nama Surveyor: I Sofyan Ismael Dody Firmanda Taralan T Dody Firmanda Abdul Latief Mardjanis Said Arwin AP Akib Asril Aminullah Dody Firmanda Asril Aminullah Mardjanis Said Taralan T Abdul Latief Arwin AP Akib II Bambang M Hendriani Selina Bambang S Syaifullah MN Partini P Trihono Nanan S III Nenny SM Aditiawati Aditiawati Idham Dedi Rachmadi Nenny SM UNPAD UNAIR UNIBRAW UNSRAT UNS UNAND UNUD UNHAS UI UNDIP UNSRI UGM USU UNSYIAH 6 - 8 Feb 6 - 8 Feb 20 22 Feb 20 22 Feb 20 22 Feb 20 22 Feb 27 Feb-1 Maret 27 Feb-1 Maret 6 8 Maret 6 8 Maret 6 8 Maret 13 15 Maret 13 15 Maret 13 15 Maret IPDSA Tanggal

Taralan Tambunan Nia Kurniati Syaifullah MN Idham Sukman Tulus P Syaifullah MN Nanan Sekarwana Partini P Trihono Sukman Tulus P Aditiwati Ridwan MD Endang W Nia Kurniati Endang W Dedy R Ridwan MD

10

HASIL PENILAIAN VISITASI AKREDITASI IPDSA 2011


Hasil penilaian akreditasi IPDSA 2011 telah dibahas dan dinyatakan resmi berdasarkan Rapat Komisi Akreditasi Kolegium Ilmu Kesehatan Anak (KIKA) Indonesia pada tanggal 10 April 2011 di Hotel Aryaduta Jakarta dengan hasil sebagaimana dalam Tabel 3 dan Tabel 4 berikut. Ada 3 (tiga) Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang mencapai nilai predikat A (nilai kumulatif diatas 80%) yakni: 1. IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta dengan nilai 154 dari nilai maksimum 180 (85.6%) 2.IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung dengan nilai 149 dari maksimum 180 (82,8%) 3.IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta dengan nilai 148 dari maksimum 180 (82.7%) Ada 3 (tiga) Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Anak yang mencapai nilai predikat B (nilai kumulatif 70% - 79%) yakni:

11

1. IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Semarang dengan nilai 141 (78,3%) 2.IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Makassar dengan nilai 141 (78.3%)

Diponegoro

Hasanuddin

3.IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya dengan nilai 131 (72.8%) Sedangkan 7 (tujuh) IPDSA lain mendapat predikat C (nilai 6069%) yakni: 1. IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan dengan nilai 121 (67.2%) 2.IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Palembang dengan nilai 120 (66.7%) Sriwijaya

3.IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang dengan nilai 119 (66.1%) 4.IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Solo dengan nilai 118 (65.8%) 5.IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar dengan nilai 113 (62.8%) 6.IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang dengan nilai 110 (61.1%) 7.IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado dengan nilai 108 (60.0%)

12

IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Syah Kuala (UNSIAH) Banda Aceh belum dapat dinilai karena masih dalam pengampuan dan pembinaan oleh IPDSA Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Tabel 3. Hasil Penilaian Akreditasi IPDSA 2011

13

Tabel 4. Perincian Hasil Akreditasi IPDSA untuk setiap standar dan parameter.

Keterngan : A: UI, B: Unpad D, C: UGM, D: Undip, E: Unhas, F: Unair, G:USU, H: Unsri, I: Unibraw, J:UNS, K:Unud, L: Unand, M: Unsrat

14

PERINCIAN PEMBIAYAAN PELATIHAN SURVEYOR DAN VISITASI AKREDITASI IPDSA Jumlah biaya yang dikeluarkan oleh Kolegium Ilmu Kesehatan Anak (KIKA) untuk 2 (dua) kali pelatihan surveyor terhadap 21 orang dan visitasi on-site akreditasi IPDSA adalah Rp 474 861 372,- (Empat ratus tujuh puluh empat juta delapan ratus enam puluh satu ribu dan tiga ratus tujuh puluh dua rupiah) sebagaimana perincian dapat dilihat dalam Tabel 5 dan Tabel 6 berikut. Tabel 5. Biaya Pelatihan Surveyor Dua kali Pelatihan Surveyor Meeting Package Akomodasi Fee + Transport Foto copy + ATK Jumlah Biaya Rp 11.999.981 Rp 17.729.900 Rp 71.850.000 Rp 1.326.150

Rp 102.906.031

15

Tabel 6. Biaya Visitasi on-site Akreditasi IPDSA Akreditasi 14 IPDSA Akomodasi Transport Fee Lain-lain Total Biaya Rp 59.265.000 Rp 78.652.696 Rp 229.500.000 Rp 15.137.545 Rp 371.955.341

16

LAMPIRAN

SERTIFIKAT SURVEYOR AKREDITASI INSTITUSI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ANAK

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

LAMPIRAN SURAT TUGAS SURVEYOR AKREDITASI

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

Anda mungkin juga menyukai