Ruang 17
laki, usia 4 bln, dengan keluhan kining sejak lahir disertai dengan tinja berwarna dempul, BAK ber warna seperti teh tua. Selama hamil, ibu penderita tidak mengkonssumsi obat obatan / jamu. Berat badan penderita saat ini 5900 gr, panjang badan 63 cm, BBL 2700 gr, PBL 50 cm
sakit, nadi 150x/menit, respirasi 56x/menit, suhu badan 39,90C, thorax: dalam batas normal, abdomen : Cembung, lemas, bising usus normal, hepar: teraba 4-4 bawah arkus kosta, konsistensi kenyal, permukaan rata, tepi tumpul. Lien SII. Ekstremitas normal. Kulit ikterus
Laboratorium : Hb : 10,4 gr/dl Leukosit : 5700/mm3 Ht : 31,5 % Trombo :489.000/mm3 APTT : 64 PT : 20,3
Ikterus
Gamma-GT
Bilirubin direk Bilirubin indirek Alkali fosfatase SGOT
SGPT
50cm
sejak lahir disertai tinja berwarna dempul dan BAK warna seperti teh tua
urin pada peningkatan bilirubin direk dalam darah yang kita kenal sebagai kolestasis umumnya kuning tua. Pada bayi mungkin saja tidak ditemukan warna kuning tua karena volume urin bayi umumnya cukup besar sehingga mungkin ada efek dilusi bilirubin dalam urin. Selain itu ditanyakan warna feses. Pada kolestasis dapat dijumpai warna feses yang pucat seperti dempul
badan panjang badan dan lingkar kepala. Pasien dengan kelainan metabolik atau neonatal hepatitis umumnya terlihat kecil sedangkan atresia bilier umumnya besar seperti anak normal saja. Mata perlu diperiksa apakah selain ikterik Hati perlu diperiksa ukurannya yang dapat membesar tetapi dapat pula masih normal saja. Kadang-kadang ditemukan splenomegali.
Diagnosis : Kolestasis
Tujuan utama evaluasi bayi dengan kolestasis
adalah membedakan antara kolestasis intrahepatik dengan ekstrahepatik sendini mungkin. Diagnosis dini obstruksi bilier ekstrahepatik akan meningkatkan keberhasilan operasi. Kolestasis intrahepatik seperti sepsis, galaktosemia atau endrokinopati dapat diatasi dengan medikamentosa.
Berdasarkan : Anatomi : atresia bilier, kista koledokal, hipoplasia bilier Infeksi : toksoplasma, rubella, sitomegalovirus, simplek herpes, sipilis Metabolik : galaktosemi, tirosinemi Endokrin : hipotiroit, hipokortisol Genetik : sindrom Alagille, PFIC Lain-lain : infeksi bakteri
gangguan pada sel hati yang terjadi akibat: infeksi bakteri yang menimbulkan abses pada hati, biliary cirrhosis primer, virus hepatitis, lymphoma, cholangitis sclerosing primer, infeksi tbc atau sepsis, obat-obatan yang menginduksi cholestasis.
Pada extrahepatic cholestasis, disebabkan oleh tumor saluran empedu, cista, striktur , pankreatitis atau tumor pada pankreas, tekanan tumor atau massa sekitar organ, cholangitis sklerosis primer. Batu empedu adalah salah satu penyebab paling umum dari saluran empedu diblokir. Saluran empedu Diblokir mungkin juga hasil dari infeksi, kanker atau jaringan parut internal. Parut Dapat memblokir saluran empedu, yang dapat mengakibatkan kegagalan hati ..
kelahiran hidup. Insiden hepatitis neonatal 1:5000 kelahiran hidup, atresia bilier 1:10000-1:13000, defisiensi -1 antitripsin 1:20000. Rasio atresia bilier pada anak perempuan dan anak laki-laki adalah 2:1, sedang pada hepatitis neonatal, rasionya terbalik 5,6,7.
dan umumnya ada di fundus Peradangan kanaung empedu akan menimbulkan invaginasi mukosa, menonjol ke dalam lapisan muscularis yang disebut ROKITANSKY ASCHOFF Epitel saluran empedu adalah epitel columna dan mengandung banyak sekali kelenjar-kelenjar mukosa
Metabolisme bilirubin
Di dalam sel hati Gangguan transpor garam empedu di dalam sel hati Gangguan sekresi garam empedu ke kanalikulus biliaris Misalnya : toksin, obat-obatan Saluran empedu intrahepatik Proses metabolisme garam empedu yang abnormal Gangguan kontraksi kanalikulus biliaris Saluran empedu ekstrahepatik Sumbatan, infeksi
sampai tidak ada dalam feses. Perannya adalah sebagai pemberi warna feses. Jadi ketika feses berwarna dempul, kita tahu bahwa getah empedu (yang mengandung bilirubin) tidak mencapai duodenum.
Asam ursodeoxycolic acid 10-30 mg/kg/hari dibagi 2-3 dosis Kebutuhan kalori 130-150% kebutuhan bayi normal Vitamin larut dalam lemak ADEK Ca : 25-100 mg/kg/hari,P:25-50 mg/kg/hari, Mn:12mEq/kg/hari, Zn: 1 mg/kg/hari, Se: 1-2q/kg/hari.Fe:5-6 mg/kg/hari
Terapi komplikasi Terapi untuk pruritus (difenhidramin 5-10 mg/kg/hari) Rifampisin 10 mg/kg/hari Kolesteramin 0,25-0,5 g/kg/hari
menyebabkan naiknya permeabilitas saluran tersebut. Secara histopatologi terlihat statis yang hebat dengan infiltrasi radang tanpa ditemukan adanya nekrosis atau hanya nekrosis setempat. Nekrosis dipercepat iskemik dinding saluran empedu yang merusak mukosanya.
proliferasi saluran empedu dan mengakibatkan fibrosis portal (daerah portal yang melebar dengan fibrosis akibat rangsangan empedu). Akibatnya terjadi sirosis bilier. Kerusakan parenkim hati : Hal ini disebabkan bendungan empedu yang luas sehingga menekan hati. Jika hal ini terjadi bukan hanya bilirubin direk yang meningkat, tapi juga bilirubin indirek.
Keberhasilan terapi dilihat dari : Progresivitas dari klinis,besarnya hepar,limpa,, vena kolateral Pemeriksaan hasil lab Pencitraan Tumbuh kembang
gejala ikterus dan segera membawanya ke dokter jika tanda dan gejala ini ada. Sebaiknya pada saat kelahiran sebelum bayi meninggalkan rumah sakit harus diperiksa kadar bilirubin serumnya.
http://old.pediatrik.com/pkb/20060220-ena504-