Pembimbing
dr. Hiendarto, SpKK
Disusun oleh
Fajar Arismunandar
PENDAHULUAN
Dermatitis Atopik (DA) adalah penyakit kambuhan kronis umum yang
ditandai dengan gatal yang intens.
DA biasanya disertai dengan riwayat pribadi atau keluarga yang memiliki
penyakit alergi, termasuk rhinitis alergi, asma, dan konjungtivitis alergi.
Gejala ini sangat mengganggu kualitas hidup pasien dan dapat mengganggu
sekolah atau pekerjaan dan memicu kecemasan dan depression.
Persepsi gatal yang ditransmisikan dari ujung perifer saraf (C fiber) dalam
epidermis
diteruskan ke badan neuron di ganglion akar dorsal yang terletak di sumsum
tulang belakang.
Selanjutnya, sinaps di sumsum tulang belakang mentransmisikan sinyal dalam
traktus spinotalamikus kontralateral ke talamus
akhirnya sinyal dipancarkan ke neuron kortikal.
PATOGENESIS DA
Gangguan
fungsi
sawar kulit
Fungsi
imunitas
yang
menyimpan
g
EOSINOFIL
Hubungan antara infiltrasi eosinophil dan persepsi gatal dikenal
keterkaitannya pada infeksi skabies. Pasien dengan skabies mengalami rasa
gatal, dan kulit mereka padat disusupi oleh eosinofil.
Tikus dengan defisiensi eosinofil mengalami gangguan respon
hipersensitivitas, dan berkurangnya respon menggaruk.
Namun, tetap ada beberapa perdebatan apakah eosinofil dan gatal mungkin
hanya memiliki hubungan yang kebetulan melalui interaksinya dengan
imunoglobulin E (IgE) dan sel mast.
FIBROBLAS
Jaringan parut keloid terjadi akibat proliferasi fibroblas dan deposisi tidak
teratur dari matriks ekstraselular, dan sering mengalami rasa gatal yang
intens.
Bekas luka kulit keloid memiliki serabut saraf lebih banyak.
Penting juga untuk diketahui bahwa, fibroblas dermal mengeluarkan artemin,
faktor neurotropik, dan fibroblast artemin ini meningkat pada kulit dengan
DA.
KERATINOSIT
keratinosit epidermis
NGF
faktor elongasi saraf
semaphorin 3A
faktor penghambat saraf
Konsentrasi NGF darah berkorelasi baik dengan intensitas rasa gatal pada
pasien dengan DA.
Sel T Helper 2
IL-31
aktivasi STIM1 suatu sinyal transduser
transkripsi STAT3
menghasilkan beta-endorfin
intensitas gatal meningkat
SEL MAST
Histamin adalah sebuah pruritogen yang dilepaskan dari sel mast akibat dari
ikatan dengan IgE pada penyakit urtikaria.
Hal ini memungkinkan dalam penggunaan anti histamine yang memiliki target
reseptor H1 dan H2 untuk mengobati rasa gatal pada berbagai penyakit
namun gatal yang menyertai AD mungkin tidak terkait dengan reseptor
histamine H1 dan H2 karena pemakaian antihistamin tidak mengurangi rasa
gatal.
Upaya lebih lanjut, telah dibuat untuk menargetkan reseptor histamin lain,
H4R, untuk mengobati gatal. Sebuah studi fase di Jepang menunjukkan bahwa
antagonis H4 (JNJ-39758979) meredakan gatal pada pasien dengan DA.
Selain itu, penggunaan omalizumab sebagai agen anti-IgE mengurangi
keparahan klinis DA pada pasien dengan IgE yang sangat tinggi, hal ini
menunjukkan bahwa manfaat terapi anti-IgE tidak hanya dari netralisasi IgE
tetapi juga dari penurunan regulasi reseptor IgE-Fc pada basofil dan sel mast.
IL-31
Overekspresi dari sitokin IL-31 dalam limfosit menginduksi pruritus akut dan
dermatitis atopik seperti yang terjadi pada tikus.
IL-31 diekspresikan oleh sel T helper 2 (Th2).
Kadar IL-31 meningkat pada banyak pasien dengan penyakit kulit gatal, termasuk
DA, uremic pruritus, urtikaria kronis, dan prurigo nodularis. Selanjutnya, kadar IL31 darah berkorelasi dengan keparahan penyakit pada pasien dengan DA.
Berhubungan dengan temuan ini, IL-31 menginduksi aktivasi STIM1, diikuti oleh
aktivasi STAT3 dan pelepasan beta-endorfin dari keratinosit kulit.
Berkaitan dengan temuan ini, menunjukkan bahwa IL-31 dapat ditargetkan dalam
pengobatan gatal. Bahkan, uji klinis Tahap 1 sedang dilakukan untuk menguji efek
anti-IL-31 (NCT01614756).
IL-13
RESEPTOR OPIOID
Morfin, suatu analgesik yang kuat, menginduksi atau meningkatkan gatal di
sebagian besar individu yang sehat, antagonis reseptor -opiat menghambat
gatal tapi tidak sakit.
Gatal yang diinduksi oleh morfin mungkin berkaitan dengan fakta bahwa
morfin berikatan dengan reseptor isoform -opioid MOR1D, yang mirip
dengan gastrin-releasing receptor peptida yang berfungsi sebagai sinyal rasa
gatal.
Reseptor -agonis TRK-820 (nalfurafine) menghambat factor pruritogen yang
mengakibatkan keinginan untuk menggaruk, hal ini menunjukkan bahwa
reseptor -opioid mungkin memainkan peran dalam modulasi gatal. TRK-820
telah terbukti efektif dalam mengurangi gatal pada pasien hemodialisa.
KESIMPULAN
Gatal pada DA selalu terjadi bersamaan dengan adanya inflamasi dan
keinginan untuk menggaruk.
Siklus yang berbahaya ini yaitu menggaruk, inflamasi, dan gatal membuat
gatal yang berhubungan dengan DA menjadi problema klinis.
Berbagai komponen yang didiskusikan pada artikel ini dapat digunakan
sebagai target dalam mengurangi rasa gatal pada DA.
Regulasi dari berbagai komponen yang dihasilkan SALT dapat merangsang
respon imunitas pada kulit.
Pembelajaran mengenai komponen SALT, termasuk keratinosit, eosinofiil, dan
berbagai faktor larut seperti IL-31, IL-4, IL-13, dan TSLP, dapat menjadi titik
terang baru untuk mengembang strategi dalam mengobati rasa gatal pada
DA.
TERIMA KASIH