O le h :
N u r N in d i a w a t y R iv a i
Yu n i H e n d r a t i
M a ri a N a t a li a Pu t r i
Narkotika
Alkohol
NAPZA
Psikotropi
ka
Zat Adiktif
Narkotika:
Zat : Heroin(Putauw)
Ganja(Cimeng)
Kokain
Obat : Morfin, Kodein
Alkohol:
Zat : Bir, Vodka, Johnny Walker
Psikotropika:
Zat : Sabu(amfetamin), Ineks(amfetamin)
Obat : Sedatif/ Hipnotik: Pil koplo (Valium, Nipam, Lexo, Mogadon,
L)
Zat adiktif:
Tembakau, kafein, dan lain-lain
Double
Stimulan/Upper
Dapat merangsang
fungsi tubuh dan
meningkatkan
kegairahan kerja
aktif, segar dan
bersemangat.
Contoh:
Amfetamin (shabu,
ekstasi)
Kafein
Kokain
Halusinogen
Menimbulkan efek
halusinasi yg bersifat
mengubah perasaan &
pikiran, seringkali
menciptakan daya
pandang berbeda
sehingga seluruh
perasaan dapat
terganggu.
Golongan ini tidak
digunakan dalam terapi
medis.
Contoh:
Kanabis (ganja)
LSD
Coba-coba
: Memenuhi rasa ingin
tahu
Rekreasi
: Senang-senang
Situasional : Pada keadaan tertentu
Abuse
: Penyalahgunaan
Dependence : Ketergantungan
Addiction
: Kecanduan
MENURUT DSM V,
TERDAPAT 2 JENIS GANGGUAN YG TERKAIT
DNG PENYALAHGUNAAN ZAT (NAPZA), YAITU:
Gangguan
penggunaa
n zat
Intoksikasi
Akibat
reaksi zat
terhadap
tubuh
Akibat
terinduksi
zat
Withdrawal
Akibat sudah
ketergangtungan
tapi kemudian
mendadak tidak
pakai lagi
Gangguan
mental
lainnya yg
terinduksi
obat atau
zat
Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4
Washington DC: American Physiciatric Association; copyright 2000.
th
NARKOTIKA
Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan
atau
perubahan
kesadaran,
hilangnya
rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
-UU RI No.92/1997
Kanabis
Nama Lain
Marijuana
Grass
Pot
Weed
The Mary Jane
Hemp
Chasra
Bhang
Ganja
Dagga
Sinsemilla
Intoksikasi Kanabis
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Intoksikasi Kanabis
A. Penggunaan kanabis baru-baru ini.
B. Perubahan psikologis atau perilaku maladaptif yg secara
klinis signifikan (cth., koordinasi motorik terganggu, euforia,
ansietas, sensasi waktu melambat, daya nilai terganggu,
penarikan sosial) yg timbul selama atau segera setelah
penggunaan kanabis.
C. Dua (atau lebih) tanda berikut timbul dalam waktu 2 jam
setelah penggunaan kanabis:
(1) injeksi konjungtiva
(2) peningkatan nafsu makan
(3) mulut kering
(4) takikardia
D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan
tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain.
Tentukan apakah:
Dengan gangguan persepsi
American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorser: 4ed, Text rev:
Wahington DC: American Psychiatric Association, 2000
TERAPI:
Bila anxietas
Khlordiazepoksid 10-50 mg
peroral dpt diulangi setelah 1 jam
Tempatkan pasien pd ruangan tenang untuk
mengurangi stimulasi
Antipsikotik untuk jangka pendek
-Haloperidol 5 mg/hari dlm dosis terbagi atau
-CPZ 25-150 mg peroral
Keadaan putus ganja pd umumnya ringan &
segera menghilang sendiri dlm waktu yg tidak
terlalu lama.
OPIOID
NEUROFARMAKOLOGI
Reseptor opioid- analgesia,
depresi napas, konstipasi, dan
ketergantungan obat
Reseptor- analgesi, diuresis,
sedasi
Reseptor- analgesia
OPIOID
INTOKSIKASI
A. Baru saja menggunakan opioid
B. Perubahan psikologis atau perilaku maladaptif secara
klinis (misal eforia inisial diikuti apatis, disforia,
agitasi, retardasi psikomotor, daya nilai terganggu
atau hendaya social, pekerjaan) yang terjadi saat
penggunaan atau segera setelah memakai zat.
C. Konstriksi pupil (atau dilatasi akibat anoksia karena
overdosis) dan satu/lebih tanda dari (saat memakai
atau segera setelah pakai) :
1) kesadaran menurun atau coma
2) bicara pelo/slurred
3) gangguan perhatian atau daya ingat
d.
OPIOID
PUTUS OBAT
A. Salah satu hal berikut
1. Penghentian penggunaan opioid yang telah lama
2. Antagonis opioid setelah penggunaan opioid
B. 3 atau lebih beberapa jam/hari setelah kriteria A:
1. Mood disforik
2. Mual muntah
3. Nyeri otot
4. Lakrimasi, rinorea
5. dilatasi popil, piloereksi, berkeringat
6. diare
7. menguap
8. demam
9. insomnia
C. Gejala kriteria B menyebabkan hendaya bermakna
D. Tidak ada penyebab lain
OPIOID
Morfin,Heroin
Meperidin
Metadon
onset 1-3 hari,
berakhir +10-14hari
OVERDOSIS
Bradik
ardia
Hila
ng
resp
on
OVER
DOSE
Hipo
tensi
Hipot
ermi
Kom
a
Pern
afas
an
lamb
at
REHABILIT
ASI
REHABILIT
ASI
ALKOHOL
Minuman yg mengandung etanol
Bir berkadar alkohol 2-5%
Anggur berkadar alkohol 10-14%
Wiski, vodka, brendi berkadar alkohol 4050%
Kadar
Pengaruhnya
alkohol dlm
darah
0,05%
Pengendalian diri &
kemampuan menilai
sesuatu berkurang
100-175 ml 0,1%
Cadel, sempoyongan,
kecekatan tangan
235-355 ml 0,2%
berkurang
430-770 ml 0,45%
Gerak motorik lamban
Kemampuan persepsi
800-1240
0,7%
hilang, koma
ml
Pernapasan & denyut
PENGARUH ALKOHOL
TERHADAP PENGGUNA
Hepar
: Perlemakan
Pankreas
: Pankreatitis
Sal. Cerna
: Gastritis & perdarahan
lambung
Otot
: Kelemahan
Darah
: Anemia
Kel. Endokrin
: Testosteron menurun
Jantung
: Aritmia
Imunitas menurun
Sistem pernapasan : Bronkitis
Hipertensi
SSP
: Ketergantungan, intoksikasi,
putus obat
Definisi
Pria, 2 minuman/hari
Wanita, 1 minuman/hari
Orang > 65 tahun, 1 minuman/hari
Peminum beresiko
Peminum berbahaya
Beresiko mengalami konsukuensi simpang alkohol
Peminum merugikan
Alkohol menyebabkan kerugian fisik atau
psikologis
Kategori
Definisi
Penyalahgunaan
alkohol
Ketergantungan
alkohol
PSIKOTROPIKA
Zat psikoaktif bukan narkotika yg
menyebabkan perubahan khas akitivitas
mental & perilaku.
-UU No.5 th. 1997
PENGGOLONGAN PSIKOTROPIKA
AMFETAMIN
1.
2.
NEUROFARMAKOLOGI
Amfetamin klasik
pelepasan
katekolamin,
terutama dopamin
dari terminal
prasinaptik poten
untuk neuron
dopaminergik yg
berjalan dari area
ventrak ke korteks
serebri dan area
limbik (jaras sirkuit
reward)
mekanisme adiktif
utama untuk
Amfetamin
desainer
pelepasan
katekolamin
(dopamin dan
norepinefrin) serta
serotonin
(nuerotransmiter
sebagai jaras
nuerokimiawi
utama untuk
halusinogen)
campuran efek
amfetamin klasik
+ halusinogen.
Psikologis
Kegelisahan, disforia, insomnia,
iritabilitas,sikap bermusuhan, kebingungan.
Gejala gangguan ansietas : gangguan
ansietas menyeluruh, gangguan panik, ide
rujukan, waham paranoid, halusinasi.
PENANGANAN DAN
REHABILITASI
SEDATIF-HIPNOTIK
Sedatif-hipnotik adalah penekan SSP
Dosis kecil: mengatasi ansietas
Dosis besar: dpt menginduksi tidur
Kelompok sedatif-hipnotik:
-benzodiazepin
- kloralhidrat
-barbiturat
- paraldehid
-bromida
-karbamat
SEDATIF-HIPNOTIK
Benzodiazepin yg sering disalahgunakan:
-nitrazepam
-bromazepam
-fl unitrazepam
-klonazepam
Benzodiazepin & barbiturat bekerja pd
reseptor GABA.
GABA adl neurotransmiter yg mempunyai
sifat menghambat kerja SSP.
SEDATIF-HIPNOTIK
Benzodiazepin mempunyai efek anti kejang &
relaksasi otot
Melalui pengaruhnya thd hipokampus &
amigdala benzodiazepin mempunyai efek
anti ansietas
Karena pengaruhnya pd formatio reticularis
&medula spinalis benzodiazepin berkhasiat
menginduksi tidur & relaksasi otot
PENATALAKSANAAN
Terapi intoksikasi sedatif-hipnotik:
-Terapi simtomatis: untuk mencegah penekanan pernafasan
&
menjaga agar fungsi kardiovaskuler tetap baik infus
NS
-Kumbah lambung bila sedatif-hipnotik ditelan tidak > 6
jam
-Beri pernafasan buatan & O2
Terapi keadaan putus sedatif-hipnotik
- Pada keadaan ketergantungan benzodiazepin
- Detoksifi kasi dilakukan dg cara rawat jalan, dosis
diturunkan
secara bertahap dalam waktu 4 minggu
Tembakau
Kaff ein
Inhalansia & solvent : lem, thiner, aceton, bensin
KAFEIN
Diagnosis
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk
Intoksikasi Kafein
A. Riwayat baru saja mengonsumsi kafein, biasanya melebihi 250 mg (cth. Lebih dari 2-3 cangkir
kopi seduh).
B. Lima (atau lebih) tanda berikut, timbul selama atau segera
setelah penggunaan kafein
1) Gelisah
2) Gugup
3) Kegembiraan
4) Insmonia
5) Muka kemerahan
6) Diuresis
7) Gangguan gastrointestinal
8) Kedutan otot
9) Jalan pikiran dan bicara melantur
10)Takikardi/ aritmia jantung
11)Periode tidak mudah lelah
12)Agitasi psikomotor
C. Gejala pada kriteria B dapat menyebabkan penderitaan atau hendaya fungsi sosial, okupasional,
atau area fungsi penting lain yang signifikan secara klinis.
D. Gejala tidak disebabkan suau kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan mental lain (cth. Suatu gangguan ansietas.)
Gambaran Klinis
50-100mg
Peningkatan kesiagaan
Peningkatan kinerja verbal dan motorik
Diuresis
Stimulasi otot jantung
Peningkatan peristaltik usus
Peningkatan sekresi asam lambung
Peningkatan tekanan
100mg
Euforia ringan (pendorong positif)
300mg
Peningkatan kecemasan dan disforia ringan (tidak bekerja sebagai pendorong pos
>1 gr
Pembicaraan yang melantur, konfusi, aritmia, kelelahan,
agitasi, tinitus, halusinasi visual ringan
>10 gr
Kejang tonik klonik umum, gagal
Putus Kafein
Gejala paling umum sakit kepala dan kelelahan
Gejala lain ansietas, iritabilitas, gejala depresi
ringan, kinerja psikomotor terganggu, mual,
muntah, ketagihan kafein, serta nyeri otot dan
kekakuan
Onset gejala putus kafein 12-24 jam setelah dosis
terakhir, gejala memuncak pada 24-48 jam dan
menghilang dalam 1 minggu
Pasien dengan gejala ansietas, aritmia jantung,
esofagitis, hentikan asupan kafein
Lebih baik untuk berhenti mengonsumsi produk
yang mengandung kafein dalam periode 7 sampai
14 hari daripada berhenti mendadak.
Penanganan
Farmakologis:
Analgesik, seperti aspirin, cukup untuk
mengendalikan sakit kepala dan nyeri otot
akibat kafein
Jika kurang maka dapat digunakan
benzodiasepin dalam dosis kecil untuk
waktu singkat, paling lama 7 sampai 10
hari.
Menurunkan dosis kafein secara bertahap
Menggunakan prosedur substitusi
menggantikan minuman berkafein
dengan minuman lain
NIKOTIN
Nikotin adalah zat yang bersifat adiktif
layaknya kokain dan Heroin ( The Surgeon
Generals Report 1988)
NEUROFARMAKOLOGIK
25% dari nikotin yang diinhalasi saat menghidap
rokok akan mencapai darah, melalui mana
nikotin mencapai otak dalam waktu 15 detik.
Waktu paruh 2 jam
Nikotin dianggap mempunyai sifat mendorong
positif dan adiktif karena nikotin mengaktivasi
jalur dopaminergik yang keluar dari area
tegmental ventral ke korteks serebral dan
sistem limbik
Berat:
Pusing hebat
Tekanan darah turun.
Frekuensi pernafasan menurun
Kejang
Mati karena gagal nafas
th
Terapi
Intoksikasi nikotin
- Terapi simtomatis
- Untuk membantu ekskresi nikotin dpt dilakukan
asidifi kasi dg pemberian amonium khlorida 500 mg
tiap
3-4 jam
Keadaan putus nikotin
- Memerlukan dukungan lingkungan & konseling
- Bila perlu, berikan permen kunyah nikotin dg jml yg
makin menurun dlm wkt 3 minggu.
- Gabungan pengganti nikotin dengan behavior therapy
lebih berhasil
TERIMA KASIH