Oleh:
M. Nauval Marom
Sarah Yasmin R.
Yolenta Andika B.
Pembimbing:
dr. Bogi Pratomo W., Sp.PD-KGEH
ABSTRAK
Ramadhani, Jatrifia. Maulidyananta, Hafishtyawan. Baihaqi, Faathir.
2016. Diverticulosis. Laporan Kasus, Program Studi Pendidikan
Dokter, Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam, Rumah Sakit Umum
dr. Syaiful Anwar. Pembimbing: dr. Syifa Mustika, SpPD
loop
tertutup.
Komplikasi
yang
dapat
muncul
adalah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan
yaitu
pengobatannya
infeksi.
lebih
Sedangkan
rumit
daripada
pada
diare
kronik,
diare akut.
Angka
faktor
risiko,
gejala,
penegakan
diagnosis,
dan
penatalaksanaan ditinjau dari segi teori dan klinis pada pasien dengan diare
kronis?
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui faktor risiko, gejala, penegakan diagnosis, dan
penatalaksanaan ditinjau dari segi teori dan klinis pada pasien dengan diare
kronis
1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk menambah pengetahuan dokter muda rotasi Ilmu Penyakit Dalam
mengenai diare kronis yang merupakan kompetensi 3A sesuai SKDI 2012
melalui metode laporan kasus.
1.4.1 Untuk menambah pengetahuan dokter muda rotasi Ilmu Penyakit Dalam
mengenai mengenai cara pencegahan diare kronis setelah mengetahui
faktor risiko timbulnya diare kronis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare menurut definisi Hippocrates adalah buang air besar dengan
frekuensi yang tidak normal (meningkat), konsistensi tinja menjadi lebih lembek
atau cair (Bagian ilmu kesehatan anak FK UI,1998). Diare merupakan suatu
keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya ditandai
dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari
dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lender darah. (Aziz,
2006).Diare dapat juga didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi
perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan tiga
kali atau lebih perhari. (Ramaiah,2002)
Diare merupakan salah satu gejala dari penyakit
pada sistem
Diare akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya
dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. Menurut Depkes
(2002), diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa
Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
c.
Diare kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama
dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten
atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari
30 hari. Menurut (Suharyono, 2008), diare kronik adalah diare yang
bersifat menahun atau persisten dan berlangsung 2 minggu lebih.
Pada
beberapa
kasus
terdapat
hipoalbuminemia,
spesifik
asam
amino.
Variasi
kepada
kelainan
ini
karet,makanan
diet
dan
pemanis
obat
berupa
mukosa
terjadi
pada
celiac
sprue
atau
distensi
abdomen,
defisiensi
besi,
retardasi
dan
oleh
Giardia,Isospora,Strogyloides
dan
kompleks
tetap
obstruction
of
baik
lymphatic
misalnya
channels.
pada
post
Penyakit
mukosal
ini
dapat
sebagai
suatu:
Sindrom
Carcinoid
yaitu:
substans
intestinal,
vasoaktif
misalnya
sebagai
seratonin,
secretagogue
histamin,
poten
katekolamin,
sekresi
dihubungkan
Achlorhydria
akhlohidria,
vasoaktif
dengan
(WDHA)
intestinal
Watery
yang
hipokalemia,
sering
polypeptide(VIP)
Diarrhea
terjadi
hipomagnesemia,
Hypoklemia
diare
massif,
hiperkalsemia
Medular
pada
thyroid
mungkin
sekali
subepitelial
kolagen
band
pada
colitis
kolagen.
kontraksi
kandung
empedu
dan
membawa
10
dalam
defaksi.
Pada
beberapa
pasien
dijumpai
yang
salah
terhadap
laktsantia.
Pasien
ini
badan
menurun,
hipokalemia.
11
Diare
dapat
disebabkan
oleh
satu
atau
lebih
dari
penghentian
mekanisme
transport ion
aktif
(padaNa+-
dan
usus
besar terhadap
air
dan
garam/elektrolit
terganggu.
7. Eksudasi
cairan,
elektrolit dan
mukus
berlebihan:
terjadi
12
13
intestinal.
Pada pasien tanpa penyakit sistemik, adanya fases yang berisi
cairan atau darah tersamar kemungkinan suatu neoplasma kolon atau
proktitis ulcerative. Terjadinya diare kronik yang berdarah dapat
disebabkan oleh Collitis Ulcerativa atau Chrons Disease. Manisfestasi
ekstraintestinal yang timbul arthritis, lesi pada kulit, uveitis atau
vaskulitis.
Diare yang terjadi pada IBD penyebabnya adalah kerusakan
absorbsi permukaan epitel dan pelepasan kedalam sirkulasi oleh
sekretagogue seperti leukotriens, prostaglandins, histamin dan sitoksin
lain yang merangsang sekresi intestinal atau system saraf enteric.
Diare Inflamasi ditandai dengan adanya demam, nyeri perut,
fases yang berdarah dan berisi lekosit serta lesi inflamasi pada biopsy
mukosa intestinal. Pada beberapa kasus terdapat hipoalbuminemia,
hipoglobulinemia, protein losing enterophaty. Mekanisme inflamasi ini
dapat bersamaan dengan malabsorbsi dan meningkatnya sekresi
intestinal.
Pada pasien tanpa penyakit sistemik, adanya fases yang berisi
cairan atau darah tersamar kemungkinan suatu neoplasma kolon atau
proktitis ulcerative. Terjadinya diare kronik yang berdarah dapat
disebabkan oleh Collitis Ulcerativa atau Chrons Disease. Manisfestasi
ekstraintestinal yang timbul arthritis, lesi pada kulit,uveitis atau
vaskulitis.
Diare Sekretori ditandai oleh volume feses yang besar oleh karena
abnormalita cairan dan transport elektrolit yang tidak selalu berhubungan dengan
makanan yang dimakan. Diare ini biasanya menetap dengan puasa. Pada
keadaan ini tidak ada malabsorbsi larutan. Osmolalitas feses dapat diukur
dengan unsure ion normal tanpa adanya osmotic gap pada feses.
1
14
usus.
5 - Nyeri perut bisa memberat dan berkurang. Nyeri bertambah
saat diare dan kemudian berkurang.
6 - Nyeri bisa berlangsung terus menerus
7 - Demam, menggigil dan tanda-tanda infeksi lain sesuai
dengan penyebab kolitisnya.
2.5 Diagnosis
Pendekatan diagnostik Diare Kronik, anamnesa dan pemeriksaan fisik
yang teliti dapat mendasari katagori patofisiologi yang menuntun diagnosa kerja.
Pemeriksaan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu pemeriksaan tahap awal
(dasar)
yang
sederhana, tinja
meliputi
pemeriksaan darah
pemeriksaan
tahap
awal yaitu
membedakan penderita
menjadi diare organik atau fungsional. Bila dengan pemeriksaan awal ini
belum membantu menunjukkan diagnosis pasti, perlu dilakukan pemeriksaan
lanjutan.
Anamnesis sangat penting dalam menegakkan diagnosis etiologik.
Dalam melakukan anamnesis, perlu ditanyakan hal-hal seperti:
1. Waktu dan frekuensi diare: Diare pada malam hari atau sepanjang
hari, tidak
intermiten,
atau
menunjukkan adanya
penyakit organik. Lama diare kronik kurang dari 3 bulan juga mengarahkan
kita pada penyakit organik. Perasaan ingin buang air besar yang tidak bisa
ditahan mengarah ke penyakit
2. Bentuk tinja:
(steatorea)
menunjukkan
Bila
terdapat
tinja pucat
proksimal
15
ileosekal. Diare seperti air dapat terjadi akibat kelainan pada semua tingkat
sistem pencernaan, tapi terutama dari usus halus.
3. Keluhan
lain yang
menyertai diare:
eksogen, 5 -ASA),
dapat menimbulkan
diare
melalui
16
17
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1
Identitas Pasien
Nama
Tanggal lahir
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Status
Agama
No. Register
MRS
: Tn. LS
: 11-08-1956
: 49 tahun
: Wanita
: Kedungkandang Malang
: Ibu Rumah Tangga
: Menikah
: Islam
: 11283373
: 24 Maret 2016
3.2
Anamnesis (22-03-16)
Autoanamnesa
Keluhan utama :BAB lembek-cair
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan utama BAB lembek-cair, berwarna
kekuningan, air disertai ampas dan lendir. Pasien mengeluhkan BAB lembek-cair
sejak 5 bulan SMRS. BAB cair sebanyak 5-7 kali/hari. Tiap kali BAB volume +
150 cc, volume BAB + 2 gelas/hari. BAB darah (-). Nyeri perut (-) Alergi makanan
(-)
Pasien juga mengeluhkan mual muntah sejak 2 hari SMRS. Nyeri
dirasakan makin memberat 1 hari SMRS. Muntah hingga 10x/hari dengan
volume tiap kali muntah + 100 cc, muntah seperti makanan yang dimakan
disertai lendir. Setiap kali makan pasien merasa mual. Pasien juga mengeluhkan
nyeri di bagian ulu hati (+) dada terasa panas (+)
18
BP
PR = 110 bpm
140/90
RR
15
Tax : 36,0C
tpm
mmHg
General appearance: Moderately ill
Head
Meningeal sign -
Neck
19
Chest
Heart:
Lung:
Abdomen
Extremities
Warm acral
Edema - -
Rectum
Anemis +
2.4
Hematologi
Hasil Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Hemoglobin
Eritrosit
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
4.3 g/dL
1,45 106/mL
9,03 103/mL
12,1 %
99 106/mL
83.4 fL
29,7 pg
35,5 g/dL
11,4-15,1 g/dL
4,0-5,0
4,7-11,3
38-42
142-424
80-93
27-31
32-36
20
Posisi
AP,
Paru: normal
21
Haemorroid Interna
Normal Caecum
22
23
Problem
List
1. Chronic 1. 1. Kolitis
2. 2. DM enteropati
Diarrhea
Wanita / 49 tahun
Anamnesa:
-
Initial Diagnose
Planning
Planning Therapy
Diagnose
-
NS
and
education
Monitoring:
0,9% -
vs,
KIE
tentang
lunak penyakit,
prognosa,
2:1 20 tpm
Diet
1800kkal/hari
IVFD
Monitoring
komplikasi
darah (-)
Pem.fisik:
Abdomen:
BU (+) meningkat
Pem. Penunjang
Kolonoskopi: kolitis
non-
spesifik
Wanita / 49 tahun
1. 2. Dyspepsia3. 2.1. Gastritis
Anamnesa:
4. 2.2 Peptic Ulcer
Syndrome
- Mual muntah (+) sejak 6 hari
Endoskopi
IVFD
NS
0,9% -
Monitoring:
24
VS,
SMRS.
Muntah
makanan
Disease
seperti
yang
dimakan
2:1 20 tpm
-
pahit.
Muntah
singkong
kunyit
&
tentang
lunak penyakit,
prognosa,
komplikasi
Inj. Lansoprazole
1x30 mg
100 cc
- Nyeri dada & nyeri ulu hati
mengkonsumsi
Diet
KIE
1800kkal/hari
(+)
Riwayat
Inj.
Metoklopramide
3x10 mg
dalam
waktu lama
Pem.fisik:
Nyeri tekan
epigastrium
(+)
Wanita / 49 tahun
2. 3.
Anamnesa:
- Riwayat DM (+) sejak 5
bulan
yang
kontrol,
OAD
sebelum
lalu.
Rutin
5. 3.1 DM Tipe II
6. 3.2 Reactive
Hiperglikemia
state
Captopril
3x12.5 VS
mg
Furosemid 20 mg
tab (20-0-0)
mengkonsumsi
yang
makan,
diminum
pasien
25
lupa namanya.
Pem. Fisik:
Pem. Penunjang:
GDS: 332 mg/dL
GD 2 jam PP: 299 g/dL
26
BAB IV
PEMBAHASAN
Teori
Kasus
Faktor risiko
Pada pasien terdapat faktor risiko
- Usia
divertikulosis yakni:
Usia <40 tahun ditemukan 2-5%,
- Usia pasien 72 tahun
usia 60 tahun 30%, usia >70 tahun
- Riwayat kekurangan intake
50%, dan usia >80 tahun 80%
- Diet kurang serat
sayur
dan
buah
yang
Gambaran klinis
Pada pasien ini didapatkan keluhan
- Hematokezia
utama berak darah dan juga nyeri pada
- Nyeri perut terutama pada LLQ
lapang perut kiri bawah dan tengah
- Anemis
- Bising usus meningkat atau
bawah. Selainitu, didapatkan juga
menurun
keluhan
badan
lemas
yang
kemungkinan disebabkan oleh kondisi
Hasil lab:
Anemia normokromik
normositer
Pada
pemeriksaan
fisis
padat.
Tidak
ada
demam
pemeriksaan
lab
didapatkan
Bisa
teraba
kuadran
kiri
bawah,
tegang
dapat
pada
teraba
yang
terkena.
Pada
dilakukan
rectal
pemeriksaan
fisis
touch
dalam
rectum
untuk
adanya
nyeri
tekan,
ke
mengetahui
penyumbatan,
maupun
darah.
27
daerah rektum.
28
Tatalaksana
Non-farmakologis
- Serat dengan
-
Pada
intake
30-40
ditatalaksana
dan
biji-bijian,
dan buah-buahan.
dengan
canule.
3x500mg
stabilisasi
IV
Injeksi
Kalnex
diberikan
untuk
Farmakologis
PPI untuk menormalkan pH
sehingga
pembekuan
darah
mual,
dan
injeksi
koagulasi hingga
faktor
asam
juga
>6
dan
menjaganya
pada
diberikan
meningkatkan
-
diverticulosis
ini,
kasus
darah.
Terapi simtomatis dapat juga
diberikan untuk mengatasi nyeri
maupun mual muntah pada
pasien. Untuk mengatasi mual
muntah
dapat
antidopaminergik
diberikan
dan
untuk
motilitas
usus
dilakukan
evidence
karena
seperti
adalah
koreksi
29
yang
memerlukan
operasi
segera
yang
sigmoid,
dan
sakit,
biasanya
kolon
pengangkatan
kolon
30
31
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Penyakit divertikular (PD) merupakan kelainan dimana terjadi herniasi
mukosa/submukosa dan hanya dilapisi oleh tunika serosa pada lokasi
dinding kolon yang lemah yaitu tempat dimana vasa rekta menembus
dinding kolon.Divertikuliti: merupakan perforasi dari divertikel yang
diikuti oleh infeksi dan inflamasi.
2. Prevalensi dan insidensi PD semakin meningkat seiring pertambahan
usia.
3. Gambaran klinis seringnya asimtomatik. Gejala yang sering
terjadi adalah nyeri epigastrik yang tidak spesifik, rasa
kembung , perdarahan, obstruksi Intestinal, perforasi dan
abses terlokalisir, malabsorbsi, anemia.
4. Pada pemeriksaan fisis didapatkan nyeri tekan lokal ringan dan sigmoid
sering dapat diraba sebagai struktur padat ataumassa seperti sosis
yang tegang pada sigmoid. Padarectal touch didapatkan nyeri tekan,
penyumbatan, maupun darah.
5. Pemeriksaan penunjang pada divertikulosis melalui Barium Enema dan
Kolonoskopi.
6. Tatalaksana dilakukan dengan modifikasi diet, pemasangan NGT,
antispasmodic oksifensiklimin (daricon), antibiotic spektrum luas,
protein pump inhibitor. Selain itu dilakukan pembedahan pada pasien
yang menunjukkan tanda-tanda peritonitis atau obstruksi loop tertutup.
DAFTAR PUSTAKA
32
33