Pertemuan 10 - Pengolahan Lumpur (Anaerobic Digestion)
Pertemuan 10 - Pengolahan Lumpur (Anaerobic Digestion)
PERTEMUAN 10
PENANGANAN LUMPUR (1)
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS SAHID JAKARTA, 2016
OLEH: FANNY NOVIA,
ST, MT
Pengertian Lumpur
Lumpur atau residu solid merupakan produk akhir dari
pengolahan air limbah, baik yang berasal dari pengolahan
biologi atau pengolahan kimia. Lumpur dapat dihasilkan
dari berbagai macam proses dan masing-masing lumpur
mempunyai karakteristik masing-masing, seperti dalam
hal konsentrasi solid dan kemudahan dalam biodegradasi.
Penanganan Lumpur
Lumpur yang dihasilkan dari pengolahan air buangan
sebaiknya diolah untuk mengurangi volume dan apabila
dibuang maka proses pembuangannya tidak membahayakan
bagi lingkungan. Proses untuk menstabilkan lumpur dan
mengurangi volumenya disebut dengan proses handling
(penanganan). Secara umum, jenis penanganan lumpur
terdiri dari thickening, digestion, dewatering dan sludge
disposal.
Tujuan Penanganan
Jenis Lumpur
Jenis lumpur yang dihasilkan dari IPAL antara lain:
1. Raw or primary sludge, yaitu lumpur yang berasal dari
primary settling atau dari air limbah yang belum diolah
2. Waste activated slude, yaitu lumpur yang dihasilkan dari
proses lumpur aktif
3. Trickling filter secondary sludge, yaitu lumpur yang berasal
dari efluen trickling filter
4. Secondary sludge, yaitu lumpur yang berasal dari secondary
clarifier yang berasal dari lumpur aktif atau trickling filter
5. Fresh sludge, yaitu sludge organik yang belum diolah
6. Digested sludge, yaitu lumpur yang sudah melewati proses
oksidasi biologi
7. Dewatered sludge yaitu lumpur yang sebagian besar
kandungan airnya sudah hilang
Anaerobic Digestion
Anaerobic Digestion
Kandungan volatil dari lumpur biasanya tinggi, tergantung
pada jenis lumpur. Primary sludge dan lumpur yang
berasal dari lumpur aktif biasany memiliki kandungan
volatil sebesar 65 75 %, sedangkan lumpur yang berasal
dari trickling filter sekitar 45 70%. Setelah pengolahan
anaerob digestion biasanya kandungan volatil lumpur akan
berkurang sekitar 32 48 %.
Anaerob digester biasanya berupa bangunan tangki
konkret beton silinder dengan kedalaman 18-24 ft dan
diameter 15-125 ft.
Temperatur
Pencernaan anaerobik dapat terjadi dalam dua rentang suhu
utama:
- Kondisi mesofilik, antara 20-45 C, biasanya 35 C
- Kondisi termofilik, antara 50-65 C, biasanya 55 C.
Suhu optimum pencernaan dapat bervariasi tergantung
pada komposisi bahan baku dan jenis digester, tetapi dalam
proses AD kebanyakan harus konstan untuk
mempertahankan tingkat produksi gas. Digester termofilik
lebih efisien dalam hal waktu retensi, loading rate dan
jumlah produksi gas, tapi membutuhkan masukan panas
yang lebih tinggi dan memiliki sensitivitas yang lebih besar .
Waktu Retensi
Waktu retensi adalah waktu yang
diperlukan untuk mencapai degradasi
optimumbahan organik. Waktu retensi
bervariasi sesuai dengan parameter
proses, seperti prosessuhu dan komposisi
limbah. Waktu retensi untuk limbah
dilakukan dengan mesofilikdigester
berkisar dari 15 sampai 30 hari dan 12-14
hari untuk termofilik digester
Mixing
Pencampuran, dalam digester, meningkatkan kontak
antara
mikro-organisme
meningkatkan
kemampuan
dan
substrat
dan
bakteri
untuk
populasi
buih
dalam
dan
pengembangan
digester.
Namun
gradien
pencampuran