Anda di halaman 1dari 20

SATUAN PROSES

PERTEMUAN 10
PENANGANAN LUMPUR (1)

Pengertian Lumpur
Lumpur atau residu solid merupakan produk akhir dari
pengolahan air limbah, baik yang berasal dari pengolahan
biologi atau pengolahan kimia. Lumpur dapat dihasilkan
dari berbagai macam proses dan masing-masing lumpur
mempunyai karakteristik masing-masing, seperti dalam
hal konsentrasi solid dan kemudahan dalam biodegradasi.

Penanganan Lumpur
Lumpur yang dihasilkan dari pengolahan air buangan
sebaiknya diolah untuk mengurangi volume dan apabila
dibuang maka proses pembuangannya tidak membahayakan
bagi lingkungan. Proses untuk menstabilkan lumpur dan
mengurangi volumenya disebut dengan proses handling
(penanganan). Secara umum, jenis penanganan lumpur
terdiri dari thickening, digestion, dewatering dan sludge
disposal.

Tujuan Penanganan

Tujuan utama penanganan lumpur adalah:


1. Mengurangi kadar polutan dalam lumpur

baik secara kuantitas maupun kualitas


2. Mereduksi volume atau berat lumpur

sehingga memudahkan handling

Jenis Lumpur
Jenis lumpur yang dihasilkan dari IPAL antara lain:
1. Raw or primary sludge, yaitu lumpur yang berasal dari
primary settling atau dari air limbah yang belum diolah
2. Waste activated slude, yaitu lumpur yang dihasilkan dari
proses lumpur aktif
3. Trickling filter secondary sludge, yaitu lumpur yang berasal
dari efluen trickling filter
4. Secondary sludge, yaitu lumpur yang berasal dari secondary
clarifier yang berasal dari lumpur aktif atau trickling filter
5. Fresh sludge, yaitu sludge organik yang belum diolah
6. Digested sludge, yaitu lumpur yang sudah melewati proses
oksidasi biologi
7. Dewatered sludge yaitu lumpur yang sebagian besar
kandungan airnya sudah hilang

Anaerobic Digestion

Anaerobic digestion merupakan pengolahan lumpur yang


memanfaatkan mikroba untuk mendegradasi bahan organik
pada kondisi anaerob. Dengan proses digestion ini, maka
volume lumpur dapat dikurangi dan kandungan volatile
solid juga dapat berkurang. Proses anaerobic digestion
paling banyak diterapkan dalam pembuatan biogas dari
lumpur tinja ataupun dari kotoran sapi, dimana komposisi
utama hasi dari pengolahan biogas adalah gas metan.

Anaerobic Digestion
Kandungan volatil dari lumpur biasanya tinggi, tergantung
pada jenis lumpur. Primary sludge dan lumpur yang
berasal dari lumpur aktif biasany memiliki kandungan
volatil sebesar 65 75 %, sedangkan lumpur yang berasal
dari trickling filter sekitar 45 70%. Setelah pengolahan
anaerob digestion biasanya kandungan volatil lumpur akan
berkurang sekitar 32 48 %.
Anaerob digester biasanya berupa bangunan tangki
konkret beton silinder dengan kedalaman 18-24 ft dan
diameter 15-125 ft.

Proses Anaerobic Digestion


Anaerobic digestion memanfaatkan kemampuan mikroba untuk
tetap subur dan tumbuh pesat dalam keadaan tidak ada oksigen
dan terdapat ketersediaan nutrien. Bahan organik akan menjadi
makanan untuk mikroba, dan mikroba akan mengubahnya
menjadi material yang teroksidasi dan beberapa jenis gas
sebagai produk akhir seperti metan dan karbon dioksida.
Organic matter + combined oxygen ---------> new cells + energi
+CH4 + CO2 + produk akhir lainnya
Yang dimaksud dengan combined oxygen adalah yang berasal
dari gabungan CO3-2 , SO4-2 , NO3-1 , PO4-3

Proses Anaerobic Digestion

Tahapan pada saat mikroba mendegradasi bahan organik adalah


sebagai berikut:
1. Liquefaction of solid
2. Digestion of soluble solid
3. Gas production
Proses digestion dilakukan oleh 2 jenis mikroba yaitu:
4. The organic-acid-forming heterotroph (Pseudomonas,
Flavobacterium, Alcaligenes, Escheria dan Aerobacter)
5. The methane-producing heterotroph (Methanococcus,
Methanobacterium dan Methanoscarcina)

Proses Anaerobic Digestion


1. Liquefaction atau Hydrolysis
Pada tahap awal hidrolisis (bakteri fakultative),
mengubah bahan organik kompleks insoluble seperti
selulosa, menjadi molekul soluble seperti gula, asam
amino dan asam lemak.
Reaksi hidrolisis adalah sebagai berikut:
-. Lipid asam lemak
-. Polysaccharides monosaccharides
-. Protein asam amino
-. Nucleic acids purin dan pyrimidine

Proses Anaerobic Digestion


2. Acetogenesis
Pada tahap kedua, bakteri acetogenic (biasanya
dikenal sebagai pembentuk asam), mengubah
produk dari tahap hidrolisis menjadi asam organik
sederahana, karbondioksida dan hidrogen. Jenis
asam utama yang dihasilkan adalah acetic acid
(CH3COOH), propionic acid (CH3CH2COOH), butyric
acid (CH3CH2CH2COOH), and ethanol (C2H5OH).
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2

Proses Anaerobic Digestion


3. Methanogenesis
Pada tahap ketiga ini, maka bakteri yang biasanya dikenal
dengan pembentuk metan (methanogens) akan
menghasilkan metan dengan 2 cara yaitu:
- Memecah acetic acid menjadi karbondioksida dan metan
- Mereduksi karbondioksida dengan hidrogen
Reaksi yang terjadi adalah:
CH3COOH CH4 + CO2
2C2H5OH + CO2 CH4 +2CH3COOH
CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O

Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Anaerobic Digestion

1. Komposisi volatil solid


2. pH level
3. Temperatur
4. C/N ratio
5. Kandungan total solid
6. Waktu retensi
7. Mixing

Temperatur
Pencernaan anaerobik dapat terjadi dalam dua rentang suhu
utama:
- Kondisi mesofilik, antara 20-45 C, biasanya 35 C
- Kondisi termofilik, antara 50-65 C, biasanya 55 C.
Suhu optimum pencernaan dapat bervariasi tergantung
pada komposisi bahan baku dan jenis digester, tetapi dalam
proses AD kebanyakan harus konstan untuk
mempertahankan tingkat produksi gas. Digester termofilik
lebih efisien dalam hal waktu retensi, loading rate dan
jumlah produksi gas, tapi membutuhkan masukan panas
yang lebih tinggi dan memiliki sensitivitas yang lebih besar .

Waktu Retensi
Waktu retensi adalah waktu yang
diperlukan untuk mencapai degradasi
optimumbahan organik. Waktu retensi
bervariasi sesuai dengan parameter
proses, seperti prosessuhu dan komposisi
limbah. Waktu retensi untuk limbah
dilakukan dengan mesofilikdigester
berkisar dari 15 sampai 30 hari dan 12-14
hari untuk termofilik digester

C/N ratio dan pH


Hubungan antara jumlah yang karbon dan nitrogen di
bahan organik diwakili oleh C: N. Rasio optimum C:N
dalam digester anaerob antara 20 dan 30. Rasio C: N
yang rendah menyebabkan amonia terakumulasi dan
nilai pH melebihi 8,5, yang bersifat racun terhadap
bakteri methanogenic.
Nilai pH optimal untuk tahap acidogenesis dan
metanogenesis berbeda. PH rendah dapat menghambat
acidogenesis dan pH di bawah 6,4 bisa menjadi racun
untuk bakteri pembentuk metana (kisaran optimal untuk
metanogenesis adalah antara 6,6 dan 7).kisaran pH
optimal untuk semua adalah antara 6,4 dan 7,2 .

Mixing
Pencampuran, dalam digester, meningkatkan kontak
antara

mikro-organisme

meningkatkan

kemampuan

dan

substrat

dan

bakteri

untuk

populasi

memperoleh nutrisi. Percampuran juga mencegah


pembentukan
temperatur

buih

dalam

dan

pengembangan

digester.

Namun

gradien

pencampuran

yang berlebihan dapat mengganggu mikro-organisme


dan oleh karena itu Pencampuran lambat lebih disukai.

Proses Anaerobic Digestion


Mikroba penghasil metan akan menggunakan
asam organik yang sebelumnya dihasilkan
oleh mikroba penghasil asam kemudian
menghasilkan metan dan kerbondioksida.
Mikroba penghasil metan ini tumbuh lebih
lambat dan membutuhkan pH yang tepat
untuk lingkungan hidupnya yaitu 6,7 7,4.
gas metan yang dihasilkan adalah sekitar 5575 %, gas karbondioksida adalah 25-45 %.

Anda mungkin juga menyukai