Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN TB PARU


EMEN GUNAWAN

UPTD KESEHATAN PUSKESMAS BAREGBEG


DINAS KESEHATAN KABUPATEN CIAMIS
2016
1

Penyakit infeksi menular


yg disebabkan oleh
kuman Mycobacterium
tuberculosis
Kuman menyerang Paru
dan dapat juga
mengenai organ tubuh
lain
(Dep Kes, 2003)
2

Penyebab TB Paru adalah bakteri

Mycobacterium tuberculosis
Mempunyai ciri dan sifat :
Bentuk batang
Tahan terhadap asam
pewarnaan
Cepat mati dengan sinar
matahari langsung
Dapat bertahan hidup
ditempat gelap dan lembab.
3

Herediter
Jenis kelamin
Usia
Diit yang tidak adekuat.
Keadaan stress
Meningkatnya sekresi steroid adrenal
Anak yang mendapat terapi
kortikosteroid
Nutrisi
Infeksi berulang
4

Penderita
TB batuk,
bersin,
atau bicara
Inang baru
terinfeksi

Bakteri
menggandaka
n diri

Droplet
bakteri
jatuh di
lantai
Droplet
masuk
alveoli

Inang sensitif
pada tes
tuberkulin

Droplet
bakteri
menguap
oleh angin
Droplet
terhirup
oleh orang
sehat
Infeksi
menyebar
5

Menurut Dep.Kes (2003)


1. Berdasarkan organ yang terinvasi
a. TB Paru : TB Paru BTA Positif
TB Paru BTA Negatif
b. TB Ekstra Paru : Ringan
Berat
2. Berdasarkan tipe penderita
a. Kasus Baru
b. Kambuh (relaps)
c. Pindahan (transfer in)
d. Kasus berobat setelah lalai
(default/drop out)
6

1.

Gejala respiratorik
a. Batuk
b. Batuk darah
c. Sesak Nafas
d. Nyeri dada

2.

Gejala sistemik : Demam dan Gejala


lain

3.

Gejala klinis Hemoptoe :


a. Batuk darah
b. Muntah darah
c. Epistaksis
7

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pemeriksaan sputum
Pmeriksaan Tuberculin
Pemeriksaan Rontgen Thoraks
Pemeriksaan CT Scan
Radiologis TB Paru Milier
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Rontgen Thoraks

Pencegahan TB Paru
1. Pemeriksaan Kontak
2. Mass chest X-ray
3. Vaksinasi BCG
4. Kemoprofilaksis dengan
menggunakan INH 5 mg/kgBB
5. Komunikasi, informasi, dan
edukasi (KIE)
10

1.
2.

Fase Intensif (2-3 bulan)


Fase lanjutan (4-7 bulan)

Tipe Penderita TB :
1. Kategori I (2HRZE/4H3R3)
2. Kategori II ( HRZE/5H3R3E3 )
3. Kategori III ( 2HRZ/4H3R3 )
4. Kategori IV
11

1.
2.
3.
4.
5.

Isoniazid (INH)
Rifampisin (R)
Pirazinamid (Z)
Streptomisin (S)
Etambutol (E)

12

Komplikasi Dini :
Pleuritis
Efusi Pleura
Empiema
Faringitis
Komplikasi lanjut :
Obstruksi jalan nafas
Kerusakan parenkim berat
13

14

a.
b.
c.

Pengkajian
Diagnosa
Intervensi
Keperawatan

15

1.
2.

Data Demograf
Riwayat Sakit dan Kesehatan :
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit saat ini
Riwayat Penyakit dahulu
Riwayat Penyakit keluarga
Pengkajian Psiko-sosio-spiritual

16

Keadaan Umum dan Tanda-tanda


Vital
B1 (breathing)
Inspeksi : Bentuk dada dan
pergerakan pernapasan. Batuk dan
sputum. Gerakan dinding thoraks
anterior/ekskrusi pernapasan.
Getaran suara (fremitus vokal)
17

Perkusi
Pada klien dengan TB paru minimal
tanpa komplikasi, biasanya akan
didapatkan resonan atau sonor
pada seluruh lapang paru.
Auskultasi
bunyi napas tambahan (ronkhi)
pada sisi yang sakit.
18

B2
B3
B4
B5
B6

(Blood)
(Brain)
(Bladder)
(Bowel)
(Bone)
19

Bersihan
jalan
nafas
tak
efektif,
berhubungkan dengan sekret kental /
sekret darah, kelemahan, upaya batuk
buruk, edema tracheal / faringeal dapat
ditandai dengan:
Frekuensi pernafasan, irama, kedalaman
tak normal.
Bunyi nafas tak normal, ( ronchi, mengi )
stridor.
Dispnoe.
Rencana jangka pendek :
membersihkan nafas pasien.
mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
Rencana

jangka

panjang

Menunjukan20


1. Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi, bantu pasien untuk latihan nafas

dalam.
2. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea ; pengisapan sesuai dengan keperluan.
3. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif, catat karakter,
jumlah sputum dan adanya hemoptisis.
4. Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman
serta penggunaan otot aksesori.
Rasionalisasi
1. Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya

pernafasan
2. Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal ( misalnya ; efek infeksi dan atau tidak
adekuat hydrasi )
3. Mencegah obstruksi / aspirasi, penghisapan dapat diperlukan bila pasien tidak
mampu mengeluarkan sekret.
4. Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronchi, mengi,
menunjukan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan
nafas yang dapat menimbulkan pengguanaan otot aksesori pernafasan dan
peningkatan kerja pernafasan.
21

Gangguan pertukaran gas berhubungan


dengan penurunan permukaan
efektif, atelektasis, kerusakan
membran alveolar kapiler, sekret
kental, tebal, dan edema bronchial.
Rencana jangka pendek : Menunjukan
perbaikan ventilasi dan oksigenisasi
jaringan adekuat dengan GDA dalam
rentang normal.
Rencana jangka panjang : Bebas dari
gejala distres pernafasan.
22

Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri

sesuai dengan keperluan.


Tunjukan / dorong bernafas bibir selama ekhalasi, khususnya untuk pasien dengan
fbrosis atau kerusakan parenkhim.
Kaji diespnoe, tachipnoe, tak normal / menurunnya bunyi nafas, peningkatan
upaya pernapasan, terbatasnya ekspansi dinding dada & kelemahan.
Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan / atau perubahan
pada warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.
Rasionalisasi.
Menurunkan konsumsi O2 / kebutuhan selama periode penurunan pernafasan
dapat menurunkan beratnya gejala.
Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps / penyempitan
jalan nafas, sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan
menghilangkan / menurunkan nafas pendek.
TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronchopneomonia
sampai inflamasi difus luas, necrosis, effusi pleural dan fbrosis luas, efek
pernafasan dapat dari ringan sampai diespnoe berat sampai diestres pernafasan.
Akumulasi sekret / pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenisasi organ
vital dan jaringan.

23

Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivitas


ulang ) berhubungan dengan pertahanan
primer tak adekuat, penurunan kerja silia /
statis sekret, penurunan pertahanan /
penekanan proses imflamasi, malnutrisi,
kurang pengetahuan untuk menghindari
pemajanan patogen.
Tujuan jangka pendek : Mengidentifkasi
intervensi untuk mencegah / menurunkan
resiko penyebaran infeksi.
Tujuan jangka panjang : Menunjukan tehnik /
melakukan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang aman.
24

1. Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tissue &

menghindari meludah di tempat umum serta tehnik mencuci tangan


yang tepat.
2. Kaji patologi / penyakit ( aktif / tak aktif diseminasi infeksi melalui
bronchus untuk membatasi jaringan atau melalui aliran darah / sistem
limfatik ) dan potensial penyebaran melalui droplet udara selama
batuk, bersin, meludah,bicara, dll.
3. Identifkasi orang lain yang beresiko, contoh anggota rumah, anggota,
sahabat karib / teman.
Rasionalisasi.
Perilaku yng diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi dapat
membantu menurunkan rasa terisolir pasien & membuang stigma sosial
sehubungan dengan penyakit menular.
2. Membantu pasien menyadari / menerima perlunya mematuhi program
pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang / komplikasi.
pemahaman begaiman penyakit disebarkan & kesadaran kemungkinan
tranmisi membantu pasien / orang terdekat mengambil langkah untuk
mencegah infeksi ke orang lain.
3. Orang orang yang terpajan ini perlu program therapy obat untuk
25
mencegah penyebaran infeksi.
1.

26

Anda mungkin juga menyukai