Anda di halaman 1dari 30

Pengantar Anestesi dan Aspek Medikolegal

ORI APRISIA PUTRI


I11108023

PENGANTAR ANESTESI
Anestesi (pembiusan; berasal dari
bahasa Yunani an-"tidak, tanpa dan
aesthtos, "persepsi, kemampuan untuk
merasa"), secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.

Klasifikasi
anestesi ini dibedakan menjadi tiga golongan
yaitu
- Anestesi lokal,
- Anestesi regional,
- Anestesi umum

Anestesi lokal
Anestesi lokal adalah tindakan pemberian obat yang
mampu menghambat konduksi saraf (terutama nyeri)
secara reversibel pada bagian tubuh yang spesifik.
Pada anestesi umum, rasa nyeri hilang bersamaan
dengan hilangnya kesadaran penderita. Sedangkan
pada anestesi lokal (sering juga diistilahkan dengan
analgesia lokal), kesadaran penderita tetap utuh dan
rasa nyeri yang hilang bersifat setempat.

Anestesi lokal
Anestesi lokal bersifat ringan
Digunakan untuk tindakan yang hanya perlu
waktu singkat. Oleh karena efek mati rasa yang
didapat hanya mampu dipertahankan selama
kurun waktu sekitar 30 menit seusai injeksi.

Anestesi regional
Dibagi menjadi 2 bagian :
- Blok sentral (neuro aksial) meliputi blok spinal,
epidural dan kaudal
- Blok perifer (blok saraf) misalnya blok pleksus
brakialis, aksiler,analgesia regional intravena

Analgesia spinal
Pemberian obat anestetik lokal kedalam ruang
subaraknoid.
Anestesia spinal diperoleh dengan cara
menyuntikan anestesik lokal kedalam ruang
subaraknoid.

Anestesi umum
Anestesi umum (general anestesi) atau bius total
disebut juga dengan nama narkose umum (NU).
Anestesi umum adalah meniadakan nyeri secara
sentral disertai hilangnya kesadaran yang bersifat
reversibel.
Anestesi umum biasanya dimanfaatkan untuk tindakan
operasi besar yang memerlukan ketenangan pasien dan
waktu pengerjaan lebih panjang.
Cara kerja anestesi umum selain menghilangkan rasa
nyeri, menghilangkan kesadaran, dan membuat
amnesia, juga merelaksasi seluruh otot.

ASA (American Society of Anesthesiologists)


- ASA 1
Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain penyakit yang akan dioperasi.
- ASA 2
Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan sampai dengan sedang selain penyakit yang akan dioperasi.
Misalnya diabetes mellitus yang terkontrol atau hipertensi ringan
- ASA 3
Pasien memiliki kelainan sistemik berat selain penyakit yang akan dioperasi, tetapi belum mengancam jiwa.
Misalnya diabetes mellitus yang tak terkontrol, asma bronkial, hipertensi tak terkontrol
- ASA 4
Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang mengancam jiwa selain penyakit yang akan dioperasi. Misalnya
asma bronkial yang berat, koma diabetikum
- ASA 5
Pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan anestesi mungkin saja dapat menyelamatkan tapi
risiko kematian tetap jauh lebih besar. Misalnya operasi pada pasien koma berat
- ASA 6
Pasien yang telah dinyatakan telah mati otaknya yang mana organnya akan diangkat untuk kemudian
diberikan sebagai organ donor bagi yang membutuhkan.
Untuk operasi darurat, di belakang angka diberi huruf E (emergency) atau D (darurat), mis: operasi apendiks
diberi kode ASA 1.E

Stadium Anestesia
Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu;
Stadium I (stadium induksi atau eksitasi volunter), dimulai
dari pemberian agen anestesi sampai menimbulkan
hilangnya kesadaran.
Stadium II (stadium eksitasi involunter), dimulai dari
hilangnya kesadaran sampai permulaan stadium
pembedahan. Pada stadium II terjadi eksitasi dan gerakan
yang tidak menurut kehendak, pernafasan tidak teratur,
inkontinensia urin, muntah, midriasis, hipertensi, dan
takikardia.

Stadium Anestesia
Stadium III (pembedahan/operasi), terbagi dalam 3 bagian yaitu;
Plane I yang ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya
anggota gerak. Tipe pernafasan thoraco-abdominal, refleks pedal
masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva dan kornea
terdepresi. Plane II, ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan
bola mata ventro medial semua otot mengalami relaksasi kecuali otot
perut. Plane III, ditandai dengan respirasi regular, abdominal, bola
mata kembali ke tengah dan otot perut relaksasi.
Stadium IV (paralisis medulla oblongata atau overdosis),ditandai
dengan paralisis otot dada, pulsus cepat dan pupil dilatasi. Bola mata
menunjukkan gambaran seperti mata ikan karena terhentinya sekresi
lakrimal.

Persiapan sebelum operasi

A. Evaluasi sebelum operasi


B. Obat-obatan sebelum pembiusan
C. Infus Intravena
D. Monitor pembiusan

Evaluasi sebelum operasi


Tujuan: mendapatkan kondisi pasien yang
psikis maupun fisik.

terbaik,baik

1. Wawancara (anamnesis)
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium
4. Persetujuan (Informed consent)
5. Klasifikasi status fisik pasien (ASA)

Premedikasi
Tujuan: memberikan kenyamanan bagi pasien,
dengan cara:
1. mengurangi salivasi (keluarnya air liur)
2. mengurangi sekresi bronkial (dahak)
3. meminimalkan timbulnya reflek vagal
4. mengontrol hipertensi (darah tinggi)
5. mencegah mual dan muntah
6. mencegah aspirasi (tersedak)
7. mencegah infeksi

Infus Intravena
Ukuran&nomor jarum infuskondisi medis
pasien dan jenis operasi
Biasanya di pasang di tangan (lengan bawah)
Kegunaan :
Jalan masuk obat
Tranfusi darah

Monitor selama pembiusan


Tujuan :
1. Respon pasien terhadap pembiusan dan
operasipemantauan perubahan napas,
denyut jantung, tekanan darah, dll
2. Perubahan fisiologik; hilangnya darah,
hipotermi, hipertensi, aritmia, dll
3. Keadaan tidak terduga infark miokard,
obstruksi jalan napas
4. Menilai jalannya pembiusan dan mencegah
terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diinginkan)

Induksi
Suatu keadaan peralihan dari kondisi bangun,
sadar dengan reflek perlindungan yang nyata
tidak sadar, bergantung ahli anestesi
Metode induksi ditentukan oleh: kondisi medis
pasien, prosedur operasi, tingkat kecemasan,
kemampuan kooperasi dan komunikasi, serta
keadaan lambung.

Teknik induksi
1. Intravena (melalui infus)
2. Inhalasi (melalui gas)
3. Intramuskuler (suntik)

PEMELIHARAAN
Menjaga kedalaman anestesi mulai saat pasien sudah
mendapat kedalaman anestesi yang cukup untuk memulai
pembedahan, sampai pembedahan selesai.

Menggunakan gas anestesi


Analgesi
Relaksan
Pernafasan : spontan atau kontrol?
Terpenuhi kebutuhan cairan

PULIH SADAR
Peralihan dari kondisi terbius menjadi
kondisi sadar penuh.
Dinilai :
Tingkat kesadaran
Reflek perlindungan (batuk)
Kondisi syaraf
Kondisi jantung (hemodinamik)
Pernafasan spontan

Transportasi
Ruang pulih sadar

BAIK

BANGSAL

PERAWATAN KHUSUS

ICCU

ICU

ASPEK MEDIKOLEGAL

Aspek medikolegal
Resiko Medis adalah Suatu hal yang tidak diharapkan terjadi
dalampraktik kedokteran.
Benefit > Risk
Risk > benefit
tetapi tindakan medis itu merupakan satu-satunya cara untuk
menyelamatkan pasien
Penyebab :
Hasil dari perjalanan penyakit (tidak ada hubungannya dengan
tindakan medis)
Resiko yang tidak dapat diketahui sebelumnya.
Resiko yang telah diketahui sebelumnya dan dianggap dapat
diterima dan di informasikan pasien melalui Informedconsent

Informed consent
Merupakan persetujuan atau izin oleh pasien
atau keluarga yang berhak kepada dokter untuk
melakukan tindakan medis terhadap pasien.
Tujuan : agar pasien dapat mengerti dan
memahami tentang kondisinya sebelum
mengambil keputusan bagi dirinya.

Persetujuan Tindakan Kedokteran


atauKedokteran Gigi
Undang-Undang Kedokteran No39/2004 Pasal
45 :
(1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran
gigiyang akan dilakukan oleh dokter atau dokter
gigiterhadap pasien harus mendapat persetujuan.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) diberikan setelah pasien mendapat
penjelasansecara lengkap.

Persetujuan Tindakan Kedokteran atau


Kedokteran Gigi
(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurangkurangnyamencakup :
a. diagnosis dan tata cara tindakan medis;
b. tujuan tindakan medis yang dilakukan;
c. alternatif tindakan lain dan risikonya;
d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapatdiberikan baik
secara tertulis maupun lisan.
(5) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yangmengandung
risiko tinggi harus diberikan dengan persetujuantertulis yang
ditandatangani oleh yang berhak memberikanpersetujuan.

Hak dan kewajiban pasien selama dalam


proses pelayanan kesehatan
UU RI NO 29 tahun 2004, pasal 52 adalah pasien
dalam menerima pelayanan pada praktek
kedokteran mempunyai hak :
1. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang
tindakan medis
2. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain
3. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan medis
4. Menolak tindakan medis
5. Mendapat isi rekam medis

PENYEBABKLAIM/TUNTUTAN MALAPRAKTIK

1.Kekurangan pengertian dankomunikasi


2.Respons emosional
3.Kelalaian medis
Penyebab banyak tuntutanMalpraktik
mengakibatkan meluasnyapraktik kedokteran
defensif

Pasal 53 kewajiban pasien


1. memberikan informasi yang lengkap dan jujur
tentang masalah kesehatanya
Mematuhi nasehat dokter atau dokter gigi
Mematuhi ketentuan yang berlaku disarana
kesehatan
Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang
diterima

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai