Anda di halaman 1dari 41

Rinitis Alergika

Josephine
112011135

Hidung merupakan salah satu organ


pelindung tubuh yang penting terhadap
lingkungan yang kurang menguntungkan.
Banyaknya jumlah penduduk yang mengalami
penyakit akibat alergi, salah satunya adalah
rinitis.
Reaksi hipersensitivitas yang terdapat pada
invidu menyebabkan alergi menjadi salah satu
penyakit yang dapat mengganggu aktivitas,
walaupun penyakit ini tidak terlalu berat.

Epidemiologi

Termasuk 10 besar penyakit terbanyak yang


menyebabkan pasien mendatangi klinik
dokter umum (CDC)

40 juta/tahun (AS)

10-25% orang Amerika, meningkat sampai


3,5% setiap 10 tahun

Anak-anak > dewasa

Prevalensi Rinitis Alergi


Berdasarkan laporan dari National Center for Health Statistics pada tahun 2005

Anak-anak
Dewasa
Tidak diketahui

Definisi

Penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi


alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah
tersensitasi dengan alergen yang sama serta
dilepaskannya suatu mediator kimia ketika
terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik
tersebut.
kelainan pada hidung dengan gejala bersinbersin, rinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah
mukosa hidung terpapar alergen yang
diperantarai oleh IgE (WHO ARIA 2001)
hay fever atau grass fever
Hipersensitifitas tipe I yang diperantarai oleh IgE

Anatomi Hidung

Fisiologi Hidung

Fungsi respirasi

Fungsi penghidu

Fungsi fonetik

Refleks nasal

Etiologi
Berdasarkan cara masuknya,

Alergen inhalan

Alergen ingestan

Alergen injektan

Alergen kontaktan

Patofisiologi

Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi


yang diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti
dengan tahap provokasi atau reaksi alergi.
Reaksi alergi terdiri dari dua fase, yaitu
Immediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi
Alergi Fase Cepat (RAFC) dan Late Phase Allergic
Reaction atau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL).
RAFC berlangsung sejak kontak dengan alergen
sampai satu jam setelahnya. Sedangkan RAFL
berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam
setelah pemaparan dan dapat berlangsung 24-48
jam.

Klasifikasi
Intermiten
Persisten

Gejala < 4
Gejala > 4
hari/minggu atau < 4
hari/minggu dan > 4
minggu/tahun
minggu/tahun

Ringan
Sedang-berat
Tidak terdapat :
Terdapat 1 atau lebih :
Gangguan tidur
Gangguan aktivitas sehari-hari
Gangguan bersekolah atau bekerja
Hal-hal lain yang mengganggu

Gambaran Klinis
Anamnesis

Serangan bersin yang berulang


Keluar ingus encer dan banyak (rinore)
hidung dan mata yang gatal, kadang
lakrimasi
Hidung tersumbat, kadang merasa
penciumannya menurun
Riwayat alergi lainnya yang dimiliki
pasien
Ada pajanan sebelumnya

Rinoskopi

anterior

Tampak mukosa edema, basah, berwarna


pucat atau livid, disertai adanya sekret
encer yang banyak, tidak keruh
Kadang mukosa hidung dapat terlihat
hiperemis apabila rinitis alergi yang
terjadi sudah kronik.
Bila gejala persisten, mukosa inferior
dapat hipertrofi.

Allergic shiner

Allergic salute

Allergic crease

Facies adenoid

Cobblestone appearance

Geographic tounge

Pemeriksaan Penunjang
Eosinofil N/>>
IgE spesifik dengan RAST/ELISA
Mikroskopik

Dilatasi pembuluh darah, pembesaran sel


goblet dan sel pembentuk mukus
Pembesaran ruang inter seluler, penebalan
membran basal, serta infiltrasi eosinofil pada
jaringan mukosa dan submukosa hidung.
Perubahan mukosa yang ireversibel
proliferasi jaringan ikat dan hiperplasia
mukosa, mukosa hidung tampak menebal

Pemeriksaan Tes Cukit Kulit (Skin Prick


Test)
Rekomendasi dari US Joint Council of Allergy
Asthma and Immunology
Dapat menyebabkan reaksi sistemik dan tidak
dilakukan pada pasien dengan gejala yang
berat atau sedang mengalami gejala, asma
yang tidak stabil, atau pada wanita hamil
Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan pada
pasien dengan riwayat alergi pada keluarga
karena 10-30% pasien tanpa gejala dapat
menunjukkan hasil positif pada tes ini

Skin End-point Titration/SET


Untuk mengetahui alergen inhalan dengan
menyuntikkan alergen dalam berbagai
konsentrasi yang bertingkat kepekaannya.
Diketahui alergen inhalan penyebabnya,
dapat diketahui dosis inisial untuk
desensitasi

Diet Eliminasi dan Provokasi (Challenge


Test)

Baku emas untuk alergi makanan


Memberikan makanan yang dicurigai
sebagai alergen kepada pasien setelah
sebelumnya dilakukan pantang selama 5
hari, selanjutnya amati reaksi yang muncul.
Jenis makanan setiap kali dihilangkan dari
menu makanan sampai suatu saat gejala
menghilang akibat dihilangkannya jenis
makanan tersebut

Pemeriksaan Radiologi
Dapat dilakukan apabila terjadi keraguan
untuk mendiagnosis.
Tidak rutin dilakukan.
Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk
mengetahui apakah telah terjadi
komplikasi pada sinus.

Diagnosis Banding
Rinitis Vasomotor
Idiopatik
Gejalanya muncul akibat rangsangan non
spesifik
Hidung tersumbat, bergantian kanan dan
kiri, rinore dapat muncul dengan sekret
yang mukoid atau serosa
Diagnosis ditegakkan dengan cara eklusi

Rinoskopi anterior

edema mukosa hidung, konka berwarna merah


gelap/merah tua, dapat pucat. Permukaan konka
dapat licin/berbenjol-benjol (hipertrofi)

Jumlah eosinofil sedikit pada sekret hidung,


tes cukit kulit (-), kadar IgE spesifik juga
tidak meningkat

Penatalaksanaan
Non Medika Mentosa
Menghindari kontak dengan alergen
penyebab
Pembedahan

bila konka inferior hipertrofi berat dan tidak


dapat dikecilkan (kauterisasi menggunakan
AgNO3 25% atau triklor asetat)
konkotomi parsial, konkoplasti atau multiple
outfractured, inferior turbunoplasty

Imunoterapi

Alergi inhalan dengan gejala yang berat dan


sudah berlangsung lama serta dengan
pengobatan cara lain tidak memberikan hasil
yang memuaskan
Intradermal dan sublingual
Tujuan : pembentukan IgG blocking antibody
dan penurunan IgE

Prognosis

Prognosis dan perjalanan penyakit rinitis


alergi sulit dipastikan.
Beberapa penelitian menyebutkan gejala
rinitis alergi dapat berkurang seiring
bertambahnya usia. Oleh sebab itu, rinitis
alergi memiliki prognosis yang baik bonam

Komplikasi
Komplikasi

yang paling sering terjadi

Polip hidung
Otitis media efusi
Sinusitis paranasal

Kesimpulan

Rinitis alergi merupakan reaksi hipersensitifitas tipe 1 yang


diperantarai oleh IgE.
Penyakit ini bukan merupakan penyakit yang berat, namun dapat
menimbulkan gangguan terhadap aktivitas dan fungsi sosial pasien.
Diagnosis dapat dilakukan dengan melakukan anamnesis secara
tepat, pemeriksaan fisik yang benar dapat membantu mengakkan
diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding yang mungkin.
Pemeriksaan penunjang yang membantu diagnosis adalah tes cukit
kulit yang sekarang direkomendasikan sebagai pemeriksaan baku
emas dalam mendiagnosis penyakit ini, dapat juga dilakukan
pemeriksaan IgE spesifik.
Penatalaksanaan beruapa antihistamin merupakan obat yang paling
sering diberikan. Farmakoterapi berupa obat yang lain juga dapat
diberikan sesuai dengan algoritma yang ada. Namun, hal terpenting
dalam penatalaksanaan penyakit ini adalah edukasi kepada pasien
untuk menghindari pajanan yang mencetuskan penyakit ini.
Prognosis penyakit ini dapat dikatakan cukup baik, karena gejalanya
akan semakin berkurang seiring berjalannya usia.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai