Leni Anggraeni
11.2014.
Shelly Yoshiane
11.2014.
11.2014.121
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia
Nya sehingga referat yang berjudul Pendekatan pada Kasus Oftamia Neonatorum dapat
diselesaikan. Referat yang merupakan salah satu pemenuhan syarat kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.
Terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan referat yaitu dr. AA Ayu Ratnawati, Sp.M, dr. Etty Budiasni, Sp.M, dr. Agus
Kusumoaji, Sp.M, dan dr. Irma Andriany, Sp.M pembimbing yang telah memberikan saran,
bimbingan serta dukungan dalam penyusunan referat ini.
Menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu
saya mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan untuk perbaikan demi kesempurnaan
referat ini, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................2
Daftar Isi...............................3
BAB I Pendahuluan.............................4
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Anatomi Konjungtiva.........................................................................
2.2 Definisi ..................................................................................................
2.3 Etiologi dan Faktor Resiko....................................................................................................
2.4 Epidemiologi..........................................................................................................................
2.5 Patologi...................................................................................................................................
2.6 Manifestasi Klinis..................................................................................................................
2.7 Diagnosis...............................................................................................................................
2.8 Penatalaksanaan......................................................................................................................
2.9 Komplikasi............................................................................................................................
2.10 Prognosis..............................................................................................................................
2.11 Pencegahan...........................................................................................................................
BAB III Kesimpulan..................................................................................................................
BAB IV Penutup.........................................................................................................................
Daftar Pustaka.......................
BAB I
Pendahuluan
Di awal abad ke-20, munculnya skrining pada wanita hamil untuk penyakit menular
seksual (PMS) merupakan pemicu meluasnya penggunaan profilaksis tetes mata pada bayi
baru lahir. Periode ini ditandai dengan prevalensi oftalmia neonatorum yang jauh lebih tinggi
dari tahun-tahun belakangan ini.1
Di seluruh dunia, insidensi oftalmia neonatorum tinggi di daerah-daerah dengan
kejadian penyakit menular seksual yang juga tinggi. Organisme biasanya menginfeksi bayi
melalui kontak langsung selama proses kelahiran. Infeksi diketahui naik ke uterus sehingga
bayi yang dilahirkan melalui seksiosesar juga dapat terinfeksi. Kemungkinan ini diperkuat
oleh kejadian ketuban pecah dini pada persalinan yang lama.2
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.9
Komplikasi
Kasus yang tidak diobati, khususnya dari oftalmia neonatorum gonokokal, dapat
berkembang menjadi ulkus kornea, yang dapat menyebabkan perforasi kornea. 5 Tukak ini
mudah mengalami perforasi akibat adanya daya lisis kuman gonokokus. Perforasi kornea
dapat mengakibatkan endoftalmitis dan panoftalmitis sehingga terjadi kebutaan total.
Bila tidak diketahui dan tidak segera diobati, infeksi Pseudomonas dapat
menyebabkan endoftalmitis dan menyebabkan kematian. Pneumonia telah dilaporkan pada
10-20% kasus pada bayi dengan konjungtivitis klamidia. HSV keratokonjungtivitis dapat
menyebabkan jaringan parut kornea dan ulserasi. Selain itu, infeksi HSV yang menyebar luas
sering menyebabkan keterlibatan sistem saraf pusat.4,5
2.10
Prognosis
Oftalmia neonatorum biasanya berespon terhadap terapi yang sesuai dan prognosis
secara umum adalah baik. Antibiotik telah meningkatkan prognosis secara signifikan pada
oftalmia
neonatorum,
terutama
dengan
infeksi
Neisseria
gonorrhoeae.
Kematian
Pencegahan
Ibu hamil yang mengetahui dirinya menderita klamidia, gonorrhea, ataupun herpes
genital perlu berkonsultasi kepada dokter mengenai perlunya pengobatan tambahan sebelum
melahirkan. Umumnya oftalmia neonatorum dapat dicegah dengan mengobati atau
menghambat penularan penyakit melalui seksual ibu. Pada akhirnya dokter kebidanan perlu
mempertimbangkan kelahiran melalui seksiosesaria bila ibu menderita infeksi vagina berat
saat menjelang kelahiran bayinya.6 Cara yang lebih aman ialah dengan membersihkan mata
bayi segera setelah lahir dengan larutan borisi dan memberikan salep kloramfenikol.
BAB III
Kesimpulan
Oftalmia neonatorum merupakan penyakit infeksi pada bayi baru lahir dengan tingkat
insidensi yang tinggi terutama pada daerah dengan insidensi penyakit menular seksual yang
tinggi pula.
Oftalmia neonatorum adalah suatu infeksi pada konjungtiva yang melapisi kelopak
mata pada neonatus dibawah usia 1 bulan. Agen penyebab yang paling sering menyebabkan
timbulnya infeksi pada konjungtiva bayi baru lahir ini diantaranya adalah kuman gonokokal,
klamidia, virus herpes simpleks, serta bahan kimia seperti perak nitrat.
Pencegahan merupakan cara paling efektif untuk mengurangi tingkat insidensi
penyakit ini, yaitu pada ibu yang telah mengetahui dirinya menderita penyakit genital
sebaiknya segera mengkonsultasikan pada dokter kebidanan mengenai terapi lanjutan yang
akan dilakukan serta metode persalinan yang akan dipilih guna mencegah terjadinya
penularan infeksi pada bayi yang akan dilahirkan.
BAB IV
Penutup
Daftar Pustaka
4. McCourt,
http://emedicine.medscape.com/article/1192190-overview
5. Khurana, A.K. 2007. Disease of Conjunctiva. Dalam Comprehensive Ophthalmology
Fourth Edition. New Age International (P) Limited Publisher. New Delhi.h. 52, 71-3
6. Ilyas, S., Yulianti, S.R. 2011. Mata Merah dengan Penglihatan Normal. Ilmu Penyakit
Surgeons
Pakistan
Volume
20.
Pakistan.
Diunduh
dari
http://www.jcpsp.pk/archive/2010/Sep2010/08.pdf.
191-3
11. Alloyna, D. 2011. Prevalensi Konjungtivitis di Rumah Sakit Umu Haji Adam Malik
Medan Tahun 2009 dan 2010. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Diunduh
dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31458
12. Iyamu, E. Enabuele, O. 2003. A Survey on Ophthalmia Neonatorum in Benin City,
dari
http://bmec.swbh.nhs.uk/wp-content/uploads/2013/03/OPHTHALMIA-
NEONATORUM.pdf.
14. Song, J.C. 2013. Chapter 6 Neonatal Conjungtivitis (Ophtalmia Neonatorum). Diunduh
dari http://www.oculist.net/downaton502/prof/ebook/duanes/pages/v4/v4c006.html
15. The College of Optometrists. 2012. Clinical Management Guidelines Ophtalmia
Neonatorum.
Diunduh
dari
http://www.college-
optometrists.org/download.cfm/docid/768CA144-45F4-4EC6-93CC6C041AC94904
16. Lubis, C.P. 2003. Infeksi Nosokomial pada Neonatus. Bagian Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran
Universitas
Sumatera
Utara.
Medan.
Diunduh
dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/2006
17. Lang, G.K. & Lang, G.E. 2000. Conjungtiva. Ophthalmology A Short Textbook. Thieme
10