Anda di halaman 1dari 10

Referat Ilmu Penyakit Mata

Pendekatan pada Kasus Oftalmia Neonatorum

Leni Anggraeni

11.2014.

Shelly Yoshiane

11.2014.

Monica Cynthia Dewi

11.2014.121

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat, 11510
Periode 14 Desember 2015 16 Januari 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia
Nya sehingga referat yang berjudul Pendekatan pada Kasus Oftamia Neonatorum dapat
diselesaikan. Referat yang merupakan salah satu pemenuhan syarat kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.
Terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan referat yaitu dr. AA Ayu Ratnawati, Sp.M, dr. Etty Budiasni, Sp.M, dr. Agus
Kusumoaji, Sp.M, dan dr. Irma Andriany, Sp.M pembimbing yang telah memberikan saran,
bimbingan serta dukungan dalam penyusunan referat ini.
Menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu
saya mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan untuk perbaikan demi kesempurnaan
referat ini, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 02 Januari 2016

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................2
Daftar Isi...............................3
BAB I Pendahuluan.............................4
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Anatomi Konjungtiva.........................................................................
2.2 Definisi ..................................................................................................
2.3 Etiologi dan Faktor Resiko....................................................................................................
2.4 Epidemiologi..........................................................................................................................
2.5 Patologi...................................................................................................................................
2.6 Manifestasi Klinis..................................................................................................................
2.7 Diagnosis...............................................................................................................................
2.8 Penatalaksanaan......................................................................................................................
2.9 Komplikasi............................................................................................................................
2.10 Prognosis..............................................................................................................................
2.11 Pencegahan...........................................................................................................................
BAB III Kesimpulan..................................................................................................................
BAB IV Penutup.........................................................................................................................
Daftar Pustaka.......................

BAB I
Pendahuluan

Di awal abad ke-20, munculnya skrining pada wanita hamil untuk penyakit menular
seksual (PMS) merupakan pemicu meluasnya penggunaan profilaksis tetes mata pada bayi
baru lahir. Periode ini ditandai dengan prevalensi oftalmia neonatorum yang jauh lebih tinggi
dari tahun-tahun belakangan ini.1
Di seluruh dunia, insidensi oftalmia neonatorum tinggi di daerah-daerah dengan
kejadian penyakit menular seksual yang juga tinggi. Organisme biasanya menginfeksi bayi
melalui kontak langsung selama proses kelahiran. Infeksi diketahui naik ke uterus sehingga
bayi yang dilahirkan melalui seksiosesar juga dapat terinfeksi. Kemungkinan ini diperkuat
oleh kejadian ketuban pecah dini pada persalinan yang lama.2

BAB II
Tinjauan Pustaka

2.9

Komplikasi
Kasus yang tidak diobati, khususnya dari oftalmia neonatorum gonokokal, dapat

berkembang menjadi ulkus kornea, yang dapat menyebabkan perforasi kornea. 5 Tukak ini
mudah mengalami perforasi akibat adanya daya lisis kuman gonokokus. Perforasi kornea
dapat mengakibatkan endoftalmitis dan panoftalmitis sehingga terjadi kebutaan total.
Bila tidak diketahui dan tidak segera diobati, infeksi Pseudomonas dapat
menyebabkan endoftalmitis dan menyebabkan kematian. Pneumonia telah dilaporkan pada
10-20% kasus pada bayi dengan konjungtivitis klamidia. HSV keratokonjungtivitis dapat
menyebabkan jaringan parut kornea dan ulserasi. Selain itu, infeksi HSV yang menyebar luas
sering menyebabkan keterlibatan sistem saraf pusat.4,5
2.10

Prognosis
Oftalmia neonatorum biasanya berespon terhadap terapi yang sesuai dan prognosis

secara umum adalah baik. Antibiotik telah meningkatkan prognosis secara signifikan pada
oftalmia

neonatorum,

terutama

dengan

infeksi

Neisseria

gonorrhoeae.

Kematian

berhubungan dengan oftalmia neonatorum diduga dikarenakan adanya keterlibatan sistemik


agen infeksius. Namun tidak ada informasi lebih lanjut mengenai kematian akibat Oftalmia
neonatorum
2.11

Pencegahan
Ibu hamil yang mengetahui dirinya menderita klamidia, gonorrhea, ataupun herpes

genital perlu berkonsultasi kepada dokter mengenai perlunya pengobatan tambahan sebelum
melahirkan. Umumnya oftalmia neonatorum dapat dicegah dengan mengobati atau
menghambat penularan penyakit melalui seksual ibu. Pada akhirnya dokter kebidanan perlu
mempertimbangkan kelahiran melalui seksiosesaria bila ibu menderita infeksi vagina berat
saat menjelang kelahiran bayinya.6 Cara yang lebih aman ialah dengan membersihkan mata
bayi segera setelah lahir dengan larutan borisi dan memberikan salep kloramfenikol.

BAB III
Kesimpulan

Oftalmia neonatorum merupakan penyakit infeksi pada bayi baru lahir dengan tingkat
insidensi yang tinggi terutama pada daerah dengan insidensi penyakit menular seksual yang
tinggi pula.
Oftalmia neonatorum adalah suatu infeksi pada konjungtiva yang melapisi kelopak
mata pada neonatus dibawah usia 1 bulan. Agen penyebab yang paling sering menyebabkan
timbulnya infeksi pada konjungtiva bayi baru lahir ini diantaranya adalah kuman gonokokal,
klamidia, virus herpes simpleks, serta bahan kimia seperti perak nitrat.
Pencegahan merupakan cara paling efektif untuk mengurangi tingkat insidensi
penyakit ini, yaitu pada ibu yang telah mengetahui dirinya menderita penyakit genital
sebaiknya segera mengkonsultasikan pada dokter kebidanan mengenai terapi lanjutan yang
akan dilakukan serta metode persalinan yang akan dipilih guna mencegah terjadinya
penularan infeksi pada bayi yang akan dilahirkan.

BAB IV
Penutup

Demikianlah referat yang berjudul Pendekatan pada Kasus Oftalmia Neonatorum.


Kami bersyukur referat ini dapat diselesaikan berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan
ucapan terimakasih kami sampaikan kepada para dosen pembimbing.
Akhir kata kami berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam
memahami kasus Oftalmia Neonatorum yang banyak terjadi dalam masyarakat.

Daftar Pustaka

1. Palafox, S.K et all. 2011. Ophtalmia Neonatorum. Clinic Experiment Ophthalmology

Volume 2. Diunduh dari http://omicsonline.org/2155-9570/2155-9570-2-119.php


2. American Academy of Ophthalmology. 2011. Infectious and Allergic Ocular Disease.
Dalam Pediatric Ophthalmology and Strabismus Section 6. San Fransisco.h.186-7
3. Milot, J. 2008. Ophthalmia neonatorum of the newborn and its treatments in Canadian

medical publications. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19297783


E.A. 2014. Neonatal Conjunctivitis. MedScape. Diunduh dari

4. McCourt,

http://emedicine.medscape.com/article/1192190-overview
5. Khurana, A.K. 2007. Disease of Conjunctiva. Dalam Comprehensive Ophthalmology
Fourth Edition. New Age International (P) Limited Publisher. New Delhi.h. 52, 71-3
6. Ilyas, S., Yulianti, S.R. 2011. Mata Merah dengan Penglihatan Normal. Ilmu Penyakit

Mata. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.h.126-7


7. Vaughan & Asbury. 2010. Anatomi dan Embriologi Mata, Subjek Khususyang Berkaitan
dengan Pediatri. Oftalmologi Umum. ECG. Jakarta.h. 5-6, 360.
8. Gul, S.S. et all. 2010. Ophtalmia Neonatorum. Journal of the College of Physicians and

Surgeons

Pakistan

Volume

20.

Pakistan.

Diunduh

dari

http://www.jcpsp.pk/archive/2010/Sep2010/08.pdf.

9. Jawetz et all. 1996. Neiseria, Klamidia, dan Herpesvirus. Mikrobiologi Kedokteran.

EGC. Jakarta.h.280-2, 340-5, 412-3


10. Nelson, W.E. 1992. Textbook of Pediatric 12th Edition Part 2. EGC. Philadelphia.h.77-81,

191-3
11. Alloyna, D. 2011. Prevalensi Konjungtivitis di Rumah Sakit Umu Haji Adam Malik
Medan Tahun 2009 dan 2010. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Diunduh
dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31458
12. Iyamu, E. Enabuele, O. 2003. A Survey on Ophthalmia Neonatorum in Benin City,

Nigeria (Emphasis on gonococcal ophthalmic). Published Quarterly Mangalore Volume


2. JHAS. South India. Diunduh dari http://cogprints.org/3230/
13. Birmingham and Midland Eye Centre. 2009. Treatment of Ophthalmic Infection. Diunduh

dari

http://bmec.swbh.nhs.uk/wp-content/uploads/2013/03/OPHTHALMIA-

NEONATORUM.pdf.
14. Song, J.C. 2013. Chapter 6 Neonatal Conjungtivitis (Ophtalmia Neonatorum). Diunduh

dari http://www.oculist.net/downaton502/prof/ebook/duanes/pages/v4/v4c006.html
15. The College of Optometrists. 2012. Clinical Management Guidelines Ophtalmia
Neonatorum.

Diunduh

dari

http://www.college-

optometrists.org/download.cfm/docid/768CA144-45F4-4EC6-93CC6C041AC94904

16. Lubis, C.P. 2003. Infeksi Nosokomial pada Neonatus. Bagian Kesehatan Anak Fakultas

Kedokteran

Universitas

Sumatera

Utara.

Medan.

Diunduh

dari

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/2006
17. Lang, G.K. & Lang, G.E. 2000. Conjungtiva. Ophthalmology A Short Textbook. Thieme

Stuttgart. New York.h. 96-8

10

Anda mungkin juga menyukai