Anda di halaman 1dari 50

BAB 8.

SISTEM DAYA GAS


Ika Yuliyani, ST.,MT
Energy Engineering Department
Bandung State Polytechnic

Bab 8: Sistem Daya Uap: fluida kerja diuapkan

dan dikondensasikan berulang-ulang. Contoh:


PLTU.
Bab 9: Sistem Daya Gas: fluida kerja selalu
dalam fasa gas. Contoh: Motor Bakar Torak (PLTD
untuk Diesel) dan Turbin Gas (PLTG).
Motor Pembakaran Dalam:

A. Motor Bakar Torak (analisis massa atur):

i. Bensin: penyalaan akibat loncatan api (SI


Engine)

ii. Diesel: penyalaan akibat tekanan (CI


Engine)

B. Turbin Gas (analisis volume atur)

MOTOR BAKAR TORAK

1.SIKLUS SEBENARNYA:

Tata

nama:

Torak (piston)

Silinder

Katup Isap & Katup Buang

Busi/Injektor

Batang Penghubung (connecting rod)

Poros Engkol (crank shaft)

Langkah (stroke)

Diameter (bore)

Volume langkah (displacement volume): VL

Volume sisa (clearance volume): Vs

Titik Mati Atas (TMA)

Titik Mati Bawah (TMB)

Perbandingan kompresi:

Volume total VL VS VT

8 10 (untuk motor bensin), 15 - 25 (untuk motor Diesel)


Volume sisa
VS
VS

Motor Bakar Torak Empat Langkah


Langkah: pergerakan torak dari TMA ke TMB atau sebaliknya.

Diagram Indikator: Langkah-

langkah:
Langkah isap:
TMA-TMB:
0o 180o
Langkah tekan: TMB-TMA: 180o 360o
Langkah kerja: TMA-TMB: 360o 540o
Diagram
Langkah
buang:
540o 720o
Indikator
Motor 4 TMB-TMA:
Langkah:
Siklus ini merupakan siklus Mekanik
(gerakan), bukan siklus Termodinamika
(massa tidak tetap).

Parameter prestasi

Tekanan efektif rata-rata (mep: mean


effective pressure):
mep

kerja netto satu siklus (luas di dalam kurva p - V)


W
siklus
volume langkah
VT VS

Untuk dua motor bakar dengan volume

langkah yang sama, mep yang lebih besar


menyatakan kerja netto yang lebih besar,
dan untuk rpm yang sama menyatakan
daya yang lebih besar pula.

2. SIKLUS UDARA IDEAL - ANALISIS UDARA


STANDAR
Digunakan hanya untuk analisis kualitatif/sederhana.
Analisis siklus sebenarnya memerlukan pengetahuan

mengenai proses pembakaran (Bab 13) dan modeling secara


numerik dengan komputer.

Asumsi:
Fluida kerja adalah udara dengan jumlah tetap dan gas ideal.
Proses pembakaran diasumsikan sebagai perpindahan panas
dari sumber luar.
Tidak ada langkah (terutama langkah isap dan langkah buang).
Seluruh proses adalah terbalikkan dalam.
Untuk analisis udara standar dingin, k, cp dan cv adalah konstan
pada temperatur udara lingkungan.


Jenis-jenis Siklus Udara Standar:
Siklus Otto (volume konstan), 1876
Siklus Diesel (tekanan konstan), 1893
Siklus Dual/Gabungan (tekanan terbatas)

Siklus Udara Standar Otto:


Mensimulasikan proses pemasukan

panas yang terjadi secara cepat di


TMA pada motor bensin sebenarnya.

Proses-proses pada Siklus Otto (2s-2v):


Perhatikan semua adalah proses, bukan langkah. Analisis massa atur.

1-2: Proses tekan (isentropik):

Q12 = 0,

W12 = m (u2 u1)


2-3: Proses pemasukan panas (isokhorik):

W23 = 0, Q23 = m (u3 u2)


3-4: Proses ekspansi (isentropik):

Q34 =

0, W34 = m (u3 u4)


4-1: Proses pembuangan panas (isokhorik):

W41 = 0, Q41 = m (u4 u1)

Asumsi: KE dan PE dapat diabaikan.

Bila dianggap siklus udara standar dingin (k, cp dan cv konstan) lihat
Sub-Bab 6.7:

Untuk kompresi:

Untuk ekspansi:

V1
T2


T1
V2

k 1

V3
T4


T3
V4

k 1

r k 1

1
r k 1

Dapat dilihat pula bahwa: T4/T3


= T1/T2, sehingga T4/T1 = T3/T2.

Efek perbandingan kompresi terhadap prestasi:


(dengan asumsi udara standar dingin, k =
1,4):

Mep dapat diperoleh dari:

mep

Wsiklus

V1 V2

Wsiklus
Wsiklus
W
/m

siklus
1
1

V
v1 1
V1 1 2 V1 1
r
r

V1

Massa dapat diperoleh dari:

p1V1
m
( R / M )T1

b. Siklus Udara Standar Diesel:


Mensimulasikan proses pemasukan panas yang lambat akibat injeksi bahan bakar
yang lama pada motor Diesel sebenarnya.

Persamaan untuk proses 1-2, 3-4 dan 4-1,

sama seperti pada Siklus Otto.

Kerja netto dan efisiensi di atas dapat dihitung dengan mengetahui

nilai h dan u dari Tabel A-22. Untuk itu, diperlukan nilai-nilai T yang
dapat dicari sebagai berikut:
Untuk T1 dan r tertentu, maka:
V 2 v r1

v r 2 v r1

V1

Sehingga dapat diperoleh T2 dan h2. Tekanan dapat diperoleh dari:

p2 p1

T2 V1
T1 V2

atau,

p
p2 p1 r 2
pr 1

Untuk mencari T3, perhatikan bahwa untuk proses isobarik: p3 = p2,


sehingga:

T3

V3
T 2 rc T 2
V2

Dimana: rc = V3/V2 adalah perbandingan cut off.


Karena V4 = V1, maka untuk proses isentropik 3-4:

r
V4
V V
V V
4 2 1 2
;
V3
V2 V3
V2 V3
rc
Sehingga :
V4 r
v r 3
V 3 rc

v r 4 v r3

Untuk analisis udara standar dingin:

T
T

2
1

k 1

k -1

T4 diperoleh dari:

T 4 V 3

T3 V 4

k 1

rc

Efek r pada prestasi dengan asumsi udara standar


dingin:

k 1

Dengan asumsi udara standar


dingin, efisiensi termal siklus
Diesel dapat diturunkan sebagai:

r r
k 1

Dimana r = V1/V2 = perbandingan kompresi, dan


rc = V3/V2 = perbandingan cut-off.

Lebih mendekati keadaan

sebenarnya.

c. Siklus Udara Standar Gabungan:

Proses-proses pada Siklus Gabungan (2s-

1p-2v):
1-2: Proses tekan (isentropik):
Q12 = 0,
W12 = m (u2 u1)
2-3: Proses pemasukan panas (isokhorik): W23
= 0, Q23 = m (u3 u2)
3-4: Proses pemasukan panas (isobarik): W34 =
p3 (v4 v3), Q34 = m (h4 h3)
4-5: Proses ekspansi (isentropik):
Q45 = 0,
W45 = m (u4 u5)
5-1: Proses pembuangan panas (isokhorik): W51
= 0, Q51 = m (u1 m5)

Efisiensi:

Dimana r = V1/V2 = perbandingan kompresi


rp = P3/P2 = perbandingan tekanan
rc = V3/V2 = perbandingan cut-off.

Siklus Daya Turbin Gas


Siklus Turbin Gas = Siklus Brayton
Analisis Udara Standar (analisis volume atur):
Asumsi:
fluida kerja adalah udara sebagai gas ideal
kenaikan temperatur pada pembakaran diperoleh dari luar (tidak
langsung)

Proses-proses pada Siklus Brayton


(2p-2s):
1-2: Proses kompresi (isentropik):
2-3: Proses pemasukan panas (isobarik):
3-4: Proses ekspansi (isentropik):
4-1: Proses pengeluaran panas
(isobarik):
Analisis dapat menggunakan Tabel A-22

bila fluida kerja dianggap gas ideal


dengan cp dan cv bervariasi. Bila cp dan cv
dapat dianggap konstan, maka h =
cp.T.

Efisiensi termal siklus Brayton:

W t / m W c / m (h3 h4 ) (h2 h1 )

Q in / m
(h3 h2 )
Perbandingan kerja balik (back work ratio),

umumnya 40-80% untuk PLTG:

W c / m h2 h1
bwr

W t / m h3 h4

Efek perbandingan tekanan pada efisiensi untuk


udara standar
dingin: 1 k 1
1
k
p2

p1

Irreversibilitas

dan rugi-rugi pada siklus Brayton sederhana:

Kerugian

yang mengakibatkan penurunan tekanan pada proses 2 3


dan 4 1 biasanya diabaikan.
t / m
W
h3 h4

ts

Efisiensi isentropik turbin:


Wts / m h3 h4 s
Efisiensi

isentropik kompresor:

W cs / m h2 s h1
cs

W c / m
h2 h1


Perbaikan-perbaikan Siklus Brayton Sederhana:

Turbin gas dengan regenerator

Turbin gas dengan pemanas ulang (reheater)


Turbin gas dengan pendingin antara (intercooler)

TURBIN GAS DENGAN REGENERATOR

TURBIN GAS DENGAN PEMANAS ULANG


(REHEATER)

Daya yang dihasilkan lebih tinggi karena kurva isobarik yang divergen.

KOMPRESI DENGAN PENDINGINAN ANTARA


(INTERCOOLER)

Daya yang dibutuhkan


berkurang, oleh karena itu daya
total yang dihasilkan akan
bertambah

TURBIN GAS DENGAN REGENERATOR,


PEMANAS ULANG, DAN PENDINGINAN ANTARA

SIKLUS KOMBINASI (PLTU + PLTG = PLTGU)

TURBIN GAS DI INDUSTRI

PLTGU di Industri

TURBIN GAS

Turbin Gas Mitsubishi

Rotor Turbin

TURBIN GAS UNTUK PROPULSI PESAWAT TERBANG


TURBOJET:

Seluruh gaya dorong


diperoleh dari nosel.

TURBOJET DENGAN AFTER BURNER:

Menggunakan efek reheat Gaya dorong menjadi lebih besar.


Api dapat keluar nosel

TURBOPROP, TURBOFAN DAN RAMJET:

(a) Turboprop, (b) Turbofan, (c) Ramjet

PEMAKAIAN TURBOJET, TURBOFAN DAN


TURBOPROP:

Turbin Gas Pada Pesawat

Turbin Gas Pada Kapal Laut:

Turbin Gas Rolls Royce (Triple


Shaft):

Thrust Reversal:

SIKLUS GAS
LAINNYA
SIKLUS ERICSSON (2T 2p)
Siklus yang menggunakan pendingin antara dan pemanas ulang

yang banyak serta regenerator dengan efektivitas 100%.


Mempunyai efisiensi yang sama dengan efisiensi Siklus Carnot.

SIKLUS STIRLING (2T 2v)


Mempunyai efisiensi yang sama dengan efisiensi Siklus Carnot.

Motor Stirling: Motor Pembakaran Luar

SIKLUS ATKINSON (2s, 1v, 1p)


Efisiensi lebih besar dari Otto

SIKLUS LENOIR (1p, 1v, 1s)


Tanpa langkah kompresi, gas alam dan udara diisap.

Tugas 8

Anda mungkin juga menyukai