SEKOLAH MODEL SPMI DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN EDS YANG LEBIH BAIK D
I SDN 1 CIBADAK
A. PENDAHULUAN
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang bertugas menciptakan budaya mutu untuk mengemban
gkan dan mencapai tujuan pendidikan nasional yang telah dicanangkan pemerintah. Dalam hal i
ni Kementrian Pendidikan Nasional, yang dituangkan dalam undang-undang Sistem Pendidikan N
asional. Sebagai pusat pengembangan mutu sekolah, setiap satuan pendidikan bertanggungjawab
atas ketercapaian mutu yang diharapkan.
Kepala sekolah sebagai penanggung jawab setiap satuan pendidikan tentu bertugas mengemban
gkan mutu sekolah yang mengarah pada ketercapaian tujuan tersebut. Kegiatan perencanaan, p
elaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut hasil evaluasi sebagai dasar pengembangan selanjutnya ak
an sangat menentukan mutu sekolah yang dipimpinnnya.
Perencanaan yang dilakukan suatu sekolah sering kali tidak berdasarkan kebutuhan yang baik. Pa
da umumnya perencanaan diperkirakan bukan dianalisa dari kebutuhan, sehingga pada pelaksana
annya sering tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Hal ini yang menjadi polemik pada
pengelolaan terutama masalah keuangan sekolah.
Oleh karena itu, untuk menghasilkan kondisi yang menggambarkan keadaan yang sesungguhnya,
perlu dilakukan analisa yang benar dengan alat yang menghasilkan data yang lebih valid, sebag
ai data awal perencanaan pengelolaan pendidikan di setiap satuan pendidikan.
2. Permasalahan
Berdasarkan hasil supervisi awal yang telah dilakukan terhadap hasil EDS dan pemanfaatannya ba
gi perencanaan sekolah, diperoleh permasalahan sebagai berikut.
a. EDS disusun hanya untuk keperluan pelengkap administrasi untuk pemeriksaan atau akreditasi
Penyelesaian masalah dilakukan dengan cara pendampingan secara terencana dan berkelanjutan.
Adapau langkah yang ditempun sebagai berikut.
a. Diakukan sosialisasi pelaksanaan Sekolah Model SPMI yang diprogramkan oleh LPMP
c. Dibuat komitmen keikursertaan menjadi calon penerima bantah dari program Sekolah Mod
el SPMI
f. Dilakukan pendampingan pelaksanaan sekolah model sesuai siklus yang ditentukan pada
instrumen
4. Tujuan Penulisan
Secara umum penulisan ini sebagai upaya peningkapan pemahaman kepala sekolah tentang pela
ksanaan Evaluasi Diri Sekolah dengan benar.
5. Manfaat
a. Bagi Penulis
1) Dapat mengoptimalkan pemahaman tentang EDS dan pemanfaatannya badi sekolah bina
an
2) Dapat mengetahui kondisi sekolah yang sebenarnya sebagai bahan prioritas pembinaan
yang akan dilakukan`
3) Dapat melaksanakan kegiatan EDS dan menggunakan hasilnya untuk pengelolaan sekolah
B. Pengertian, Tujuan, Manfaat dan Langkah-langkah Evaliasi Diri Sekolah dalam Kegiatan Se
kolah Model SPMI
1. Pengertian EDS
Evaluasi Diri Sekolah (EDS) adalah suatu proses evaluasi yang bersifat internal dengan melibatka
n pemangku kepentingan untuk melihat kinerja sekolah berdasarkan Standar Nasional Pendidika
n (SNP) yang digunakan sebagai dasar penyusunan RKS dan RKAS dalam meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah secara konsisten dan berkelanjutan, serta sebagai masukan bagi perencana
an investasi pendidikan tingkat kab/kota
3. Manfaat EDS
Manfaat Evaluasi Diri Sekolah (EDS) untuk tingkat sekolah, antara lain:
b. Sekolah dapat memiliki data dasar yang akurat sebagai dasar untuk pengembangan d
an peningkatan di masa mendatang.
d. Sekolah dapat memberikan laporan formal kepada pemangku kepentingan demi menin
gkatkan akuntabilitas sekolah
a. Menyediakan data dan informasi yang penting untuk perencanaan, pembuatan keputusa
n, dan perencanaan anggaran pendidikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.
c. Mengidentifikasikan jenis dukungan yang dibutuhkan terhadap sekolah dari berbagai kal
angan.
Sistem pendidikan nasional yang didefinisikan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 ada
lah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidup
an dan martabat manusia Indonesia. Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal
wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan baik secara eksternal maupun internal sebagaiman
a diamanatkan di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005. Penjamina
n mutu pendidikan ini bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan (
SNP).
Setiap satuan pendidikan beserta seluruh komponen didalamnya memiliki tanggungjawab dalam
peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan. Peningkatan mutu di satuan pendidikan tidak dap
at berjalan dengan baik tanpa adanya budaya mutu pada seluruh komponen satuan pendidikan.
Untuk peningkatan mutu sekolah secara utuh dibutuhkan pendekatan yang melibat kan seluruh k
omponen satuan pendidikan (whole school approach) untuk bersama-sama memiliki budaya mut
u. Agar penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik di segala lapisan pengelolaan pendidikan t
elah dikembangkan sistem penjaminan mutu pendidikan yang terdiri dari Sistem Penjaminan Mut
u Internal (SMPI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SMPE).
Sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh
komponen dalam satuan pendidikan disebut sebagai SPMI. SPMI mencakup seluruh aspek penyel
enggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP. Sistem
penjaminan mutu ini dievaluasi dan dikembangkan secara berkelanjutan oleh satuan pendidikan
dan juga ditetapkan oleh satuan pendidikan untuk dituangkan dalam pedoman pengelolaan satu
an pendidikan serta disosialisasikan kepada pemangku kepentingan satuan pendidikan. Agar pela
ksanaan SPMI dapat dilakukan oleh seluruh satuan pendidikan dengan optimal, perlu dikembang
kan satuan pendidikan yang akan menjadi model penerapan penjaminan mutu pendidikan secara
mandiri, yang selanjutnya disebut sekolah model, sebagai gambaran langsung kepada satuan pe
ndidikan lain yang akan menerapkan penjaminan mutu pendidikan sehingga terjadi pola pengim
basan pelaksanaan penjaminan mutu hingga ke seluruh satuan pendidikan di Indonesia.
Pada tahun 2016 ini akan di laksanakan program sekolah model. Sekolah model adalah sekolah
berbasis standar nasional pendidikan, yang mencakup 8 standar nasional pendidikan yakni standa
r kompetensi lulusan, standar proses, standar isi, standar penilaian, standar PTK ,standar pengelol
aan, standar pembiayaan, standar sarpras . Sekolah model adalah sekolah yang ditetapkan dan d
ibina oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) untuk menjadi sekolah acuan bagi sek
olah lain di sekitarnya dalam penerapan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri. Sekolah m
odel menerapkan seluruh siklus penjaminan mutu pendidikan secara sistemik, holistik, dan berkel
anjutan, sehingga budaya mutu tumbuh dan berkembang secara mandiri pada sekolah tersebut.
Sekolah model dipilih dari sekolah yang belum memenuhi SNP untuk dibina oleh LPMP bersama
sama pemerintah daerah agar dapat menerapkan penjaminan mutu pendidikan di sekolah mere
ka sebagai upaya untuk memenuhi SNP. Pembinaan oleh LPMP dan pemerintah daerah dilakuka
n hingga sekolah telah mampu melaksanakan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri. Sekol
ah model dijadikan sebagai sekolah percontohan bagi sekolah lain yang akan menerapkan penja
minan mutu pendidikan secara mandiri. Sekolah model memiliki tanggungjawab untuk mengimba
skan praktik baik penerapan penjaminan mutu pendidikan kepada lima sekolah di sekitarnya, sek
olah yang diimbaskan ini selanjutnya disebut dengan sekolah imbas.
Sekolah model akan dibina oleh LPMP dibantu oleh fasilitator daerah. Pembinaan yang diterima
oleh sekolah dalam bentuk pelatihan, pendampingan, supervisi serta monitoring dan evaluasi. Pe
mbinaan tersebut dilakukan oleh LPMP hingga sekolah tersebut mampu melaksanakan penjamina
n mutu pendidikan secara mandiri. Kemandirian sekolah diukur oleh LPMP pada kegiatan monito
ring dan evaluasi sesuai instrumen yang disediakan.
Pelaksanaan EDS yang dikembangkan oleh LPMP dengan model SPMI merupakan hal yang baru
sehingga dalam pelaksanaannya banyak hal-hal yang ditemukan. Pada umumnya hal yang banya
k dirasakan adalah hambatan atau kesulitan. Hambatan yang ditemua beradal dari dalam team S
PMI sendiri maupun dari pihak luar yang bersinggungan dengan program SPMI. Adapun hmbata
n dimaksud adalah sebagai berikut
1. Hambatan Internal
Hambatan internal banyak ditemukan dari dalam team SPMI sendiri atau guru lain yang tidak te
rlibat dalam team. Hambatan dimaksud adalah sebagai berikut.
b. Bamyaknya kesibukan yang dialami para guru sehingga efektivitas kegiatan EDS tergang
gu
c. Rendahnya semangat para guru dan team berkaitan dengan kemampuan penggunaan I
T
d. Belum memiliki komitmen yang kuat untuk melaksanakan segala langkah-langkah EDS se
suai dengan penduan dari LPMP
2. Hambatan Eksternal
a. Rendahnya respon sekolah imbas sehingga ikut menganggu siklus yang seharusnya dila
ksanakan
b. Banyaknya kegiatan lain yang membuat terhambatnya siklus sehingga mengurangi kuapit
as yang diharapkan
c. Rendahnya tanggapan lembaga yang ada di sekitar, sehingga komunikasi kurang berjala
n sesuai perencanaan
D. Faktor Pendukung
Faktor pendukung yang membantu terlaksannya seluruh siklus kegiatan SPMI adalah sebagai beri
kut
2. Tingginya semangat dari kepala sekolah sehingga keseluruhan kegiatan dapat dilaksanaka
n dengan tepat waktu
Langkah yang ditempuh dalam mendampingi sekolah model dalam melaksanakan EDS berdasark
an sistem yang dikembangkan LPMP dalam bentuk sekolah model SPMI adalah sebagai berikut.
1. Sosialisasi sekitar kesiapan Calon Sekolah Model untuk progran SPMI, berdasarkan hasil p
elatihan Fasda tanggal 11 s.d 14 Juli 2017 yang bertempat di LPMP Cimareme Bandung, dengan
hasil sebagai berikut.
2. Sosialisasi terhadap warga sekolah sebagai bentuk motivasi, dengan cara kegiatan papara
n materi, diskusi dan curah gagasan berdasarkan hasil pelatihan Fasda sehingga menghasilkan ke
sepakan untuk siap melaksanakan fase-fase SPMI dengan menghasilkan komitmen
3. Membentuk team SPMI, dengan mengoptimalkan guru yang ada berdasarkan kemampua
n dan kesiapan. Dalam kegiatan ini diperoleh 10 anggota dan 2 orang sebagai Team Monev ya
ng tersiri atas 1 guru dan komite sekolah
4. Penyiapan berbagai perangkat yang dibutuhkan, baik sarana maupun prasarana untuk be
rbagai kegiatan pelaksanaan pemetaan mutu dan pemenuhan mutu.
5. Melaksanakan pendampingan I selama tiga hari sengan didampingi petugas dari LPMP
6. Melakukan pendampingan ketika sekolah model sedang melakukan pemetaan mutu seba
gai bentuk EDS berdasarkan raport sekolah dari hasil PMP tahun sebelumnya
8. Mendampingi petugas monev dalam menyusun instrumen dan melaksanakan monev saat
pelaksanaan program pemenuhan mutu berlangsung.
9. Melaksanaan pendampingan II sebagai bentuk evaluasi dan refleksi diri dari kegiatan pas
ka in 1, dalam bentuk :
a. pemetaan mutu dengan bersandar pada hasil pemetaan PMP tahun 2016 berupa nilai r
apor sekolah
b. rencana pemenuhan mutu, dengan mengisi instrumen yang telah disiapkan LPMP berdas
arkan hasil pemetaan sebelumnya
d. membuat program pemenuhan mutu, berdasarkan rekomendasi hasil pemetaan mutu dal
am bentuk program kegiatan serta proposal kegiatan
e. melaksanakan program pemenuhan mutu dalam berbagai bentuk kegiatan seperti IHT, s
urah gagasan, workshop, dll
11. Melaksanakan ekspos di tingkat Kabupaten Sukabumi yang dilaksanakan di Yayasan Yasti Cis
aat Sukabumi tanggal 20-21 Nopember 2017
F. Hasil yang Diperoleh
Pelaksanaan program pemetaan mutu dengan siklus yang telah dilewati, tentu saja memperlihat
kan beberapa hasil yang dicapai. Adapun hasil yang begitu signifikan, adalah sebagai berikut
1. Peningkatan Kompetensi
a. Kepala sekolah lebih memahami langkah-langkah EDS yang benar berdasarkan pemetaa
n mutu dari raport sekolah hasil PMP tahun sebelumnya, sehingga dalam penyusunan RKT dan
RAKS telah sesuai dengan kebutuhan sekolah yang sesungguhnya.
c. Komite sekolah memahami peranannya dalam memberikan masukan dan pengawasa ter
hadap pelaksanaan pemetaan, perencanaan, pemenuhan mutu yang dilaksanakan sekolah
d. Warga sekolah lainnya memiliki pemahaman tentang proses perencanaan dan EDS sehin
gga dapat memberikan berbagai masukan bagi sekolah
d. Rencana aksi
c. Waga sekolah memiliki rasa percaya diri yang kuat berkaitan dengan tugas dan tanggu
ng jawabnya dalam kegiatan sekolah model SPMI
6. Guru memiliki keterampikan yang lebih baik berkaitan dengan hasil pemenuhan mutu ya
ng telah dilaksanakan, berupa:
a. RPP yang sesuai dengan permen no 22 tahun 2017 yang memuat PPK, literasi, saintifik
dan penilaian HOTS
d. Kompetensi penggunaan komputer untuk keperluan penilaian terutama aplikasi exel dan
kegunaannya
G. PENUTUP
1. KESIMPULAN
b. Kegiatan proses SPMI dapat meningkatkan pemahaman warga sekolah untuk berperan a
ktif dan membantu kepala sekolah dalam perencanaan dan pelaksanaan program sekolah.
c. Kegiatan SPMI dapat menciptakan budaya mutu warga sekolah ditandai dengan adanya
komitmen, motivasi, kerja sama, dan kepedulian terhadap perkembangan kualitas pendidikan
2. Rekomendasi
Berdasarkan simpulan di atas, penulis dapat merekomendasikan beberapa has seperti berikut ini.
a. Sekolah imbas perlu melaksanakan langkah-langkah sesuai dengan siklus yang diperoleh
pada saat pendampingan, sehingga mendapat manfaat yang sama seperti sekolah model SPMI
b. Kepada pemangku kepentingan, diharapkan dapat bekerja sama dalam setiap proses pe
metaan mutu sehingga dapat memberikan masukan yang sangat berharga bagi sekolah
H. DAFTAR PUSTAKA
Kemdikbud. (2016). Pedoman Umum Sistem P enjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah
. Jakarta:
Kemdikbud. Kemdikbud. (2016). Petunjuk pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan oleh satuan p
endidikan . Jakarta:
Nanang Fattah. (2012). Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
best practice sekolah m