Anda di halaman 1dari 12

Untukmu Indonesia

Best Practice sekolah model SPMI 2017

Mei 03, 2018

SEKOLAH MODEL SPMI DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN EDS YANG LEBIH BAIK D
I SDN 1 CIBADAK

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Sekolah adalah lembaga pendidikan yang bertugas menciptakan budaya mutu untuk mengemban
gkan dan mencapai tujuan pendidikan nasional yang telah dicanangkan pemerintah. Dalam hal i
ni Kementrian Pendidikan Nasional, yang dituangkan dalam undang-undang Sistem Pendidikan N
asional. Sebagai pusat pengembangan mutu sekolah, setiap satuan pendidikan bertanggungjawab
atas ketercapaian mutu yang diharapkan.

Kepala sekolah sebagai penanggung jawab setiap satuan pendidikan tentu bertugas mengemban
gkan mutu sekolah yang mengarah pada ketercapaian tujuan tersebut. Kegiatan perencanaan, p
elaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut hasil evaluasi sebagai dasar pengembangan selanjutnya ak
an sangat menentukan mutu sekolah yang dipimpinnnya.

Perencanaan yang dilakukan suatu sekolah sering kali tidak berdasarkan kebutuhan yang baik. Pa
da umumnya perencanaan diperkirakan bukan dianalisa dari kebutuhan, sehingga pada pelaksana
annya sering tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Hal ini yang menjadi polemik pada
pengelolaan terutama masalah keuangan sekolah.

Oleh karena itu, untuk menghasilkan kondisi yang menggambarkan keadaan yang sesungguhnya,
perlu dilakukan analisa yang benar dengan alat yang menghasilkan data yang lebih valid, sebag
ai data awal perencanaan pengelolaan pendidikan di setiap satuan pendidikan.

2. Permasalahan
Berdasarkan hasil supervisi awal yang telah dilakukan terhadap hasil EDS dan pemanfaatannya ba
gi perencanaan sekolah, diperoleh permasalahan sebagai berikut.

a. EDS disusun hanya untuk keperluan pelengkap administrasi untuk pemeriksaan atau akreditasi

b. Format EDS yang digunakan kurang mengakomodir kepentingan sekolah

c. Format EDS kurang detail dan tidak sesuai 8 standar pendidikan

d. Hasil yang diperoleh tidak digunakan senagai bahan perencanaan sekolah

3. Pendekatan Penyelesaian Masalah

Penyelesaian masalah dilakukan dengan cara pendampingan secara terencana dan berkelanjutan.
Adapau langkah yang ditempun sebagai berikut.

a. Diakukan sosialisasi pelaksanaan Sekolah Model SPMI yang diprogramkan oleh LPMP

b. Dilakukan penawaran progran ke seluruh warga sekolah

c. Dibuat komitmen keikursertaan menjadi calon penerima bantah dari program Sekolah Mod
el SPMI

d. Dikukuhkan sebagai sekolah model SPMI

e. Disertakan pada pelatihan peserta sekolah model SPMI

f. Dilakukan pendampingan pelaksanaan sekolah model sesuai siklus yang ditentukan pada
instrumen

g. Dilakukan pemenuhan mutu

h. Silaksanakan ekspos peserta sekolah model di tingkat kabupaten Sukabumi

4. Tujuan Penulisan

Secara umum penulisan ini sebagai upaya peningkapan pemahaman kepala sekolah tentang pela
ksanaan Evaluasi Diri Sekolah dengan benar.

Secara khusus, duharapkan kepala sekolah dapat

a. Melakukan evaluasi diri sekolah dengan menggunakan format PMP

b. Melakukan analisis atau pemetaan muru

c. Melakukan perencanaan pemenuhan mutu


d. Merencakana perencanaan tindakan aksi pemenuhan muru

e. Menuangkan hasil perencanaan aksi menjadi rencana kergiatan sekolah (RKT/RAKS)

f. Memancfaatkan hasil EDS untuk berbagau keperluan

5. Manfaat

a. Bagi Penulis

1) Dapat mengoptimalkan pemahaman tentang EDS dan pemanfaatannya badi sekolah bina
an

2) Dapat mengetahui kondisi sekolah yang sebenarnya sebagai bahan prioritas pembinaan
yang akan dilakukan`

b. Bagi Kepala Sekolah

1) Meningkatkan pemahaman tentang EDS

2) Memahani manfaat pelaksanaan EDS bagi perencanaan kegiatan pengelolaan sekolah

3) Dapat melaksanakan kegiatan EDS dan menggunakan hasilnya untuk pengelolaan sekolah

c. Bagi Warga sekolah lainnya

1) Mengetahui kondisi sekolah secara detail

2) Membantu melaksanakan pelaksanaan pemenuhan mutu sekolah

B. Pengertian, Tujuan, Manfaat dan Langkah-langkah Evaliasi Diri Sekolah dalam Kegiatan Se
kolah Model SPMI

1. Pengertian EDS

Evaluasi Diri Sekolah (EDS) adalah suatu proses evaluasi yang bersifat internal dengan melibatka
n pemangku kepentingan untuk melihat kinerja sekolah berdasarkan Standar Nasional Pendidika
n (SNP) yang digunakan sebagai dasar penyusunan RKS dan RKAS dalam meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah secara konsisten dan berkelanjutan, serta sebagai masukan bagi perencana
an investasi pendidikan tingkat kab/kota

2. Tujuan Pelaksanaan EDS


Evaluasi Diri Sekolah (EDS) adalah: (a) Menilai kinerja sekolah berdasarkan Standar Nasional Pe
ndidikan (SNP), (b) Mengetahui tahapan pengembangan dalam pencapaian Standar Nasional Pen
didikan (SNP) sebagai dasar peningkatan mutu pendidikan; dan (c) Menyusun RKS/RKAS sesuai
kebutuhan nyata dalam rangka pemenuhan Standar Nasional Pendidikan (SNP)

3. Manfaat EDS

Manfaat Evaluasi Diri Sekolah (EDS) untuk tingkat sekolah, antara lain:

a. Sekolah dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangannya sendiri dan merencan


akan pengembangan dan peningkatan ke depan.

b. Sekolah dapat memiliki data dasar yang akurat sebagai dasar untuk pengembangan d
an peningkatan di masa mendatang.

c. Sekolah dapat mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan mutu pendidikan, meng


kaji peningkatan tersebut berjalan dengan baik dan menyesuaikan program sesuai dengan hasil
nya.

d. Sekolah dapat memberikan laporan formal kepada pemangku kepentingan demi menin
gkatkan akuntabilitas sekolah

4. Manfaat Evaluasi Diri Sekolah (EDS) untuk Tingkat Lain

a. Menyediakan data dan informasi yang penting untuk perencanaan, pembuatan keputusa
n, dan perencanaan anggaran pendidikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.

b. Mengidentifikasikan bidang prioritas untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana p


endidikan.

c. Mengidentifikasikan jenis dukungan yang dibutuhkan terhadap sekolah dari berbagai kal
angan.

d. Mengidentifikasikan pelatihan serta kebutuhan program pengembangan lainnya.

e. Mengidentifikasikan keberhasilan sekolah berdasarkan berbagai indikator pencapaian se


suai dengan Standar Pelayanan Minimal dan Standar Nasional Pendidikan.

5. EDS Berdasarkan Konsep SPMI

Sistem pendidikan nasional yang didefinisikan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 ada
lah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidup
an dan martabat manusia Indonesia. Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal
wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan baik secara eksternal maupun internal sebagaiman
a diamanatkan di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005. Penjamina
n mutu pendidikan ini bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan (
SNP).

Setiap satuan pendidikan beserta seluruh komponen didalamnya memiliki tanggungjawab dalam
peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan. Peningkatan mutu di satuan pendidikan tidak dap
at berjalan dengan baik tanpa adanya budaya mutu pada seluruh komponen satuan pendidikan.
Untuk peningkatan mutu sekolah secara utuh dibutuhkan pendekatan yang melibat kan seluruh k
omponen satuan pendidikan (whole school approach) untuk bersama-sama memiliki budaya mut
u. Agar penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik di segala lapisan pengelolaan pendidikan t
elah dikembangkan sistem penjaminan mutu pendidikan yang terdiri dari Sistem Penjaminan Mut
u Internal (SMPI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SMPE).

Sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh
komponen dalam satuan pendidikan disebut sebagai SPMI. SPMI mencakup seluruh aspek penyel
enggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP. Sistem
penjaminan mutu ini dievaluasi dan dikembangkan secara berkelanjutan oleh satuan pendidikan
dan juga ditetapkan oleh satuan pendidikan untuk dituangkan dalam pedoman pengelolaan satu
an pendidikan serta disosialisasikan kepada pemangku kepentingan satuan pendidikan. Agar pela
ksanaan SPMI dapat dilakukan oleh seluruh satuan pendidikan dengan optimal, perlu dikembang
kan satuan pendidikan yang akan menjadi model penerapan penjaminan mutu pendidikan secara
mandiri, yang selanjutnya disebut sekolah model, sebagai gambaran langsung kepada satuan pe
ndidikan lain yang akan menerapkan penjaminan mutu pendidikan sehingga terjadi pola pengim
basan pelaksanaan penjaminan mutu hingga ke seluruh satuan pendidikan di Indonesia.

Pada tahun 2016 ini akan di laksanakan program sekolah model. Sekolah model adalah sekolah
berbasis standar nasional pendidikan, yang mencakup 8 standar nasional pendidikan yakni standa
r kompetensi lulusan, standar proses, standar isi, standar penilaian, standar PTK ,standar pengelol
aan, standar pembiayaan, standar sarpras . Sekolah model adalah sekolah yang ditetapkan dan d
ibina oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) untuk menjadi sekolah acuan bagi sek
olah lain di sekitarnya dalam penerapan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri. Sekolah m
odel menerapkan seluruh siklus penjaminan mutu pendidikan secara sistemik, holistik, dan berkel
anjutan, sehingga budaya mutu tumbuh dan berkembang secara mandiri pada sekolah tersebut.

Sekolah model dipilih dari sekolah yang belum memenuhi SNP untuk dibina oleh LPMP bersama
sama pemerintah daerah agar dapat menerapkan penjaminan mutu pendidikan di sekolah mere
ka sebagai upaya untuk memenuhi SNP. Pembinaan oleh LPMP dan pemerintah daerah dilakuka
n hingga sekolah telah mampu melaksanakan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri. Sekol
ah model dijadikan sebagai sekolah percontohan bagi sekolah lain yang akan menerapkan penja
minan mutu pendidikan secara mandiri. Sekolah model memiliki tanggungjawab untuk mengimba
skan praktik baik penerapan penjaminan mutu pendidikan kepada lima sekolah di sekitarnya, sek
olah yang diimbaskan ini selanjutnya disebut dengan sekolah imbas.

Sekolah model akan dibina oleh LPMP dibantu oleh fasilitator daerah. Pembinaan yang diterima
oleh sekolah dalam bentuk pelatihan, pendampingan, supervisi serta monitoring dan evaluasi. Pe
mbinaan tersebut dilakukan oleh LPMP hingga sekolah tersebut mampu melaksanakan penjamina
n mutu pendidikan secara mandiri. Kemandirian sekolah diukur oleh LPMP pada kegiatan monito
ring dan evaluasi sesuai instrumen yang disediakan.

C. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanakan

Pelaksanaan EDS yang dikembangkan oleh LPMP dengan model SPMI merupakan hal yang baru
sehingga dalam pelaksanaannya banyak hal-hal yang ditemukan. Pada umumnya hal yang banya
k dirasakan adalah hambatan atau kesulitan. Hambatan yang ditemua beradal dari dalam team S
PMI sendiri maupun dari pihak luar yang bersinggungan dengan program SPMI. Adapun hmbata
n dimaksud adalah sebagai berikut

1. Hambatan Internal

Hambatan internal banyak ditemukan dari dalam team SPMI sendiri atau guru lain yang tidak te
rlibat dalam team. Hambatan dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Rendahnya pemahaman anggota team sehingga terdapat keraguan dalam melaksanakan


setiap tahapan kegiatan sesuai panduan LPMP

b. Bamyaknya kesibukan yang dialami para guru sehingga efektivitas kegiatan EDS tergang
gu

c. Rendahnya semangat para guru dan team berkaitan dengan kemampuan penggunaan I
T

d. Belum memiliki komitmen yang kuat untuk melaksanakan segala langkah-langkah EDS se
suai dengan penduan dari LPMP

2. Hambatan Eksternal

a. Rendahnya respon sekolah imbas sehingga ikut menganggu siklus yang seharusnya dila
ksanakan
b. Banyaknya kegiatan lain yang membuat terhambatnya siklus sehingga mengurangi kuapit
as yang diharapkan

c. Rendahnya tanggapan lembaga yang ada di sekitar, sehingga komunikasi kurang berjala
n sesuai perencanaan

D. Faktor Pendukung

Faktor pendukung yang membantu terlaksannya seluruh siklus kegiatan SPMI adalah sebagai beri
kut

1. Fasilitas sekolah yang memungkinkan aktivitas berjalan dengan baik

2. Tingginya semangat dari kepala sekolah sehingga keseluruhan kegiatan dapat dilaksanaka
n dengan tepat waktu

3. Solidnya team dalam setiap kegiatan

4. Kesiapan seluruh warga sekolah

E. Langkah Pencapaian Kegiatan

Langkah yang ditempuh dalam mendampingi sekolah model dalam melaksanakan EDS berdasark
an sistem yang dikembangkan LPMP dalam bentuk sekolah model SPMI adalah sebagai berikut.

1. Sosialisasi sekitar kesiapan Calon Sekolah Model untuk progran SPMI, berdasarkan hasil p
elatihan Fasda tanggal 11 s.d 14 Juli 2017 yang bertempat di LPMP Cimareme Bandung, dengan
hasil sebagai berikut.

a. SD 1 Cibadak yang beralamat di jln Perintis Kemerdekaan Kecamatan Cibadak Sukabumi

b. SD 3 Cinadak yang beralamat di jln Perintis Kemerdekaan Kecamatan Cibadak Sukabumi

2. Sosialisasi terhadap warga sekolah sebagai bentuk motivasi, dengan cara kegiatan papara
n materi, diskusi dan curah gagasan berdasarkan hasil pelatihan Fasda sehingga menghasilkan ke
sepakan untuk siap melaksanakan fase-fase SPMI dengan menghasilkan komitmen

3. Membentuk team SPMI, dengan mengoptimalkan guru yang ada berdasarkan kemampua
n dan kesiapan. Dalam kegiatan ini diperoleh 10 anggota dan 2 orang sebagai Team Monev ya
ng tersiri atas 1 guru dan komite sekolah
4. Penyiapan berbagai perangkat yang dibutuhkan, baik sarana maupun prasarana untuk be
rbagai kegiatan pelaksanaan pemetaan mutu dan pemenuhan mutu.

5. Melaksanakan pendampingan I selama tiga hari sengan didampingi petugas dari LPMP

6. Melakukan pendampingan ketika sekolah model sedang melakukan pemetaan mutu seba
gai bentuk EDS berdasarkan raport sekolah dari hasil PMP tahun sebelumnya

7. Mendampingi sekolah melakukan siklus-siklus pemenuhan mutu, rencana aksi, rencana pe


laksanaan program, dan pelaksanaan program.

8. Mendampingi petugas monev dalam menyusun instrumen dan melaksanakan monev saat
pelaksanaan program pemenuhan mutu berlangsung.

9. Melaksanaan pendampingan II sebagai bentuk evaluasi dan refleksi diri dari kegiatan pas
ka in 1, dalam bentuk :

a. pemetaan mutu dengan bersandar pada hasil pemetaan PMP tahun 2016 berupa nilai r
apor sekolah

b. rencana pemenuhan mutu, dengan mengisi instrumen yang telah disiapkan LPMP berdas
arkan hasil pemetaan sebelumnya

c. menyusun rencana aksi, berdasarkan rencana pemenuhan mutu sertarekomendasi yang t


elah disusun

d. membuat program pemenuhan mutu, berdasarkan rekomendasi hasil pemetaan mutu dal
am bentuk program kegiatan serta proposal kegiatan

e. melaksanakan program pemenuhan mutu dalam berbagai bentuk kegiatan seperti IHT, s
urah gagasan, workshop, dll

10. Mendampingi persiapan ekspos, dalam berbagai kegiatan seperti :

a. Persiapan alat dan bahan

b. Berbagai aktivitas selama expose

c. Menyiapkan dan memposisikan petugas

d. Mendampingi pembuatan stan

11. Melaksanakan ekspos di tingkat Kabupaten Sukabumi yang dilaksanakan di Yayasan Yasti Cis
aat Sukabumi tanggal 20-21 Nopember 2017
F. Hasil yang Diperoleh

Pelaksanaan program pemetaan mutu dengan siklus yang telah dilewati, tentu saja memperlihat
kan beberapa hasil yang dicapai. Adapun hasil yang begitu signifikan, adalah sebagai berikut

1. Peningkatan Kompetensi

a. Kepala sekolah lebih memahami langkah-langkah EDS yang benar berdasarkan pemetaa
n mutu dari raport sekolah hasil PMP tahun sebelumnya, sehingga dalam penyusunan RKT dan
RAKS telah sesuai dengan kebutuhan sekolah yang sesungguhnya.

b. Guru mengetahui peranan dalam perencanaan pengelolaan pendidikan sehingga dapat


memebantu kepala sekolah dalam perencanaan dan pelaksanaan

c. Komite sekolah memahami peranannya dalam memberikan masukan dan pengawasa ter
hadap pelaksanaan pemetaan, perencanaan, pemenuhan mutu yang dilaksanakan sekolah

d. Warga sekolah lainnya memiliki pemahaman tentang proses perencanaan dan EDS sehin
gga dapat memberikan berbagai masukan bagi sekolah

2. Dimilikinya sikap positif bagi budaya mutu dalam bentuk

a. Motivasi dan semangat yang tinggi

b. Komitmen menciptakan budaya mutu

c. Kerjasama yang solid seluruh komponen sekolah

d. Aktivitas warga sekolah yang dinamis

e. Saling membantu dan kekeluargaan

3. Diperoleh berbagai perangkat berupa

a. Daftar isian pemetaan mutu berdasarkan analisa team

b. Rekomendasi hasil pemetaan debagai dasar penusunan rencana

c. Rencana pemenuhan mutu

d. Rencana aksi

e. Program pemehuhan mutu


f. Instrumen monitoring dan evaluasi

4. Meningkatnya kemampuan kepala sekolah dalam

a. Menganalisis kebutuhan berdasarkan pemetaan

b. Menysun EDS yang sesuai kebutuhan sekolah

c. Menyusun RKS/RKT atau RAKS

d. Menyusun program pegiatan pemenuhan mutu

e. Melaksanakan berbagai kegiatan pemenuhan mutu

5. Meningkatnya kemampuan guru dan warga sekolah dalam

a. Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang kebutuhan proses pembelajaran

b. Membantu sekolah dalam penyusunan perencanaan pengelolaan sekolah

c. Waga sekolah memiliki rasa percaya diri yang kuat berkaitan dengan tugas dan tanggu
ng jawabnya dalam kegiatan sekolah model SPMI

6. Guru memiliki keterampikan yang lebih baik berkaitan dengan hasil pemenuhan mutu ya
ng telah dilaksanakan, berupa:

a. RPP yang sesuai dengan permen no 22 tahun 2017 yang memuat PPK, literasi, saintifik
dan penilaian HOTS

b. Penggunaan model pembelajaran dalam perencanaan proses pembelajaran (RPP)

c. Pelaksanaan proses pembelajaran yang menggunakan berbagai model pembelajaran

d. Kompetensi penggunaan komputer untuk keperluan penilaian terutama aplikasi exel dan
kegunaannya

G. PENUTUP

1. KESIMPULAN

Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan senagai berikut.


a. Kegiatan pendampingan sekolah model SPMI dapat meningkatkan kemampuan kepala s
ekolah dalam pengelolaan sekolah, khususnya dalam penyusunan rancana kerja sekolah, hal ini d
itandai dengan memiliki EDS yang sesuai kebutuhan, diperolehnya RKS yang sesuai dengan kebu
tuhan riil di sekolah, dan berbagai prorgam pemenuhan mutu yang sesuai dengan hasil EDS.

b. Kegiatan proses SPMI dapat meningkatkan pemahaman warga sekolah untuk berperan a
ktif dan membantu kepala sekolah dalam perencanaan dan pelaksanaan program sekolah.

c. Kegiatan SPMI dapat menciptakan budaya mutu warga sekolah ditandai dengan adanya
komitmen, motivasi, kerja sama, dan kepedulian terhadap perkembangan kualitas pendidikan

d. Kegiatan pemenuhan mutu dengan berbagai kegiatan, dapat meningkatkan kemampuan


guru dalam penyusunan perencanaan pembelajaran (RPP), pelaksanaan proses pembelajaran, pela
ksanaan evaluasi terhadap hasil pembelajaran, dan melaksanakan penilaian pembelajaran dengan
menindaklanjuti hasil evaluasi.

2. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan di atas, penulis dapat merekomendasikan beberapa has seperti berikut ini.

a. Sekolah imbas perlu melaksanakan langkah-langkah sesuai dengan siklus yang diperoleh
pada saat pendampingan, sehingga mendapat manfaat yang sama seperti sekolah model SPMI

b. Kepada pemangku kepentingan, diharapkan dapat bekerja sama dalam setiap proses pe
metaan mutu sehingga dapat memberikan masukan yang sangat berharga bagi sekolah

c. Para pengambil kebijakan, diharapkan dapat mensosalisasikan kepada seluruh sekolah di


lingkungan kecamatan, dengan memenfaatkan Fasilitator Daerah yang ada di wlayahnya.

H. DAFTAR PUSTAKA

Kemdikbud. (2016). Pedoman Umum Sistem P enjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah
. Jakarta:

Kemdikbud. Kemdikbud. (2016). Petunjuk pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan oleh satuan p
endidikan . Jakarta:

Nanang Fattah. (2012). Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
best practice sekolah m

Anda mungkin juga menyukai