Anda di halaman 1dari 54

UPT SUNGAI TABUK 2

Definisi
Infeksi akibat bakteri gram negatif Bordetella
pertusis pada saluran nafas sehingga
meninmbulkan batuk heba yang khas ( IDAI,
2011)
PERTUSIS

* Infeksi akut
* Serang saluran napas
* Sangat menular
* Batuk khas, sifat spasmodik /
paroksis- mal
* Diakhiri tarikan napas panjang
dan bunyi melengking (whoop)
PERTUSIS
Dikenal
- Batuk 100 hari
- Batuk rejan
- Whooping cough
- Tussis quinta
- Violent cough

Masa penularan
7 hari terinfeksi - 21 hari ada gejala
(std kataralis awal std paroksismal)
ETIOLOGI
Etiologi :
Bordetella pertussis
Genus Bordetella punya 4 spesies :
* Bordetella pertussis
* Bordetella parapertussis
* Bordetella bronkiseptika
* Bordetella avium
ETIOLOGI
Ciri-ciri Bordetella pertussis
* Coccobacilus, bentuk ovoid
* Panjang 0,5 - 1 m, diameter 0,2 - 0,2m

* Gram negatip
* Tidak berspora
* Tidak bergerak
* Berkapsul
* Pewarnaan toluidin blue
granula bipo- ler metakromatik
* Media perbenihan :
EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi
* Penyebaran diseluruh dunia, berpendu-
duk padat terutama di negara berkem-
bang
* Manusia merupakan satu-satunya host
* Ditularkan melalui udara secara kontak
langsung (droplet infection)

* Menyerang semua umur ( 2 minggu


dewasa), terbanyak usia 1 5 thn.
EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi (2)
* Insidens di Amerika Serikat :
- usia < 6 bln : 35%
- usia < 1 thn : 45%
- usia < 5 thn : 66%
* Kematian dan jumlah kasus dirawat ter-
banyak pada usia 6 bln pertama kehi-
dupan
EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi (3)
* Makin muda usia, makin berbahaya
penya- kitnya
* Adanya program imunisasi, morbiditas
mulai , tapi masih merupakan salah satu
masalah kesehatan
* Tingkat ketularan pada anak non imunisasi
70 -100%, sedang yang di imunisasi
15 - 50%
* Gambaran klinis pada orang dewasa tidak
khas, seringkali hanya subklinis
EPIDEMIOLOGI
Cara penularan
Droplet infection

Masa inkubasi
6 20 hari dengan rata-rata 7 10 hari
PATOGENESIS
Patogenesis

Secara umum patogenesis infeksi Bordetella


pertusis terjadi melalui 4 tingkatan :
- perlekatan pada cilia dan multiplikasi
- perlawanan terhadap mekanisme peja-
mu
- kerusakan lokal
- timbul penyakit sistemik
PATOGENESIS
Patogenesis
* Bordetella pertussis yang terhirup me-
lalui udara pernapasan melekat
pada cilia epithel saluran napas.
* Setelah melekat terjadi multiplikasi dan
menyebar keseluruh permukaan epithel
saluran napas.
* Proses ini tidak invasif bakteriemia (-)
PATOGENESIS
Patogenesis
* Selama bermultiplikasi, bakteri
menghasilkan toksin yang menimbulkan
gejala penyakit , yg terpenting :
- Pertusis toxin
Toxin sub unit A
aktivasi enzym membran sel
Toxin sub unit B
berikatan dgn reseptor sel
target
PATOGENESIS
Patogenesis
- LPF hambat migrasi limfosit dan
makrofag ke daerah infeksi
- Toxin mediated adenosine diphos-
phate (ADP) atur sintesis protein
didalam sitoplasma yang berakibat
: perubahan fungsi fisiologis sel
tar- get, termasuk limfosit (lemah
dan mati)
meningkatkan pengeluaran
hista- min dan serotonin
PATOGENESIS
Patogenesis
memblokir beta adrenergik
meningkatkan aktivitas insulin
kadar gula darah
- Dermonecrotic toxin heat labile
cytoplasmic toxin yang menyebabkan
kontraksi otot polos pembuluh darah
dinding trakhea menyebabkan
iskemia dan nekrosis trakhea
PATOGENESIS
Patogenesis
- Sitotoksin bersifat menghambat sintesa
DNA sebabkan siliostasis dan kema-
tian sel -
Pertusis lipopolysaccharid (endotoksin)
tidak terlalu penting pd proses
patogenesis
* Toksin peradangan ringan dgn hiperpla-
sia jaringan limfoid peribronkial
* terbentuk mukus pada permukaan cilia
batuk dan gangguan fungsi cilia
PATOGENESIS
Patogenesis
*Mudah terjadi infeksi sekunder tersering
oleh :
Streptokokus pneumoniae
Haemofilus influenzae
Stafilokokus aureus
* Mukus tertumpuk
sumbatan jalan napas
kolaps paru (atelektasis)
PATOGENESIS
Patogenesis
* Serangan batuk
gangguan oksigenisasi
- hipoksemia
- sianosis
efek valsava
PATOGENESIS
Bordetella
pertusis
Melekat pd cilia epithel 7-10 hr

LPT -> lymphocytosis Bronkus


promoting factor Bronkiolus

Mukosa :
Limfositosis Fokal nekrosis +
Sebukan sel radang
Eksudat
mukopurulen Peribronkial-
intertitial-
Batuk penumonitis
Sumbatan Atelektasis
jalan napas bronkiektasi
Eksudat Peribronkial-
mukopurulen intertitial-
penumonitis

Batuk spasmodik

Sumbatan
jalan napas Frenulum lidah robek
Aspirasi pneumonia
Hipoksia
Dehidrasi
Atelektasis Efek valsava
bronkiektasi
GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik
Secara umum gambaran klinik terdiri dari :
* stadium kataralis
* stadium paroksismal (spasmodik)
* stadium konvalesen
Manifestasi klinis bergantung :
* etiologi
* umur
* status imunisasi
GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik
Gejala pada anak < 2 tahun :
- batuk paroksismal (100%)
- whoop (60 - 70%)
- emesis (66 - 80%)
- dispnea (70 - 80%)
- kejang (20 - 25%)
Anak lebih besar :
manifestasi klinis lebih ringan
lama sakit lebih pendek
kejang lebih jarang
GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik
Std. Kataralis (1 - 2 minggu)
- Menyerupai gejala infeksi saluran
napas atas :
pilek (rhinorreha)
injeksi konjungtiva
lakrimasi
- Panas tidak terlalu tinggi
- Batuk ringan malam hari
Sukar dibedakan dengan common cold
GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik (4)
Pada stadium kataralis :
- Mikoorganisme tersebar di dalam inti
droplet
- Sangat infeksius
- Kuman paling mudah di isolasi
GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik
Std. Spasmodik (2 - 4 minggu)
- Batuk memberat
- Khas :
batuk spasmodik / paroksismal
panjang batuk (5 -10 x)
diakhiri tarikan napas panjang dan
bunyi melengking (whooping)
- Muntah / lendir kental
GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik (6)
- Efek valsava
- Hipersalivasi
- Lakrimasi
- Hiperhidrasi
- Apatis -
Berat badan menurun -
Batuk mudah dibangkitkan dengan stres
emosional (menangis, sedih, gembira)
dan aktivitas fisik
GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik (6)
Std. Konvalesensi (1 - 2 minggu)
- Serangan batuk berkurang
- Batuk akan menghilang setelah 2 3
minggu
- Napsu makan timbul lagi
LABORATORIUM
Laboratorium
3
- Leukosit : 20.000 - 40.000 / mm
- Limfosit : 70 - 80% (limfositosis absolut)
akhir std. kataralis atau std paroksismal
- Isolasi kuman Bordetella pertussis :
std kataralis 95 100%
std paroksismal 94% pada
minggu ke-3 dan menurun sampai
20% untuk waktu berikutnya
LABORATORIUM
Laboratorium
- Serologis : uji Ouchnulony presipitasi
antibodi pertusis

- Tes serologis berguna pada std lanjut pe-


nyakit

- Cara Elisa untuk tentukan serum Ig M,Ig G


dan Ig A terhadap FHA (filamentous hem-
Foto thorax
Infiltrat perihiler atau edema,
Penyulit : atelektasis atau empiema
Biakan
Ditemukan organisme pada apusan
nasofaring ( bahan media Bordet Gengeo )
dengan mengunakan media transport
( Regan- lowe )
INDIKASI RAWAT
Indikasi rawat
- Dehidrasi
- Sianosis
- Henti napas
- Kejang
- Kesadaran menurun
- Pneumonia
- Bayi < 3 bln
DIAGNOSIS
Diagnosis
- Anamnesis
- Pemeriksaan fisik -
Laboratorium (isolasi kuman, darah tepi
lekositosis dengan limfositosi absolut)
Anamnesis :
* Riwayat kontak
* Serangan khas batuk paroksismal dan
bunyi whoop yang jelas
* Riwayat imunisasi
Pemeriksaan Fisik
Stadium kataral Stadium
Peningkatan suhu konvelenses
Stadium paroksimal Petekie kepala/ leher
Muka merah atau Perdarahan
sianosis,
Lidah menjulur
konjungtiva
Hipersalivasi
Crackles difus
Lakrimasi

Distensi vena leher

Penurunan berat

badan
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding
1. Infeksi dengan Bordetella parapertusis, B
bronchoseptica penyakit lebih ringan

2. Infeksi dengan Adenovirus serotipe 1,2,


3 dan 5. disebut :
pertusis like syndrome.
Gejala sama dengan pertusis lebih
ringan, dibedakan dengan biakan dan
tes serologis
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding
3. Infeksi dengan klamidia, terjadi infeksi
saluran napas 2 -12 minggu setelah lahir.
Gejala: - tidak panas
- napas cepat dan dangkal
- batuk paroksismal
- darah tepi hipereosinofilia
- foto paru hiperinflasi (konsoli-
dasi dan banyak udara)
Eosi- nophilic Pertusoid
Pneumo- nitis
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding
4. Trakeobronkitis gejala berupa :
- batuk
- suara parau
- tridor inspirasi (sumbatan jalan napas)
5. Bronkiolitis :
- ekspirasi memanjang
- wheezing
- ronkhi kering
6. Aspirasi benda asing di saluran napas
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding (4)
7. Pada bayi perlu dipikirkan :
- bronkiolitis
- pneumonia bakterial
- sistik fibrosis
- tuberkulosis
- penyakit yang menyebabkan limf-
adenopatia dengan penekanan di
luar trakhea dan bronkhus
KOMPLIKASI
Komplikasi
A. Saluran napas
- bronkopneumonia
- bronkitis
- otitis media
- atelektasis
- emfisema pulmonum
- bronkiektasi
- aktivasi tuberkulosis
- pneumotoraks
- subkutan / interstitiel emfisema
KOMPLIKASI
Komplikasi
Pneumonia merupakan penyulit paling
sering sebabkan kematian 90% pada
anak < 3 tahun

Pneumonia dapat disebabkan Bordetella


pertussis sendiri, tapi lebih sering disebab-
kan bakteri sekunder Haemophylus influen-
zae, Streptokokus pnemumoniae, Stafilo-
kokus aureus, Stafilokokus pyogenes
KOMPLIKASI
Komplikasi
B. Sistem saraf pusat
- hipoksia dan anoksia (batu berkepan-
jangan dan sumbatan lendir)
- perdarahan subaraknoid masif (tekanan
intrakranial akibat batuk)
- ensefalopatia
- gangguan elektrolit
KOMPLIKASI
Komplikasi (4)
C. Lain-lain
- hemoptisis (batuk hebat)
- epistaksis
- hernia inguinalis
- prolaps rekti
- kelaparan
TATALAKSANA
1. Umum
* isolasi
* bersihkan / isap lendir
* pantau secara berkala tanda vital
* cairan dan kalori sesuai dgn
kebutuhan harian

* hindari makanan / minuman yg


merang- sang batuk
* bila tidak dapat makan /
minum cairan parenteral
* Bila perlu O2
TATALAKSANA
Tatalaksana (2)
2. Khusus
* Eritromisin : 50 mg / kg bb / hari / 3 - 4
dosis / 7 hari
* Ampicillin : 100 mg / kg bb / hari / 3 -
4 dosis
* Spiramisin : 50 mg / kg bb
/ hari / 3 ds * Kloramfenikol : 50 100
mg / kg bb / hari / 3-4 dosis
TATALAKSANA
Tatalaksana (3)
* Co-trimoksazole (ds trimetoprim) 6 9
mg / kg bb / hari / 2 dosis

Antibiotika tidak merubah perjalanan pe-


nyakit, hanya mengurangi penyebaran pe-
nyakit dan menyembuhkan komplikasi se-
perti radang paru pneumonia
TATALAKSANA
Tatalaksana (4)
Beberapa peneliti usul :
- kortiko-steroid terutama bayi pada
std paroksismal
dexametason : 0,5 mg / kg bb/ hari / i.v
/ 3dosis
prednison : 1-2 mg / kg bb / hari /
os / 3 dosis
hidrokortison : 30 mg / kg bb /
hari / i.v / 3 dosis /
TATALAKSANA
Tatalaksana (5)
- Human hyperimummune globulin
dipertimbangkan diberi pada :
anak usia < 1 tahun
berat badan < 10 kg, dosis : 1,25 - 2,5
cc / i.m.
TATALAKSANA
Tatalaksana (6)
Sebagian peneliti melaporkan bila diberi pd
std kataralis frekuensi episode batuk
paroksismal , sedangkan pada std parok-
sismal sama sekali tidak bermanfaat.

Sebagian peneliti katakan bahwa sama


sekali tidak bermanfaat walaupun diberi
pada std kataralis
PENCEGAHAN
Pencegahan
1. Imunisasi aktif
- vaksin pertusis dari Bordetella pertusis
yang telah dimatikan
- diberi bersama vaksin difteri dan tetanus
- dosis imunisasi dasar 12 IU
- diberi 3 kali dengan jarak 1 - 2
bulan, sejak usia 2 bulan
- anak usia > 7 tahun tidak
memerlukan imunisasi rutin lagi
PENCEGAHAN
Pencegahan (2)
- bila prevalensi tinggi imunisasi dapat
dimulai pada usia 2 minggu dengan ja-
rak 4 minggu

2. Imunisasi pasif
Antibodi dari ibu menembus barrier
plasenta dalam jumlah sedikit daya
lindung kurang
PENCEGAHAN
Pencegahan (3)

3. Kontak dengan penderita pertusis


* Imunsasi pasif : Human Hyperimune
Globulin (HHG) kurang efektif diper-
timbangkan pada anak usia < 2 tahun,
belum di imunisasi dan dekat dengan
penderita
PENCEGAHAN
Pencegahan (4)

* Khemoprofilaksis
Eritromisin : 50 mg / kg bb / hari / 3 - 4
dosis / 7 hari bila masa inkubasi
berlalu, gejala klinik tidak ada lakukan
imunisasi dasar atau ulangan
PROGNOSIS
Prognosis
- Bergantung usia anak yang lebih tua
prognosis lebih baik.

- Bayi mempunyai risiko kematian 0,5


1% ensefalopatia

- Observasi jangka panjang keadaan


apnea atau kejang akan menyebabkan
gangguan intelektual di kemudian hari

Anda mungkin juga menyukai