Anda di halaman 1dari 33

Demensia

Vascular &
Syndrome
Chorea

Lina Utarini - 1410211078


Demensia Vaskular
Definisi

Demensia vaskular adalah penurunan kognitif dan kemunduran


fungsional yang disebabkan oleh penyakit serebrovaskuler,
biasanya stroke hemoragik dan iskemik, juga disebabkan oleh
penyakit substansia alba iskemik atau sekuele dari hipotensi
atau hipoksia
Epidemiologi

Merupakan penyebab demensia yang ke 2 tertinggi di AS,


Eropa. 1,5% di negara barat dan kurang lebih 2,2 % di Jepang
Paling sering pada laki-laki khususnya dengan hipertensi
sebelumnya atau faktor resiko kardiovaskular lainnya
Insiden meningkat sesuai dengan pertambahan umur
Etiologi

Penyebab utama penyakit serebrovaskular yang multipel


yang menyebabkan suatu pola gejala demensia
Gangguan terutama mengenai pembuluh darah serebral
berukuran kecil dan sedang yang mengalami infark
menghasilkan lesi parenkim multipel yang menyebar pada
daerah otak yang luas
Faktor Resiko

Usia lanjut
Hipertensi
Riwayat merokok dan pengguna alkohol
Aterosklerosis
Penyakit kardiovaskular
Penyakit infeksi SSP kronis
Riwayat keluarga mengalami demensia
Klasifikasi

Gangguan kognitif vaskular ringan


Demensia multi infark
Demensia infark strategi
Demensia vaskular karena lesi lakunar
Demensia vaskular akibat lesi hemoragik
Demensia vaskular subkotrikal
Demensia campur
Gejala Klinis

Tanda dan gejala kognitif pada demensia vaskular biasanya


bervariasi dan menggambarkan peningkatan kesukaran dalam
menjalankan aktivitas harian seperti makan, berpakaian, dsb.
Secara fisik seperti :
- Kehilangan memori, pelupa
- Lambat berfikir (bradifrenia)
- Kelemahan fokal atau diskoordinasi satu/lebih ekstremitas
- Inersia, langkah berkurang
- Konsentrasi berkurang
Gejala Klinis

Tanda dan gejala perilaku seperti :


- Pembicaraan tidak jelas
- Gangguan bahasa
- Depresi, menangis, tertawa yang tidak sesuai
- Sukar menurut perintah
- Berhalusinasi
- Berjalan tanpa arah yang jelas
Diagnosis

- Anamnesis
Menanyakan faktor resiko penyakit vaskular sebelumnya seperti
hipertensi, stroke juga riwayat peminum alkohol, dan riwayat keluarga
- Pemeriksaan fisik
Pada demensia, daerah motorik, piramidal dan ekstrapiramidal ikut
terlibat secara difus maka hemiparesis dan diplegia terlihat. Apabila
manifestasi gangguan korteks piramidal/ekstrapiramidal tidak nyata,
tanda-tanda lesi organik yang mencerminkan gangguan pada korteks
premotorik dapat membangkitkan refleks-refleks. Refleks tersebut
merupakan pertanda keadaan regresi atau kemunduran kualitas fungsi
Diagnosis

MMSE (Mini-Mental State Examination) berguna untuk


mengetahui kemampuan orientasi, registrasi, perhatian, daya
ingat, kemampuan bahasa dan berhitung. Pada demensia
vaskular terdapat defisit lokal.
Diagnosis

Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan : dapat mengidentifikasi lesi otak (tumor), infark
serebri, hematoma subdural atau ekstradural, abses serebral,
penyakit serebrovaskular dan atrofi kortikal
b. MRI : hasil MRI dapat mengidentifikasi lesi pada penyakit
serebrovaskular yang mengindikasikan demensia vaskular
Tatalaksana

Tujuan penatalaksanaan demensia vaskular adalah :


- Mencegah terjadinya serangan stroke yang baru
- Menjaga dan memaksimalkan fungsi saat ini
- Mengurangi gangguan tingkah laku
- Meringankan beban pengasuh
- Menunda progresifitas ke tingkat selanjutnya
Tatalaksana

Non-Medikamentosa
a. Memperbaikki memori, seperti membawa nota untuk mencatat
nama, tanggal, tugas yang perlu dilakukan.
b. Melatih otak dengan mengingat kembali kegiatan sepanjang
hari sebelum tidur.
c. Menjauhi distraksi seperti pesan dan intsruksi yang panjang.
d. Banyak bersabar
Tatalaksana

Medikamentosa
a. Mencegah demensia vaskular memburuk dengan mengontrol
penyakit dari faktor resiko yang mampu menyebabkan
hipoksia/iskemik dan penyumbat serebrovaskular misal,
dengan menggunakan aspirin sebagai anti-platelet
b. Memperbaiki fungsi kognitif dan simptom perilaku. Obat untuk
penyakit Alzheimer yang memperbaiki fungsi kognitif juga
dapat digunakan untuk pasien demensia vaskular
Syndrome Chorea
Definisi

Chorea merupakan gerakan tak terkendali yang berupa


sentakan berskala besar dan berulang-ulang. Gangguan
gerakan hiperkinetik yang tak teratur, tak dapat diprediksi dan
tak terduga, singkat menyentak
Sebagai akibat dari aktivitas dopamine yang meningkat pada
proyeksi dari substansia nigra ke striatum, mengakibatkan
proyeksi GABA berkurang dari triatum ke globus pallidus
Epidemiologi

Merupakan kejadian yang sangat jarang, angka kejadian


1/500.000 orang
Terjadi pada semua umur
Sering terjadi pada ras kaukasia
Etiologi

Chorea bukan merupakan penyakit, tetapi merupakan gejala


yang bisa terjadi pada beberapa penyakit yang berbeda,
biasanya pada pasien yang mengalami kelainan pada ganglia
basalis di otak
Terdapat neurotransmitter dopamin yang berlebihan, sehingga
mempengaruhi fungsi normal, dapat diperburuk oleh obat-
obatan dan penyakit yang menyebabkan perubahan kadar
dopamin atau merubah kemampuan otak untuk mengenal
dopamin
Jenis

Chorea Sydenham biasanya diawali dengan infeksi


Chorea Gravidarum biasanya pada wanita hamil
Huntington Disease
Athetosis gerakan yang lambat, mengalir, menggeliat diluar
kesadaran
Hemiballismus disebabkan gangguan vaskular
Gejala Klinis

Gerak chorea melibatkan jari-jari dan tangan, diikuti secara


gradual oleh lengan dan menyebar ke muka dan lidah
Bicara menjadi cadel
Gerakan terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga, akan
berkurang atau menghilang jika pasien tertidur, bertambah
buruk jika mengalami tekanan emosional
Ketidakmampuan untuk mengendalikan kontraksi voluntar
Diagnosis

Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Ditandai adanya kedutan pada jari-jari dan pada wajah, seiring
waktu amplitudo meningkat, pergerakan seperti menari
mengganggu pergerakan voluntar. Berbicara tidak teratur.
Hipotonus.
Kelainan perilaku berubah secara khas terdiri dari perubahan
kepribadian, apatis, impulsif, paranoia, delusi, halusinasi atau
psikosis
Diagnosis

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium pada penyakit Huntington
ditemukan kelainan pada kromosom 4, pengulangan abnormal
dari trinukleotid CAG. Pada Chorea Sydenham terdapat infeksi
streptokokus
b. MRI adanya perbedaan volume pada cauda, putamen, dan
globus pallidus
Tatalaksana

Hanya bersifat simptomatik terhadap gejala-gejala yang


ditemukan
Penggunaan agen neuroleptik sebagai antagonis reseptor
dopamine, diantaranya haloperidol dan fluphenazine
Haloperidol untuk mengobati pergerakan irregular pada otot
muka, dosis rendah 0,5-1 mg/d PO
Fluphenazine inhibitor dopaminergik mesolimbic, dosis 0,5-1
mg/d PO

Anda mungkin juga menyukai