Anda di halaman 1dari 42

Lesi Multipel pada Serebri

Pramadhita Junaidi, S.Ked


110610018
Pendahuluan
Otak merupakan organ penting.
Adanya lesi pada otak mengakibatkan terjadinya peningkatan
tekanan intrakranial serta tanda dan gejala lokal.
Lesi pada otak dapat disebabkan oleh abses serta tumor
intraserebri.
Laporan Kasus
Identitas
Nama : Tn. H
No. MR : 07.86.66
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 1-7-1968
Usia : 48 tahun
Alamat : Gampong Krueng Mbang, Geuredong Pase
Suku Bangsa : Aceh
Agama : Islam
Tanggal MRS : 4 Agustus 2016
Anamnesa
Keluhan Utama : Tidak bisa berbicara
Keluhan Tambahan : Anggota gerak tidak dapat digerakkan, sakit
kepala, muntah
Riwayat Penyakit Sekarang
Os dibawa keluarga dengan keluhan tidak bisa berbicara secara tiba-tiba
pada saat os baru bangun tidur.
Sebelumnya os mengeluhkan nyeri kepala dan muntah
Os juga tidak bisa menggerakkan badannya
Saat sampai di IGD os tidak merespon saat dipanggil keluarga dan
mengalami kejang.
Os sudah mengalami sakit kepala yang hilang timbul selama 2 tahun
terakhir.
Semenjak 1 tahun terakhir os menyatakan matanya sering menjadi kabur.
Riwayat penyakit dahulu: disangkal
Riwayat penggunaan obat: disangkal
Riwayat penyakit keluarga: Darah Tinggi.
Riwayat Sosial:
Os merupakan perokok aktif.
Os biasanya mengkonsumsi kopi 3 gelas perhari.
Os biasanya makan masakan rumah.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
1. Keadaan Sakit : Sakit Berat
2. Kesadaran : Saporocoma, GCS E4VafasiaM3
3. Tekanan Darah: 160/90 mmHg
4. Nadi : 120 x/i, reguller, kuat angkat, isi penuh
5. Frekuensi Pernafasan : 32 x/i
6. Suhu : 39,8C
Status Generalis

Kepala Thoraks

Abdomen Ekstremitas
Status Neurologis
4 Agustus 2016

1. Kesadaran : Saporocoma, GCS 4. Rangsangan Meningeal


E4VafasiaM3 Kaku kuduk : (+)
2. Pupil : isokor, diameter 2 mm Brudzinski 1 : (-)
Refleks cahaya langsung : (+/+) Brudzinski 2 : (-)
melambat
Brudzinski 3 : (-)
Refleks cahaya tidak langsung:
Brudzinski 4 : (-)
(+/+)
Kernig : (-/-)
3. Nervus Kranialis : tidak dapat
dinilai. Laseq : (+/-)
5. Reflek Fisiologi 7. Reflek Patologi
Biceps : (0/0) Triceps : Hoffman : (-/-)
(0/0) Tromner : (-/-)
Patella : (+1/+1) Babinski : (-/-)
Achilles : (+1/+1) Chaddock : (-/-)
6. Motorik Oppenheim : (-/-)
Tonus : Gordon : (-/-)
Trophy: Schaeffer: (-/-)
Paresis: tidak bisa dinilai
8. Refleks sensorik: tidak bisa dinilai
9. Fungsi Otonom:
Miksi : Inkontinensia (-)
Retensi (-)
Anuria (-)
Defekasi :
Inkontinensia (-)
Retensi (-)
10. Koordinasi dan Keseimbangan :
Tidak dapat dinilai
8 Agustus 2016
1. Kesadaran : Somnolen, N III :
GCS E3VafasiaM3 Ptosis (-/-)
Refleks cahaya tidak langsung: (+/+)
2. Pupil : simetris, diameter 2 mm
Pergerakan bola mata ke arah medial (+/
Refleks cahaya langsung : (+/+) +),ke arah atas dalam (+/+), atas luar (+/+),
melambat bawah luar (+/+)
Refleks cahaya tidak langsung: (+/+) N IV : Melirik ke arah bawah dalam (+/
3. Nervus Kranialis : +)
NV :
N I : Normal
Sensibilitas: V1: (+)
N II : V2: (+)
Refleks Cahaya Langsung (+/+) V3: (+)
Visus : Menurun Membuka mulut (+), menggerakkan
Lapangan pandang : tidak bisa dinilai rahang (+), kekuatan kontraksi m. massester
dan m. Temporalis simetris. Dagu tampak
Buta warna : Tidak bisa dinilai simetris.
N VI : gerakkan bola mata ke arah lateral 4. Rangsangan Meningeal
(+/+)
N VII : Menutup mata (+/+),
Kaku kuduk : (+)
mengerutkan dahi (+) simetris, Brudzinski 1 : (-)
menggembungkan pipi (+/+), sudut bibir
Brudzinski 2 : (-)
simetris.
N VIII : Pendengaran normal Brudzinski 3 : (-)
N IX X : Disfagia (-), Brudzinski 4 : (-)
disarthria (-), uvula simetris. Kernig : (-/-)
N XI : tidak bisa dinilai
N XII : deviasi lidah (-),
Laseq : (+/-)
atrofi lidah (-)
5. Reflek Fisiologi 8. Reflek Patologi
Biceps : (+1/+1) Hoffman : (-/-)
Triceps : (+1/+1) Tromner : (-/-)
Patella : (+1/+1) Babinski : (-/-)
Achilles : (+1/+1) Chaddock : (-/-)
6. Motorik Oppenheim : (-/-)
Tonus : Gordon : (-/-)
Trophy: Schaeffer: (-/-)
Paresis:
9. Refleks sensorik: tidak bisa dinilai
10. Fungsi Otonom:
Miksi : Inkontinensia (-)
Retensi (-)
Anuria (-)
Defekasi : Inkontinensia (-)
Retensi (-)
11. Koordinasi dan Keseimbangan : Tidak dapat dinilai
Pemeriksaan Penunjang
5-8-2016
Hematologi Klinik / Kimia Darah
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 14,4 g % L. 13-18
Eritrosit 5,2 / L. 4,5-6,5 /
Leukosit 11,4 / 4-11 /
Hematokrit 50,7 % 37-47 %
MCV 96 fl 76-96 fl
MCH 27,5 pg 27-32 pg
MCHC 28,4 g% 30-35 g %
RDW 15,2 % 11-15 %
Trombosit 228 / 150-450 /
Glukosa sewaktu 93 mg/dl 110/200 mg/dl
Interpretasi:
Batas cortex dan Medulla tegas
Gyri dan Sulcy tampak prominent
Tampak lesi hypodens bulat, multiple,
batas tegas di parietooccipital dextra
dengan oedem peritumoral.
Sistema ventricle tak melebar/
menyempit
Bulbus oculi, nervus opticus normal,
simetris
Air cellae mastoid dalam batas
normal.
Diagnosis
Diagnosa Klinis : Penurunan Kesadaran, Afasia, Kejang Parsial
Kompleks
Diagnosa Topis : Lesi Intracerebri lobus Parietooccipital Dextra
Diagnosa Etiologi : Peningkatan tekanan intrakranial
Diagnosa Patologis:
dd: 1. Abses Serebri
2. Glioblastoma
3. Brain Metastasis
Resume
Tn. H bibawa oleh keluarga datang dengan dengan keluhan tidak bisa berbicara secara tiba-
tiba pada saat os baru bangun tidur. Os sebelumnya mengeluhkan nyeri kepala dan muntah.
Nyeri kepala sudah dirasakan selama 2 tahuun terakhir. Pada saat sampai di IGD, os tidak
merespon saat dipanggil oleh keluarganya. Os juga mengalami kejang dengan gerakan
kepala dan tangan menyentak-menyentak serta mata berkedip-kedip.
Pada pemeriksaan didapatkan os dalam keadaan sakit berat, kesadaran Soporocoma
dengan GCS E4VafasiaM3, tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 120 x/i, pernafasan 32 x/i dan
suhu 39,8 C. Pupil mata didapatkan dalam keadaan isokor, dengan diameter 2 mm, refleks
cahaya langsung (+/+) melambat, dan refleks cahaya tidak langsung (+/+). Pada pemeriksaan
fisik dijumpai abdomen dalam keadaan distensi, pada perkusi berbunyi sonor dengan
peristaltik yang positif. Pada pemeriksaan neurologis dijumpai kaku kuduk positif, serta
dijumpai laseq sign positif pada kaki kanan. Otot pada ekstremitas atas dijumpai dalam
keadaan hipertonus.
Pasien diduga mengalami peningkatan tekanan intrakranial, dan didiagnosa dengan lesi
intraserebri.
Terapi Prognosis

02 3-4 l/i Quo ad Vitam : Dubia ad malam


IVFD RL 20 gtt/i Quo ad Fungsionam : Dubia ad malam
Inj. Citicolin 500 mg/12 jam Quo ad Sanasionam : Dubia ad malam
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
Inj. Piracetam 3 gr/8 jam
Inj. Ondancentron 1 amp/12 jam
Drip Sohobion 1 amp/hari
Oral : Kutoin 2 x 100 mg
As. Folat 2 x 400 mg
Paracetamol 4x500 mg
DC (+), NGT (+)
Lembar Follow-Up
Tanggal Subjective Objective Assasment Plan Theraphy
4/8-2016 Keluarga os T: 39,3C dd: - Darah 02 3-4 l/i
H + 1 MRS menyatakan TD : 150/80 1. Massa rutin IVFD RL 20 gtt/i
bahwa os tidak mmHg intraserebri - Brain CT- Citicolin 500 mg/12
bsia bicara Nadi:100 x/i, 2. Stroke Scan jam
selama 12 reguller, kuat hemoragic - Pindah Ranitidin 50 mg/12
jam. angkat, isi 3. Stroke ICU jam
Os tidak penuh iskemik Piracetam 3 gr/8 jam
berespon jika RR: 34 x/i Ondancentron 1
dipanggil oleh Kesadaran: amp/12 jam
keluarga Saporocoma Drip Sohobion 1
Muntah (+) GCS: amp/hari
Perut berangin E4VafasiaM3 Kutoin 2 x 100 mg
(+) Distensi As. Folat 2 x 400 mg
Kejang pada abdomen (+), Paracetamol 4x500
tangan dan peristaltik (+) mg
leher os (+) DC (+)
NGT (+)
5/8-2016 Pasien tidak T: 37,2 C Dd: IVFD assering 20 gtt/i
H+2 MRS merespon jika TD: 130/70 1. Lesi IVFD manitol 125 cc/8
dipanggil oleh HR: 82 x/i, MultipleIntr jam
keluarga reguller, kuat aserebri Ambacin 1 gr/12 jam
Kejang pada angkat, isi penuh 2. Stroke Ranitidin 50 mg/ 8 jam
tangan dan RR : 24 x/i Iskemik Dexamethason 1 amp/
leher (-) Kesadaran: 6 jam
Perut berangin Soporocoma Citicolin 500 mg/ 12
(-) GCS: jam
Muntah (+) 2 E4VafasiaM5 Ondancentrone 1 amp/
kali Abdomen soepel, 12 jam
peristaltik (+) Drip sohobion 1
amp/hari
Kutoin 2x100 mg
Paracetamol 4 x 500 mg
As. Folat 2 x 400 mg
DC (+)
NGT (+)
6/8-2016 Pasien Pasien T: 37 C Dd: IVFD assering 20 gtt/i
H+3 MRS tidak TD: 150/70 1. Lesi IVFD manitol 125 cc/8
merespon jika HR: 78 x/i, MultipleInt jam
dipanggil oleh reguller, kuat raserebri Ambacin 1 gr/12 jam
keluarga angkat, isi 2. Stroke Ranitidin 50 mg/ 8
Kejang pada penuh Iskemik jam
tangan dan RR : 20 x/i Dexamethason 1
leher (-) Kesadaran: amp/ 6 jam
Perut berangin soporocoma Citicolin 500 mg/ 12
(-) GCS: jam
Muntah (-) E4VafasiaM5 Ondancentrone 1
amp/ 12 jam
Drip sohobion 1
amp/hari
Kutoin 2x100 mg
Paracetamol 4 x 500
mg
As. Folat 2 x 400 mg
DC (+)
NGT (+)
7/8-2016 Pasien sudah T: 37,4 C Dd: IVFD assering 20 gtt/i
H+4 MRS bisa merespon TD: 160/80 1. Lesi IVFD manitol 125 cc/8
jika dipanggil mmHg MultipleIntr jam
oleh keluarga. HR: 70 x/i, aserebri Ambacin 1 gr/12 jam
Pasien bisa reguller, kuat 2. Stroke Ranitidin 50 mg/ 8 jam
bersuara angkat, isi penuh Iskemik Dexamethason 1 amp/
kembali. RR : 20 x/i 6 jam
Nyeri kepala (+) Kesadaran: Citicolin 500 mg/ 12
Somnolen jam
GCS: E3,V3,M6 Ondancentrone 1 amp/
KP
Drip sohobion 1
amp/hari
Kutoin 2x100 mg
Paracetamol 4 x 500 mg
As. Folat 2 x 400 mg
DC (+)
NGT (+)
8/12-2015 Pasien dapat T: 36,0 C Dd: Rujuk ke IVFD assering 20 gtt/i
H+5 MRS berkomunikasi TD: 100/60 1. Absses Bagian Bedah Ambacin 1 gr/12 jam
saat diajak HR: 70 x/i, Cerebr Saraf RSUZA Ranitidin 50 mg/ 12
bicara, namun reguller, kuat 2. Glioblastom jam
sering tidur. angkat, isi penuh a Dexamethason 1 amp/
Pasien meminta RR : 20 x/i 3. Brain 8 jam
makan melalui Kesadaran: metastase Citicolin 500 mg/ 12
mulut. Somnolen jam
Batuk (+) GCS: E3V5M6 Ondancentrone 1 amp/
Nyeri Kepala (+) KP
tapi sudah Drip sohobion 1
berkurang amp/hari
Kutoin 2x100 mg
Paracetamol 4 x 500 mg
As. Folat 2 x 400 mg
Codein 3x1 tab
DC (+)
NGT (aff)
Tinjauan Pustaka
ABSES CEREBRI

Definisi

infeksi intraserebral fokal yang dimulai sebagai serebritis yang lokalisatorik


dan berkembang menjadi kumpulan pus yang dikelilingi oleh kapsul otak
disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri, fungus dan protozoa.
Etiologi
Patofisiologi
Terjadi reaksi radang lokal,dimulai hari ke 1-3.
Sel radang terdapat pada tunika adventisia dari pembuluh darah dan mengelilingi daerah nekrosis infeksi.
Early
Cerebritis Terjadi edema di sekitar otak dan peningkatan efek massa karna pembesaran abses.

Daerah pusat nekrosis membesar akibat peningkatan acellular debris dan pembentukan pus.
Late Edema otak menyebar maksimal sehingga lesi menjadi sangat besar.
Cerebritis

Pusat nekrosis mengecil, magrofag menelan acellular debris dan fibroblast meningkat dalam pembentukan
Early capsul kapsul.
Formation

Bentuk pusat nekrosis diisi oleh acellular debris dan sel radang
Kapsul kolagen yang tebal
Late Capsule
Formation Lapisan neurovaskular sehubungan dengan serebritis yang berlanjut
Manifestasi Klinis

Gejala Peningkatan TIK


Gejala Infeksi

Gejala Neurologik Fokal


Demam Sakit Kepala Kejang
Leukositosis Muntah Paresis
Proyektil Ataksia
Papil Edema Afasia
Penegakkan Diagnosa
Peningkatan Leukosit dan LED
Pemeriksaan EEG
CT-Scan
MRI
Terapi
Penatalaksanaan terhadap efek massa (abses dan edema)
Terapi antibiotik dan test sensitifitas dari kultur material abses
Terapi bedah saraf (aspirasi atau eksisi)
Pengobatan terhadap infeksi primer
Pencegahan kejang
Neurorehabilitasi
Pemilihan Antibiotik
Etiologi Antibiotik

Infeksi bakteri gram negatif, Meropenem


bakteri anaerob, Prognosis
stafilokokkus dan
stretokokkus 70 % dari pasien dengan abses otak
memiliki prognosis baik dengan tidak
Penyakit jantung sianotik Penissilin dan
metronidazole ada atau minimal gejala sisa neurologis
Post VP-Shunt Vancomycin dan
ceptazidine
Otitis media, sinusitis, atau Vancomycin
mastoiditis
Infeksi meningitis citrobacter Sefalosporin generasi
ketiga, yang secara
umum dikombinasi
dengan terapi
aminoglikosida
Glioblastoma

Adalah tumor otak yang ditemukan


paling ganas yang berasal dari sel
glia.
Patogenesis
Manifestasi Klinis
Hemiparese
Mual dan Muntah
Sakit kepala persisten
Penglihatan ganda atau kabur
Kehilangan nafsu makan
Perubahan suasana hati dan kepribadian
Perubahan dalam kemampuan untuk berpikir dan belajar
Kejang
Pemeriksaan Penunjang
CT- Scan
MRI
Terapi Prognosis
Reseksi bedah maksimal Penderita glioblastoma rata-rata
Radioterapi memiliki harapan hidup < 1 tahun.
Kemoterapi 1,8% dapat bertahan hidup lebih dari 3
Adjuvant dengan temozolomide tahun
Brain Metastase

Neoplasma yang berasal pada


jaringan diluar sistem saraf pusat
Definisi
dan menyebar secara sekunder ke
otak
Thanks for Your Attention

Anda mungkin juga menyukai