Anda di halaman 1dari 21

ISPA

Oleh: Kelompok 7
Aip Saripudin 25010112120052
Hanni Yuliani 25010112140105
Kinanti Fajar Cahyaning Tyas 25010112140207
Maknunah Setyo Wati 25010112140292
Barkah Haryo W 25010112140370
Marisa Gita Putri 25010112130397
LATAR BELAKANG
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut
yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung
kurang lebih 14 hari.
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus atau benda polutan yang masuk
melalui saluran pernafasan.
ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia (radang paru-paru) jika tidak
segera diobati. ISPA yang menjadi pneumonia sering terjadi pada anak-
anak terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan
keadaan lingkungan yang tidak sehat.
TUJUAN
Mahasiswa mampu memahami dan mendeskripsikan tentang:
1. Agen utama penyebab ISPA
2. Epidemiologi dan factor resiko ISPA
3. Manifestasi klinis ISPA
4. Patogenesis ISPA
5. Diagnosis ISPA
6. Pencegahan dan pengendalian ISPA
AGEN PENYEBAB ISPA
Bakteri Virus Jamur
Genus streptococcus Golongan myxovirus Clamydia
Stapylococcus Adenovirus Trachomatis
Pnemococcus Coronavirus
Haemophilus Picornavirus
Bordetella Herpesvirus
Corynebacterium
Mycoplaasma
LANJUTAN
ISPA merupakan penyakit multifaktor yaitu tidak hanya disebabkan oleh
bakteri, virus atau jamur tetapi zat polutan udara juga bisa menjadi faktor
terjadinya ISPA.
Kandungan bahan kimia tertentu yang dapat membahayakan saluran
pernafasan adalah nitrogen oksida, sulfur oksida,karbon monoksida dsb.
Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan
dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku
bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran
pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar.
LANJUTAN
Produksi lendir meningkat -> penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya
sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan -> kesulitan bernafas sehingga
benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran
pernafasan
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, ada lima provinsi dengan ISPA tertinggi diantaranya adalah
Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara
Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%).
Merupakan salah satu penyebab kunjungan pasien pada sarana
kesehatan. Sebanyak 40%-60% kunjungan berobat dipuskesmas dan 15%-
30% kunjungan berobat dirawat jalan dan rawat inap.
Mengakibatkan sekitar 20%-30% kematian anak balita karena anak-anak
dan balita merupakan populasi yang paling rentan terkena ISPA
Jumlah balita dengan ISPA di Indonesia pada tahun 2011 adalah lima
diantara 1.000 balita yang berarti sebanyak 150.000 balita meninggal
pertahun atau sebanyak 12.500 balita perbulan atau 416 kasus sehari atau
17 balita perjam atau seorang balita perlima menit.
Jumlah prevalensi penderita ISPA di Indonesia adalah 9,4% (Depkes, 2012).
FAKTOR RESIKO
1. Usia : penelitian yang di lakukan Suwanjutha (1994) bahwa usia 2 tahun
sampai 5 tahun mempunyai resiko menderita ISPA lebih besar di banding
anak usia 2 bulan sampai kurang 1 tahun.
2. Jenis kelamin: penelitian yang di lakukan Dharmage (1996) bahwa
kejadian ISPA lebih sering didapatkan pada anak laki-laki di banding anak
perempuan.
3. Status gizi: penelitian Dewi (1995) dan Kristina (2000) bahwa status nutrisi
buruk merupakan factor resiko ISPA pada balita. Demikian juga James
(1995) menyebutkan bahwa kelompok bayi dan anak dengan status gizi
buruk mempunyai resiko lebih tinggi dibanding bayi dan balita dengan
gizi normal.
4. Berat badan lahir: penelitian Dharmage (1996) membuktikan bahwa
bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai resiko
menderita ISPA lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang lahir
dengan berat badan normal.
5. Pemberian ASI: penelitian Dhamage (1996) membuktikan bahwa balita
yang tidak diberi atau kurang mendapat ASI eksklusif memiliki resiko 3,2
kali dibanding balita yang diberi cukup ASI eksklusif.
6. Pendidikan orang tua: Orang tua dengan pendidikan rendah kurang
memahami tentang penyakit ISPA, baik penyebab, penularan maupun
pencegahannya sehingga gejala dini infeksi tidak segera diketahui.
7. Merokok: baik perokok aktif maupun pasif paparan asapnya
menyebabkan kerusakan silia, epitel alveoli, dan sekresi lender yang
berlebihan di dalam saluran pernafasan, yang memudahkan anak
menderita ISPA.
8. Status ekonomi: Penghasilan keluarga yang rendah menyebabkan
pemenuhan akan kebutuhan gizi anak dan perumahan yang
memenuhi syarat bagi kesehatan belum dapat terpenuhi.
9. Keadaan rumah: Rumah yang padat penghuninya akan
mempermudah penularan penyakit di antara penghuninya,
terutamapenyakit menular yang penularannya secara direct contact
maupun droplet spread.
TANDA DAN GEJALA
A. Gejala ISPA ringan:
1. Batuk
2. Suara serak
3. Flu atau pilek
4. Demam
B. Gejala ISPA sedang:
1. Nafas menjadi pendek dan cepat
2. Demam dengan suhu lebih dari 39 derajat celcius
3. Tenggorokan berwarna merah
4. Timbul bercak merah pada kulit
5. Telinga menjadi sakit
6. Pernafasan berbunyi seperti mendengkur dan menciut
C. Gejala ISPA berat:
1. Bibir atau kulit membiru
2. Kesadaran menurun
3. Nadi cepat lebih dari 160x atau tidak teraba
4. Sela iga tertarik ke dalam saat bernafas
PATOGENESIS

Virus masuk Silia gagal


Virus merusak
melalui saluran mendorong
lapisen epitel
pernafasan virus ke arah
dan mukosa
hidung faring
Iritasi virus pada lapisan epitel dan mukosa
tersebut menyebabkan timbulnya batuk
kering

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi


terjadinya infeksi sekunder bakteri

Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat


menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam
tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang,
demam, dan juga bisa menyebar ke saluran
nafas bawah
DIAGNOSIS
Dapat di tegakkan dengan cara:
1. Pemeriksaan dahak /sputum
2. Pemeriksaan imunologi
3. Biakan specimen fungsi dan aspirasi paru
4. Spesimen darah
Diagnosis pnemonia pada balita didasarkan pada adanya batuk dan atau
kesukaran bernafas disertai peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat)
sesuai umur.
LANJUTAN
Batas nafas cepat adalah:
1. Pada anak usia kurang 2 bulan frekuensi pernafasan sebanyak 60
kali permenit atau lebih.
2. Pada anak usia 2 bulan - <1 tahun frekuensi pernafasan sebanyak 50
kali per menit atau lebih.
3. Pada anak usia 1 tahun - <5 tahun frekuensi pernafasan sebanyak 40
kali per menit atau lebih.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
1. Melakukan perlindungan terhadap mukosa mulut dan hidung, dan
kebersihan tangan.
2. Pengawasan administrasi yang meliputi deteksi dini, isolasi, pelaporan, dan
pembentukan struktur organisasi pencegahan dan pengendalian infeksi,
merupakan komponen kunci untuk mencegah penyebaran patogen yang
dapat menjadi ancaman kesehatan masyarakat.
3. Pengendalian lingkungan, seperti ventilasi yang baik, penempatan pasien
dengan benar, pembersihan lingkungan secara memadai dapat
membantu menurunkan penyebaran beberapa patogen penyebab ISPA .
KESIMPULAN DAN SARAN
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang
kompleks dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi.
Penyakit ini multifaktoral yaitu dapat disebabkan tidak hanya satu faktor
seperti infeksi virus, bakteri, jamur dan zat polutan udara.
Saran:
1. Menjaga kebersihan diri, keluarga maupun lingkungan di sekitar rumah.
2. Menutup mulut ketika bersin maupun beraktifitas ketika sedang sakit.
3. Segera periksa ke dokter apabila ada anggota keluarga yang di curigai
menderita ISPA.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai