Anda di halaman 1dari 29

Oleh :

Lidya Puspitasari 04054821618049


Shulakshana A/P Manikam 04054821618006
Yesi Eka Molita 04054821618195
Ayu Novalia 04054821618211
M. Yufimar Riza Fadilah 04054821618213
Moh. Wafa Adillah Prabunegara 04054821618232

Pembimbing :
dr. Anita Masidin, MS, Sp.OK
Tenaga kerja = partner bagi perusahaan dan
subjek yang penting dalam pembangunan
nasional keselamatan dan kesehatan kerja
(K3)
75% pasien TB = (15-59 tahun) dengan
prevalensi 110 per 100.000 (Depkes RI, 2004)
menganggu produktivitas kerja dan
produktivitas perusahaan
UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja pasal 3 ayat (1) huruf H,
pengusaha di wajibkan untuk mencegah dan
mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik fisik, maupun psikis, keracunan, infeksi,
dan penularan.
Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosa yang ditularkan
melalui udara (droplet nuclei) (Widoyono,
2008).

Penyebaran TBC
Penyebaran bronkogen
Penyebaran limfogen
Penyebaran hematogen
Epidemiologi
1993, WHO mencanangkan kedaruratan
global penyakit TB karena pada sebagian
besar negara di dunia, penyakit TB tidak
terkendali, ini disebabkan banyaknya
penderita yang tidak berhasil disembuhkan,
terutama penderita menular (BTA positif).
Diperkirakan 95% penderita TB dan 98%
kematian akibat TB di dunia, terjadi pada
negara-negara berkembang (Depkes RI,
2006).
Indonesia ke-3 terbanyak di dunia setelah
India dan Cina
jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah
pasien TB di dunia.
2004, ada 539.000 kasus baru dan kematian
101.000 orang.
Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per
100.000 penduduk (Depkes RI, 2006).
Setiap tahunnya, bertambah dengan seperempat
juta kasus baru TB paru dan sekitar 140.000
kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan
oleh TB paru.
Prinsip Penanggulangan TB di Tempat
Kerja
Perlindungan pasien keluarga dan tempat
lain di lingkungan kerja
Selalu berpihak kepada pasien, menjaga
kerahasiaan kondisi medik dan catatan medik,
sangat krusial untuk menjamin kepercayaan diri
tenaga kerja untuk mengobati penyakitnya.
Memberikan manfaat kesejahteraan sosial bagi
pasien dan keluarganya.
Pemberian OAT dan pelayanan gratis,
Pemberian gaji tetap selama pengobatan
Bebas biaya transport ke UPK dan pemberian makan
tambahan.
Memberikan perlindungan kepada orang lain yang
berada di tempat kerja untuk tidak tertular oleh
pasien TB di tempat kerja.
Membantu pasien TB menyesuaikan beban
kerja/tugas dengan kondisi kesehatannya.
Untuk menjamin keberhasilan pengobatan
diperlukan seorang pengawas observasi medik
(POB).
Menjamin tempat kerja yang aman
Menggunakan kampanye penyuluhan untuk
mengurangi stigma.
Mengembangkan dan menerapkan kebijakan
management yang jelas.
Menerapkan pengawasan lingkungan fisik.
Pengendalian lingkungan fisik di tempat
kerja.
Langkah membangun kemitraan
Identifikasi calon mitra potensial
Sosialisasi tentang program tuberkulosis
Penyamaan persepsi
Pembentukan Komitmen
Pengaturan peran
Komunikasi intensif
Melakukan kegiatan
Pemantauan dan penilaian
Stakeholder penanggulangan TB di tempat
kerja
Strategi DOTS
Komitment politis dari para pengambil
keputusan, termasuk dukungan dana
Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak
secara mikroskopik
Pengobatan dengan bantuan OAT jangka
pendek dengan pengawasanlangsung oleh
pengawas menelan obat (PMO)
Kesinambungan persediaan OAT jangka
pendek dengan mutu terjamin
Pencatatan dan pelaporan secara baku utuk
memudahkan pemantauan dan evaluasi
program penanggulangan TB.
Penerapan Strategi DOTS
Saat peluncuran:
Jaminan bahwa program dikembangkan
menjangkau seluruh pekerja,
Jaminan bahwa program berkolaborasi
dengan Dinas Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja
serta pihak-pihak terkait setempat,
Menyepakati garis besar tujuan program
dan komit terhadap pelaksanaan jangka
panjang.
Menjamin bahwa jajaran tempat kerja
memahami dan respek terhadap pentingnya
program.
Menjamin bahwa jajaran tempat kerja
memahami kebijakan baru dan peran mereka
dalam pelaksanaan.
Saat program berlangsung:
Jaminan kebijakan sebagai dasar.
Jaminan bahwa kasus tercatat dan terlapor serta
hasilnya dilaporkan ke Subdit TB, atau Dinkes
setempat.
Mendorong advokasi program yang efektif.
Review kegiatan:
Penanganan isu-isu dan pemanfaatan peluang
untuk menyukseskan tujuan.
Alokasi sumber daya yang memadai secara rutin
Tahap pelaksana program TB di tempat kerja
Membangun jejaring (internal & eksternal, alur/map,
peran, fungsi dan tanggung jawab logistic, biaya
operasional, rujukan, sistem pelaporan)
Menjamin kelangsungan penanggulangan TB
Langkah-langkah program DOTS TB di
tempat kerja
Pembentukan kelompok kerja TB
Penyusunan konsep dan kebijakan
pelaksanaan program TB strategi DOTS di
tempat kerja di Indonesia
Advokasi untuk mendapatkan komitmen
Assessment di tempat kerja
Sosialisasi program TB strategi DOTS di
tempat kerja
Pengembangan sistem dan jejaring
pelaksanaan program TB strategi DOTS di
industri
Advokasi kepada pihak manajemen
industri, Departemen Perindustrian, SPSI
(Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) dan
organisasi terikat
Menyusun rencana kerja
Pelatihan petugas medis, paramedic, dan
petugas laboratorium
Implementasi program TB strategi DOTS di
industri
Pertemuan koordinasi
Monitoring dan Supervisi
Evaluasi.
Menjamin Kelangsungan Penanggulangan
TB
Membangun kapasitas stakeholder
bekerja sama dengan NTP
Menyusun perencanaan bersama dengan
pembagian peran/ tanggung jawab dalam
kegiatan penanggulangan TB pada seluruh
stakeholder yang terlibat
Membangun komitmen dalam menjamin
kelangsungan kegiatan
Pelaksanaan Penanggulangan TB di
Tempat Kerja
Penemuan Pasien TB di Tempat Kerja
Identifikasi Suspek
Diagnosis
Upaya Promosi Kesehatan dan Pencegahan
di Tempat Kerja
Advokasi kesehatan,
Komunikasi,
Mobilisasi sosial.

Monitoring dan Evaluasi 6 bulan 1 tahun


Jumlah Petugas yang telah dilatih
Ketersediaan Logistik
Pencatatan dan pelaporan yang baku.
Tenaga kerja = partner bagi perusahaan dan
subjek yang penting dalam pembangunan
nasional keselamatan dan kesehatan kerja
(K3)
Tuberkulosis adalah penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosa yang ditularkan
melalui udara (droplet nuclei) (Widoyono,
2008).
Indonesia ke-3 terbanyak di dunia setelah
India dan Cina
Faktor-faktor yang erat hubungannya
dengan kejadian TB paru
Adanya sumber penularan, riwayat kontak
penderita, tingkat sosial ekonomi, tingkat
paparan, virulensi basil, daya tahan tubuh
rendah berkaitan dengan genetik, keadaan gizi,
faktor faali, usia, nutrisi, imunisasi, keadaan
perumahan.
Penanggulangan TB di tempat kerja
Pekerja berkumpul secara regular pada waktu
yang pasti, sistem komunikasi relative mudah dan
pada beberapa tempat kerja memiliki system
pelayanan dan fasilitas kesehatan kerja sehingga
dapat digunakan untuk keperluan pencegahan,
penanganan pasien dan dukungan lainnya.
Perusahaan memiliki kemampuan management
untuk menyukseskan kegiatan penanggulan TB
(supply/demand), serta dalam mencapai hasil
(target) untuk menjalankan programs DOTS
(directly observed treatment short course
chemotherapy) di tempat kerja.
Dalam penerapan TB di tempat kerja
prinsip-prinsip yang dapat dijadikan pedoman
oleh stack holder pada penanggulangan tb di
tempat kerja
menjamin tempat kerja yang aman,
langkah membangun kemitraan dan Stakeholder
penanggulangan TB di tempat kerja.
Salah satu program nasional TB merupakan
strategis DOTS sesuai dengan rekomendasi
WHO.

Anda mungkin juga menyukai