MENGETAHUI
SUPERVISOR
I. IDENTIFIKASI
Tn. MN / Laki-laki / 59 tahun / Menikah / Islam / Warga Negara Indonesia / Suku
OKI / SD / Pedagang Kain / Kertapati / berobat ke poli RSMH pada tanggal 21
Agustus 2017
Riwayat Pendidikan
SD : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata
Riwayat Pekerjaan
Penderita bekerja sebagai pedagang kain.
Riwayat Perkawinan
Penderita memiliki 1 orang istri dan 4 orang anak.
os
Psikopatologi
Keadaan umum:
Compos mentis, perhatian adekuat, sikap kooperatif, inisiatif ada,
tingkah laku motorik normoaktif, ekspresi fasial wajar, verbalisasi jelas,
cara bicara lancar, kontak fisik-mata-verbal ada.
Keadaan spesifik:
- Keadaan afektif: afek sesuai, mood eutimik.
- Hidup emosi: stabil, terkendali, echt, bisa dirabarasakan,
normal, adekuat, arus emosi normal.
- Keadaan dan fungsi intelek: daya ingat, daya konsentrasi,
orientasi tempat-waktu-orang baik, luas pengetahuan baik,
discriminative insight baik dan discriminative judgment baik.
- Kelainan sensasi dan persepsi: ilusi (-), halusinasi auditorik dan
visual (-).
- Keadaan proses berpikir: koheren, mutu baik.
- Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan: tidak ada kelainan
- Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (covert) tidak
ada.
- Reality Testing Ability (RTA) tidak terganggu
FORMULASI DIAGNOSTIK
Diagnosis Aksis I
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan neurologis didapatkan keadaan
pasien compos mentis, tidak terdapat kelainan fisik yang menyebabkan
disfungsi otak, secara umum kemampuan kognisi pasien baik, sehingga
pasien tidak menderita gangguan mental organik (F0).
Pada pasien tidak ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita, tidak
terdapat waham, halusinasi, dan ilusi, sehingga pasien tidak menderita
gangguan psikotik (F2).
Pada pasien tidak ditemukan adanya afek depresi, kehilangan minat, dan
kegemibraan, serta berkurang energi dan mudah lelah, maka pasien ini tidak
termasuk penderita gangguan depresi (F3). Pada pasien juga tidak
ditemukan afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan
kecepatan aktivitas fisik dan mental, maka pada pasien ini tidak termasuk
penderita gangguan mania (F3). Pasien ini bukan penderita gangguan
suasana perasaan.
Pada pasien tidak didapatkan adanya cemas, panik, tidak ada keluhan fisik
yang berulang-ulang dan setelah diperiksa tidak terdapat gangguan, tidak
ada overaktivitas otonom, dan tidak terdapat ketegangan motorik, maka
pada pasien ini tidak termasuk penderita dengan gangguan neurotik,
somatoform, dan gangguan terkait stress (F4).
Pada pasien ini didapatkan keluhan tidak bisa tidur, gangguan ini sudah
terjadi selama 33 tahun, maka pasien ini mengalami gangguan fisiologis,
yaitu insomnia. Karena tidak ada kerusakan organ, maka pasien ini
termasuk penderita gangguan insomnia non organik. Pada aksis I
didapatkan gangguan insomnia non-organik (F51.0).
Diagnosis Aksis II
Keadaan umum baik, tanda vital dalam batas normal, kecuali tekanan darah,
yaitu 170/90 mmHg, tidak ada kelainan pada pemeriksaan neurologis, maka
pasien menderita hipertensi. Pada aksis III didapatkan hipertensi.
Diagnosis Aksis IV
Pasien tinggal di rumah milik sendiri bersama istri dan kedua orang
anaknya. Aktivitas sehari-hari pasien berdagang kain. Penderita
berhubungan baik dengan istri, anak-anak, saudara-saudara, dan lingkungan
sekitarnya. Penderita mengaku mengalami trauma setelah dirampok di
sawah. Pada aksis IV didapatkan trauma paska dirampok.
Diagnosis Aksis V
Saat ini pasien merasakan gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik. GAF Scale 80-71.
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
TERAPI
Psikofarmaka:
Amitrityline 25 mg 1x1
Diazepam 2 mg 1x1
Amlodipine 10 mg 1x1
Psikoterapi:
Suportif : Memberikan motivasi kepada pasien untuk selalu
berpikiran optimis dan meminum obat dengan teratur.
Keluarga : Memberikan penjelasan kepada anggota keluarga agar
bersama-sama membantu dan mendukung pasien demi
kesembuhannya.
Religius : Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan
ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya.
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
PR UJIAN
1. Apa yang dimaksud dengan Psikosis? Apa saja yang termasuk dalam psikosis?
Psikosis adalah gangguan jiwa berat yang ditandai dengan adanya gangguan reality
testing ability. Psikosis merupakan gangguan tilikan pribadi yang menyebabkan
ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya. Hasilnya, terdapat
realita baru versi orang psikosis tersebut. Psikosis adalah suatu kumpulan gejala atau
sindrom yang berhubungan gangguan psikiatri lainnya, tetapi gejala tersebut bukan
merupakan gejala spesifik penyakit tersebut, seperti yang tercantum dalam kriteria
diagnostik DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) maupun
ICD-10 (The International Statistical Classification of Diseases) atau menggunakan
kriteria diagnostik PPDGJ- III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa).
- Organik
Gangguan yang disebabkan karena adanya kelainan pada struktur sistem saraf
pusat. Contoh: delirium, demensia, amnesia.
b. Faktor Biokimia
Skizofrenia mungkin berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak yang
disebut neurotransmitter, yaitu kimiawi otak yang memungkinkan neuron-neuron
berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia
berasal dari aktivitas neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagian-
bagian tertentu otak atau dikarenakan sensitivitas yang abnormal terhadap
dopamine. Banyak ahli yang berpendapat bahwa aktivitas dopamine yang
berlebihan saja tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa neurotransmitter lain
seperti serotonin dan norepinephrine tampaknya juga memainkan peranan.
b. Penghambatan reseptor
TCA juga menghambat reseptor serotonik, adrenergik, histamin dan
muskarinik. TCA meningkatkan pikiran, memperbaiki kewaspadaan mental,
meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi angka kesakitan depresi utama
sampai 5O-70% pasien. Peningkatan perbaikan alam pikiran lambat,
memerlukan 2 minggu atau lebih. Obat-obat ini tidak menyebabkan stimulasi
SSP atau peningkatan pikiran pada orang normal. Toleransi terhadap sifat
antikolinergik TCA berkembang dalam waktu singkat. Beberapa toleransi
terhadap efek autonom TCA juga terjadi. Ketergantungan fisik dan psikologik
telah dilaporkan. Obat dapat digunakan untuk memperpanjang pengobatan
depresi tanpa kehilangan efektivitas.
4. Apa itu benzodiazepine dan bagaimana tappering off nya?
Benzodiazepin
c. Setelah stabilisasi, kurangi dosis sebesar 30% pada hari kedua atau ketiga dan
evaluasi responsnya, dengan tetap mengingat bahwa gejala yang terjadi setelah
pengurangan benzodiazepine dengan waktu paruh eliminasi pendek (contoh
lorazepam) timbul lebih cepat dibanding waktu paruh eliminasinya lebih lama
(contoh diazepam).
d. Kurangi dosis lebih lanjut sebesar 10 sampai 25 % tiap beberapa hari bila
ditoleransi.
e. Gunakan pengobatan ajuvan bila perlu- karbamazepine, antagonis reseptor b-
adrenergik, valproat, klonidin, dan antidepresan sedative telah digunakan
namun kemanjurannya dalam penanganan sindrom abstinensi benzodiazepine
belum dapat ditentukan.
c. Untuk keadaan putus Barbiturat, dapat diberikan obat yang biasa digunakan oleh
pasien. Penurunan dosis total 10 % per hari, maksimal 100 mg/hari.
Kalau timbul toksisitas, 1-2 dosis Luminal berikut dihapus, lalu dosis harian
dihitung kembali
Daftar dosis ekivalen = (untuk detoksifikasi sedatif hipnotik lain)
3). Berikan hipnotika malam saja (misalnya ; Clozapine 25 mg, Estazolam 1-2 mg)
Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis atau kambuh ditandai dengan
terdapatnya perpecahan (schism) antara pikiran, emosi dan perilaku pasien yang terkena.
Perpecahan pada pasien digambarkan dengan adanya gejala fundamental (atau primer)
spesifik, yaitu gangguan pikiran yang ditandai dengan gangguan asosiasi, khususnya
kelonggaran asosiasi. Gejala fundamental lainnya adalah gangguan afektif, autisme, dan
ambivalensi. Sedangkan gejala sekundernya adalah waham dan halusinasi.
Skozofrenia paranoid adalah salah satu sub tipe skizofrenia, dimana dalam DSM IV
disebutkan bahwa tipe ini ditandai oleh preokupasi (keasyikan) pada satu atau lebih waham
atau halusinasi dengar yang sering dan tidak ada prilaku lain yang mengarahkan kepada
terdisorganisasi ataupun katatonik.
Diagnosis Skizofrenia Paranoid
a. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
b. Sebagai tambahan :
Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
Suara suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain
lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (deusion of influence), atau passivity
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar kejar beraneka ragam,
adalah yang paling khas;
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.
Paranoid
Paranoid adalah gangguan mental yang diderita seseorang yang meyakini bahwa
orang lain ingin membahayakan dirinya.
Diagnosis Paranoid
a. Merupakan satu - satunya gejala yang paling mencolok.
b. Berlangsung kurang dari 3 bulan dan khas pribadi.
c. Bila terdapat gejala depresi, maka gejala waham harus tetap ada pada saat
depresinya hilang.
d. Tidak disebutkan panyakit otak, tidak terdapat halusinasi, dan tanpa riwayat
skizofrenia, dantanpa riwayat skizofrenik.