Abses Retrofaring
Pembimbing :
dr. Kotё Noordhianta, Sp. THT-KL, M.Kes
Oleh :
Christian Christopher S (2015-061-070)
Identitas Pasien
• Nama : Tn. H
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Usia : 36 tahun
• Alamat : Cibitung, Sukabumi
• Pekerjaan : Petani
• Tanggal Masuk : 18/8/2017
• Tanggal Pemeriksaan : 19/8/2017
Anamnesis
• Keluhan Utama :
-Nyeri menelan yang memberat sejak 2 hari SMRS sehingga membuat pasien tidak bisa
makan.
Keluhan Tambahan :
-Sakit kepala sejak 1 minggu SMRS.
-Nyeri leher sejak 1 minggu SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mulai merasa ada benjolan di tenggorokannya sejak 2 minggu SMRS. Pasien
merasa awalnya benjolan tersebut berukuran kecil (sekitar 1x1 cm), berwarna keunguan, dan
tidak nyeri. Pasien kemudian berobat ke mantri dan mendapat obat yang pasien tidak ingat
nama obatnya. Pasien merasa benjolannya sempat mengecil dan warnanya menjadi bening.
Namun 2 bulan kemudian benjolan kembali membesar dan membuat pasien sulit menelan
dan terasa nyeri saat menelan. Pasien hanya bisa makan bubur sejak 1 bulan SMRS, namun 2
hari SMRS pasien tidak bisa makan apa pun. Pasien juga mengeluh sakit kepala bagian belakang
apabila pasien memaksa menelan makanan. Pasien jug sering merasa lehernya kaku dan nyeri.
Sesak nafas disangkal pasien. Demam juga disangkal. Keluhan suara serak disangkal. Sakit
gigi/gigi lubang disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
-Keluhan serupa disangkal
-kencing manis disangkal
-Hipertensi disangkal
-Flek paru disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
-Kencing manis (-)
-Keganasan (-)
-Hipertensi (-)
Riwayat Kebiasaan
-Merokok (-)
-Alkohol (-)
Pemeriksaan Fisik Umum
• Tanda-Tanda Vital :
Antropometri :
-Keadaan Umum : tampak sakit sedang
-Berat Badan : 55 kg
-Kesadaran : CM (E4M6V5) -Tinggi badan : 165 cm
-Tekanan darah : 120/70 -BMI : 20,22 kg/m2 (gizi normal)
-Nadi : 88 kali per menit
(teratur, kuat penuh)
-Laju nafas : 16 kali per menit
-Suhu : 36,8 derajat Celcius
Pemeriksaan Fisik Umum
• Kepala : normocephali, deformitas (-)
• Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor 3mm/3mm, refleks
cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
Jantung :
-I : Ictus cordis tidak terlihat
-P : Ictus cordis tidak teraba
-P : kesan cardiomegali (-)
-A : Bunyi jantung 1 dan 2 reguler, murmur (-), gallop (-)
• Paru :
• I : gerak napas simetris Abdomen :
-I : tampak datar
• P : simetris, vokal fremitus kanan -P : teraba supel, nyeri tekan (-)
dan kiri simetris
-P : timpani di seluruh regio
• P: sonor di kedua lapang paru abdomen
• A: vesikuler +/+, rhonki -/-, -A : bising usus +, 7 kali per menit
wheezing -/-
• Punggung : skoliosis (-), deformitas (-), nyeri ketok CVA -/-
• Ekstremitas: CRT < 2 detik, akral hangat, edema -/-/-/-
• Motorik :5/5 / 5/5
• Refleks fisiologis : ++/++ ++/++
• Refleks patologis : -/-
• Sensorik : dalam batas normal
• Otonom : dalam batas normal
Pemeriksaan THT-KL
Dextra Telinga Sinistra
Intak, refleks cahaya (+), Membran timpani Intak, refleks cahaya (+),
hiperemis (-), pucat (-) hiperemis (-), pucat (-)
Nyeri tekan tragus (-), hiperemis Pre aurikula Nyeri tekan tragus (-), hiperemis
(-), edema (-), fistula (-), abses (- (-), edema (-), fistula (-), abses (-
) )
Lapang, mukosa merah muda, Cavum nasi Lapang, mukosa merah muda,
hiperemis (-), edema (-), sekret hiperemis (-), edema (-), sekret
(-), krusta (-), laserasi (-), massa (-), krusta (-), laserasi (-), massa
(-), darah (-), polip (-) (-), darah (-), polip (-)
Massa (-), hiperemis (-), abses Palatum mole Massa (-), hiperemis (-), abses
(-) (-)
Massa (-), hiperemis (-), abses Palatum durum Massa (-), hiperemis (-), abses
(-) (-)
-pasien diposisikan
supine dan kepala
direndahkan untuk
mencegah aspirasi
-dilakukan insisi secara
vertikal pada daerah
dengan fluktuasi paling
hebat dan segera
lakukan suction
Danger space
• Adalah ruang potensial antara daerah alar dan prevertebra lapis dalam dari fascia
servikalis dalam. Terletak di posterior ruang retrofaringeal dan dianterior dari ruang
prevertebra.
• Superior : basis cranii
• Inferior : diafragma
• Anterior : Fascia alaris
• Posterior : Fascia prevertebra
• Lateral : prosesus transversa vertebra
• Sumber Infeksi :
• Infeksi rongga retrofaringeal
• Infeksi rongga prevertebral
• Infeksi rongga parafaring
• Penyebaran secara limfatic dari hidung dan tenggorokan (jarang)
gejala
• Sama dengan infeksi pada rongga primer serta sepsis berat (pada keadaan
lanjut)
• Bila abses menyebar ke ruang mediastinum : sesak nafas hebat, efusi pleura
• Mortalitas : 30-40%
• Surgical : thoracotomy, drainase transservikal dan thorakal
• Komplikasi : penyebaran abses ke ruang mediastinum
terapi
• Dilakukan drainase dan pemberian antibiotik intravena.
Ruang prevertebra
• Lebih jarang terjadi
• Biasa akibat luka penetrasi
Penyebaran :
• Langsung dari corpus vertebra atau rongga yang berbatasan
• Tubercolusis vertebral (cervical Pott’s absess)
gejala
• Abses terletak di tengah (dibedakan dengan abses retrofaringeal yang
letaknya umumnya unilateral).
• Abses dingin posterior dari faring (berasal dari tubercolusis vertebral)
Ruang vaskuler
• Di dalam carotid sheat
Berisi : arteri carotis, vena jugular interna, N. Vagus
Dibatasi :
• - Anterior : m. Sternocleidomastoideus
• - Posterior : rongga prevertebra
• - Medial : rongga visceral
• - Lateral : m. Sternocleidomastoideus
• Sumber :
• Infeksi ruang parafaring (paling sering)
• Rongga Submandibular
• Rongga visceral
• Trauma atau instrumentasi
• Penyebaran : Invasi lokal dari rongga yang berbatasan
gejala
• Pitting udem di atas musculus sternocleidomastoid
• Torticollis
terapi
• Antibiotika i.v.
• Terapi cairan
• Obat anti inflamasi
• Eksplorasi dan ligasi dapat dilakukan bila setelah 72 jam setelah pemberian
terapi medikamentosa tidak ada perbaikan.
• Insisi sepanjang pinggir depan m. sternocleidomastoid
Ruang diatas os Hyoid : Ruang parafaring
• Superior : basis cranii
• Inferior : os hyoid
• Anterior : ligamen pterygomandibular
• Posterior: fascia prevertebra
• Medial : Dinding lateral faring
• Lateral : fascia servikalis profunda lapisan superficial dari m.
pterygomandibular, kel. Parotis dan mandibula.
• Sumber Infeksi :
• Paling sering infeksi dari tonsil (60%), gigi, molar 3 bawah (30%) faring dan
adenoid.
• Infeksi kelenjar parotis (abses parotis)
• Infeksi telinga tengah dengan destruksi os. mastoid dapat mengalami ekstensi ke
dalam rongga parafaring (abses bezold) dan petrositis.
• Kelenjar getah bening (drainase dari hidung dan faring).
• Post tonsilektomi yang tidak mendapat antibiotik adekuat
gejala
• Demam, trismus, difagia, odinofagia
• Edema pada sudut rahang
• Kaku pada leher
• Pemeriksaan intraoral : pembengkakan faring lateral
• Bisa mengenai syaraf cranial IX, X, XI
terapi
• Terapi cairan
• Analgetik
• Antibiotik agresif.
• First choice : Clindamcyn: Dewasa 300-900 mg /iv /im tiap 8 jam
Anak-anak : 25-40 mg / kgBB / hari i.v tiap 8 jam.
• Ceftriaxone : 1-2 mg tiap 4-8 jam iv
Dosis anak: 50-150 mg / kgBB/ hari
Insisi dan drainase
-Pemberian anestesi umum/lokal, bila ada trismus : tracheostomy
-insisi dari faring lateral melalui rute ektsraoral
-insisi horizontal 2-3 cm dibawah sudut mandibula, dan secara vertikal
sepanjang batas anterior sternocleidomastoid
-akses ke ruang parafaring didapatkan melalui diseksi tumpul antara kelenjar
submandibula dan batas sternocleidomastoid anterior
-pasang drain dan biarkan selama 48-72 jam dan beri antibiotik selama 10 hari