Dr. Yuli
DIAGNOSIS
Definisi :
• Penyakit menular dan kronik
• Mycobacterium leprae
(M.Leprae) Sifat intraseluler
obligat)
• Afinitas pertama Saraf
Perifer/Tepi Sel Schwan
• Kulit, mukosa (mulut), saluran
pernapasan bagian atas, sistem
Organ tubuh lainnya
• Tidak saraf pusat
CARDINAL SIGN
Bercak Putih
/Hipopigmentasi Sensoris Motoris Otonom
Bercak Merah : Mati Rasa Lemah Kulit Kering
Hiperpigmentasi (paresis) dan retak
Lumpuh retak
(Paralisis)
otot
Klasifikasi
KLASIFIKASI
Dasar Tujuan Jenis
Manifestasi Klinik a. Jenis a. Madrid
• Jumlah Lesi Kulit Pengobatan b.Ridley
• Jumlah Saraf b.Lama c. India
terganggu
Pengobatan d.WHO
Hasil Pemeriksaan
c. Perencanaan • PB
•BTA
Positif/Negatif Logistik • MB
Selluler (Cell Mediated Immunity/ CMI oleh Lymposit T,
semakin banyak Lymposit T Semakin Kebal
Humoral (Humural Immun) : Cell Anti Body
Normal Hubungan Kekebalan Seluler dgn Klasifikasi Kusta
CMI
Jenis Kusta
R.Jobling (1962)
T TT BT BB BL LL L
Tuberculoid Lepromatous
Madrid (1953)
PB MB WHO 1997)
Tanda Utama Kusta
TANDA UTAMA PB MB
Bercak Putih Jumlah 1-5 Jumlah >5
Penebalan saraf Hanya 1 Lebih dari 1
tepi disertai
gangguan fungsi (
mati rasa dan atau
kelemahan otot,
didaerah yang
dipersarafi saraf
BTA BTA Negatif Positive
Au.Magnus
Pemeriksaan Klinis
Radialis
Ulnaris
Syaraf Medianus
Peroneus
Lab
Tibialis Post
BTA -
Persiapan Pemeriksaan Kulit
• Tempat
– Cukup cahaya
– tdk boleh lgs dibawah sinar
matahari
– Menja kenyamanan org
diperiksa
• Waktu
– Siang hari agar cahaya
cukup
• Orang yang diperiksa
– Diberi penjelasan
– Periksa seluruh tubuh
– Anak-anak cukup celana
pendek
Pemeriksaan Pandang
1. Org yang akan diperiksa berhadapan dengan
petugas dan dimulai dari kepala (muka, cuping
telinga ki ri/kanan. Pipi kanan/kiri hidung, mulut
dagu leher bagian depan.
2. Pundak kanan , lengan bagian belakang, tangan
jari jari tangan (penderita diminta meluruskan
tangan ke depan dengan telapak tangan
menghadap keatas) , telapak tangan, lengan
bagian dalam, ketiak dada dan perut kepundak
kiri lengan kiri dst,
3. Putar badan kesisi yang lain
4. Tungkai kanan bagian luar dari atas ke bawah,
bagian dalam dari bawah keatas, tungki kiri
dengan cara yang sama
5. Bagian belakang telinga, bagian belakang leher,
punggung, pantat, tungkai belakang dan telapak
kaki.
6. Perhatikan setiap bercak (makula) bintil-bintil
(nodulus), jaringan parut, kulit yang keriput dan
setiap penebalan kulit.
7. Bilamana meragukan putarlah penderita pelan-
pelan dan periksa pada jarak ½ meter
8. Perhatikan semua kelainan dan catatlah.
Pemeriksaan Rasa Raba Kulit
• Periksa rasa raba pada kelainan kulit dengan
menggunakan kapas yang diruncing ujungnya
secara tegak lurus pada kelainan kulit yang
dicurigai
• Sebaiknya penderita duduk pada saat
pemeriksaan
• Sebelumnya petugas menenangkan bahwa
bilamana tubuhnya tersentuh oleh kapas, ia harus
menunjuk kulit yang disentuh dengan jari
telunjuknya.
• Menghitung jumlah sentuhan atau
menunjukkan jari tangan keatas utk daerah yg
sulit dijangkau. Ini dikerjakan dengan mata
terbuka, kalau sudah jelas dilakukan dengan
mata tertutup
• Disarankan mulai test pada daerh yang sehat.
• Kelaianan kelainan dikulit diperiksa secara
bergantian dari daerah yang sehat ke yang tdk
sehat (anestesi)
Bentuk lesi pada lepra
Pemeriksaan Saraf Tepi
• Tempat terjadinya
kerusakan syaraf
• Perabaan saraf tepi
Fungsi Normal Beberapa saraf Tepi
Fungsi
Saraf
Motorik Sensorik Otonom
Auricularis Magnus Mempersarafi area
belakang telinga
Facialis Mempersarafi Kelopak Rasa raba telapak
mata agar bisa menutup tangan, jari kelingking &
separuh jari manis
Ulnaris Mempersarafi Ibu Jari, Rasa raba telapak
telunjuk dan jari tengah tangan bagian ibu jari, Mempersarafi kelenjar
telunjuk, jari tengah, keringat, kelenjar
separuh jari manis minyak dan pembuluh
darah
Radialis Kekuatan Pergelangan
tangan
Peroneus Communis Kekuatan Pergelangan
kaki
Tibialis Posterior Mempersarafi jari kaki Rasa raba telapak kaki
Perabaan (Palpasi) saraf tepi
Prosedur Umum
• Pemeriksa berhadapan dengan pasien
• Perabaan dilakukan dengan tekanan ringan
sehingga tdk menyakiti pasien
• Pada saat meraba syaraf, perhatikan :
– Apakah ada penebalan/ pembesaran
– Apakah ada saraf kiri dan kanan sama besar atau
bedah
– Apakah ada nyeri atau tidak
• Perhatikan mimik pasien, tanpa menanyakan
sakit atau tidak
1. Saraf Auricularis Magnus
• Penebalan saraf Auricularis magnus tdk selalu
ditemukan melalui palpasi, sebagian besar
melalui insfeksi
• Pasien diminta untuk memalingkan wajah dari
sisi yang akan diperiksa dengan memandang
kearah bahu, bila memang tdk ditemukan
penebalan saraf ini maka telusuri daerah
bagian sisi leher dari bagian atas arah
Craniomedial ke Caudolateral
2. Saraf Radialis
• Paling Sulit diraba krn letaknya tidak
superfisial
• Pemeriksaan Palpasi saraf ini terutama adanya
nyeri pada perabaan
• Telusuri daerah lateral 1/3 lengan atas kira2
antara pertemuan triceps Brachii Caput
Longum dan lateral
3. Saraf ulnaris
• Tangan kanan pemeriksa memegang lengan kanan bawah penderita dengan
posisi siku sedikit ditekuk sehingga lengan penderita dalam keadaan rilax
• Dengan jari telunjuk tengah kiri pemeriksa mencari nervus Ulnaris disulcus
ulnaris yaitu pada lekukan diantara tonjolan tulang dan tonjolan kecil
dibagian medial (epicendilus medialis)
• Dengan tekanan ringan gulirkan pada syaraf ulnaris, dan telusuri keatas dgn
halus sambil melihat mimik/reaksi penderita tampak kesakitan atau tidak
kemudian dengan prosedur yang sama memeriksa N. ulnaris kiri (tangan kiri
pemeriksa memegang lengan kiri penderita dan tangan kanan pemeriksa
meraba N. ulnaris kiri penderita dst.)
.
4. N. peroneus communis (Poplitea Lateralis)
• Penderita diminta duduk dengan kaki dalam
keadaan relax
• pemeriksa berada dihadapan penderita dengan
tangan kanan pemeriksa kaki kiri dan tangan kiri
memeriksa kaki kanan
• Pemeriksa dengan jari telunjuk dan tengah meraba
caput fibula (di bawah lutut, tulang yang paling
menonjol ke samping luar/lateral), N. Peroneus
terletak persis di belakang caput fibula tersebut
• Dengan tekanan yang ringan syaraf tersebut digulir
bergantian kiri dan kanan sambil melihat
mimik/reaksi penderita
5 N. Tibialis posterior
• Penderita masih dalam posisi duduk relax
• Dengan jari telunjuk dan tengah pemeriksa meraba saraf nervus
tibialis posterior pada bagian belakang dan bawah dari bagian mata
kaki sebelah dalam (maleolus medialis), dengan tangan menyilang
tangan kiri memeriksa saraf Tibialis kiri dan tangan kanan
memeriksa saraf Tibialis Posterior kanan
• Dengan tekanan ringan digulir sambil melihat mimik/ reaksi dari
penderita
3. Pemeriksaan Fungsi Saraf
Pelaksanaan Pemeriksaan
Pemeriksaan Pandang
• Org yang diperiksa menghadap sumber cahaya
• Periksa dari Kepala sampai kaki
• Perhatikan setiap bercak, penebalan kulit dlsb
• Perhatikan kelainan dan kecacatan
Periksa Rasa Raba
• Gunakan kapas yang dilancipkan dgn menyentuhkan
ujung dari kapas secara tegak lurus pada kulit yang
dicurigai
• Terangkan terlebih dahulu jika orang yang diperiksa
merasakan sentuhan , ia harus menunjukkan kulit yang
disentuh
• Jika sulit dijangkau menghitung jumlah sentuhan
1. Mata
• Penderita diminta memejamkan
mata sambil diminta sedikit tutup
menengadah
• Dilihat dari depan/Samping apakah
mata tertutup dengan
sempurna/tidak ada celah
• Bagi mata yang menutup tdk rapat,
diukur lebar celahnya, lalu diukur
dengan Opthalmoskop kira2 3mm
• Fungsi sensoris mata (saraf
Trigeminus : pemeriksaan
Sensitivitas Kornea tdk dilakukan di
lapangan
Tes motorik (Paresis / Paralisis)
2. Tangan
Fungsi Sensorik Saraf Ulnaris dan Medinus
• Posisi Pasien { Tangan yang akan diperiksa
diletakkan diatas meja/paha pasien atau
bertumpu pda tangan kiri pemeriksa sehingga
semua ujung jari tersangga.
• Jelaskan pada pasien apa yg akan dilakukan
padanya, sambil memperagakan dengan
sentuhan ringan ari ujung ballpoint pada
tangannya atau satu atau 2 titik pada telapak
tanganny.
• Bila pasien merasakan sentuhan diminta
untuk menunjuk tempat sentuhan dengan jari
yang lain
• Test diulang sampai mengerti dan kooperatif
• Pasien diminta menutup mata atau menoleh
kearah berlawanan
• Usahakan titik tersebut diacak, bila pasien
tidak bisa menunjuk 2 titik atau lebih berarti
ada gangguan rasa raba pada saraf tersebut
Fungsi Motorik Kekuatan Otot
Pemeriksaan kekuatan jari kelingking
• Tangan kiri pemeriksa memegang ujung manis, tengah dan telunjuk
tangan kanan pasien, dengan telapak tangan pasien menghadap keatas
dn posisi tangan ekstensi ( jari kelingking bebas bergerak dan tidak
terhalang tangan pemeriksa)
• Minta pasien mendekatkan (adduksi) dan menjauhkan dari jari lainnya.
Bila pasien dapat melakukannya , minta ia menahan dari kelingkingnya
pada posisi jauh dari yang lain, kemudian jari telunjuk pemeriksa
mendorong pada bagian pangkal kelingking.
Bila ragu lakukan :
• Minta pasien menjepit sehelai kertas yang diletakkan antara jari manis
dan kelingking , sambil pemeriksa menarik kertas dan menilai ada
tidaknya tahanan kertas tersebut
Kesimpulan :
• Bila tahanan (+) ………kuat/K
• Bila menutup (+), tahanan (-) ………lemah tahanan/LT
• Bila gerakan buka-tutup (-), hanya bisa bergerak ke atas bawah
……..lumpuh/P
Saraf Medianus ( Kekuatan Ibu Jari )
• Tangan Kanan pemeriksa memegang jari telunjuk
sampai jari kelingking tangan kanan pasien
menghadap keatas dan dalam posisi ekstensi
• Ibu Jari pasien ditegakkan keatas sehingga tegak
lurus terhadap telapak tangan pasien ( seakan
akan menunjuk kearah hidung dan pasien diminta
untuk mempertahankan posisi tersebut
• Jari telunjuk pemeriksa menekan pangkal ibu jari
pasien yaitu dari bagian batas antara punggung
dan telapak tangan mendekati telapak tangan
Saraf Radialis (Kekuatan Pergelangan Tangan)
• Tangan kiri pemeriksa memegang punggung lengan bawah
tangan kanan pasien
• Pasien diminta menggerakan pergelangan tangan kanan
atas dan ke bawah/ekstensi fleksi
• Pasien diminta bertahan pada posisi ekstensi (keatas) lalu
dengan tangan kanan pemeriksa menekan tangan pasien
kebawah kearah fleksi
Kesimpulan :
• Bila tahanan (+) ………. Kuat /k
• Bila tahanan (-) ………..lt/lemah tahanan
• Bila gerakan fleksi-ekstensi (+) terbatas ……… lg/lemah
gerak
• Bila gerakan ekstensi (-) ………….lumpuh/
Pemeriksaan Fungsi Saraf Sensoris Tibialis Posterior
– Kaki kanan penderita diletakkan pada paha kiri, usahakan telapak kaki
mengadap keatas
– Tangan kiri pemeriksa menyanggah ujung jari kaki penderita
– Cara pemeriksaan sama seperti pada rasa raba tangan, titik-titik yang
diperiksa sesuai dengan form POD
– Pada daerah yang menebal boleh sedikit menekan dengan cekungan
berdiameter 1 cm
– Jarak penyimpangan yang bisa diterima maximal 2,5 cm
Kesimpulan:
- Bila rasa (+) …………….v
- Bila rasa (+) …………… x
Fungsi Motorik Saraf Peroneus Communis (Poplitea Lateralis)
• Penderita diminta mengangkat ujung kaki dengan tumit tetap terletak dilantai /
ekstensi maksimal (seperti berjalan dengan tumit)
• Penderita diminta bertahan pada posisi ekstensi tersebut lalu pemeriksa dengan kedua
tangan menekan yang punggungan kaki penderita kebawah / kelantai
Kesimpulan :
• Bila tahanan (+) ………… kuat / k
• Bila ekstensi (+), tahanan (-) ……… lemah tahanan / lt
• Bila gerakan ekstensi terbatas ………… lemah gerak /lg
• Bila gerakan ekstensi (-) ………. Lumpuh / P
Pengobatan
Monoterapi (1949) = DDS
PB = 3-5 Tahun
Seumur Hidup
MB = 5-10 Tahun
1964 = Resisten DDS
Berdasar
25 50 100 Dirumah
kan Berat
mg/bln mg/bln mg/bln
Badan
Lampren 100 150 300 Didepan
mg/bln mg/bln mg/bln Petugas
50 mg 2x 50 mg 50 Dirumah
seminggu setiap 2 mg/hari
har1
Sediaan dan Sifat Obat
DDS (Dapson) Diamino Diphenil Sulphone
• Tablet putih 50 mg, 100 mg
• Bakteriostatik = menghambat pertumbuhan
kuman kusta
• Dosis dewasa : 100 mg/hari, anak : 50 mg/hari
(10-15 Tahun)
Sediaan dan Sifat Obat
Lampren (B663) Klafazimin
• Kapsul coklat 50 mg, 100 mg
• Bakteriostatik = menghambat pertumbuhan
kuman kusta, bakterisial lemah dan anti
implamasi
• Minum sesudah makan
Sediaan dan Sifat Obat
Rifamfisin
• Kapsul coklat 150 mg, 300 mg, 450 mg, 600
mg
• Bakterisidal yaitu 99% kuman mati dalam satu
kali pemberian
• Minum setengah jam sebelum makan
Catatan:
1 tablet prednison (5 mg) setara dengan 1 tablet metilprednisolon (4 mg)
Indikasi merujuk: PPK 2 dan 3
1. BTA ≥ 3+ saat selesai pengobatan
2. Indeks morfologi tidak mencapai 0%
3. Reaksi reversal maupun ENL berat
4. Relaps, reinfeksi, resisten
5. Neuritis akut dan berat
6. Alergi obat
7. Ulkus plantar yang kronik
8. Komplikasi dengan penyakit lain
9. Rencana tindakan operasi
10. Rehabilitasi medik/fisik khusus
11. Lain-lain, termasuk masalah sosial dan psikologik
• Bila ada komplikasi pada organ tubuh lain, maka
tata laksana harus diintegrasikan dengan bidang
ilmu terkait, seperti saraf, mata, bedah ortopedi,
bedah vaskular, penyakit dalam, rehabilitasi
medik.
TATA LAKSANA
NON MEDIKAMENTOSA
Tata laksana non medikamentosa
• Edukasi mengenai penyakit, pengobatan, dan efek
samping pengobatan.
• Edukasi perawatan kulit, kaki, dan tangan yang
mati rasa.
• Edukasi perawatan luka.
• Edukasi untuk deteksi gangguan mata.
Kesimpulan
Kusta
PPK 1
Penyulit
Rujuk -1
PPK 2
Penyulit
Rujuk -2
PPK 3
• PPK 1 :
– Kusta tipe PB dan MB tanpa komplikasi
– Reaksi tipe 1 dan 2 ringan
• PPK 2:
– Kusta tipe PB dan MB dengan komplikasi
– Reaksi tipe 1 dan 2 sedang – berat
– Melibatkan disiplin ilmu lain terkait (Neurologi, Bedah,
Mata, Rehabilitasi Medik, dan lain-lain)
• PPK 3:
– Bila diperlukan tata laksana khusus dengan sarana lebih
lengkap. Contoh: tindakan bedah vaskular, rekonstruksi,
flap, dan lain-lain
Terima kasih
Referensi
• World Health Organization. WHO Model Prescribing Information:
Drug Used in Leprosy. Geneva:WHO. 1998.
• Bryceson A dan Pfaltzgraff. Leprosy Third Edition. Singapore:
Longman Singapore Publisher Ltd.1990.
• Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan
Penyakit Kusta. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.2014.
• World Health Organization [internet]. MDT Regiments; (4 Agustus
2015). Diunduh dari: http://www.who.int/lep/mdt/MDT_Regimens.pdf.
• Indian Association of Leprologist. First Edition. Jaypee Brothers
Medical Publishers. Ltd. 2010.