Anda di halaman 1dari 39

PANDUAN

ADVOKASI
DAN KOMUNIKASI RISIKO

PERHIMPUNAN AHLI EPIDEMIOLOGI INDONESIA


2021
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
II. ADVOKASI ................................................................................................ 2
A. Definisi Advokasi ................................................................................... 2
B. Hubungan Advokasi, Sosialisasi, Pemberdayaan dan Mobilisasi..................... 3

C. Pengertian Advokasi ............................................................................... 3


D. Tujuan Advokasi .................................................................................... 5

E. Pelaku dan Sasaran Advokasi .................................................................. 5


F. Dimana dan Kapan Advokasi ................................................................... 6

G. Proses Advokasi .................................................................................... 6

H. Apa yang Diadvokasikan ......................................................................... 7


I. Unsur-Unsur Pokok Advokasi ................................................................... 7

J. Strategi Advokasi................................................................................... 9

K. Teknik dan Kiat Advokasi ........................................................................ 9

III. KOMUNIKASI RISIKO DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT .................... 14


A. Strategi Komunikasi Risiko .................................................................... 15

B. Langkah-Langkah Perencanaan Strategi Komunikasi Risiko........................ 16

C. Analisis Situasi Komunikasi Risiko .......................................................... 17


D. Analisis Stakeholder (Pemangku Kepentingan) ......................................... 17

E. Tujuan Komunikasi Risiko ..................................................................... 17

F. Identifikasi Khalayak Sasaran ................................................................ 18

G. Pengembangan Pesan Kunci .................................................................. 18


H. Strategi Pendekatan Komunikasi Risiko ................................................... 18
I. Saluran Komunikasi ............................................................................. 18

J. Merencanakan Pelatihan & Pengembangan Kapasitas ................................ 19


K. Merencanakan Monitoring & Evaluasi ...................................................... 19
L. Langkah-Langkah Tindakan di dalam KRPM Bagi Provinsi/ Kab/Kota ........... 20

1. Bersiap Menghadapi Kemungkinan Wabah ............................................. 20

2. Satu atau Lebih Kasus yang Telah Diidentifikasi ..................................... 23


3. Sebagian Besar Kasus Penularan Lokal Terjadi ....................................... 26

4. Eskalasi Kasus yang Semakin Banyak di Berbagai Wilayah ....................... 28


5. Protokol Kesehatan ............................................................................ 29
6. Media Komunikasi dan Informasi .......................................................... 33
I. PENDAHULUAN

Dalam dunia digital seperti sekarang ini, komunikasi mempunyai peran


yang sangat penting, lebih dari masa sebelum adanya teknologi digital.
Berbagai informasi, baik informasi yang benar maupun hoax, bisa
dikirim dan beredar, yang dalam hitungan detik dapat diterima
masyarakat. Pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak 2019 telah
memberikan pembelajaran karena berdampak sangat besar pada
kehidupan sehari-hari. Mengingat pandemic ini belum pernah terjadi
sebelumnya, masyarakat sangat membutuhkan informasi yang tepat
dan akurat, karena merekalah yang menghadapi pandemi ini dan
merasakan dampaknya secara langsung. Upaya menanggulangi
penyebaran penyakit tersebut, perlu dilakukan oleh pemerintah dari
berbagai sectoral dan masyarakat bersama-sama. Informasi tentang
penyakit dan penanggulangannya yang beredar dimasyarakat saat ini
masih sulit membedakan antara yang benar dan hoaks, khususnya
kepada masyarakat awam.

Komunikasi risiko adalah komunikasi yang tepat agar masyarakat


yang berisiko memahami dan mengadopsi perilaku yang benar, juga
agar pihak yang berwenang dan para ahli dapat mendengarkan dan
menangani kekhawatiran serta kebutuhan masyarakat secara relevan
dan terpercaya. Yang juga penting adalah ketepatan waktu
komunikasi risiko, terutama untuk mengurangi rumor dan melawan
hoax. Mengacu pada kegiatan pengendalian COVID-19 selama ini,
ternyata masih banyak masyarakat yang tidak mempercayai adanya
penyakit COVID-19, dikatakan sebagai konspirasi jahat kalangan
tertentu termasuk kegiatan vaksinasinya. Demikian juga pada saat
kegiatan pelacakan kasus di lapangan, petugas banyak menemui
hambatan dengan adanya penolakan dari masyarakat untuk
diwawancara sebagai kasus maupun kontak erat, tidak mau diambil
spesimennya oleh karena adanya stigma masyarakat yang takut

1
dikucilkan. Pemerintah telah melakukan komunikasi risiko kepada
masyarakat dengan berbagai cara melalui sosial media, TV, koran, dll
namun masih belum optimal.

Advokasi adalah usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk


mempengaruhi dan mendesak terjadinya perubahan dalam kebijakan
publik secara bertahap guna mencapai tujuan yang diharapkan dengan
menggunakan informasi yang tepat dan akurat.

Untuk membantu petugas agar mengetahui bagaimana cara dalam


melakukan komunikasi risiko dan advokasi tentang COVID-19
terutama pada saat pandemi, perlu dibuat panduannya.

II. ADVOKASI

A. Definisi Advokasi
1. Suatu tindakan yang ditujukan untuk mengubah kebijakan,
kedudukan atau program dari segala tipe institusi.
2. Mengajukan, mempertahankan atau merekomendasikan suatu
gagasan di hadapan orang lain.
3. Berbicara, menarik perhatian masyarakat tentang suatu masalah
dan mengarahkan pengambilan keputusan mencari solusi.
4. Bekerjasama dengan orang atau organisasi lain untuk membuat
perubahan.
5. Memasukkan suatu problem kedalam agenda, mencari solusi
mengenai problem tersebut dan membangun dukungan untuk
bertindak menangani problem maupun solusinya.
6. Bertujuan mengubah organisasi secara internal atau mengubah
seluruh sistem.
7. Dapat melibatkan berbagai aktivitas jangka pendek yang spesifik
untuk mencapai pandangan tentang perubahan jangka panjang.

2
8. Terdiri atas berbagai macam strategi meliputi mengadakan lobi,
pemasaran kepada masyarakat, memberikan IEC, membentuk
organisasi masyarakat atau berbagai macam taktik lain.
9. Keikutsertaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
yang mempengaruhi kehidupan mereka.

B. Hubungan Advokasi, Sosialisasi, Pemberdayaan dan


Mobilisasi

C. Pengertian Advokasi
1. Upaya sistematis dan terorganisasi untuk melancarkan aksi
dengan target terjadinya perubahan kebijakan, perilaku dan
pelaksanaan melalui penggalangan dukungan berbagai
stakeholders yang berpengaruh.
2. Advokasi adalah sains dan seni, namun bila dirancang dengan
sistematis dan benar hasil advokasi akan efektif dan baik.
3. Suatu usaha sistematik dan terorganisir untuk mempengaruhi
dan mendesak terjadinya perubahan dalam kebijakan publik
secara bertahap maju dan semakin baik.

3
4. Merupakan suatu usaha perubahan sosial melalui semua saluran
dan piranti demokrasi perwakilan, proses-proses politik &
legislasi terdapat dalam sistem yang berlaku.
5. Meletakan korban kebijakan sebagai subyek utama.
6. Boleh menjadi alat siapa saja yang ingin memperjuangkan
perubahan kebijakan untuk tegaknya keadilan sosial.
7. Bermain dalam arena politik tanpa harus menjadi politisi.
8. Membutuhkan daya cipta dan imajinasi yang tinggi, terutama
dalam kegiatan lobi, kampanye, pengerahan aksi massa.

Apakah advokasi
1. Advokasi adalah proses komunikasi yang terencana untuk
mendapat dukungan dan keputusan pemecah masalah.
2. Merupakan suatu ilmu dan seni dari sudut pandang keilmuan
tidak ada formula baku.
3. Keberhasilan diperoleh jika direncanakan secara sistematis.

Upaya / proses yang Untuk memperoleh


“bijak” dukungan

Menggunakan informasi
tepat dan akurat

Mengapa perlu advokasi

4
D. Tujuan Advokasi

Terciptanya perubahan kebijakan, peraturan-peraturan, dukungan


sumber daya, kemudahan, keikutsertaan, dll untuk memecahkan
isu tertentu.

Adanya Adanya Adanya


pemahaman/ ketertarikan Adanya kemauan/ tindakan Adanya
kesadaran untuk kepedulian untuk nyata tindaklanjut
terhadap mengatasi alternative solusi terhadap kegiatan
masalah masalah masalah

Adanya Komitmen &


dukungan :
Kebijakan
Sumber daya
Kemudahan
Keikutsertaan, dll
Menginformasi memotivasi membujuk beraksi

E. Pelaku dan Sasaran Advokasi


1. Pelaku: Pakar, pejabat yang berwenang, Perguruan tinggi, Media
massa, swasta, Organisasi profesi, Organisasi masyarakat/
agama, LSM, Tokoh publik, dll dengan syarat peduli kesehatan,

5
paham masalah, berkemampuan, dipercaya/ dihormati, tidak
tercela, dll.

2. Sasaran: Pengambil keputusan, pembuat kebijakan, pembuat


opini, penyusun draft, dll. seperti Unsur pemerintah, DPR/DPRD,
Pengusaha, Penyandang Dana, Media massa, Organisasi profesi,
Organisasi masyarakat/ agama, LSM, Tokoh publik, Kelompok
potensial, Penentang/ lawan, dll.

F. Dimana dan Kapan Advokasi

❖ Tatanan formal: rapat, seminar, konferensi, semiloka,


telekonferensi.
❖ Tatanan informal: pertemuan umum dan khusus, festival event
olahraga, dirumah, reuni, arisan, pertemuan keluarga, dll.
❖ Secara langsung: komunikasi langsung dalam rapat, surat, email,
telephone, fax, dll.
❖ Secara tak langsung: komunikasi melalui kolega, teman, keluarga,
sekutu/kelompok.

G. Proses Advokasi
- Kata kunci: Pendekatan yang bijak (pas/ sesuai, cara yang baik
& benar, sesuai situasi & kondisi)
- Strategi: Membangun kepercayaan (menyamakan persepsi,
menjalin jaringan/ kemitraan/ kerjasama dan
mengembangkannya lebih lanjut.
- Langkah pokok: Mendefinisikan isu strategis, menentukan
tujuan advokasi, mengembangkan pesan advokasi, penggalangan
sumber daya termasuk dana dan mengembangkan rencana kerja.

6
H. Apa yang Diadvokasikan
1. Masalah
2. Tujuan
3. Sasaran
Temukan masalah yang perlu advokasi

I. Unsur-Unsur Pokok Advokasi


1. Data
2. Tujuan
3. Sasaran advokasi
4. Pesan
5. Pelaksanaan
6. Pengumpulan dana
7. Koalisi
8. Evaluasi

Memilih tujuan advokasi


❖ Masalah mungkin sangat kompleks
Agar tujuan advokasi berhasil, tujuan umum harus
dipersempit sampai pada tujuan advokasi yang didasarkan
jawaban terhadap pertanyaan:
a) Dapatkah masalah ini mengajak berbagai kelompok
bersama-sama membentuk koalisi yang kuat…?
b) Apakah tujuan mungkin tercapai …?
c) Apakah tujuan benar2 menangani masalah…?

7
Menggunakan data dan penelitian untuk advokasi
❖ Data dan hasil penelitian penting untuk membuat keputusan
masalah apa yang ditangani, identifikasi solusi dan tujuan yang
realistis.
❖ Data digunakan untuk mendukung argumentasi anda.

Mengidentifikasi sasaran advokasi


❖ Orang yang memiliki kewenangan untuk mengambil
keputusan.
❖ Orang yang mempengaruhi pengambil keputusan (penasehat,
orang tua, orang yang berpengaruh, media, dll.)
❖ Siapa mereka…..bagaimana mereka….?

Mengembangkan dan menyampaikan pesan advokasi


❖ Apa interest dari masing-masing sasaran, kembangkan pesan
dari hal tersebut.
❖ Dukung dengan data: berapa banyak orang yang mengalami
masalah, seberapa gawat masalahnya.

Membangun jaringan advokasi


❖ Siapa yang akan masuk dalam jaringan anda?
❖ Bagaimana anda menemui anggota jaringan yang sama?
❖ Bagaimana membuat mereka tertarik pada tujuan advokasi
anda?
❖ Bagaimana mereka dapat membantu anda?

8
J. Strategi Advokasi

1. Identifikasi masalah dan potensi untuk pemecahan masalah.


2. Melakukan persiapan & pelaksanaan dengan identifikasi
stakeholder/ mitra.
3. Mengumpulkan data/info kebijakan yang berhubungan dan
melakukan analisis kebijakan serta membuat perencanaan
strategis.
4. Membentuk jejaring lintas program/ lintas sektor yang dapat
membantu keberhasilan advokasi.
5. Dipilih isu yang strategis dan dikemas semenarik mungkin.
6. Berdasarkan isu tersebut, gunakan untuk mempengaruhi
pembuat dan pelaksana kebijakan dengan cara melakukan lobi,
negosiasi, presentasi, petisi-resolusi, melancarkan tekanan dan
mempengaruhi pembuat opini & media massa dengan cara
mobilisasi, seminar, kampanye, penggunaan media (siaran, jajak
pendapat, debat). Diharapkan akan terjadi perubahan kebijakan
publik.

K. Teknik dan Kiat Advokasi

1. Lobi politik
2. Negosiasi

9
3. Dialog
4. Seminar/presentasi
5. Debat
6. Mobilisasi massa
7. Petisi/resolusi
8. Pengembangan kelompok peduli
9. Penggunaan media massa

Audensi & Melobi


❖ Kontak pribadi dengan pembuat keputusan memberi kita
kesempatan untuk membangun hubungan dengan mereka
(sasaran).
❖ Menjalin hubungan dengan baik secara teratur usaha di
masa yang akan datang menjadi lebih mudah.
❖ Waktu yang tepat (contoh: menjelang pemilu, selama proses
penetapan anggaran).

Bagaimana mengatur pertemuan


❖ Permintaan tertulis (surat/ email)
❖ Telepon
❖ Manfaatkan jaringan yang kita punya/ orang yang kita kenal

Manfaat pertemuan tatap muka


❖ Dapat “menghadirkan wajah manusia” secara langsung atas
suatu masalah atau issue pembuat keputusan, terutama jika
orang yang terkena dampak secara langsung juga dilibatkan.
❖ Kesempatan bagus untuk melibatkan komunitas.
❖ Memungkinkan kita berdiskusi ttg masalah atau isu daripada
sekedar menyatakan posisi kita.
❖ Menciptakan hubungan pribadi yang sering berakhir pada
pengerjaan suatu hal.

10
❖ Membuat masalah/isu terlihat lebih nyata.

Kerugian pertemuan tatap muka


❖ Mungkin gagal jika pembuat keputusan tidak menyukai pribadi
pembawa pesan.
❖ Pembuat keputusan yang memiliki keterampilan negosiasi
tinggi dapat membuang waktu atau justru membelokkan
tujuan kita.
❖ Dapat memakan waktu yang lama dan membuat frustasi.

Cara melakukan lobi


❖ Buatlah titik masuk
❖ Mintalah untuk bertemu (melalui surat, tindaklanjuti melalui
telepon).
❖ Ajak sasaran anda untuk melihat masalah atau isu secara
langsung. Ajak orang yang mengalami masalah, tunjukkan
rekaman video, foto, tulisan, dll.
❖ Bersiaplah sebelum pertemuan.

Tahap 1: Kenali sasaran anda


❖ Nama lengkap, jabatan, gambaran pekerjaan, tanggungjawab,
kewenangan, biografi, catatan votingnya, afiliasi politik atau
kecenderungan politik, asosiasi pribadi, profesi dan sosialnya,
pandangan atas topik advokasi penting
❖ Browsing di internet
❖ Segala sesuatu tentang sasaran advokasi anda

Tahap 2: Fokus pada pesan


❖ Apa yang ingin kita capai?
❖ Mengapa kita ingin mencapai hal tersebut?
❖ Bagaimana kita mencapainya?

11
❖ Apa tindakan yang kita harapkan oleh pembuat keputusan?

❖ Buat 1 atau 2 lembar daftar fakta


Menjelaskan masalah atau isu yang sedang anda tangani
dengan fakta atau data untuk mendukung argument
Menjelaskan pemecahan masalah yang kita ajukan beserta
alasan utamanya
Menyikapi alasan2 utama yang berlawanan dengan idealisme
kita
Membuat daftar utama atau rekan koalisi
Sampaikan kontak person yang bisa dihubungi untuk informasi
lebih lanjut

Perhatian …
❖ Jika anda tidak dapat menjawab pertanyaan mereka, jujurlah dan
katakan kepada mereka bahwa anda tidak tahu dan akan mencari
info lebih lanjut.
❖ Kredibilitas anda sangat menentukan keberhasilan anda sebagai
pelaku advokasi.

Tahap 3: Pilih pembawa pesan yang tepat


❖ Mengajak orang yang terkena dampak langsung dari masalah
tersebut lebih terasa akrab dan mendapatkan perhatian dari
pembuat keputusan.

Advokasi pada pembuat opini & media massa


❖ Cara advokasi pada pembuat opini: audiensi, petisi,
mengirimkan lembar fakta, undang ke seminar, buat berita ke
media.

12
❖ Cara advokasi kepada media massa: mengandung unsur
berita, actual, padat dengan isu yang di advokasikan, menarik
perhatian orang, terkait dengan masalah setempat (lokal
spesifik, menghadirkan orang yang tepat, cakap, terpercaya
sebagai juru bicara, dilengkapi dengan bahan-bahan visual &
audio visual.

Presentasi efektif dalam advokasi


Membuat presentasi yang efektif
❖ Sesuaikan presentasi dengan waktu yang tersedia (bagi
seorang tokoh penting/pejabat mungkin hanya punya
kesempatan 5 menit).
❖ Pesan apa yang disampaikan dan bagaimana cara
menyampaikannya.

Teknik presentasi yang persuasif


❖ Kenali sasaran advokasi anda (argumen apa yang dapat
mempengaruhinya).
❖ Fokuskan pada pesan anda jangan minta sasaran advokasi
melakukan lebih dari 1 hal setiap bertemu, kecuali sasaran
sangat mendukung ide anda. (Gambar grafik sederhana akan
mendukung).
❖ Perhatikan penyampaian pesan (siapa yang presentasi, waktu,
bentuk).
❖ Berlatihlan, praktikkan bersama teman2 anda.

Policy brief dan lembar fakta


❖ Policy brief adalah hasil analisis terhadap suatu isu strategis
dan kebijakan dalam bentuk naskah singkat untuk meyakinkan

13
policy maker agar mengadopsi alternatif pilihan yang
diusulkan.
❖ Dokumen yang membahas isu spesifik yang ditujukan untuk
menarik perhatian pembuat kebijakan.

Why policy brief


❖ Fakta berbasis penelitian dapat memberikan kontribusi positif
terhadap proses pembuatan dan pengambilan kebijakan.
❖ Policy brief dapat menjembatani celah antara penelitian dan
para pengambil kebijakan.

Fungsi policy brief


❖ Menjelaskan & menyampaikan urgensi suatu isu tertentu.
❖ Menyajikan rekomendasi kebijakan atau implikasi suatu isu
tertentu.
❖ Menyajikan fakta-fakta untuk mendukung alasan dibalik
rekomendasi yang diberikan.
❖ Menunjukkan kepada pembaca sumber-sumber pendukung
lainnya mengenai isu tersebut.

Penulis policy brief: peneliti, institusi penelitian yang berorientasi


kebijakan, LSM, organisasi advokasi, instansi pemerintah, jaringan/
koalisi organisasi.

Sasaran policy brief: pembuat kebijakan yang memiliki berbagai


tingkat pengetahuan suatu isu. Dalam kasus tertentu ditujukan pada
pelaku pembangunan, jarang sekali untuk masyarakat umum & non
akademisi/ non pakar.

III. KOMUNIKASI RISIKO DAN PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT

14
Merupakan komponen penting yang tidak terpisahkan dalam
penanggulangan tanggap darurat kesehatan masyarakat, baik
secara lokal, nasional, maupun internasional.
Membantu mencegah infodemic (penyebaran informasi yang
salah/ hoaks),
Membangun kepercayaan publik terhadap kesiapsiagaan dan
respon pemerintah sehingga masyarakat dapat menerima
informasi dengan baik dan mengikuti anjuran pemerintah.
Meminimalkan kesalahpahaman dan mengelola isu/ hoaks
terhadap kondisi maupun risiko kesehatan yang sedang terjadi.
Bertujuan untuk dapat mengubah perilaku hidup masyarakat.
Menggunakan strategi yang melibatkan masyarakat dalam
kesiapsiagaan dan respon serta mengembangkan intervensi
yang dapat diterima dan efektif untuk menghentikan
penyebaran wabah yang semakin meluas serta dapat
melindungi individu dan komunitas.
Untuk pengawasan, pelaporan kasus, pelacakan kontak,
perawatan orang sakit dan perawatan klinis, serta pengumpulan
dukungan masyarakat lokal untuk kebutuhan logistik dan
operasional.

A. Strategi Komunikasi Risiko

Sebaiknya, perencanaan strategi komunikasi risiko dilakukan


jauh sebelum terjadinya krisis kesehatan, dan merupakan
proses berkelanjutan dengan focus pada kesiapsiagaan serta
respons. Perencanaan harus peka terhadap kebutuhan
khalayak sasaran/ target audience, partisipatif, responsif
terhadap konteks dan memasukkan umpan balik dari kelompok
masyarakat yang terdampak.
Strategi komunikasi risiko mempertimbangkan situasi, pesan
yang ingin disampaikan, khalayak sasaran, reaksi yang

15
diharapkan, dan tindakan yang diinginkan sebagai hasil dari
interaksi. Strategi komunikasi risiko didasarkan pada bukti
(misalnya data penelitian atau informasi akurat), berfokus
mendapatkan hasil, dan memungkinkan partisipasi khalayak
sasaran.

B. Langkah-Langkah Perencanaan Strategi Komunikasi Risiko

ANALISA SITUASI ANALISA STAKE HOLDER TUJUAN KOMUNIKASI


KOMUNIKASI RISIKO (PEMANGKU KEPENTINGAN) RISIKO

Lakukan analisis situasi Lakukan analisis & pemetaan Tentukan tujuan


untuk aspek komunikasi siapa saja yang terlibat & komunikasi secara rinci,
dalam penanganan risiko memiliki kepentingan terukur, tepat sasaran &
krisis kesehatan terhadap pengelolaan sesuai konteks berdasarkan
komunikasi risiko batasan waktu tertentu

STRATEGI PESAN KUNCI KHALAYAK SASARAN


KOMUNIKASI RISIKO
Kembangkan pesan- Identifikasi khlayak sasaran
pesan utama untuk yang perlu dituju sesuai
Tentukan pendekatan diingat dan dilaksanakan prioritas masalah & tujuan
komunikasi risiko yang tepat oleh khalayak sasaran yang telah ditetapkan
sesuai tujuan, khalayak agar tujuan tercapai
sasaran & pesan yang
diinginkan

SALURAN KOMUNIKASI PELATIHAN & MONITORING &


PENGEMBANGAN EVALUASI
Tentukan saluran komunikasi
sesuai tujuan, strategi, KAPASITAS Rencanakan monitoring &
khalayak sasaran, jenis pesan,
16
evaluasi sejak awal
alat komunikasi yang relevan Lakukan pelatihan dan perencanaan agar program
dan tersedia mitra pelaksana pengembangan kapasitas berjalan efektiv
serta anggaran komunikasi risiko bagi tenaga
pelaksana komunikasi
C. Analisis Situasi Komunikasi Risiko
1. Secara lengkap dan menyeluruh (paling baik)
Dari hasil survei untuk melihat jenis bencana dan risiko
krisis kesehatan yang dihadapi serta tingkat pengetahuan
& kesadaran masyarakat terhadap risiko krisis kesehatan
tersebut.
Diskusi dengan tim teknis.
Ajak organisasi lokal untuk berbagi pengalaman .
2. Secara cepat dan sederhana
Observasi,
Wawancara,
Diskusi kelompok terfokus.

D. Analisis Stakeholder (Pemangku Kepentingan)


Stakeholder adalah semua individu, kelompok masyarakat,
lembaga atau komunitas yang memiliki hubungan dan
kepentingan terhadap komunikasi risiko untuk penanggulangan
krisis kesehatan.

E. Tujuan Komunikasi Risiko


Tujuan komunikasi risiko adalah untuk menginformasikan
kepada masyarakat terutama khalayak sasasaran tentang risiko
kesehatan yang dihadapi sehingga khalayak sasaran dapat
mengambil keputusan untuk melakukan pencegahan dan
perlindungan.

17
F. Identifikasi Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran adalah individu/ kelompok yang perlu dituju
sesuai prioritas masalah dan sasaran yang telah ditetapkan.
Kelompok sasaran dikelompokkan dalam geografi (letak
wilayah), demografi (usia, dender, pendidikan), Sosiografi
(status sosial ekonomi), psikografi (gaya hidup, nilai
kepercayaan, opini, sikap).

G. Pengembangan Pesan Kunci


1. Pesan kunci adalah pesan-pesan utama yang disampaikan
oleh pemberi pesan untuk diingat dan dilaksanakan oleh
khalayak sasaran. Apa yang ingin dan perlu dikomunikasikan
dengan khalayak sasaran sehingga tujuan yang diinginkan
dapat tercapai.
2. Pesan kunci sebaiknya Ringkas (hindari jargon dan akronim),
Aktif (digunakan kalimat aktif), Positiv (bicarakan tentang
apa yang bisa dilakukan, bukan apa yang tidak bisa
dilakukan), Singkat (satu kalimat yang mudah diingat dan
mudah diucapkan), Spesifik (membahas tantangan dan
ditujukan pada khalayak sasaran tertentu).

H. Strategi Pendekatan Komunikasi Risiko


Dua strategi pendekatan utama adalah:
1. Komunikasi publik melalui kehumasan
2. Pelibatan masyarakat

I. Saluran Komunikasi
1. Komunikasi tatap langsung: Dilakukan melalui forum
pertemuan, sosialisasi, konseling, edutainment yang

18
memadukan informasi & hiburan, pameran dan kegiatan
promosi.
2. Komunikasi melalui saluran: Media cetak (koran, majalah,
leaflet dan media luar ruang).

J. Merencanakan Pelatihan & Pengembangan Kapasitas


1. Pelatihan tentang konsep komunikasi publik melalui
kehumasan, pelibatan masyarakat, pengenalan bencana,
serta pengembangan rencana komunikasi risiko dalam
rangka pencegahan, kesiapsiagaan dan respon bagi anggota
tim komunikasi risiko, tenaga kesehatan, tenaga lapangan
(kader, relawan).
2. Menyusun mekanisme penguatan kapasitas Tim komunikasi
risiko termasuk tenaga lapangan.

K. Merencanakan Monitoring & Evaluasi


Penting untuk dilakukan dalam rangka perbaikan program.

KRPM digunakan untuk mengatasi hambatan menuju


perubahan norma dan sosial.
Perubahan perilaku akan lebih berkelanjutan bila didukung oleh
empat unsur ini:

1. Kebijakan

Yaitu adanya protokol, sumberdaya, regulasi,


kepemimpinan dan sebagainya yang menjadi panduan
dalam melaksanakan perubahan sosial.

2. Sistem dan produk layanan kesehatan

19
Dalam situasi pandemi COVID-19, diperlukan standar dan
ketersediaan layanan, sistem rujukan serta suplai barang
yang terjamin ketersediaannya.

3. Norma masyarakat

Norma yang berlaku di kalangan keluarga, teman sebaya,


pasangan seringkali menjadi faktor utama pertimbangan
individu dalam mengadopsi pengetahuan dan atau perilaku
baru.

4. Individu

Pada tingkat individu, mereka membutuhkan pengetahuan


memadai, perhitungan untung rugi, keterampilan dan
kemampuan untuk mengukur diri apakah sanggup atau
tidak melakukan perilaku baru yang disarankan. Secara
umum tujuan kampanye adalah meningkatkan
pemahaman, persepsi, sikap atas risiko, penyebab, gejala,
pencegahan penularan COVID-19 bagi setiap pemangku
kepentingan yang terlibat.

L. Langkah-Langkah Tindakan di dalam KRPM Bagi Provinsi/


Kab/Kota

1. Bersiap Menghadapi Kemungkinan Wabah

1.1. SISTEM KOMUNIKASI RISIKO


a. memasukkan KRPM dalam kegiatan kesiapsiagaan
dan respon
b. Meninjau rencana KRPM untuk penyesuaian wabah
infeksi pernapasan/ pneumonia.
c. Menyetujui prosedur untuk merilis informasi secara
tepat waktu
d. Menyiapkan anggaran untuk komunikasi
e. Membentuk Tim atau unit kerja KRPM
20
1.2. KOORDINASI INTERNAL & KEMITRAAN
a. Mengidentifikasi mitra seperti kementerian/ lembaga,
PEMDA, ORMAS, LSM, organisasi profesi, tenaga
kesehatan, badan usaha/swasta,dll.
b. Menilai kapasitas komunikasi semua mitra yang
relevan dan mengidentifikasi khalayak sasaran dan
saluran komunikasi yang digunakan oleh mitra.
c. Merencanakan dan menyepakati peran dan tanggung
jawab kegiatan komunikasi melalui SOP.

1.3. KOMUNIKASI PUBLIK


a. Merancang strategi komunikasi risiko
b. Mengidentifikasi juru bicara di setiap tingkatan.
c. Membuat rancangan pola pesan sebelum
diinformasikan kepada publik.
d. Mengidentifikasi media utama/ mainstream, membuat
dan memperbarui daftar jurnalis, serta membina
hubungan baik dengan media.
e. Mengidentifikasi media, saluran komunikasi, dan nilai
jangkauan potensialnya untuk audiens sebagai target
potensial.

1.4. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


a. Menetapkan metode untuk memahami keprihatinan,
sikap, dan kepercayaan audiens utama.
b. Mengidentifikasi sasaran audiens, dan mengumpulkan
informasi tentang pengetahuan, perilaku dan saluran
komunikasi yang lebih banyak disukai.
c. Mengidentifikasi influencer.

21
d. Membangun jejaring kuat dengan kelompok
masyarakat/ komunitas.
e. Menyiapkan desa beserta perangkatnya hingga RW-
RT untuk kesiapsiagaan kemungkinan terjadinya
wabah.

1.5. MENGATASI HOAKS


a. Membangun sistem untuk pemantauan berita/isu dan,
jika perlu, memberikan klarifikasi terhadap rumor/
isu/ hoaks, dan pertanyaan publik yang menjadi topik
terhangat (manajemen isu publik).
b. Menyiapkan juru bicara/ komunikator yang ditunjuk
untuk memberikan informasi awal, sebelum
memberikan informasi yang lebih detail dengan
persetujuan pimpinan.
c. Membangun kerjasama dengan lembaga anti hoaks
atau media massa dalam menangkal hoaks/ berita
bohong.
d. Menyiapkan fasilitas saluran komunikasi dua arah
untuk kemudahan akses layanan informasi
masyarakat, seperti hotline/ call center dan media
sosial resmi pemerintah.

1.6. PENGEMBANGAN KAPASITAS


a. Mengadakan pelatihan bagi anggota tim KRPM, NAKES
dan/ atau tenaga di lapangan (kader, relawan), dari
tingkat pusat hingga desa.
b. Menyusun mekanisme penguatan kapasitas tim KRPM
termasuk tenaga lapangan dari tingkat provinsi –
kab./kota - puskesmas.

22
c. Tim tenaga lapangan ada hingga di level desa/
kelurahan yang dapat melakukan KIE secara benar &
melibatkan masyarakat secara aktif.

2. Satu atau Lebih Kasus yang Telah Diidentifikasi

2.1. SISTEM KOMUNIKASI RISIKO


a. Menyesuaikan rencana KRPM yang sudah tersedia
untuk segera dilaksanakan dan mengaktifkan tim
KRPM.
b. Mengidentifikasi dan mengaktifkan juru bicara untuk
keadaan darurat.
c. Menyusun jadwal untuk kegiatan dan produksi
komunikasi (strategi komunikasi).
d. Memantau kegiatan tanggap KRPM dg
mengidentifikasi proses untuk menunda merilis
informasi yang dapat menciptakan kebingungan di
masyarakat yang terdampak wabah.

2.2. KOORDINASI INTERNAL & KEMITRAAN


a. Mengaktifkan SOP untuk melaksanakan KRPM
berkoordinasi dengan kementerian/ lembaga dan
mitra pemerintah/ swasta.
b. Menjalin hubungan untuk operasionalisasi KRPM di
tingkat kabupaten/ kota, provinsi, dan nasional.
c. Menentukan pihak-pihak yang bertanggung jawab
untuk komunikasi internal (ke setiap kementerian/
lembaga) dan eksternal (kepada publik).

23
d. Melakukan koordinasi untuk menyiapkan pesan,
konsistensi informasi, dan penyebaran kepada publik.

2.3. KOMUNIKASI PUBLIK


a. Mengumumkan kondisi ancaman kesehatan lebih
cepat/ awal dan secara berkesinambungan
memutakhirkan data/ informasi (setelah dilakukan
penilaian dan analisis risiko).
b. Segera memberikan informasi terbaru secara terbuka,
meskipun tidak lengkap untuk menjelaskan situasi
yang terjadi (mengelola ketidakpastian),
menyediakan saluran komunikasi yang mudah diakses
publik untuk mendapatkan informasi terbaru
(misalnya hotline, situs resmi, media sosial resmi, dan
lain-lain).
c. Menggunakan saluran komunikasi yang terpercaya
dan efektif secara rutin untuk dapat dimanfaatkan
oleh publik.
d. Mengidentifikasi dan mengaktifkan influencer
terpercaya untuk membantu menyebarkan konten
positif kepada masyarakat.

2.4. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


a. Menganalisis persepsi risiko dengan cepat
berdasarkan informasi formal dan informal yang ada.
b. Memetakan publik penerima pesan untuk tanggap
cepat komunikasi (misalnya masyarakat yang
terdampak, tenaga kesehatan, pemimpin politik,
lembaga donor, dan lain-lain).
c. Menerjemahkan materi KIE ke dalam bahasa yang
mudah dipahami masyarakat.

24
d. Menggerakan influencer (misalnya tokoh masyarakat,
tokoh agama, petugas kesehatan, tabib tradisional,
dll.) dan jejaring komunitas yang ada (misalnya
organisasi kemasyarakatan/ LSM kesehatan,
kelompok perempuan (PKK), serikat pekerja, relawan
kesehatan masyarakat/ penggerak sosial untuk polio,
malaria, HIV) yang dapat digunakan untuk pelibatan
masyarakat.

2.5. MENGATASI HOAKS


a. Mengkomunikasikan informasi yang boleh dan tidak
boleh diketahui oleh publik dengan menjelaskan
sampai sejauh mana ketidakpastian yang terjadi.
b. Mengaktifkan pemantauan pemberitaan dan isu/
rumor, memverifikasi data pemantauan, dan
menjalankan mekanisme tanggap KRPM.
c. Para pelaku komunikasi agar memberi perhatian dan
prioritas pada tujuan perubahan perilaku kunci yang
dianggap esensial untuk menurunkan kasus COVID-
19 secara efektif dan efisien, oleh karena pesan yang
terlalu banyak dikeluarkan, bersifat random
(impulsive) dan selalu berubah akan menciptakan
noise yang mengganggu penerimaan pesan dan pada
akhirnya menghalangi orang untuk memahaminya.

2.6. PENGEMBANGAN KAPASITAS


a. Mengadakan pelatihan bagi anggota tim KRPM, NAKES
dan/ atau tenaga di lapangan (kader, relawan), dari
tingkat pusat hingga desa.
b. Menyusun mekanisme penguatan kapasitas tim KRPM
termasuk tenaga lapangan dari tingkat provinsi –
kab./kota - puskesmas.

25
c. Tim tenaga lapangan ada hingga di level desa/kel.
yang dapat melakukan KIE secara benar dan
melibatkan masyarakat secara aktif.

3. Sebagian Besar Kasus Penularan Lokal Terjadi

3.1. SISTEM KOMUNIKASI RISIKO


a. Aktivasi tim KRPM
b. Aktivasi juru bicara utama/harian/pakar di level
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota yang telah
ditunjuk untuk keadaan tanggap darurat
c. Memperbarui strategi komunikasi risiko untuk
keadaan tanggap darurat
d. Memantau kegiatan tanggap darurat KRPM

3.2. KOORDINASI INTERNAL & KEMITRAAN


a. Aktivasi SOP KRPM dengan berkoordinasi di antara
kementerian/lembaga/OPD serta mitra pemerintah/
swasta.
b. Mengeratkan jalinan hubungan untuk operasionalisasi
KRPM di tingkat kabupaten/ kota, provinsi, dan
nasional.
3.3. KOMUNIKASI PUBLIK
a. Juru bicara mengumumkan data dan informasi yang
terkini dan mengedukasi masyarakat terkait upaya
pencegahan dan pengendalian wabah secara rutin
setiap hari kepada publik.
b. Segera memberikan informasi terbaru secara terbuka
c. Aktivasi influencer terpercaya secara
berkesinambungan untuk membantu menyebarkan
konten positif kepada masyarakat.

26
3.4. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
a. Juru bicara mengumumkan data dan informasi yang
terkini dan mengedukasi masyarakat terkait upaya
pencegahan dan pengendalian wabah secara rutin
setiap hari kepada publik.
b. Segera memberikan informasi terbaru secara terbuka
c. Aktivasi influencer terpercaya secara
berkesinambungan untuk membantu menyebarkan
konten positif kepada masyarakat.

3.5. MENGATASI HOAKS


a. Melakukan kegiatan untuk mengatasi ketidakpastian,
persepsi, dan manajemen informasi yang salah dari
respon bagi daerah provinsi/ kabupaten/ kota dengan
satu atau lebih kasus yang telah diidentifikasi yang
tersebut di atas.
b. Gerakan masif para influencer dan jejaring/ komunitas
masyarakat sebagai kelompok anti hoaks isu dan
pemberitaan yang bohong/ belum terbukti
kebenarannya untuk melawan hoaks dan
menyebarkan berita baik/ benar terkait COVID-19.
c. Edukasi dan klarifikasi terkait berita bohong/ hoaks
COVID-19 dari pemerintah, baik pusat maupun
provinsi/ kabupaten/ kota.

3.6. PENGEMBANGAN KAPASITAS


a. Melakukan kegiatan untuk mengatasi ketidakpastian,
persepsi, dan manajemen informasi yang salah dari
respon bagi daerah provinsi/kabupaten/kota dengan
satu atau lebih kasus yang telah diidentifikasi yang
tersebut di atas.

27
b. Gerakan masif para influencer & jejaring/ komunitas
masyarakat sebagai kelompok anti-hoaks isu &
pemberitaan yang bohong/ belum terbukti
kebenarannya untuk melawan hoaks & menyebarkan
berita baik/ benar terkait COVID-19.
c. Edukasi dan klarifikasi terkait berita bohong/ hoaks
COVID-19 dari pemerintah, baik pusat maupun
provinsi/ kabupaten/ kota.

4. Eskalasi Kasus yang Semakin Banyak di Berbagai


Wilayah

❖ Menerapkan langkah-langkah tindakan dari respon bagi


daerah provinsi/kabupaten/kota dengan terjadinya wabah
dengan eskalasi kasus yang semakin banyak di berbagai
wilayah.
❖ Mengedukasi individu, kelompok/ masyarakat untuk
melakukan upaya pencegahan dan pengendalian di
masyarakat dilakukan melalui upaya kebersihan personal
dan rumah, peningkatan imunitas diri dan mengendalikan
komorbid, serta peningkatan kesehatan jiwa dan
psikososial, pembatasan interaksi fisik dan pembatasan
sosial (physical contact/ physical distancing dan social
distancing), menerapkan etika batuk dan bersin, melakukan
isolasi/ karantina sampai Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB).
❖ Menerapkan protokol kesehatan dengan konsepsi Adaptasi
Kebiasaan Baru (AKB).
❖ Masyarakat melakukan aktivitas kehidupan sosial dan
berkegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Risiko
pergerakan orang dan berkumpulnya masyarakat memiliki
potensi penularan COVID-19 yang cukup besar. Agar roda

28
perekonomian tetap dapat berjalan, maka perlu dilakukan
mitigasi dampak pandemi COVID-19.
❖ Masyarakat harus melakukan perubahan pola hidup dengan
tatanan dan adaptasi kebiasaan yang baru (new normal)
agar dapat hidup produktif dan terhindar dari penularan
COVID-19. Kedisiplinan dalam menerapkan prinsip pola
hidup yang lebih bersih dan sehat merupakan kunci dalam
menekan penularan COVID-19 pada masyarakat, sehingga
diharapkan wabah COVID-19 dapat dilewati dengan baik.
Pesan kunci pencegahan tingkat individu terutama upaya
kebersihan personal dan rumah dengan menerapkan
protokol kesehatan masih perlu dilakukan secara disiplin.

5. Protokol Kesehatan

Beberapa protokol dan panduan kesehatan terkait COVID-19


sudah diterbitkan, antara lain:

1. Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan


Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan COVID-19
dapat di unduh melalui :
https://covid19.kemkes.go.id/protokol-covid-19/protokol-
kesehatan-bagimasyarakat-di-tempat-dan-fasilitas-
umum-dalam-rangka-pencegahan-covid-19

2. Protokol Isolasi diri sendiri dalam penanganan COVID-19

dapat di unduh melalui :


https://covid19.kemkes.go.id/protokol-covid-
19/protokol-isolasi-diri-sendiri-dalampenanganan-covid-
19

3. Protokol Penanganan COVID-19 terdiri dari:

a. Protokol Komunikasi Publik


b. Protokol Kesehatan

29
c. Protokol di Area dan Transportasi Publik
d. Protokol di Area Institusi Pendidikan
e. Protokol di Pintu Masuk Wilayah Indonesia (Bandara,
Pelabuhan, dan
PLBDN)

f. Protokol dalam Lingkup Khusus Pemerintahan (VVIP),


dapat di unduh melalui :
https://covid19.kemkes.go.id/protokol-covid-
19/protokolpenanganan-covid-19

4. Protokol Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 di


Tempat Kerja Perkantoran dan Industri Dalam Mendukung
Keberlangsungan Usaha Pada Situasi Pandemi dapat di
unduh melalui :
https://covid19.kemkes.go.id/protokol-covid-
19/panduanpencegahan-dan-pengendalian-corona-virus-
disease-2019-covid-19-di-tempatkerja-perkantoran-dan-
industri-dalam-mendukung-keberlangsungan-usahapada-
situasi-pandemi

5. Protokol Pemulangan Jenazah WNA yang Positif COVID-19


dapat di unduh melalui :
https://covid19.kemkes.go.id/protokol-covid-
19/protokol-evakuasi-wnayang-sakit-atau-meninggal-
dari-indonesia/

6. Panduan Pelayanan Kesehatan Balita Pada Masa Tanggap


Darurat COVID-19 dapat di unduh melalui :
https://covid19.kemkes.go.id/protokol-covid-
19/panduanpelayanan-kesehatan-balita-pada-masa-
pandemi-covid-19-bagi-tenagakesehatan-rev_1

30
7. Pedoman Pelayanan Kesehatan Keluarga di Masa Pandemi
COVID-19, dapat diunduh melalui :
http://bit.ly/PanduanDitKesgaEraCOVID19

8. Pedoman Dukungan Kesehatan Jiwa Dan Psikososial Pada


Pandemi COVID-19 dapat di unduh melalui :
https://covid19.kemkes.go.id/protokol-covid-
19/pedomandukungan-kesehatan-jiwa-dan-psikososial-
pada-pandemi-covid-19

9. Panduan Kegiatan Menjaga Kebersihan Lingkungan dan


Langkah-Langkah Disinfeksi dalam Rangka Pencegahan
Penularan COVID-19 dapat di unduh melalui :
https://covid19.kemkes.go.id/protokol-covid-
19/panduan-kegiatanmenjaga-kebersihan-lingkungan-
dan-langkah-langkah-desinfeksi-dalam-
rangkapencegahan-penularan-covid-19

10. Panduan Penyiapan Fasilitas Shelter Untuk Karantina dan


Isolasi Terkait COVID-19 Berbasis Komunitas dapat di
unduh melalui :
https://covid19.kemkes.go.id/protokol-covid-
19/panduan-penyiapan-fasilitasshelter-untuk-karantina-
dan-isolasi-covid-19-berbasis-komunitas/

11.Protokol Pencegahan Penularan COVID-19 Bagi Aparat


yang Melaksanakan Tugas Pengamanan dan Penertiban
dalam Rangka Percepatan Penangan COVID-19 dapat di
unduh melalui :
https://covid19.kemkes.go.id/protokol-covid19/protokol-
pencegahan-penularan-covid-19-bagi-aparat-yang-
melaksanakantugas/

31
12.Protokol Penanganan COVID-19 di Tempat Kerja, Sektor
Jasa, dan Perdagangan (Area Publik) dalam Mendukung
Keberlangsungan Usaha dapat di unduh melalui :
https://covid19.kemkes.go.id/protokol-covid-
19/protokol-pencegahan-covid-19tempat-kerja-sektor-
jasa-dan-perdagangan

13.Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 rev 5


dapat di akses melalui :
https://covid19.kemkes.go.id/protokol-covid-19/kmk-no-
hk-01-07-menkes-413-2020-ttg-pedoman-pencegahan-
dan-pengendalian-covid-19

32
6. Media Komunikasi dan Informasi

Branding Visual Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku dalam


Pencegahan COVID-19 merupakan bagian dari Komunikasi
Risiko dan Pemberdayaan Masyarakat. Materi Edukasi
Pencegahan COVID-19 akan menggunakan logo Berubah Usir
Wabah secara konsisten, sebagai bentuk perubahan dari
perilaku lama ke perilaku baru.

Gambar 7. 1. Tagline Berubah Usir Wabah

Keterangan:

Gambar virus berwarna abu di sebelah kiri menunjukkan virus


yang mati.

Garis kurva berwarna gradasi dari merah menuju hijau


menunjukkan bahwa kurva kasus COVID-19 menurun dari
zona merah menuju zona aman jika kita mau berubah.

Anak panah berwarna merah mengilustrasikan perubahan


perilaku sebagai anak panah yang akan mampu menekan dan
membunuh virus.

33
Konsep di atas akan diturunkan (eksekusi) ke dalam media-
media edukasi secara konsisten. Berikut ini merupakan contoh
media promosi kesehatan yang dapat disebarluaskan kepada
masyarakat mengenai pencegahan COVID-19 termasuk di
masa adaptasi kebiasaan baru.

Tabel 7. 1. Contoh Media Promosi Kesehatan

Inti Pesan Contoh Media

Pesan di Situasi
Adaptasi
Kebiasaan Baru

Video Motion Grafis


Adaptasi Kebiasaan
Baru

34
Inti Pesan Contoh Media
Pesan Kunci : Cuci
Tangan Pakai Sabun

Pesan Kunci :
Jaga Jarak

Pesan Kunci : Bijak


Memakai Masker dan
Etika Batuk

35
Inti Pesan Contoh Media
Pesan
Pendukung: Tidak
Mudik

Pesan Pendukung:
Beribadah Ramadhan
di Rumah

Link Media yang Dapat Diunduh


1. Buku Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Pencegahan
COVID-19:
http://promkes.kemkes.go.id/buku-stratkom-perubahan-
perilaku-pencegahancovid-19
2. Media Cetak: http://promkes.kemkes.go.id/kumpulan-video-
terkait-dengan-covid-
19
3. Media Audio Visual: http://promkes.kemkes.go.id/kumpulan-

flyer-pencegahanvirus-corona
4. Media Audio: http://promkes.kemkes.go.id/audio-ilm
5. Media Berubah Usir Wabah:

http://promkes.kemkes.go.id/kumpulan-mediaberubah-usir-
wabah
6. Media Adaptasi Kebiasaan Baru:

http://promkes.kemkes.go.id/kumpulan-mediaadaptasi-
kebiasaan-baru

36
Dapatkan Materi Edukasi Pencegahan COVID-19 di Saluran
Komunikasi:

1. Website Resmi:

www.kemkes.go.id, www.promkes.kemkes.go.id

2. Facebook Page: kementerian kesehatan RI, ditpromkes

3. Instagram: @kemenkes_ri, @dit_promkes

4. Twitter: @kemenkesRI, @ditpromkes

5. Youtube: Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Promkes dan


PM Kemenkes RI

37

Anda mungkin juga menyukai