Anda di halaman 1dari 33

HORMON KELAMIN WANITA

Oleh dr Hegi Darmawan


FUNGSI OVARIUM DAN HORMON OVARIUM
 Ovarium memproduksi hormon seks perempuan
dan sel benih perempuan
 Hormon ovarium menyiapkan komponen
struktural pada sistem reproduksi perempuan
untuk proses reproduksi dengan;
1. Mematangkan sel benih primordial
2. Mengembangkan jaringan yang akan
memudahkan implantasi blastosit
3. Memberikan “pengatur-waktu hormonal” bagi
ovulasi
4. Membentuk milieu yang diperlukan untuk
mempertahankan kehamilan
5. Memberikan berbagai pengaruh hormonal untuk
persalinan dan laktasi
OVARIUM
 Sel-sel germinal berubah menjadi ovarium pada awal
perkembangan embrio, sekitar lima bulan kehamilan
(kehidupan prenatal) ovarium mengandung Sekitar 6-7
juta oogonium. Sebagian besar oogonium ini mati sebelum
lahir melalui proses apoptosis. Sisa dari oogonium memulai
meiosis Menjelang akhir kehamilan, yang disebut oosit
primer.
 Ovarium pada anak yang baru lahir Mengandung sekitar 2
juta oosit. Setiap sel Terkandung dalam bentuk bola yang
berongga, yang dinamakan folikel ovarium. Pada saat
seorang gadis mencapai pubertas, jumlah oosit dan folikel
akan berkurang menjadi 400,000. Hanya sekitar 400-500
oosit yang akan ovulasi selama wanita reproduksi, dan
sisanya akan mati oleh apoptosis. Oogenesis berhenti pada
menopause (waktu menstruasi berhenti).
 Pematangan folikel dimulai pada masa bayi, dan ovarium
berangsur-angsur membesar pada masa pra pubertas yang
disebabkan peningkatan volume folikel.
PERKEMBANGAN OVUM
 Folikel primer yang immatur terdiri hanya satu lapisan sel
folikel. Sebagai respon terhadap rangsangan hormon FSH, Oosit
dan folikel bertambah besar dan sel folikular membagi untuk
membentuk lapisan sel granulosa yang mengelilingi oosite dan
mengisi folikel. Beberapa folikel primer terangsang untuk
tumbuh lagi dan akan mengembangkan rongga berisi cairan yang
disebut vesikel; pada perkembangan ini disebut folikel
sekunder. Perkembangan salah satu folikel ini akan diikuti
dengan fusi dari vesikel-vesikel untuk menjadi satu rongga yang
berisi cairan disebut antrum. Pada tahap ini, folikel sudah
matang dan disebut mature, atau graafian, follicle.
 Setelah berkembang menjadi folikel , oosit primer sudah terjadi
divisi meiosis pertama. Meosis ini bukan untuk menjadi dua sel,
namun menjadi satu sel oosit sekunder yang sudah memiliki
semua sitoplasma. Oosit sekunder akan mengalami meosis kedua
(istirahat pada metafase II). Sel-sel granulosa membentuk cincin
di sekitar oosit dan membentuk gundukan yang mendukung
oosit. Gundukan ini disebut cumulus oophorus
PERKEMBANGAN OVUM
 Cincin yang terbentuk dari sel granulosa di sekitar oosit
disebut korona radiata. Antara oosit dan korona radiata
terdapat lapisan tipis seperti gel protein dan polisakarida
yang disebut zona pelusida. Zona pelusida ini yang
menjadi hambatan untuk sperma membuahi sel oosit yang
sudah ber ovulasi.
 Dengan pengaruh FSH, sel granulosa folikel
menghasilkan hormon estradiol (estrogen) yang akan
meningkat seiring perkembangan dari folikel. Yang
menarik, sel granulosa menghasilkan hormon estrogen
dengan precursor testosterone (androgen),yang mana
disediakan oleh sel-sel teka interna lapisan luar dari
folikel.
OVULASI
 Biasanya pada hari ke 10 sampai 14 setelah hari
pertama menstruasi hanya satu folikel telah
berkembang Menjadi Graafian folikel yang
matang. folikel sekunder lain yang sudah
mengalami siklus Itu Menjadi atresia. Folikel
atresia, atau degenerasi, adalah semacam hasil
apoptosis interaksi hormon dan regulator dari
parakrin. dalam hal ini, estrogen melindungi
folikel agar tidak atresia, tetapi androgen
memicu folikel menjadi atresia.
HORMON ESTROGEN
 17β-Estradiol merupakan hormon estrogen primer yang
asalnya dari ovarium. Pada tahap awal sintesis estradiol
sama seperti pada biosintesis androgen. Estrogen dibentuk
melalui reaksi aromatisasi androgen. Sel teka
memproduksi androstenedion dan testosteron. Kedua
hormon ini dirubah oleh enzim aromatase didalam sel
granulosa menjadi estron dan estradiol (E2). Kompleks
enzim aromatase diperkirakan mencakup pula enzim P-
450 oksidase dengan fungsi campuran
 Aktifitas enzim aromatase terdapat di sel adiposa dan juga
dihati, kulit serta jaringan lainnya. Sehingga peningkatan
enzim ini memberikan efek “estrogenisasi” yang menjadi
ciri khas penyakit sirosis hepatis,hipertiroid, penuaan dan
obesitas.
 Estrogen merangsang perkembangan jaringan yang
terlibat dalam reproduksi, merangsang ukuran dan jumlah
sel.
BIOSINTESIS
ESTROGEN
 Estrogen
dibentuk
melalui reaksi
aromatisasi
androgen dalam
suatu proses
yang kompleks
dan melibatkan
tiga tahap
hidroksilasi
yang masing-
masing
memerlukan O2
dan NADPH
FUNGSI HORMON ESTROGEN
 Pada epitel vagina proliferasi dan diferensiasi
 Endometrium uterus berproliferasi dan
kelenjarnya akan mengalami hipertrofi serta
elongasi; miometrium uteri mengembangkan
gerakan yang bersifat intrinsik serta berirama
 Pada payudara terjadi proliferasi duktus

 Terhadap tulang dan kartilago meningkatkan


proses pertumbuhan (efek anabolik)
 Pada pembuluh darah menyebabkan vasodilatasi
dan kehilangan panas
 Merangsang produksi reseptor progesteron
FUNGSI HORMON PROGESTERON
 Efeknya mengurangi aktifitas proliferatif yang
dimiliki hormon estrogen terhadap epitel vagina
 Mengubah epitel uterus dari fase proliferatif ke
fase sekretorik (ukuran serta fungsi klenjar
meningkat dan glikogen bertambah), untuk
menyiapkan endometrium memberikan nutrisi
awal bagi blastosit berimplantasi
 Meningkatkan perkembangan bagian asinar
kelenjar mammae
 Menurunkan aliran darah perifer (vasokontriksi)
dan dengan demikian mengurangi kehilangan
panas sehinggga suhu tubuh cenderung
meningkat (rata-rata 0,5˚C)
PROTEIN PENGANGKUT ESTROGEN DAN
PROGESTIN DALAM PLASMA

 Estrogen terikat dengan SHBG dan progestin


dengan CBG (corticosteroid-binding globulin)
 SHBG mengikat estradiol sekitar lima kali lebih
lemah daripada pengikatannya dengan
testosteron atau DHT, sementara progesteron
dan kortisol memiliki afinitas yang kecil untuk
protein ini
 Progesteron dan kortisol terikat dengan afinitas
yang hampir sama besarnya pada CBG, yang
selanjutnya mempunyai kekuatan pengikatan
yang kecil untuk estradiol dan bahkan lebih
lemah untuk testosteron, DHT ataupun estron
HORMON PLASENTA MEMPERTAHANKAN
KEHAMILAN
Blastosit yang telah berimplantasi membentuk trofoblast, dan
selanjutnya trofoblast tersusun menjadi plasenta. Menyediakan
hubungan nutrisi antara embrio dan sirkulasi darah maternal,serta
memproduksi sejumlah hormon.
A. Human Chorionic Gonadotropin (HCG): fungsi primer hormon
glikoprotein HCG (kemiripan struktural hCG dengan LH ) adalah
untuk mendukung korpus luteum sampai plasenta menghasilkan
progesteron dalam jumlah yang cukup untuk mendukung
kehamilan. Dibuat oleh sel sitotrofoblast dari embrio awal yang
berimplantasi.
B. Progestin: Korpus luteum merupakan sumber utama progesteron
bagi kehamilan 6-8 minggu pertama, dan kemudian plasenta
mengambil alih fungsi.
HORMON PLASENTA MEMPERTAHANKAN
KEHAMILAN
C. Estrogen: Konsentrasi estradiol, estron dan estriol dalam
plasma akan meningkatsecara bertahap selama kehamilan.
Estriol di produksi dalam jumlah yang paling besar, dan
pembentukannya mencerminkan sejumlah fungsi fetoplasenta.
Klenjar adrenal janin menghasilkan DHEA dan DHEA sulfat
yang diubah menjadi derivat 16a-hidroksi oleh hati janin.
Derivat ini diubah menjadi estriol oleh plasenta; kemudian
hormon estriol berjalan lewat sirkulasi plasenta ke hati ibu dan
disana mengalami konjugasi menjadi glukuronida; dan
akhirnya diekskresikan kedalam urine. Pengukuran kadar
estriol di dalam urine digunakan untuk mencatat fungsi
sejumlah proses maternal –fetal.
D. Laktogen plasenta : plasenta membuat suatu hormon yang
dinamakan laktogen plasenta (PL). Laktogen plasenta juga
disebut korionik somatomammotropin atau hormon
pertumbuhan plasenta, karena hormon ini mempunyai sifat
biologik campuran prolaktin dan hormon pertumbuhan.
FAKTOR PEMICU PERSALINAN TIDAK
DIKETAHUI
Estrogen dan Progestin mempengaruhi uterus, juga terdapat
bukti bahwa katekolamin turut terlibat dalam proses induksi
persalinan. Karena oksitosin merangsang kontraktilitas uterus,
hormon ini digunakan untuk memperlancar persalinan tetapi tidak
akan memulai prsalinan, kecuali bila kehamilannya sudah aterm. Di
dalam uterus terdapat reseptor oksitosin 100 kali lebih banyak pada
kehamilan aterm dibandingakn pada awal kehamilan.
Jumlah estrogen yang meningkat pada kehamilan aterm dapat
memperbesar jumlah reseptor oksitosin. Begitu proses persalinan
dimulai, serviks akan berdilatasi sehingga memulai refleks neural
yang mensitimulasi pelepasan oksitosin dan kontraksi uterus
selanjutnya. Faktor mekanis, seperti jumlah regangan atau gaya
yang terjadi pada otot merupakan hal penting, perubahan yang
mendadak dan dramatis pada milieu hormonal ibu maupun bayi
yang baru dilahirkan, terjadi pada saat persalinan, dan kadar
progestron (yang diukur sebagai pregmanediol) serta estriol dalam
plasma akan menurun dengan cepat begitu plasenta dilahirkan.
PERKEMBANGAN KLENJAR MAMMAE
 Sebagian pertumbuhan jaringan klenjar terjadi pada
masa pubertas bersama dengan deposisi jaringan
adiposa
 Konsentrasi hormon prolaktin meningkat pada masa
kehamilan dari < 2 ng/dL menjadi > 200 mg/dL pada
kehamilan lanjut, efek hormon ini mensintesis berbagai
protein susu termasuk laktalbumin, laktoglobulin dan
kasein. Progesteron akan menghambat produksi dan
sekresi ASI pada kehamilan. Laktasi dimulai ketika
kadar hormon progesteron menurun secara tiba-tiba
setelah persalinan.
 Kadar prolaktin juga menurun pada saat post-partum
akan tetapi akan dirangsang kembali pada setiap
episode pengisapan puting.
MENOPAUSE :HILANGNYA PRODUKSI
ESTROGEN OVARIUM
 Terjadi bersamaan dengan lenyapnya semua
folikel dan produksi estrogen ovarium. Sumber
untuk progesteron juga tidak ada. Tetapi hormon
estrogen yang lemah (estron) diproduksi dalam
jumlah besar
 Peningkatan kadar LH dan FSH merupakan ciri
khas untuk usia pascamenopause. GnRH dapat
terlibat juga pada onset menopause
 Perempuan pascamenopause rentan terhadap
dua permasalahan karena kurangnya hormon
estrogen;
I. Terjadi atrofi jaringan sex skunder, khususnya
epitel traktus urinarius pars inferior dan vagina
II. Osteoporosis
KELAINAN-KELAINAN
 Hipogonadisme primer; terjadi defisiensi ovarium
(berkurangnya ovulasi, penurunan produksi hormon,
atau keduanya)
 Hipogonadisme skunder; hilangnya fungsi gonadotropin
hipofisis.
 Sindrom ovarium polikistik (sindrom Stein-Leventhal),
dengan kelebihan hormon androgen yang menimbulkan
hirsutisme, obesitas, haid yang tidak teratur dan
gangguan kesuburan.
 Kelainan jaringan trofoblast; penyakit mola hidatidosa
yang benigna atau bentuk tranformasinya yang maligna
menjadi koriokarsinoma; keduanya menghasilkan
hormon hCG dalam jumlah yang luar biasa banyaknya
TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai