FUNGSI OVARIUM DAN HORMON OVARIUM Ovarium memproduksi hormon seks perempuan dan sel benih perempuan Hormon ovarium menyiapkan komponen struktural pada sistem reproduksi perempuan untuk proses reproduksi dengan; 1. Mematangkan sel benih primordial 2. Mengembangkan jaringan yang akan memudahkan implantasi blastosit 3. Memberikan “pengatur-waktu hormonal” bagi ovulasi 4. Membentuk milieu yang diperlukan untuk mempertahankan kehamilan 5. Memberikan berbagai pengaruh hormonal untuk persalinan dan laktasi OVARIUM Sel-sel germinal berubah menjadi ovarium pada awal perkembangan embrio, sekitar lima bulan kehamilan (kehidupan prenatal) ovarium mengandung Sekitar 6-7 juta oogonium. Sebagian besar oogonium ini mati sebelum lahir melalui proses apoptosis. Sisa dari oogonium memulai meiosis Menjelang akhir kehamilan, yang disebut oosit primer. Ovarium pada anak yang baru lahir Mengandung sekitar 2 juta oosit. Setiap sel Terkandung dalam bentuk bola yang berongga, yang dinamakan folikel ovarium. Pada saat seorang gadis mencapai pubertas, jumlah oosit dan folikel akan berkurang menjadi 400,000. Hanya sekitar 400-500 oosit yang akan ovulasi selama wanita reproduksi, dan sisanya akan mati oleh apoptosis. Oogenesis berhenti pada menopause (waktu menstruasi berhenti). Pematangan folikel dimulai pada masa bayi, dan ovarium berangsur-angsur membesar pada masa pra pubertas yang disebabkan peningkatan volume folikel. PERKEMBANGAN OVUM Folikel primer yang immatur terdiri hanya satu lapisan sel folikel. Sebagai respon terhadap rangsangan hormon FSH, Oosit dan folikel bertambah besar dan sel folikular membagi untuk membentuk lapisan sel granulosa yang mengelilingi oosite dan mengisi folikel. Beberapa folikel primer terangsang untuk tumbuh lagi dan akan mengembangkan rongga berisi cairan yang disebut vesikel; pada perkembangan ini disebut folikel sekunder. Perkembangan salah satu folikel ini akan diikuti dengan fusi dari vesikel-vesikel untuk menjadi satu rongga yang berisi cairan disebut antrum. Pada tahap ini, folikel sudah matang dan disebut mature, atau graafian, follicle. Setelah berkembang menjadi folikel , oosit primer sudah terjadi divisi meiosis pertama. Meosis ini bukan untuk menjadi dua sel, namun menjadi satu sel oosit sekunder yang sudah memiliki semua sitoplasma. Oosit sekunder akan mengalami meosis kedua (istirahat pada metafase II). Sel-sel granulosa membentuk cincin di sekitar oosit dan membentuk gundukan yang mendukung oosit. Gundukan ini disebut cumulus oophorus PERKEMBANGAN OVUM Cincin yang terbentuk dari sel granulosa di sekitar oosit disebut korona radiata. Antara oosit dan korona radiata terdapat lapisan tipis seperti gel protein dan polisakarida yang disebut zona pelusida. Zona pelusida ini yang menjadi hambatan untuk sperma membuahi sel oosit yang sudah ber ovulasi. Dengan pengaruh FSH, sel granulosa folikel menghasilkan hormon estradiol (estrogen) yang akan meningkat seiring perkembangan dari folikel. Yang menarik, sel granulosa menghasilkan hormon estrogen dengan precursor testosterone (androgen),yang mana disediakan oleh sel-sel teka interna lapisan luar dari folikel. OVULASI Biasanya pada hari ke 10 sampai 14 setelah hari pertama menstruasi hanya satu folikel telah berkembang Menjadi Graafian folikel yang matang. folikel sekunder lain yang sudah mengalami siklus Itu Menjadi atresia. Folikel atresia, atau degenerasi, adalah semacam hasil apoptosis interaksi hormon dan regulator dari parakrin. dalam hal ini, estrogen melindungi folikel agar tidak atresia, tetapi androgen memicu folikel menjadi atresia. HORMON ESTROGEN 17β-Estradiol merupakan hormon estrogen primer yang asalnya dari ovarium. Pada tahap awal sintesis estradiol sama seperti pada biosintesis androgen. Estrogen dibentuk melalui reaksi aromatisasi androgen. Sel teka memproduksi androstenedion dan testosteron. Kedua hormon ini dirubah oleh enzim aromatase didalam sel granulosa menjadi estron dan estradiol (E2). Kompleks enzim aromatase diperkirakan mencakup pula enzim P- 450 oksidase dengan fungsi campuran Aktifitas enzim aromatase terdapat di sel adiposa dan juga dihati, kulit serta jaringan lainnya. Sehingga peningkatan enzim ini memberikan efek “estrogenisasi” yang menjadi ciri khas penyakit sirosis hepatis,hipertiroid, penuaan dan obesitas. Estrogen merangsang perkembangan jaringan yang terlibat dalam reproduksi, merangsang ukuran dan jumlah sel. BIOSINTESIS ESTROGEN Estrogen dibentuk melalui reaksi aromatisasi androgen dalam suatu proses yang kompleks dan melibatkan tiga tahap hidroksilasi yang masing- masing memerlukan O2 dan NADPH FUNGSI HORMON ESTROGEN Pada epitel vagina proliferasi dan diferensiasi Endometrium uterus berproliferasi dan kelenjarnya akan mengalami hipertrofi serta elongasi; miometrium uteri mengembangkan gerakan yang bersifat intrinsik serta berirama Pada payudara terjadi proliferasi duktus
Terhadap tulang dan kartilago meningkatkan
proses pertumbuhan (efek anabolik) Pada pembuluh darah menyebabkan vasodilatasi dan kehilangan panas Merangsang produksi reseptor progesteron FUNGSI HORMON PROGESTERON Efeknya mengurangi aktifitas proliferatif yang dimiliki hormon estrogen terhadap epitel vagina Mengubah epitel uterus dari fase proliferatif ke fase sekretorik (ukuran serta fungsi klenjar meningkat dan glikogen bertambah), untuk menyiapkan endometrium memberikan nutrisi awal bagi blastosit berimplantasi Meningkatkan perkembangan bagian asinar kelenjar mammae Menurunkan aliran darah perifer (vasokontriksi) dan dengan demikian mengurangi kehilangan panas sehinggga suhu tubuh cenderung meningkat (rata-rata 0,5˚C) PROTEIN PENGANGKUT ESTROGEN DAN PROGESTIN DALAM PLASMA
Estrogen terikat dengan SHBG dan progestin
dengan CBG (corticosteroid-binding globulin) SHBG mengikat estradiol sekitar lima kali lebih lemah daripada pengikatannya dengan testosteron atau DHT, sementara progesteron dan kortisol memiliki afinitas yang kecil untuk protein ini Progesteron dan kortisol terikat dengan afinitas yang hampir sama besarnya pada CBG, yang selanjutnya mempunyai kekuatan pengikatan yang kecil untuk estradiol dan bahkan lebih lemah untuk testosteron, DHT ataupun estron HORMON PLASENTA MEMPERTAHANKAN KEHAMILAN Blastosit yang telah berimplantasi membentuk trofoblast, dan selanjutnya trofoblast tersusun menjadi plasenta. Menyediakan hubungan nutrisi antara embrio dan sirkulasi darah maternal,serta memproduksi sejumlah hormon. A. Human Chorionic Gonadotropin (HCG): fungsi primer hormon glikoprotein HCG (kemiripan struktural hCG dengan LH ) adalah untuk mendukung korpus luteum sampai plasenta menghasilkan progesteron dalam jumlah yang cukup untuk mendukung kehamilan. Dibuat oleh sel sitotrofoblast dari embrio awal yang berimplantasi. B. Progestin: Korpus luteum merupakan sumber utama progesteron bagi kehamilan 6-8 minggu pertama, dan kemudian plasenta mengambil alih fungsi. HORMON PLASENTA MEMPERTAHANKAN KEHAMILAN C. Estrogen: Konsentrasi estradiol, estron dan estriol dalam plasma akan meningkatsecara bertahap selama kehamilan. Estriol di produksi dalam jumlah yang paling besar, dan pembentukannya mencerminkan sejumlah fungsi fetoplasenta. Klenjar adrenal janin menghasilkan DHEA dan DHEA sulfat yang diubah menjadi derivat 16a-hidroksi oleh hati janin. Derivat ini diubah menjadi estriol oleh plasenta; kemudian hormon estriol berjalan lewat sirkulasi plasenta ke hati ibu dan disana mengalami konjugasi menjadi glukuronida; dan akhirnya diekskresikan kedalam urine. Pengukuran kadar estriol di dalam urine digunakan untuk mencatat fungsi sejumlah proses maternal –fetal. D. Laktogen plasenta : plasenta membuat suatu hormon yang dinamakan laktogen plasenta (PL). Laktogen plasenta juga disebut korionik somatomammotropin atau hormon pertumbuhan plasenta, karena hormon ini mempunyai sifat biologik campuran prolaktin dan hormon pertumbuhan. FAKTOR PEMICU PERSALINAN TIDAK DIKETAHUI Estrogen dan Progestin mempengaruhi uterus, juga terdapat bukti bahwa katekolamin turut terlibat dalam proses induksi persalinan. Karena oksitosin merangsang kontraktilitas uterus, hormon ini digunakan untuk memperlancar persalinan tetapi tidak akan memulai prsalinan, kecuali bila kehamilannya sudah aterm. Di dalam uterus terdapat reseptor oksitosin 100 kali lebih banyak pada kehamilan aterm dibandingakn pada awal kehamilan. Jumlah estrogen yang meningkat pada kehamilan aterm dapat memperbesar jumlah reseptor oksitosin. Begitu proses persalinan dimulai, serviks akan berdilatasi sehingga memulai refleks neural yang mensitimulasi pelepasan oksitosin dan kontraksi uterus selanjutnya. Faktor mekanis, seperti jumlah regangan atau gaya yang terjadi pada otot merupakan hal penting, perubahan yang mendadak dan dramatis pada milieu hormonal ibu maupun bayi yang baru dilahirkan, terjadi pada saat persalinan, dan kadar progestron (yang diukur sebagai pregmanediol) serta estriol dalam plasma akan menurun dengan cepat begitu plasenta dilahirkan. PERKEMBANGAN KLENJAR MAMMAE Sebagian pertumbuhan jaringan klenjar terjadi pada masa pubertas bersama dengan deposisi jaringan adiposa Konsentrasi hormon prolaktin meningkat pada masa kehamilan dari < 2 ng/dL menjadi > 200 mg/dL pada kehamilan lanjut, efek hormon ini mensintesis berbagai protein susu termasuk laktalbumin, laktoglobulin dan kasein. Progesteron akan menghambat produksi dan sekresi ASI pada kehamilan. Laktasi dimulai ketika kadar hormon progesteron menurun secara tiba-tiba setelah persalinan. Kadar prolaktin juga menurun pada saat post-partum akan tetapi akan dirangsang kembali pada setiap episode pengisapan puting. MENOPAUSE :HILANGNYA PRODUKSI ESTROGEN OVARIUM Terjadi bersamaan dengan lenyapnya semua folikel dan produksi estrogen ovarium. Sumber untuk progesteron juga tidak ada. Tetapi hormon estrogen yang lemah (estron) diproduksi dalam jumlah besar Peningkatan kadar LH dan FSH merupakan ciri khas untuk usia pascamenopause. GnRH dapat terlibat juga pada onset menopause Perempuan pascamenopause rentan terhadap dua permasalahan karena kurangnya hormon estrogen; I. Terjadi atrofi jaringan sex skunder, khususnya epitel traktus urinarius pars inferior dan vagina II. Osteoporosis KELAINAN-KELAINAN Hipogonadisme primer; terjadi defisiensi ovarium (berkurangnya ovulasi, penurunan produksi hormon, atau keduanya) Hipogonadisme skunder; hilangnya fungsi gonadotropin hipofisis. Sindrom ovarium polikistik (sindrom Stein-Leventhal), dengan kelebihan hormon androgen yang menimbulkan hirsutisme, obesitas, haid yang tidak teratur dan gangguan kesuburan. Kelainan jaringan trofoblast; penyakit mola hidatidosa yang benigna atau bentuk tranformasinya yang maligna menjadi koriokarsinoma; keduanya menghasilkan hormon hCG dalam jumlah yang luar biasa banyaknya TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA