RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH 2016 Defenisi Epidermolisis bulosa (EB) merupakan penyakit bulosa kronik yang diturunkan secara genetik autosom, dapat timbul spontan atau di sebabkan oleh trauma ringan(1). KLASIFIKASI E.B. simplek E.B. junctional Bentuk yang sering dijumpai, Bentuk varian yang sering yaitu: dijumpai : 1. Bentuk letal 1. E.B.S. lokalisata pada tangan (gravis,Herlitz) dan kaki (Weber Cockayne) 2. Nonletal (mitis, non-Herlitz) 2. E.B.S. generalisata (Kobner) 3. E.B. inversa 3. E.B.S. herpetiformis (Dowling- E.B. distrofik Meara) Bentuk E.B.S. yang 1. Distrofik (dermolitik) jarang dijumpai, yaitu: dominan 1. E.B.S. yang disertai atrofi otot 2. Distrofik resesif generalisata 2. E.B.S. superfiasial 3. Distrofik resesif lokalisata 3. Sindrom Kallin 4. E.B.S disertai pigmentasi “mottled” 5. E.B.S. resesif autosom yang fatal Epidermolisis bulosa diturunkan ditandai dengan kulit rapuh. Letak mutasi protein struktural ini menentukan lokasi ultrastruktural lepuh dan akan memberikan ciri khas pada tipe dan subtipe EB Epidermolisis bulosa simpleks (EBS) berhubungan dengan mutasi gen keratin.4 Sebagian besar subtipe EBS bersifat autosomal dominan. Mutasi gen keratin 5 (K5) atau keratin 14 (K14) yang berada pada lapisan basal epidermis diduga berperan pada patogenesis EBS Dowling-Meara EBS (EBS Herpetiformis) • Lesi generalisata dan dianggap sebagai subtipe EBS yang paling berat, melibatkan mukosa, kuku, subungual • Lepuh yang herpetiformis • Lepuh biasa muncul pada regio trunkus dan ekstrimitas proksimal yang sembuh tanpa meninggalkan skar. EBS generalisata (EBS Koebner) • 1 per 500.000 kelahiran • menunjukan onset lepuh generalisata saat lahir, ditandai pertumbuhan vesikel, bula, dan milia pada sendi tangan, siku, lutut, kaki, dan tempat yang sering terkena trauma berulang • Sembuh memberian gambaran hipo/ hiperpigmentasi EBS lokalisasta (EBS Weber-Cockayne) • Subtipe EBS yang paling ringan dan sering ditemukan masa infantil dan anak-anak • Hiperhidrosis pada telapak tangan dan kaki merupakan gejala sering ditemukan.4 Lepuh seringkali ditemukan pada kaki dan tangan, hanya 10% pasien yang memiliki lepuh pada tempat lain, seperti pinggang dan leher. Junctional EB (JEB) • penyakit autosomal resesif disfungsi anchoring filaments pada lamina lucida. Gambaran klinis tergantung defek molekuler. JEB tdd tipe Herlitz dan non-Herlitz. JEB Herlitz • subtipe EB paling membahayakan dan mematikan • lepuh generalisata saat lahir • granulasi periorifisial seringkali bermanifestasi terutama di sekitar mulut, mata dan hidung. • Keterlibatan kuku yang ditandai dengan hipertropi jaringan granulasi periungual dan abnormalitas formasi enamel pada gigi sering dijadikan pertanda untuk melakukan diagnosis JEB Non Herlitz • Lepuh dan erosi oral merupakan gambaran klinis • Hipopigmentasi dan hiperpigmentasi sering ditemukan setelah sembuh • Khasnya perkembangan rambut buruk alopesia, hilangnya bulu dan alis mata, serta rambut tubuh lainnya Distrofik EB (DEB) • autosomal dominan (DDEB) atau resesif (RDEB) ditandai dengan kerapuhan kulit, lepuh, skar, perubahan kuku dan pembentukan milia Dominan distrofik epidermolisis bulosa lokalisata (DDEB lokalisata) • pada masa anak-anak tp tdk jarang saat lahir. Keluhan penderita adalah lepuh terlokalisir terutama pada lutut, sakrum, dan permukaan tangan. didapatkan skar hipertrofik. Distrofi kuku dan pelepasan kuku disertai skar atrofik pada jari sering ditemukan. Abnormalitas pada kuku hanya ditemukan pada DDEB. Dominan distrofik epidermolisis generalisata (DDEB generalisata) • subtipe Pasini, lepuh yang lebih parah dan luas pada saat kelahiran. Pada proses penyembuhan sering ditemukan milia. Papul yang tampak pada badan menjadi ciri khas DDEB generalisata. Lepuh akan lebih terlokalisir di ekstremitas seiring bertambahnya usia. Erosi pada sekitar mulut dan defek pada enamel gigi dapat terjadi namun tidak ekstensif. Resesif distrofik epidermolisis bulosa (RDEB) • Resesif distrofik epidermolisis bulosa memiliki dua subtipe, yaitu subtipe mitis (mild) dan severe (Hallopeau-Siemens). DIAGNOSIS BANDING • Impetigo neonatorum • Pemfigoid bulosa • Pemfigus foliaseus • Dermatitis herpetiformis PEMERIKSAAN PENUNJANG • Pemeriksaan histopatologik • Pemeriksaan imunofluoresens Penatalaksanaan Umum • PerawatanKulit • menghindari trauma dan mengurangi gesekan • Hindari pengunaan plester, untuk jari dapat digunakan tubular bandage sehingga mencegah terjadinya fusi jari-jari. • Bula dirawat dengan cara menusuknya dengan jarum steril dan membiarkan atap bula sebagai pelindung • Makanan • tinggi kalori tinggi protein dalam bentuk yang lembut atau cair serta mudah ditelan • Sistemik • pemberikan dosis awal tinggi (140-160 mg prednison/hari) untuk menyelamatkan kehidupan neonatus, • Pengobatan lain adalah difenilhidantoin 2,5- 5,0 mg/kg BB/hari, dosis maksimal 300 mg/hari. • Lokal • topikal dapat digunakan kartikosteroid potensi sedang dan anti biotik bila terdapat infeksi sekunder dan untuk mencegah perlengketan krusta dengansprei dan pakaian. Glutaraldehyd 5% 3x/hari dapat membantu mengurangi gesekan pada tangan dan kaki PROGNOSIS • Epidermolisis bulosa simpleks mempunyai prognosis baik • EBS herpetiformis yang menyerang neonatal mempunyai prognosis buruk • EB tipe junctional, prognosis yang dijumpai umumnya buruk, karena sebagian besar pasien meninggal sebelum usia 2 tahun (tipe herlitz). Tipe herlitz juga dapat menyebabkan retardasi mental dan anemia • Pada tipe EB distrofik prognosisnya sulit ditentukan, karena gejala klinisnya lebih berat dari EB simpleks tetapi lebih ringan dari EB junctional, tetapi khusus pada EB distrofik resesif kematian dapat terjadi saat neonatus atau anak sudah disertai komplikasi KESIMPULAN TERIMA KASIH