Anda di halaman 1dari 14

Kelompok 7

ULKUS PEPTIKUM

KELOMPOK:
RICHA ALIF CHASANAH
RENI NUR HAYATI
PENGERTIAN

 Ulkus peptikum merupakan putusnya


kontinuitas mukosa lambung yang meluas
sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang
tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut
sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai
´ulkus´ (misalnya ulkus karena stres). Menurut
definisi, ulkus peptikum dapat terletak pada
setiap bagian saluran cerna yang terkena getah
asam lambung, yaitu esofagus, lambung,
duodenum, dan juga jejenum
 ulkus peptikum dapat terletak pada setiap
bagian saluran cerna yang terkena getah
asam lambung, yaitu esofagus, lambung,
duodenum, dan juga jejenum.
PENYEBAB

Diketahui ada dua faktor utama penyebab ulkus


peptikum, yaitu
 infeksi Helicobacter pylori
 penggunaan NSAID
 Penggunaan NSAID pada kasus ulkus peptikum
sudah menjadi penyebab umum. Obat ini
mengganggu pembatas permeabilitas
mukosa,membuat mukosa rentan rusak.
Sebanyak 30% orang dewasa yang
menggunakan NSAID menderita efek samping
pada saluran gastrointestinal. Faktor yang
berhubungan dengan peningkatan resiko ulkus
duodenum pada penggunaan NSAID seperti
riwayat ulkus peptikum sebelumnya, umur yang
sudah tua, perempuan, penggunaan NSAID
dengan dosis tinggi, penggunaan NSAID jangka
panjang, dan penyakit yang parah.
Dari beberapa kategori ulkus peptikum paling
banyak terjadi pada duodenum. Penyakit ini
biasanya muncul pada kelompok umur diatas 40
tahun. Proses terjadinya ulkus ini diawali dengan
hilangnya fungsi proteksi lambung oleh asam
hidroklorik, sehingga mangganggu fungsi HCL
dan pepsin. Mukosa lambung yang mulai hilang
membuat proteksi untuk jaringan disekitar
termasuk pilorus sebagai klep penghalang
masuknya asam hidroklorik dari lambung ke
duodenum menjadi berkurang, sehingga asam
hidroklorik masuk ke duodenum dan merusak
mukosa duodenum dan menyebabkan terjadinya
ulkus duodenum
gejala
Ulkus biasanya sembuh sendiri tetapi dapat timbul
kembali. Nyeri dapat timbul selama beberapa hari
atau minggu dan kemudian berkurang atau
menghilang. Gejala bervariasi tergantung lokasi
ulkus dan usia penderita. Contohnya anak-anak dan
orang tua biasanya tidak memiliki gejala yang sering
didapat atau tidak ada gejala sama sekali. Oleh
karena itu ulkus biasanya diketahui ketika komplikasi
terjadi.Hanya penderita ulkus duodenum
mempunyai gejala yang sama seperti perih, rasa
seperti terbakar, nyeri, pegal, dan lapar. Rasa nyeri
berlangsung terus-menerus dengan intensitas ringan
sampai berat biasanya terletak di bawah sternum.
Penatalaksanaan
Menghindari faktor prcetus merupakan hal
utama. Menghentikan kebiasaan minum
alcohol sampai gejala berkurang itu adalah
hal yang sangat penting. Bila pasien mampu
makan melalui mulut anjurkan diet yang
mengandung gizi .
Pengkajian

 IDENTITAS KLIEN

 Nama:
 Tempet/tanggal lahir:
 Usia:
 Agama:
 Suku:
 Status perkawinan:
 Pendidikan:
 Bahasa yang digunakan:
 Alamat:
 Dx medik :
RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU
 Penyakit yang pernah diderita:
 Kebiasaan buruk:
 Penyakit keturunan :
 Alergi :
 Imunisasi:
 Operasi:

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


 Alasan masuk:
 Tindakan/terapi yang sudah diterima:
 Keluhan utama:
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum
 Kesadaran
 Tanda-tanda vital
 Status gizi (TB, BB, BBN, BBI)
 Pemeriksaan sistemik
Head to toe:
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Diagnosa keperawatan

 Nyeri berhungan dengan agen pencedera


fisiologis (infeksi,iskemia, neoplasma)
 Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang terpapar informasi
 Risiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan pendarahan sekunder terhadap ulkus
peptikum.
 Nausea berhubungan dengan faktor
sikologis(kecemasan, takut dan setres)
INTERVENSI
 manajemen hipovolemi
 Monitor adanya tanda-tanda dehidrasi
 Monitor asupan dan pengeluaran
 Dukung asupan cairan oral (misalnya, berikan cairan lebih
dari 24 jam dan berikan cairan dengan makanan), jika tidak
ada kontrak indikasi.
 Berikan cairan IV isotonic yang diresepkan (misalnya, cairan
normal salin dan laktatet ringer) untuk rehidrasi ekstra
seluler dengan tetesan aliran yang tepat.
 Instruksikan pada pasien untuk menghindari posisi posisi
yang berubah cepat, khususnya dari posisi terlentang pada
posisi duduk atau berdiri
Implementasi

 Perawat memonitori tanda-tanda dehidrasi dari pasien


 Perawat memonitori asupan dan pengeluaran pasien.
 Berikan dukungan asupan cairan yang dibutuhkan sesuai
indikasi pasien
 Memasang cairan infus normal saline atau laktatet ringer.
 Melakukan penjelasan kepada pasien tetang perubahan
posisi secara cepat dari posisi terlentang berubah posisi
duduk atau berdiri.

Anda mungkin juga menyukai