Anda di halaman 1dari 15

A.

PENGERTIAN
Glomerulo Nefritis adalah gangguan pada ginjal yang ditandai
dengan peradangan pada kapiler glomerulus yang fungsinya sebagai
filtrasi cairan tubuh dan sisa-sisa pembuangan. (Suriadi, dkk, 2001)
Glomerulo Nefritis adalah sindrom yang ditandai oleh
peradangan dari glomerulus diikuti pembentukan beberapa antigen.
(Engran, Barbara, 1999)
Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis
ginjal terhadap bakteri / virus tertentu. (Ngastiyah, 2005)
Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah istilah yang secara luas
digunakan yang mengacu pada sekelompok penyakit ginjal dimana
inflamasi terjadi di glomerulus. (Brunner & Suddarth, 2001)
Glomerulo Nefritis Akut (GNA) adalah bentuk nefritis yang
paling sering pada masa kanak-kanak dimana yang menjadi penyebab
spesifik adalah infeksi streptokokus. (Sacharin, Rosa M, 1999)

B. ETIOLOGI
Penyebab Glomerulo Nefritis Akut adalah:
1. Adanya infeksi ekstra renal terutama disaluran napas bagian atas
atau kulit oleh kuman streptokokus beta hemolyticus golongan A,
tipe 12, 16, 25, dan 49).
2. Sifilis
3. Bakteri dan virus
4. Keracunan (Timah hitam, tridion)
5. Penyakit Amiloid
6. Trombosis vena renalis
7. Penyakit kolagen

C. PATOFISIOLOGI
Suatu reaksi radang pada glomerulus dengan sebukan lekosit
dan proliferasi sel, serta eksudasi eritrosit, lekosit dan protein plasma
dalam ruang Bowman.
Gangguan pada glomerulus ginjal dipertimbangkan sebagai
suatu respon imunologi yang terjadi dengan adanya perlawanan
antibodi dengan mikroorganisme yaitu streptokokus A.
Reaksi antigen dan antibodi tersebut membentuk imun
kompleks yang menimbulkan respon peradangan yang menyebabkan
kerusakan dinding kapiler dan menjadikan lumen pembuluh darah
menjadi mengecil yang mana akan menurunkan filtrasi glomerulus,
insuffisiensi renal dan perubahan permeabilitas kapiler sehingga
molekul yang besar seperti protein dieskresikan dalam urine
(proteinuria).

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Hematuria (urine berwarna merah kecoklat-coklatan)
2. Proteinuria (protein dalam urine)
3. Oliguria (keluaran urine berkurang)
4. Nyeri panggul
5. Edema, ini cenderung lebih nyata pada wajah dipagi hari, kemudian
menyebar ke abdomen dan ekstremitas di siang hari (edema sedang
mungkin tidak terlihat oleh seorang yang tidak mengenal anak
dengan baik).
6. Suhu badan umumnya tidak seberapa tinggi, tetapi dapat terjadi
tinggi sekali pada hari pertama.
7. Hipertensi terdapat pada 60-70 % anak dengan GNA pada hari
pertama dan akan kembali normal pada akhir minggu pertama
juga. Namun jika terdapat kerusakan jaringan ginjal, tekanan darah
akan tetap tinggi selama beberapa minggu dan menjadi permanen
jika keadaan penyakitnya menjadi kronik.
8. Dapat timbul gejala gastrointestinal seperti muntah, tidak nafsu
makan, dan diare.
9. Bila terdapat ensefalopati hipertensif dapat timbul sakit kepala,
kejang dan kesadaran menurun.
10. Fatigue (keletihan atau kelelahan)

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laju Endap Darah (LED) meningkat
2. Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan
air)
3. Nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin darah meningkat bila
fungsi ginjal mulai menurun.
4. Jumlah urine berkurang
5. Berat jenis meninggi
6. Hematuria makroskopis ditemukan pada 50 % pasien.
7. Ditemukan pula albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder
leukosit dan hialin.
8. Titer antistreptolisin O (ASO) umumnya meningkat jika ditemukan
infeksi tenggorok, kecuali kalau infeksi streptokokus yang
mendahului hanya mengenai kulit saja.
9. Kultur sampel atau asupan alat pernapasan bagian atas untuk
identifikasi mikroorganisme.
10. Biopsi ginjal dapat diindikasikan jika dilakukan kemungkinan
temuan adalah meningkatnya jumlah sel dalam setiap glomerulus
dan tonjolan subepitel yang mengandung imunoglobulin dan
komplemen.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi glomerulonefritis akut:
1. Oliguri sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi
sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti
insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia,
hiperkalemia dan hidremia. Walaupun oliguria atau anuria yang
lama jarang terdapat pada anak, jika hal ini terjadi diperlukan
peritoneum dialisis (bila perlu).
2. Ensefalopati hipertensi, merupakan gejala serebrum karena
hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing,
muntah dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan karena spasme
pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.
3. Gangguan sirkulasi berupa dipsneu, ortopneu, terdapat ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan
saja disebabkan spasme pembuluh darah tetapi juga disebabkan
oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesardan
terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan
di miokardium.
4. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia disamping
sintesis eritropoietik yang menurun.
5. Gagal Ginjal Akut (GGA)

G. PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
a. Tirah baring diperlukan untuk anak dengan hipertensi dan edema
dan terutama untuk mereka dengan tanda ensefalopati dan
kegagalan jantung. Tirah baring dianjurkan selama fase akut
sampai urin berwarna jernih dan kadar kreatinin dan tekanan
darah kembali normal. Lama tirah baring dapat ditentukan
dengan mengkaji urin pasien. Kasus ringan dengan tekanan
darah normal dan sedikit edema dapat diberikan aktivitas
terbatas tetapi tidak boleh masuk sekolah karena aktivitas yang
berlebihan dapat meningkatkan proteinuria dan hematuria.
b. Cairan. Masukan cairan biasanya dibatasi jika keluaran urin
rendah. Pada beberapa unit dibatasi antara 900 dan 1200 ml per
hari. Separuh dari masukan cairan dapat berupa susu dan
separuh lainnya air. Sari buah asli harus dihindari karena
mereka mengandung kalium yang tinggi. Ini merupakan hal
yang penting keluaran urinarius kurang dari 200 sampai 300 ml
per hari karena bahaya retensi kalium.
c. Diit
Jika terjadi diuresis dan hipertensi telah hilang, makanan seperti
roti, buah-buahan, kentang dan sayur-sayuran dapat diberikan.
Garam dibatasi (1 g/hari) hingga hipertensi dan edema menurun.
Protein dibatasi (1 g/kgBB/hari) jika nitrogen urea darah
meningkat dan sementara hematuria ditemukan. Jika hematuria
mikroskopik, masukan protein dapat dimulai kembali atau
ditingkatkan.
d. Pertimbangan harian sebagai indikasi peningkatan atau
penurunan edema.
e. Pentatatan tekanan darah
f. Uji urine harian untuk darah dan protein (kualitatif dan
kuantitatif)
g. Dukungan bagi orang tua. Ini termasuk pengenalan kecemasan
mereka dan mengurangi kecemasan dengan memberikan
informasi yang adekuat mengenai kondisi dan kemajuan yang
dialami anak. Orang tua menginginkan informasi mengenai
derajat keterlibatan ginjal dan gambaran masa depan.
Bimbingan harus diberikan mengenai penyembuhan tindak
lanjut dan pencegahan infeksi streptokokus.
2. Medis
a. Pemberian penisilin pada fase akut (baik secara oral atau
intramuskuler). Pemberian antibiotik ini tidak mempengaruhi
beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi
menyebarnya infeksi streptokokus yang mungkin masih ada.
Pemberian penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemberian
profilaksis yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap
kuman penyebab tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang
menetap. Secara teoritis anak dapat terinfeksi lagi dengan
kuman nefritogen lain, tetapi kemungkinan ini sangat kecil.
b. Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi,
pemberian sedativa untuk menenangkan pasien sehingga dapat
cukup beristirahat. Pada hipertensi dengan gejala serebral
diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-mula diberikan reserpin
sebanyak 0,07 mg/kgBB secara intamuskuler. Bila terjadi
diuresis 5-10 jam kemudian, selanjutnya pemberian resepin
peroral dengan dosis rumat 0,03 mg/kgBB/hari. Magnesium
sulfat parenteral tidak dianjurkan lagi karena memberi efek
toksis.
c. Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari) maka ureum harus
dikeluarkan dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum
dialisis, hemodialisis, transfusi tukar dan sebagainya.
d. Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut,
tetapi akhir-akhir ini pemberian furosamid (lasix) secara
intravena (1 mg/kgBB/hari) dalam 5-10 menit tidak berakibat
buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.
e. Bila timbul gagal jantung, diberikan dialisis, sedativum dan
oksigen.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK
DENGAN GLOMERULO
NEFRITIS AKUT (GNA)
A. PENGKAJIAN
1. Identifikasi pasien
2. Riwayat penyakit dahulu, sekarang dan keluarga (apakah ada
riwayat yang menunjukkan episode faringitis / tonsilitis
sebelumnya)
3. Riwayat/adanya faktor resiko:
a. Bagaimana frekuensi miksinya, apakah terdapat waktu miksi
seperti rasa sakit pada daerah setempat.
b. Apakah penyakit timbul setelah adanya penyakit yang lain.
c. Apakah terdapat mual dan muntah
d. Bagaimana keadaan urine (volume, warna, bau, berat jenis,
jumlah urin dalam 24 jam)
e. Adakah sekret atau darah yang keluar.
f. Rasa nyeri (lokasi, kualitas, saat timbulnya sakit)
4. Data Fisik
Inspeksi : Secara umum dan secara khusus pada daerah genital
Palpasi : Pada daerah abdomen, buli-buli dan lipat paha.
Auskultasi : daerah Abdomen
Perkusi : Daerah Abdomen, ginjal
Keadaan umum pasien:
a. Tingkat kesadaran
b. Tanda-tanda vital
c. Berat badan dan tinggi badan.
B. PATHWAY KEPERAWATAN

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan urine
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia dan penurunan kebutuhan
metabolik
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema dan
menurunnya tingkat antivitas
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue (kelelahan) dan
tirah baring.
5. Nyeri akut (sakit kepala dan pusing) berhubugan dengan gangguan
perfusi darah otak sekunder terhadap hipertensi.
6. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
D. INTERVENSI
1. DX I
NOC: Keseimbangan Cairan
Tujuan: Status cairan pasien dapat dipertahankan secara seimbang.
Kriteria hasil:
a. Pengeluaran urine 1-2 ml/KgBB/jam
b. Tekanan darah dalam batas normal
c. Tidak ada edema
d. Berat jenis urine normal
e. Berat badan stabil
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC: Manajemen Cairan
a. Monitor intake dan output
b. Kaji edema
c. Timbang berat badan
d. Monitor tekanan darah setiap 4 jam
e. Pembatasan cairan dan sodium sesuai program
2. DX II
NOC: Status nutrisi
Tujuan: Pasien dapat mempertahankan intake (masukan) yang
adekuat
Kriteria hasil:
a. Stamina
b. Tenaga
c. Kekuatan menggenggam
d. Daya tahan tubuh
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC: Manajemen Nutrisi
a. Timbang berat badan tiap hari
b. Kaji membran mukosa dan turgor kulit setiap hari untuk monitor
hidrasi
c. Pertahankan pembatasan sodium dan cairan sesuai program
pemeriksaan protein sesuai program.
d. Makanan dengan rendah protein.
e. Memilih posisi saat makan yang sesuai dengan keinginan anak.
3. DX III
NOC: Integritas Jaringan
Tujuan: keutuhan kulit pasien dapat dipertahankan
Kriteria Hasil:
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi,
elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
b. Tidak ada luka atau lesi pada kulit
c. Perfusi jaringan baik
d. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan
kulit serta perawatan alami
Ket Skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC: Manajemen Tekanan (Pressure)
a. Kaji edema dan tinggikan ekstremitas jika “pitting” edema ada.
b. Kaji tanda dan gejala potensial atau aktual kerusakan kulit.
c. Pertahankan kebersihan perseorangan: mandi setiap hari,
penggunaan pelembab kulit dan ganti tenun setiap hari.
d. Rubah posisi setiap 2 jam jika memungkinkan.
e. Penggunaan matras yang lembut.
4. DX IV
NOC: Konservasi energi
Tujuan: Kebutuhan istirahat pasien terpenuhi
Kriteria Hasil:
a. Istirahat dan aktivitas seimbang
b. Tidur siang
c. Mengetahui keterbatasan energinya
d. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko.
Ket Skala:
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
NIC: Terapi Aktivitas
a. Kaji pola aktivitas dan tidur selama hospitalisasi
b. Tirah baring selama 2-3 minggu
c. Atur jadwal aktivitas yang tidak menyebabkan gangguan
istirahat tidur.
d. Berikan aktivitas bermain yang sesuai dengan tingkat energi
anak
e. Bantu anak untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
5. DX V
NOC: Kontrol Nyeri
Tujuan: Rasa nyeri (sakit kepala dan pusing) pasien berkurang
Kriteria Hasil:
a. Mengenali faktor penyebab
b. Menggunakan metode pencegahan
c. Mengenali gejala-gejala nyeri
d. Mencari bantuan tenaga kesehatan
Ket Skala:
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
NIC: Manajemen Nyeri
a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri (lokasi, karakteristik, dan
onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan beratnya nyeri).
b. Observasi isyarat-isyarat non verbal dan ketidaknyamanan
c. Ajarkan teknik non farmakologi (relaksasi, terapi bermain, terapi
aktivitas)
d. Beri dukungan terhadap pasien dan keluarga
e. Anjurkan istirahat yang cukup.
6. DX VI
NOC: Kontrol Cemas
Tujuan: Kecemasan pasien dan orang tua menurun
Kriteria Hasil:
a. Memonitor intensitas kecemasan
b. Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas
c. Mencari informasi lingkungan ketika cemas
d. Merencanakan strategi koping
Ket Skala:
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
NIC: Penurunan Kecemasan
a. Kaji tanda dan gejala kecemasan
b. Ajarkan untuk mengekspresikan perasaan dan jawab pertanyaan
dengan jelas dan jujur.
c. Jelaskan kepada keluarga mengenai pengetahuan tentang
penyakit anak dan rencana pengobatannya.
d. Ajarkan dan ijinkan orang tua untuk berpartisipasi dalam
perawatan anak.
e. Libatkan anak dalam aktivitas permainan yang sesuai dengan
kondisi dan usia.

Anda mungkin juga menyukai