UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
LEARNING OBJECTIVE
Dr. Bates : dua otot oblik mata yang melakukan akomodasi mata dengan
mengkompresi bola mata di tengah hingga memanjangkan mata secara melintang.
Akibat daripada kelelahan mata menyebabkan bentuk mata menjadi tidak
normal. Kejadian ini adalah akibat akomodasi yang tidak efektif hasil dari otot mata
yang lemah dan tidak stabil. Pada mata miopia, bola mata terfiksasi pada posisi
memanjang menyulitkan untuk melihat objek jauh
Klasifikasi miopi
Ringan : lensa koreksinya 0,25 s/d 3,00 Dioptri
Sedang : lensa koreksinya 3,25 s/d 6,00 Dioptri.
Berat : lensa koreksinya 6,00 s/d 9.00 Dioptri.
Sangat berat : lensa koreksinya > 9.00 Diopri
MANIFESTASI KLINIS
Penglihatan kabur untuk melihat jauh dan hanya jelas pada jarak
Pada mata kadang-kadang terlihat menjadi juling bila ia melihat jauh
Cepat lelah, pusing dan mengantuk
melihat benda kecil harus dari jarak dekat,
pupil medriasis, dan bilik mata depan lebih dalam, retina tipis (Istiqomah, 2005).
Banyak menggosok mata,
Mempunyai Kesulitan dalam membaca, memegang buku dekat ke mata,
TATALAKSANA
Astigmatisme regular adalah suatu keadaan refraksi dimana terdapat dua kekuatan
pembiasan yang saling tegak lurus pada sistem pembiasan mata. Hal ini diakibatkan
kornea yang mempunyai daya bias berbeda-beda pada berbagai meridian
permukannya
Astigmatisme iregular yaitu ast igmat isme yang terjadi t idak mempunyai 2 meridian
saling tegak lurus.
Astigmatisme lazim (astigmat with the rule) adalah suatu keadaan kelainan refraksi
astigmatisme regular dimana koreksi dengan silinder negatif dengan sumbu horizontal
(45-90 derajat).
Astigmatisme tidak lazim (astigmat against the rule) adalah suatu keadaan kelainan
refraksi astigmatisme regular dimanana koreksi dengan silinder negative dilakukan
dengan sumbu tegak lurus (60-120 derajat) atau dengan silinder positif sumbu horizontal
(30-150 derajat).
PATOGENESIS
Astigmatisme merupakan akibat bentuk kornea yang oval seperti telur, makin lonjong
bentuk kornea makin tinggi astigmatisme mata tersebut.
Astigmatisme juga dapat terjadi akibat jaringan parut pada kornea atau setelah
pembedahan mata.
Pada astigmatisme dapat dilihat berbagai faktor di bawah ini :
Lengkungan jari-jari pada satu meridian kornea lebih panjang dibanding jari- jari
meridian yang tegak lurus padanya.
Pembiasan sinar pada mata tidak sama pada semua bidang atau meridian.
Astigmatisme disebabkan karena pembiasan sinar yang tidak sama pada berbagai
sumbu penglihatan mata.
Keadaan dimana terjadi mata lebih rabun jauh pada salah satu sumbu (misal 90
derajat) dibanding sumbu lainnya (180 derajat).
MANIFESTASI KLINIS
Lensa Monofocus
Lensa Bifocus
Uji Ultrasonografi
Dipakai untuk melihat struktur abnormal pada mata dengan
kepadatan kekeruhan media dimana tidak memnungkinkan
melihat jaringan dalam mata secara langsung.
PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA ORGAN MATA
Keratometri
alat tes mata digunakan dalam optalmologi dan optometri untuk
mengukur kelengkungan dan refleksi dari permukaan anterior
kornea. Kadang-kadang juga disebut sebuah ophthalmometer,
terutama digunakan untuk mendiagnosa adanya Silindris dan
untuk menentukan tingkat pengobatan danastigmatisme.
Fungsi :
1. Mengukur kelengkungan kornea. Pengukuran ini diperuntukkan
pemakaian lensa kontak
2. Mengukur kekuatan refraksi kornea
PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA ORGAN MATA
Shadow Test
Shadow Test merupakan pemeriksaan
yang memungkinkan pemeriksa secara
objektif untuk menentukan koreksi kelainan
refraksi sfenosilindris dan juga menentukan
astigmastisma regular atau tidak.
Prinsip retinoskopi adalah berdasarkan
fakta bahwa pada saat cahaya
dipantulkan dari cermin ke mata, maka
arah dari bayangan tersebut akan berjalan
melintasi pupil bergantung pada keadaan
refraktif mata.
DAFTAR PUSTAKA