Anda di halaman 1dari 6

ERGONOMI PADA PEKERJAAN SOPIR

Oleh:
KADEK ERWIN WIJAYA
1659011041
TUTORIAL 10

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
Sopir adalah pengemudi profesional yang dibayar oleh majikan untuk mengemudi
kendaraan bermotor. Sopir dibagi dalam dua kelompok yaitu sopir pribadi yang menjalankan
kendaraan pribadi dan yang kedua adalah sopir perusahaan yang bekerja untuk perusahaan
angkutan penumpang umum seperti taksi, bus, ataupun angkutan barang.

Ergonomi sopir dipengaruhi oleh posisi duduk, masa dan durasi kerja, kelahan dan lainnya.
Otot dan tulang yang paling sering digunakan oleh sopir adalah bagian kaki , tangan dan pinggang.
Keluhan pada kaki dan pinggang timbul akibat lamanya posisi duduk dan postur yang janggal pada
saat mengemudi. Hal tersebut menyebabkan keluhan otot terutama bagian pinggang. Nyeri
punggung bawah atau Low Back Pain merupakan keluhan yang sering dialami oleh orang usia
lanjut, namun tidak menutup kemungkinan bisa dialami oleh orang usia muda. Masalah nyeri
punggung bawah yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang sering terjadi saat ini.
Sekitar 60% orang dewasa mengalami nyeri punggung bawah karena masalah duduk yang terjadi
pada mereka yang bekerja atau yang aktivitasnya lebih banyak dengan duduk.

Kecenderungan sopir untuk duduk dan sedikit bergerak dalam waktu yang cukup lama di
busmerupakan salah satu risikoterjadinya nyeri pinggang bawah(Low Back Pain(LBP). Kondisi
ini adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, baik nyeri lokal maupun nyeri radikuler
atau keduanya.Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di
daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan
kaki. LBP sendiri merupakan salah satu bagian dari Work-Related Musculoskeletal Disorders
(WMSDs) yang merupakan gangguan yang terjadi pada sistem otot dan tulang akibat beban kerja
dan posisi kerja. Hal ini berkaitan erat dengan kesalahan posisi duduk yang menyebabkan posisi
sendi yang tidak wajar serta getaran berulang dalam kendaraanselama perjalanan

Posisi duduk sopir dapat berupa :

a. Lengan atas membentuk sudut 45o – 90o ke depan


b. Lengan bawah membentuk sudut 600 – 1000 ke depan
c. Pergelangan tangan membentuk sudut >15o ke bawah
d. Leher membentuk sudut 100 – 20o kedepan
e. Batang tubuh membentuk sudut 00 - 200
f. Kaki dan telapak kaki disokong dengan baik saat duduk dan beban seimabang
Hasil penelitian Miriam Dalope menunjukkan hubungan antara durasi mengemudi dengan
keluhan nyeri pinggang menunjukkan bahwa presentasi responden yang mengalami keluhan nyeri
pinggang pada sopir dengan durasi mengemudi ≥ 4 jam/hari yaitu 42,5% dan tidak mengalami
keluhan nyeri pinggang yaitu 7,5%, yang mengalami nyeri pinggang dengan durasi mengemudi <
4 jam/ hari yaitu 20% sedangkan yang tidak mengalami nyeri pinggang yaitu 30%. Berdasakan
hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,03 (p<0,05) yang
menunjukan ada hubungan antara durasi mengemudi dengan keluhan nyeri pinggang pada sopir
bus. Nilai OR (8,500) menunjukan bahwa dengan durasi mengemudi yang lama memiliki peluang
terjadinya keluhan nyeri pinggang 8,500 kali lebih besar, daripada responden dengan durasi
mengemudi yang singkat.

Hubungan posisi duduk dengan resiko cidera dapat di ukur menggunakan Rapid Upper
Limb Assessment (RULA). Rapid Upper Limb Assessment (RULA) merupakan metode yang
digunakan untuk mengukur faktor resiko musculosceletal disorders pada leher dan tubuh bagian
atas. Rula menghitung faktor resiko ergonomi pada pekerjaan dimana pekerjaan banyak
melakukan pekerjaan dalam posisi duduk atau berdiri tanpa adanya perpindahan. Terkadang posisi
duduk tidak diperhatikan, sehingga sering merugikan diri sendiri. Posisi duduk yang baik dan
benar adalah duduk tegak dengan punggung lurus dan bahu sedikit kebelakang. Tetapi masih
banyak yang tidak menyadari akan hal seperti tersebut. Guna mencegah dan mengurangi angka
LBP pada sopir bus selama perjalanan, ruang kerja yang ergonomis mutlak dibutuhkan, sehingga
memberikan kenyamanan pada sopir bus saat perjalanan. Namun pada kenyataannya, banyak bus
khususnya kelas ekonomi masih jauh darikeadaan yang ergonomis untuk menunjang kenyamanan
sopir bus dalam berkendara.

Aspek ergonomi pada memegang peranan penting dalam mencegah terjadinya LBP pada
sopir bus. Adapun hal-hal yang perludiperhatikan dalam mendesainstasiun kerja dalam bus yang
ergonomis adalah :

1. Dudukan/kursi sopir dapat diatur ketinggiannya sehingga telapak kaki sopir tepat
membentuk sudut 90o terhadap permukaan lantai. Hal ini sangatlah diperlukan agar
tidak terjadi penekanan berlebih pada paha dan betis pengguna kursi. Jika tidak
memungkinkan, tinggi dudukan harus diatur sedemikian rupa, sehingga sudut antara
tungkai atas dan tungkai bawah penumpang membentuk sudut 90o, dan paha sejajar
lantai (dasar bus).

2. Sandaran dudukan/kursi sopir dengan daya pegas, sehingga dapat disesuaikan dengan
ketinggian, berat tubuh dan preferensi duduk pengguna. Posisi yang paling ergonomis
adalah 115 derajat, yang dibentuk antara tulang punggung dan paha.

3. Tinggi sadaran kursi dapat diatur. Pengaturan ketinggian sandaran dimaksudkan agar
bagian sandaran kursi yang berfungsi sebagai penopang daerah belakang punggung
dapat disesuaikan. Fitur ini dapat meringankan beban pada tulang belakang dan
mempertahankan bentuk “S” alami dari tulang belakang.

4. Pengaturan sandaran tangan yang mampu disesuaikan dengan antropometri pengguna.


Dimana sandaran tangan dapat diatur ketinggian, lebar, serta sudutnya. Adanya
pengaturan sandaran tangan ini dimaksudkan agar posisi siku dapat secara tepat
membentuk sudut 90o terhadap posisi sandaran.

5. Penyesuaian dudukan dengan cara menggeser ke depan dan kebelakang. Fitur ini
berfungsi untuk menjaga panggul tetap pada posisi yang benar pada anatomi lekukan
dudukan.

6. Bahan dasar dudukan dan sandaran punggung .Sandaran punggung dan dudukan
diharapkan berbahan dasar yang pas, tidak terlalu empuk, dan tidak terlalu keras.
Karena jika bahan dasar terlalu keras, makaakan meningkatkan paparan getaran
kendaraan pada sopir. Sedangkan jika terlalu empuk, tidak akan dapat menjaga posisi
ergonomis dari penumpang

7. Roda kemudi atau setir sebaiknya disesuaikan dengan antopometri lengan dan tubuh
pengguna(sopir). Namun tentunya sangatlah tidak memungkinkan untuk menyediakan
bus dengan ukuranstir yang berbeda-beda sesuai sopirnya.

8. Masing-masing pedal dalam bus,seharusnya memiliki sudut yang sama, dan range
sudut yang sama. Hal ini guna menyeimbangkan penggunaan kaki kanan dan kiri sopir
bus. elain itu range sudut pedal sebaiknya tidak terlalu dalam, karena akan
menyebabkan kaki sopir mengalami beban saat menginjak pedal.

9. Dasbor beserta panel-panel didalamnya seharusnya mudah dijangkau oleh sopir.


Sehingga tidak terjadi peregangan tubuh yang ekstrim saat sopir menggunakan panel-
panel dalam dasbor, atau saat sopir meraih sesuatu di dasbor.

10. Layaknya ruang kerja lainnya, stasiun kerja dari sopir yang berupa stasiun kemudi
haruslah diatur senyaman dan seergonomis mungkin. Pengaturan luas stasiun dan
pengaturan suhu mutlak diperlukan untuk membuat sopir berada dalam posisi
terbaiknya. Luas stasiun kerja disesuaikan dengan ukuran tubuh sopir, tidak terlalu
besar, dan tidak terlalu sempit.
DAFTAR PUSTAKA

 Rusdji jati, Retno,2008. Pengaruh Paparan Getaran Temapat Duduk Pengemudi Bis
terhadap Kenyamanan Kerja.
 Lueder, Rani. 2010. Ergonomic Review: Balans Seating.
 Albar, Zuljasri, 2009. Gangguan Muskuloskeletal Akibat Kerja.Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Interna Publishing. Jakarta
 Dalope, mariam 2013. Hubungan durasi mengemudi dan factor ergonomic dengan keluhan
nteri pinggang pada sopir bus trayek manado-langowan di terminal karombasan.
 Wignjosoebroto, S., Dewi, D.S.,Praptama, D.A. 2004. Perancangan Ulang Stasiun
Kerjapada Ruang Kemudi Crane.Surabaya.
 Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri Dasar- Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di
Tempat Kerja. Press Solo. Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai