Kemampuan strain
C.difteri untuk Kemampuannya
berkoloni di rongga untuk menghasilkan
nasofaring dan / atau toksin difteri.
pada kulit,
Membentuk Menghasilkan
Pseudomembran eksotoksin
•.
MANIFESTASI KLINIS
Biasanya pembagian dibuat menurut tempat atau lokalisasi jaringan
yang terkena infeksi. Pembagian berdasarkan berat ringannya
penyakit, sebagai berikut:
Infeksi berat bila terjadi sumbatan nafas yang berat disertai dengan
gejala komplikasi seperti miokarditis (radang otot jantung), paralisis
(kelemahan anggota gerak) dan nefritis (radang ginjal).
•Difteri faring dan tonsil
Masa inkubasi difteri adalah 2-5 hari (berkisar, 1-10 hari).Penyakit ini
dapat melibatkan hampir semua membrane mukosa. Gambaran klinik
tergantung pada lokasi anatomi yang dikenai.
Sakit dan
Mual, muntah , sakit
pembengkakan pada
kepala.
tenggorokan
Adanya pembentukan
selaput di tenggorokan
Kaku leher
berwarna putih ke abu
abuan kotor.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Bakteriologik. Preparat apusan kuman difteri dari bahan apusan
mukosa hidung dan tenggorok (nasofaringeal swab).
b. Kultur lesi tenggorokan dibutuhkan untuk diagnose klinis, untuk
isolasi primer menggunakan agar Loeffler, atau agar tellurite Tinsdale.
c. Darah lengkap : terdapat penurunan kadar hemoglobin dan
leukositosis polimorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit, dan kadar
albumin. Pada urin terdapat albuminuria ringan
d. Ureum dan kreatinin (bila dicurigai ada komplikasi ginjal).
e. Urin lengkap : protein dan sedimen.
f. EKG secara berkala untuk mendeteksi toksin basil menyerang sel otot
jantung dilakukan sejak hari 1 perawatan lalu minimal 1x seminggu,
kecuali bila ada indikasi biasa dilakukan 2-3x seminggu.
g. Schick Tes: tes kulit untuk menentukan status imunitas penderita,
suatu pemeriksaan swab untuk mengetahui apakah seseorang telah
mengandung antitoksin
TATALAKSANA
DIFERENSIAL
DIAGNOSIS
Difteria Difteria
Laring Faring
Penyakit kelainan
darah, seperti
Leukemia Akut,
Angina
agranulositosis,
Infeksi
mononukleosis
KOMPLIKASI
Miokarditis bisa
menyebabkan
gagal jantung
Kerusakan saraf
Kerusakan yang berat bisa
ginjal (nefritis) menyebabkan
kelumpuhan
PROGNOSIS
Virulensi kuman dan Status kekebalan
penderita
• Cindy Weinbaum,dr. Centers for Disease Control and Prevention Epidemiology and Prevention of
Vaccine-Preventable Diseases, 13th Edition. April 2015.p 1-12.
• Imunisasi Efektif Cegah Difteri diunduh tanggal 15 Januari 2018 dari
http://www.depkes.go.id/article/view/16021500001/imunisasi-efektif-cegah-difteri.html
• B Viswanatha, DO and Arlen D Meyers. Tonsil and Adenoid Anatomy : Overview, Gross
Anatomy, Microscopic Anatomy. July 20, 2015.p 1-10.
• Jácomo, AL., Akamatsu, FE., Andrade, M. and Margarido, NF. Pharyngeal Lymphatic Ring:
Anatomical Review. June 18, 2010. P 1-3.
• Ted L. Hadfield, Peter McEvoy, Yury Polotsky, Vsevolod A. Tzinserling, and Alexey A.
Yakovlev. The Pathology of Diphtheria. 2000. p 1-5.
• Satari, Hindra Irawan. Current Evidences in Pediatric Emergencies Management: Diphtheria Re-
emerging Disease. 2014. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. p 25-23
• Murphy, John R. Corynebacterium Diphtheriae diunduh tanggal 15 Januari 2018 dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK7971/
• Murtaza Mustafa, IM.Yusof, Jeffree, EM.Illzam, SS.Husain, AM.Sharifa. Diphtheria: Clinical
Manifestations, Diagnosis, and Role of ImmunizationIn Prevention. August, 2016. p 1-6.
• Rusmarjono dan Arsyad Soepardi, Efiaty. 2010. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid.
Dalam : Soepardi, E.A., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Restuti, R.W., ed. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI, h.220-24.