Anda di halaman 1dari 75

TUTORIAL MODUL 1

BLOK 13-14
Kelompok 10
Jessica angela 1110012
Manasye jutan 1110026
Michelle 1110030
Intan solihat 1110043
Gideon 1110114
Ellen 1110069
Albertcornus 1110098
Carolina 1110140
Sanya 1110181
Vina manasye 1110101
ANATOMI
RONGGA THORAX

 Rongga dada dibagi menjadi 3 rongga utama


yaitu: 2 Rongga pleura dan 1 rongga
mediastinum.
 Pleura visceralis, selaput paru yang melekat
langsung pada paru –paru.
 Pleura parietalis, selaput tipis dari membrana
serosa yang melapisi rongga pleura/thorax
 Ruangan diantara kedua lapisan ini disebut
cavitas pleuralis.
 Pars Costalis: Pleura yg melapisi permukaan
dalam costa , cartilago costalis, sternum dan otot
pada sela iga
 Dibagian depan beralih menjadi pars
mediastinalis dengan tepi margo anterior
Recessus Costomediastinales
 Dibagian bawah beralih ke pars diafragmatica dg
peralihan tajam margo inferior  Recessus
costodiafragmatica
ANATOMI OTOT SISTEM RESPIRASI
1. Otot Intrinsik Dada :
 M. Intercostalis Eksternus (Inspirasi)
 M. Intercostalis Internus (Ekspirasi)
 M. Intercostalis Intimus
 M. Subcostalis
 M. Tranversus Thoracis
 M. Serratus posterior
 M. Levator costarum

2. Otot Ekstrinsik Dada


(Inspirasi)
 M. Pectoralis Major
 M. Pectoralis Minor
 M. Sternocleidomastoideus
 Mm. Scalenus (Anterior, Medius, Superior)
(Ekspirasi)
 M. Rectus abdominis
 M. Obliquus externus & internus abdominis
 M. Tranversus abdominis
 M. Quadratus lumborum
-Clavicle
-Pectoralis major
muscle
-Sternum
-Internal abdominal
oblique muscle
-External abdominal
oblique muscle
5 Latissimus dorsi muscle
6 External intercostal
muscles
7 Serratus anterior muscle
9 External abdominal oblique
muscle
10 Clavicle (divided)
12 Internal intercostal
muscles
1 Sternocleidomastoid muscle
(divided)
2 Clavicle
4 Internal intercostal muscle
5 Transversus thoracic muscle
6 Intercostal arteries and nerves
10 Rectus abdominis muscle
14 Sternum
19 Transversus abdominis muscle
FISIOLOGI
ANATOMI FISIOLOGI SALURAN
PERNAPASAN

 Pars konduktiva
 Rongga hidung
 Faring
 Laring
 Trakea
 Bronkus
 Bronkiolus terminalis
 Pars respiratorius
 Bronkiolus respiratorius
 Ductus alveolaris
 Saccus alveolaris
 alveolus
MEKANISME PERNAPASAN
 Pengembangan dan pengempisan paru dapat
terjadi karena
 Diafragma bergerak turun naik untuk memperbesar
/ memperkecil rongga dada
 Depresi dan elevasi tulang iga untuk memperbesar /
memperkecil diameter anteroposterior rongga dada
PERNAPASAN COSTAL
 Volume rongga thorax berubah karena gerakan
iga yg tdd :
 Gerakan pegangan ember yang menyebabkan
kontraksi Mm. intercostales externi & pars
cartilaginosa Mm. intercostales interni sehingga iga
terangkat ke atas dan depan akibatny diameter
transversa thorax bertambah
 Gerakan gagang pompa yang menyebabkan elevasi iga dan
juga menyebabkan os sternum bergerak ke depan atas
sehingga diameter anteroposterior thorax bertambah
 Efek rotasi yang terjadi karena permukaan dalam iga yang
konkav dan iga berotasi di sekitar sumbu rotasi sehingga
diameter transversa bertambah
 Inspirasi normal
 Gerakan Mm. intercostales externi dan pars cartilaginosa
Mm. intercostales interni akan menambah volume thorax.
 Tekanan intrathoracal dan intrapulmonal akan turun dan
menghasilkan volume udara sejumlah 500cc (tidal volume)
setiap gerakan pernafasan.
 Ekspirasi normal
 Tidal volume dikeluarkan oleh elastisitas dinding
thorax
 Elastisitas ekstrinsik / thoracic compliance : elastisitas
cartilago costae
 Elastisitas intrinsik / pulmonary compliance : elastisitas

parenkim paru
PERNAPASAN DIAFRAGMA
 Inspirasi
kontraksi diafragma -> menurunkan kubah
diafragma -> diameter superoinferior bertambah
-> tekanan intrathoracal menurun, isi perut
terdorong ke bawah & otot dinding depan
abdomen relaksasi
 Ekspirasi
otot dinding depan abdomen kontraksi -> isi
perut mendorong diafragma ke arah rongga
thorax -> volume rongga thorax berkurang &
tekanan intrathoracal meningkat
OTOT – OTOT PERNAFASAN
 Otot inspirasi utama :
 Diafragma
 M. intercostalis externus
 M. levator costarum
 M. serratus posterior superior
 Otot inspirasi pembantu
 Sesak nafas ringan
 M. scalenus
 M. sternocleidomastoideus

 Sesak nafas yang lebih berat


 2 otot di atas
 M. pectoralis major et minor

 M. serratus anterior

 M. subclavius
 Lebih sesak lagi, untuk menarik nafas perlu fiksasi gelang
bahu
 M. levator scapulae
 M. trapezius

 M. rhomboideus

 Otot ekspirasi
 M. intercostalis internus
 M. transversus thoracis
 M. subcostalis
 M. serratus posterior inferior
 M. latissimus dorsi
 M. iliocostalis
VOLUME DAN KAPASITAS PARU
 Bagian – bagian volume paru
 Volume tidal : volume udara yg diinspirasi /
diekspirasi setiap kali bernafas normal (500cc)
 Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve
volume) : volume udara tambahan yg dpt diinspirasi
setelah dan di atas volume tidal (3000cc)
 Volume cadangan ekspirasi (expiratory reserve
volume) : volume udara tambahan yg dpt dieskpirasi
maksimal pada akhir volume tidal (1100cc)
 Volume residu (residual volume) : volume udara yg
masih tetap berada di dalam paru setelah seseorang
melakukan ekspirasi maksimal (1200cc)
VOLUME RESIDU
 Terdiri dari
 Udara kolaps : volume udara yang masih
dikeluarkan bila paru2 mengempis / kolaps (600cc)
 Udara minimal : jumlah udara yang masih tertinggal
dalam paru sesudah paru kolaps (600cc)
KAPASITAS PARU
 Kapasitas inspirasi (inspiratory capacity) :
volume tidal + volume cadangan inspirasi
(3500cc)
 Kapasitas residu fungsional (functional residual
capacity) : volume cadangan ekspirasi + volume
residu (2300cc)
 Kapasitas vital (vital capacity) : volume cadangan
inspirasi + volume tidal & volume cadangan ekspirasi
(4600cc)
 Kapasitas paru total (total lung capacity) : volume
maksimum di mana paru dpt dikembangkan sebesar
mungkin dgn inspirasi paksa. Kapasitas vital +
volume residu (5800cc)
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KAPASITAS VITAL

 Umur
 Jenis kelamin

 Ukuran tubuh

 Latihan fisik

 Posisi tubuh

 Kekuatan otot – otot pernafasan

 Distensibilitas paru & dinding dada


DEFINISI DYSPNOE
Keluhan yang sering memerlukan penanganan
darurat tetapi intensitas dan tingkatannya dapat
berupa rasa tidak nyaman di dada yang bisa
membaik sendiri, yang membutuhkan bantuan
napas yang serius sampai yang fatal.
ETIOLOGI
 Penyakit saluran napas  Penyakit vaskular paru
Asma Emboli paru
Bronkitis kronis Kor pulmonal
Emfisema Hipertensi paru primer
Sumbatan laring Penyakit veno-oklusi paru
Tertelan benda asing  Penyakit pleura
 Penyakit parenkimal Pneumotoraks
Pneumonia Efusi pleura, hemotoraks
Gagal jantung kongestif Fibrosis
Adult Respiratory distress  Penyakit dinding paru
syndrome (ARDS) Trauma
Pulmonary infiltrates with Penyakit neurologik
eosinophilia (PIE)
Kelainan tulang
Klasifikasi Sesak Napas

• Dyspnea adalah rasa sesak napas yang berlebihan.

• Ortopnea adalah dsypnea ketika pasien berbaring dan


mereda apabila ia duduk atau berdiri.

• Paroksismal nocturnal dyspnea adalah kelanjutan


ortopnea yang berupa serangan dyspnea berat hampir
seperti tercekik, biasanya terjadi pada malam hari.

• Dyspnea d’effort adalah dyspnea yang timbul ketika


beraktivitas dan berkurang bila beristirahat
Sesuai dengan beratnya, sesak napas dapat dibagi atau 5
tingkat dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Sesak napas tingkat I

- tidak terjadi pada aktivitas sehari-hari


- terjadi bila melakukan aktivitas jasmani yang berat
daripada biasanya
- dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dengan baik

2. Sesak napas tingkat II

- tidak terjadi pada aktivitas sehari-hari


- terjadi bila melakukan aktivitas jasmani yang banyak
daripada biasanya
- naik tangga,mendaki,dll --> sudah terasa
- berjalan di jalan datar --> tidak terjadi
3. Sesak napas tingkat III

- sudah terjadi bila melakukan aktivitas sehari-hari


(berjalan,mandi,berpakaian,dll) tapi masih dapat
melakukannya tanpa bantuan orang lain
- tidak terjadi saat istirahat

4. Sesak napas tingkat IV

- sudah terjadi bila melakukan aktivitas sehari-hari


(berjalan,mandi,berpakaian,dll) dan membutuhkan
bantuan orang lain untuk melakukannya
- tidak terlalu nampak pada saat istirahat
- pekerjaan ringan (berjalan sedikit,dll) penderita terpaksa
berhenti untuk istirahat sebentar
5. Sesak napas tingkat V

- penderita harus membatasi diri dalam segala


aktivitas sehari-hari nya karena sangat mudah
terjadi sesak napas
- lebih banyak berada di tempat tidur atau hanya
duduk di kursi
- sangat tergantung dengan bantuan orang lain
Diagnosis banding untuk dyspnea

1. Dyspnea karena yang berasal dari jantung, antara


lain :
- kegagalan ventrikel kiri
- kegagalan ventrikel kanan
- perikarditis
- sindrom koroner akut
- kardiomiopati
2. Dyspnea karena gangguan pada paru, antara lain :

- penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)


- pneumotoraks
- infeksi paru (pneumonia parenkim paru)
- bronkitis
- bronkospasme (asma bronkial)
- emboli paru (pemakaian pil KB, penyakit jantung,
obesitas, kehamilan, pasca operasi)
- pneumonitis interstitiales (alveolitis)
- hipertensi pulmonal
- atelektasis
- emfisema
- pleuritis
- asidosis respiratorik
3. Gangguan metabolik, antara lain :

- ketoasidosis diabetik
- asidosis metabolik

4. Kelainan darah, antara lain :

- anemia
- leukemia
- hemoglobin abnormal
- perdarahan masif
5. Penyakit saraf / neuromuskular

- amyotrophic lateral sclerosis


- miastenia gravis
- multiple sclerosis
- Guillain Bare syndrome
- poliomielitis
- atrofi/distrofi otot
DEFINISI
 Sianosis merupakan warna kebiruan pada kulit
maupun membran mukosa yang biasa terdapat
pada bibir dan akral dan disebabkan oleh
hemoglobin yang tidak mengandung oksigen
jumlahnya berlebihan dalam pembuluh darah
 Sianosis perifer
Disebabkan oleh sirkulasi buruk yang disebabkan
leh vasokonstriksi perifer seperti pada suhu dingin
maupun stress

Sianosis Sentral
Menurunnya oksigen karena disebabkan penyakit paru
maupun pirau kanan ke kiri .
 Umumnya sianosis muncul bila darah arteri
mengandung lebih dari 5gr hemoglobin yang tidak
mengandung oksigen dalam tiap 100 ml darah.
ETIOLOGI
 Asma
 Cardiomiopati

 PPOK

 CHF

 Emphysema
DEFINISI
 Penyakit paru kronik yang ditandai oleh
hambatan aliran udara (tidak sepenuhnya
reversible). Hambatan ini bersifat progresif dan
berhubungan dengan respon inflamasi paru
terhadap partikel/gas beracun.
FAKTOR RESIKO
 1. Merokok (aktif, pasif, bekas perokok).
Derajat berat perokok =
 Jumlah rata2 batang rokok x lama merokok
= 12 x 50 = 600
Ringan = 0 - 200
Sedang = 200 - 600
Berat = >600
 2. Riwayat terpajan polusi udara.
 di dalam ruangan
(rokok, kompor)
 di luar ruangan
(gas kendaraan, debu jalan)
 tempat kerja
(bahan kimia, zat iritan, gas
beracun)

 3. Riwayat infeksi saluran nafas bawah


berulang.
INSIDENSI
 Di Amerika  terdapat 1,5 juta kasus PPOK di
IGD (tahun 2000)
 WHO memperkirakan  tahun 2020 prevalensi
PPOK meningkat
 penyakit tersering 12  5
 penyebab kematian 6  3
 Berdasarkan SKRT Departemen Kesehatan RI
tahun 1992
 PPOK bersama asma bronkhiale  peringkat 6
PATOGENESIS
Radikal
bebas Faktor
Inflamasi host
paru antiproteas
antioksida
n e
Makrofag,limfosit T
IL-8, Stress protease CD8+, neutrofil
TNF oksidatif
Mekanism
e
Patologi perbaikan
PPOK
Penyempitan saluran Destruksi Inflamasi
napas dan fibrosis parenkim hipersekresi mukus
Cedera Kerusakan
bronkus dan dinding
bronkiolus alveolus
bronkospasme
infeksi
Hipersekresi
mukus
Infeksi
Obstruksi pernapasan
reversible sesekali
bronkiolus dan
bronkus kecil

Cidera berlanjut Infeksi berlanjut emfisema


dan berulang dan berulang
(merokok)
Cedera
Bronkhitis berlanjut dan
kronik berulang
(merokok)
Kerusakan Infeksi berlanjut
dinding alveolus dan berulang
Bronkhitis
kronik dan
emfisema
PATOFISIOLOGI
Bronkhitis Penyempitan
kronik saluran napas dan
fibrosis
Meningkatnya
resistensi non
elastik bronkial

Batuk dyspno meng Insufisiensi


berdahak e i oksigenasi Hb
putih (khas dalam paru
pada
bronkitis sianosi Hipoksia
akut) s kronik

Jari tabuh
(clubbing
finger)
MANIFESTASI KLINIK
 Dyspnoe
 Batuk dan pengeluaran dahak

 Mengi

 Penurunan berat badan

 Sianosis
DASDIG

 Seorang laki-laki 63 tahun keluhan utama


sesak nafas disertai kebiruan pada bibir, sesak
dirasakan bila berjalan lebih dari 5 meter atau
mandi
Pada anamesis keluhan utama dirasakan sejak 9
bulan lalu dan makin lama makin memberat
dalam 7 hari terakhir bila berjalan ditempat
datar sejauh 20 m ia harus beristirahat dahulu
karena sesak nafas, ada keluhan batuk
berdahak tapi tidak menganggu ,kadang nafas
berbunyi mengi
Tidak demam, nafsu makan turun dan berat
badan turun dalam 2k dalam 3 bulan
 Rpd: tidak pernah sakit sprti ini
 Rpk: ayah hipertensi

 Kebiasaan: kretek filter 2 bungkus 1 hari sejak


smu
 Keadaan umum :tampak sakit ringan, compos
mentis
 Tanda vital : Tekanan darah:140/80
Frek nafas: 26x/menit, nadi: 136x/menit,suhu 36.7
BB:55 TB:165
Kepala : bibir sedikit sianosis
Leher :DBN
Thoraks: bentuk barrel chest dan pernafasan
simetris
Palpasi: sela iga melebar
Perkusi:hipersonor
Auskultasi : suara nafas melemah
 Jantung : Ictus cordis terlihat
Palpasi: DBN
Perkusi: pekak jantung mengecil
Auskultasi :bunyi jantung reguler tanpa bising
Abdomen : DBN
Ekremitas :edem(-), clubbing finger (+), sianosis(+)

Pemeriksaan labolatorium
Hb:12.5 g/dl
Leukosit :10500
Trombosit :280.000
LED 25mm/jam
Hitung jenis : 0/1/0/71/25/3
Glukosa sewaktu :110mg/dl
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Saturasi O2 Sebuah pengukuran persentase
hemoglobin yang membawa oksigen. normal 95%
- 100%
 Spirometri  utk mengetahui fungsi paru dgn cara
mencatat kapasitas (volume dan kecepatan udara
yang dapat dihirup dan dikeluarkan) atau fungsi paru
(ventilasi)

 Spirogram  grafik yg menunjukkan perubahan


volume paru

 Juga dapat digunakan utk membedakan penyakit


paru obstruktif dan restriktif
 Dipengaruhi oleh umur,size,jenis kelamin
 FEV 1 : forced expiratory volume in 1 second {udara
yang dikeluarkan dalam 1 detik pertama} (3,2L)
 FVC : forced vital capacity {aktifitas pernapasan
dengan kekuatan maksimal (4liter)}

 FEV 1 normal > 80%


 Mild COPD 80%

 Moderate COPD 50-79%

 Severe COPD 30-49%

 Very severe COPD <30%

 Ratio FEV 1 / FVC <0,7  COPD

 Penyakit paru restriktif ratio normal karena FEV 1


dan FVC sama2 mengecil
gangguan ventilasi paru :
 restriksi : yaitu penyempitan saluran paru-paru
akibat bahan bersifat allergen seperti debu,spora
jamur yang mengganggu saluran nafas. VC < 80%,
FVC <80% prediksi
 obstruksi : yaitu penurunan kapasitas fungsi paru
yang diakibatkan oleh penimbunan debu-debu
sehingga terjadi penurunan kapasitas fungsi paru.
FEV1 <80% ,FEV1/FVC <75% prediksi
 kombinasi : yaitu karena proses patologi yang
mengurangi volume paru , kapasitas vital dan aliran
udara yang juga melibatkan saluran napas. FVC <80%
FEV1/FVC <75% prediksi
INDIKASI PENGGUNAAN SPIROMETRY :
 Pemeriksaan kesehatan berkala
 seseorang dengan keluhan sesak

 menentukan diagnose penyakit tertentu


(Asthma, PPOK, bronchitis,kanker paru)
 memantau perjalanan penyakit

 perokok,perokok pasif, bekas perokok

 penyakit paru yang berhubungan dengan


pekerjaan
SPIROMETER
PENATALAKSANAAN DYSPNOE
 Mencari latar belakang
 Kondisi memburuk  mengatasi keadaan
darurat dahulu sebelum mencari penyebab

Saluran Napas
- Periksa orofaring

- Intubasi endotrakeal  henti napas

Oksigen
Tujuan : untuk mempertahankan PO2 sebesar 60-
70mmHg dengan kenaikan minimal pada PCO2
PENATALAKSANAAN PPOK
Tujuan :
- Mengurangi progresifiti penyakit
- Mengurangi gejala
- Meningkatkan toleransi latihan
- Mencegah dan mengobati komplikasi
- Mencegah dan mengobati eksaserbasi berulang
- Mencegah atau meminimalkan efek samping
obat
- Memperbaiki dan mencegah penurunan faal
paru
- Meningkatkan kualiti hidup penderita
- Menurunkan angka kematian
Kriteria PPOK stabil :
- Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal
napas kronik
- Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil

- Dahak tidak berwarna / jernih

- Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat


berat PPOK (hasil spirometri)
- Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan

- Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan


Algoritme PPOK stabil

EDUKASI FARMAKOLOGI NON


FARMAKOLOGI

- Rehabilitasi
- Terapi oksigen
- Berhenti merokok Golongan bronkodilator
- Vaksinasi
- Pengetahuan dasar PPOK 1. Anti kolinergik
- Nutrisi yang cukup
- Obat-obatan 2. Beta 2 agonis
- Intervensi bedah
- Pencegahan perburukan 3. Xantin
penyakit 4. SABA + anti kolinergik
- Menghindari pencetus 5. LABA + kortikosteroid
- Penyesuaian aktivitas 6. Antioksidan
7. Tambahan
dipertimbangkan mukolitik
Gejala eksaserbasi :
1. Batuk makin sering / hebat
2. Produksi sputum bertambah banyak
3. Sputum berubah warna
4. Sesak napas bertambah
5. Keterbatasan aktivitas bertambah
6. Terdapat gagal napas akut pada gagal napas kronik
7. Kesadaran menurun
- Nilai berat gejala
(kesadaran,
frekuensi napas,
pemeriksaan fisik)
- Analisis gas darah

1. Terapi oksigen
2. Bronkodilator
- Inhalasi / nebuliser (agonis beta 2,
anti kolinergik)
- IV : metal xantin, bolus & drip
3. Antibiotik
4. Kortikosteroid sistemik
5. Diuretika bila ada retensi cairan

Tidak mengancam
Mengancam jiwa jiwa
(gagal napas akut)

Ruang rawat
ICU
Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah :

1. Gagal napas

- gagal napas kronik


(hasil analisis gas darah PaO2 < 60 mmHg dan
PaCO2 > 60 mmHg, pH normal)
- gagal napas akut pada gagal napas kronik
(Sesak napas dengan atau tanpa sianosis, sputum
bertambah dan purulen, demam, kesadaran menurun)
2. Infeksi berulang

Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan


menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini
memudahkan terjadinya infeksi berulang. Pada
kondisi kronik ini imuniti menjadi lebih rendah,
ditandai dengan menurunnya kadar limfosit darah.

3. Kor pulmonal

Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit >


50%, dapat disertai gagal jantung kanan.
Pencegahan

1. Mencegah terjadinya PPOK

- hindari asap rokok


- hindari polusi udara
- hindari infeksi saluran napas berulang

2. Mencegah perburukan PPOK

- berhenti merokok
- gunakan obat-obatan adekuat
- mencegah eksaserbasi berulang (sesak bertambah, produksi
sputum meningkat,perubahan warna sputum menjadi
purulent)
Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad functionam : dubia
Quo ad sanatsionam : dubia ad malam

Anda mungkin juga menyukai