Anda di halaman 1dari 26

3

K
O
P
M

H T EL O

T K
N B
Y

A K
TA 1 9
UR LB
O

A R IS
)

T D KS
A
A IS T

W
AL 1 ( E
P

G
KEO D U
M
SKEMA :

TUTOR : dr. Khairul


M.kes
LEARNING OBJECTIVE
Mahasiswa mampu memahami dan mejelaskan
mengenai
epistaksis meliputi :
 Definisi
 Etiologi dan Patofisiologi
 Manifestasi klinis
 Penegakan diagnosis
 Penatalaksanaan
 Prognosis
 Komplikasi
EPISTAKSIS

Adalah suatu proses keluarnya darah


dari hidung (mimisan) .
Bukan merupakan suatu penyakit
tetapi sebagai manifestasi klinis dari
penyakit .
ANATOMI DAN VASKULARISASI HIDUNG

Pembuluh darah yang berperan :


1. Pleksus kiesselbach (4
anastomosis)
2. Area woodruf (2 anastomosis)
PLEKSUS KIESSELBACH
ETIOLOGI
Lokal Sistemik
• Trauma (ringan hingga • Penyakit kardiovaskular
berat) • Penyakit sistemik
• Kelainan anatomis nasal (Arterosklerosis)
• Kelainan pembuluh darah • Aneruisma
• Infeksi Sistemik
• Tumor
• Kelainan darah
• Pengaruh cuaca • Penyakit kongenital
• Infeksi Lokal • Pengaruh atmosfer (tekanan
• Benda Asing udara)
• Penggunaan obat
antikoagulan
• Penggunaan obat
IDIOPATIKantiInflamasi
10 %
PATOFISIOLOGI VON WILLEBRAND DISEASE

Protein (Faktor I, II, V, VII, VIII, IX, X,


XI, XII dan XIII dan Faktor Von
Willebrand)
PATOFISIOLOGI
EPISTAKSIS
ANTERIOR

EPISTAKSIS
POSTERIOR

Epistaksis Posterior:
Epistaksis Anterior :
Penyakit Kardiovaskular
Lebih sering disebabkan
Lebih sering pada orang tua
trauma
>50 tahun dan Org sakit
Usia anak-anak dan dewasa
jantung
muda
Pembuluh darah terkait
MANIFESTASI KLINIK
Epistkasis Anterior Epistaksis akibat
Trauma :
Perdarahan ringan • Perdarahan Sedikit dan
Dapat berhenti sendiri dapat berhenti sendiri
Dapat berulang
• Berulang beberapa jam
setelah penanganan,
Epistaksis Posterior: beberapa minggu bila
fraktur yg terjadi tdk
Perdarahan masif Gejala Umum:
1. ditangani
Anemia
Tidak dapat berhenti
2. Syok
sendiri 3. Takikardi
4. Muntah darah
5. Batuk darah

Epistaksis yang tidak berhenti


sehingga menyebabkan Transfusi
berulang : Telangiektasis
PEMERIKSAAN DAN PENEGAKAN DIAGNOSIS
Anamnesis :
• Riwayat perdarahan sebelumnya
• Lokasi perdarahan
• Apakah darah terutama mengalir ke dalam tenggorokan (ke
posterior) ataukah keluar dari hidung depan (ke anterior) bila pasien
duduk tegak?
• Lama perdarahan dan frekuensinya
• Kecenderungan perdarahan
• Riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga
• Hipertensi
• Diabetes melitus
• Penyakit hati
• Penggunaan antikoagulan
• Trauma hidung yang belum lama
• Obat – obatan, mis., aspirin, fenilbutazon (Butazolidin)
• Faktor lingkungan , Kelembaban dan alergen
PEMERIKSAAN DAN PENANGANAN AWAL
1. Periksa Vital Sign Pasien (Perbaiki keadaan umum
pasien)
2. Posisikan pasien duduk tegak (bila tidak kuat , bisa
setengah duduk)
3. Persiapkan alat (lampu kepala, suction, speculum)
4. Bersihkan rongga nasal dari bekuan darah atau darah
5. Berikan kapas atau kassa dengan pelumuran
adrenalin 1/100.000 dan Anestetik topikal (Lidocain
2% atau pantokain ) selama 3-5 menit
6. Tentukan Lokasi perdarahan

Rhinoskopi ant : vestibulum, septum nasi, mukosa


hidung , dinding lateral hidung dan konka
inferior

Rhinoskopi post : nasofaring , indikasi epistaksis


berulang, menyingkirkan neoplasma
PEMERIKSAAN TAMBAHAN

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah lengkap atau skrining terhadap
koagulopati (waktu protrombin serum,waktu
tromboplastin parsial, jumlah platelet,waktu
perdarahan & pembekuan)

PENUNJANG
Foto hidung dan sinus paranasalis, pem. faal
hati, tumor
markers, biopsi.
PENATALAKSANAAN
Prinsip :
1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah perdarahan berulang

Prinsip :
4. Memperbaiki keadaan umum
5. Mencari lokasi perdarahan dan mengatasi perdarahan
6. Mencari penyebab perdarahan
7. Mencegah Epistaksis berulang
EPISTAKSIS MINOR BERULANG
Pemeriksaan :
penonjolan pembuluh darah

Penatalaksanaan :
Kauterisasi (Anestetik Topikal dan Vasokonstriktor)
1. Jangan pada 2 sisi yg sama
2. Jangan terlalu besar

Perdarahan Berulang dari suatu Mukosa Septum


3. Meninggikan Mukosa Setempat
4. Membiarkan jaringan menata dirinya sendiri (rekonstruksi)
5. Rekonstruksi deformitas septum
EPISTAKSIS ANTERIOR

1. Metode trotter
KAUTERISASI
• Menggunakan Asam TCA 10% perak nitrat 20-
30%

• Memberi Anestetik topikal dan vasokonstriktor


hingga pembuluh darah terlilhat
Lidokain 4% dan Epinefrin 1:100.000
Lidokain 4% dan penilefrin 0,5%

• Di kaustik Setelah pembuluh darahnya terlihat .


PEMASANGAN TAMPON
EPISTAKSIS POSTERIOR
INDIKASI :
1. Terjadi perdarahan ke arah nasofaring
2. Perdarahan tidak berhenti dengan tampon anterior
3. Dari rhinoskopi anterior dan posterior di temukan perdarahan di posterior

Blok Ganglion Sfenopalatina

Tampon posterior (bisa menggunakan tampon balon atau


kateter folley no.14 dengan kantung 15 cc)

Pemberian obat hemostatik (vitamin K dan Karbazokram)


LIGASI ARTERI
1. Ligasi Arteri Karotis Eksterna
2. Ligasi arteri maksilaris interna
3. Ligasi arteri ethmoidalis anterior dan posterior
4. Ligasi arteri sfenopalatina
KOMPLIKASI
Akibat langsung epistaksis hebat :
1. Syok
2. Anemia
3. Tekanan darah ↓ mendadak  iskemi cerebri, insufisiensi koroner,
infarkmiocard  kematian

Akibat pemasangan tampon :


4. Tampon anterior : sinusitis ok ostium sinus tersumbat, bloody tears ok
darah mengalir retrograd melalui duktus nasolakrimalis, septikemia
5. Tampon posterior : otitis media, haemotympanum, laserasi palatum
mole dan sudut bibir
MENCEGAH KOMPLIKASI
1. Infus
2. Tranfusi darah
3. Memberikan antibiotik pd setiap pemasangan tampon utk
mencegah infeksi sekunder
4. Tampon balon tidak boleh dipompa terlalu kuat ok dpt
menimbulkan nekrosis mukosa atau septum nasi
MENCEGAH PERDARAHAN BERULANG
Prinsip : cari penyebab utama
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan fungsi hati & ginjal, gula darah,
hemostasis
3. Foto polos / CT scan sinus
4. Konsul ke bagian Penyakit Dalam atau
Kesehatan Anak.
PROGNOSIS
• 90% dapat berhenti sendiri dan hanya sekitar
10% yang membutuhkan penanganan

• Bergantung dari penyakit yang mendasari


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai