Anda di halaman 1dari 37

SMF/Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Tutorial Klinik

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

STATUS ANTROPOMETRI DAN STATUS GIZI


PADA ANAK

Disusun Oleh:
Salaudin Al Ayubi Pratama 1810029044

Pembimbing:
dr. Anrih Roi Manthurio, Sp.A

SMF/LABORATORIUM ILMU KESEHATAN ANAK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

TUTORIAL KLINIK

STATUS ANTROPOMETRI DAN STATUS GIZI PADA


ANAK

Diajukan dalam Rangka Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu


Kesehatan Anak

Oleh:
Salaudin Al Ayubi Pratama NIM. 1810029044

Pembimbing:

dr. Anrih Roi Manthurio, Sp.A

SMF/LABORATORIUM ILMU KESEHATAN ANAK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tutorial yang berjudul Status Antropometri
dan Status Gizi pada Anak. Tutorial klinik ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian Laboratorium Ilmu Kesehatan
Anak di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Penulisan referat ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Ika Fikriah, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman.
2. dr. Soehartono, Sp.THT-KL selaku Ketua Program Pendidikan Profesi
Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
3. dr. Hendra, Sp.A selaku kepala Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
4. dr. Sherly Yuniarchan, Sp.A selaku kepala SMF Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
5. dr. Anrih Roi Manthurio, Sp.A sebagai pembimbing dalam penyusunan
tugas referat ini yang telah memberikan banyak waktu dan kesempatan
untuk memberikan bimbingan.
6. Kedua orang tua tercinta serta teman-teman dokter muda yang telah
mendukung, membantu, dan sudah berjuang bersama selama ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tutorial ini sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan tutorial ini, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi banyak
pihak.
Samarinda, September 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL ................................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................4
BAB 1 ......................................................................................................................5
PENDAHULUAN ...................................................................................................5
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................5
1.2 Tujuan Penulisan ...........................................................................................6
BAB II ......................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................7
2.1 Status Antropometri ...........................................................................................7
2.1.1 Tinggi Badan/Panjang Badan .....................................................................7
2.1.2 Berat Badan ................................................................................................8
2.2 Status Gizi ........................................................................................................16
2.2.1 Kurva Pertumbuhan WHO .......................................................................17
2.2.2 Kurva Pertumbuhan CDC ........................................................................19
BAB III ..................................................................................................................20
PENUTUP ..............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................21
LAMPIRAN ...........................................................................................................22

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan merupakan komponen penting dalam menilai status nutrisi


dan dapat digunakan sebagai indikator dari kesehatan/kesejahteraan individu
maupun populasinya. Gangguan pertumbuhan masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia. Data sementara Survei Kesehatan Nasional 2008 menunjukkan bahwa
prevalensi perawakan pendek 37% pada balita yang diakibatkan selain oleh karena
kurangnya pasokan gizi saat pertumbuhan, juga berat saat lahir di bawah standar
2,5 kilogram. Menurut hasil Susenas 2005, prevalensi anak balita yang mengalami
gizi kurang (underweight)sebesar 28 persen, sedangkan (wasting) sebesar 15,5
persen. Oleh karena itu, kegiatan deteksi pertumbuhan masih perlu ditingkatkan
(IDAI, 2016).
Untuk melakukan penilaian pertumbuhan bayi dan balita, diperlukan
pengukuran antropometri secara berkala agar dapat mengetahui perubahan yang
terjadi. Pengukuran yang dilakukan satu kali hanya menunjukkan ukuran pada saat
itu dan tidak memberikan informasi perubahan yang terjadi, apakah terjadi
peningkatan atau penurunan. Oleh karena itu, diperlukan pengukuran secara cermat
dan membandingkan dengan pengukuran sebelumnya. Pengukuran antropometri
sebaiknya dilakukan oleh orang yang sudah terlatih, sesuai dengan prosedur yang
sudah ditetapkan, serta menggunakan baku pertumbuhan. Status antropometri dapat
digunakan untuk mengumpulkan data pengukuran tubuh apabila melalui
pemeriksaan dan penggunaan peralatan yang terkalibrasi. Data yang akurat ini
sangat penting untuk evaluasi tren hasil pengukuran tubuh yang bermakna terhadap
status gizi seseorang (CDC, 2007).
Status antropometri dapat digunakan sebagai salah satu metode penilaian
status gizi pada bayi dan anak- anak. Status gizi merupakan salah satu indikator
kesehatan karena dibutuhkan status gizi yang baik untuk dapat mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan berbagai
metode yang kemudian hasil pengukuran tersebut akan dibandingkan dengan
standar untuk didapatkan status gizi (Par'i, Wiyono, & Harjatmo, 2017).

5
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan tugas ini bertujuan untuk menambah pengetahuan penulis dan
pembaca khususnya untuk penilaian status antropometri dan status gizi pada anak.

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Antropometri


Antropometri merupakan sebuah studi tentang pengukuran tubuh manusia
dalam dimensi jaringan tulang, otot, dan adiposa. Kata “antropometri” berasal dari
bahasa Yunani, yaitu “anthropo” yang berarti manusia dan “metron” yang berarti
ukuran. Antropometri terdiri dari berbagai pengukuran tubuh manusia, seperti berat
badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar kepala (LK), lingkar lengan atas (LiLA) dan
lainnya. Antropometri dapat digunakan untuk mengumpulkan data pengukuran
tubuh apabila melalui pemeriksaan dan penggunaan peralatan yang terkalibrasi.
Data yang akurat ini sangat penting untuk evaluasi tren hasil pengukuran tubuh
yang bermakna terhadap status gizi seseorang (CDC, 2007).
Pengukuran antropometri dapat menilai pertumbuhan secara cross sectional
maupun longitudinal. Jika anak-anak hanya diukur sekali, maka status pertumbuhan
mereka untuk usia tersebut dapat dinilai dengan membandingkan hasil pengukuran
tersebut dengan referensi yang sesuai dengan grafik pertumbuhan. Apabila anak
tersebut diukur lebih dari sekali, maka akan didapatkan data kecepatan
pertumbuhan yang mencerminkan perkembangan anak tersebut. Untuk
mendapatkan data yang bermakna, maka dibutuhkan interval antara pengukuran.
Selain itu, peralatan dan teknik pengukuran harus terstandarisasi untuk menghindari
penilaian yang kurang tepat. (Kleinman, 2009)

2.1.1 Tinggi Badan/Panjang Badan


Panjang atau tinggi badan merupakan indikator status pertumbuhan yang
sangat bermanfaat. Sayangnya sulit untuk mendapatkan hasil pengukuran yang
akurat khususnya pada bayi dan anak kecil (ADSA, 2009).
Metode pengukuran tinggi badan disesuaikan dengan usia dan kemampuan
anak untuk berdiri. Panjang seorang anak diukur dengan berbaring terlentang dan
tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak. Jika seorang anak berusia kurang
dari 2 tahun, ukur panjang terlentang. Jika anak berusia 2 tahun atau lebih dan

7
mampu berdiri, ukur tinggi badan. Secara umum, tinggi badan kurang lebih 0,7 cm
daripada panjang terlentang. Sehingga apabila seorang anak kurang dari 2 tahun
tidak mau berbaring untuk pengukuran panjang, maka ukur tingginya dan
tambahkan 0,7 cm untuk mendapatkan panjang badannya. Atau sebaliknya, apabila
seorang anak berusia 2 tahun atau lebih tua tidak dapat berdiri, ukur panjang
telentang dan kurangi 0,7 cm untuk mengubahnya menjadi tinggi badan (CDC,
2007).

Cara mengukur tinggi badan (WHO, 2008) :


- Pastikan pengukuran tinggi badan di tempat yang datar.
- Pastikan sepatu, kaus kaki, dan hiasan rambut anak telah dilepas.
- Minta bantuan ibu untuk berlutut sejajar dengan anaknya untuk
memposisikan anak berdiri di alas dengan kaki sedikit terpisah. Bagian
belakang kepala, bahu, pantat, betis, dan tumit semua harus menyentuh papan
vertical.
- Minta ibu untuk memegang lutut dan pergelangan kaki anak-anak untuk
membantu menjaga kaki tetap lurus dan kaki datar, dengan tumit dan betis
menyentuh papan vertical.
- Posisikan kepala anak sehingga garis horizontal dari daun telinga ke batas
bawah rongga mata sejajar dengan alas tiang. Untuk menjaga kepala dalam
posisi ini, tahan jembatan antara ibu jari dan telunjuk Anda di atas dagu anak.
- Jika perlu, dorong perut dengan lembut untuk membantu anak berdiri sesuai
tinggi badan.
- Baca pengukuran dan catat tinggi badan dalam sentimeter dengan ketilitian
hingga 0,1 cm.

8
Gambar 2.1 Pengukuran tinggi badan anak

Gambar 2.2 Posisi Tubuh Pengukuran Tinggi Badan

Cara mengukur panjang badan (WHO, 2008):


- Minta ibu untuk membaringkan anak dalam posisi terlentang
- Posisikan kepala dengan cepat sehingga mata anak melihat ke atas.
- Minta ibu untuk pindah di belakang kepala tempat tidur dan pegang kepala di
posisi ini.

9
Gambar 2.3 Tata cara memegang kepala anak
- Pastikan anak berbaring lurus di sepanjang papan dan tidak mengubah posisi.
- Bahu harus menyentuh papan, dan tulang belakang tidak harus melengkung.
- Tahan kaki anak dengan satu tangan dan gerakkan pengukur panjang badan
dengan tangan yang lain
- Sambil memegang lutut, tarik papan pengukur ke kaki anak. Telapak kaki
harus rata dengan kaki papan, jari-jari kaki menunjuk ke atas. Jika anak
membengkokkan jari kaki dan mencegah footboard dari menyentuh tumit,
rangsang telapak sedikit dan geser ke dalam footboard dengan cepat ketika
anak meluruskan jari-jari kaki.
- Baca pengukuran dan catat panjang anak dalam sentimeter dengan ketelitian
0,1 cm

Gambar 2.4 Prosedur pengukuran panjang badan

Gambar 2.5 Posisi kaki anak saat pengukuran

10
2.1.2 Berat Badan
Sebelum menimbang, jelaskan kepada ibu mengenai alasan untuk
menimbang, misalnya untuk mengevaluasi pertumbuhan anak ataupun untuk
mengevaluasi respons anak terhadap perubahan dalam pemberian makanan maupun
perawatan. Anak usia dibawah 2 tahun dapat ditimbang dengan timbangan bayi.
Popok basah, sepatu, ataupun celana jeans dapat memiliki berat lebih dari 0,5 kg
sehingga bayi seharusnya ditimbang telanjang dengan selimut yang
membungkusnya agar tetap hangat (CDC, 2007).

Gambar 2.6 Timbangan Bayi

Apabila tidak terdapat timbangan bayi, anak berumur kurang dari dua tahun
atau tidak mampu berdiri dapat ditimbang dengan metode penimbangan bersama
ibunya. Prosedur penimbangan perlu dijelaskan kepada ibu. Sang ibu diminta untuk
melepaskaan sepatu dan ditimbang sendiri terlebih dahulu dalam posisi berdiri.
Setelah berat badan ibu sudah didapatkan, minta ibu untuk tidak beranjak dari
timbangan dan timbang ibu bersama anaknya dalam posisi anak yang digendong
oleh ibunya. Berat badan anak didapatkan dari berat badan ibu bersama anak
dikurangi berat badan ibu (CDC, 2007).

11
Gambar 2.7 Prosedur penimbangan ibu dan anak
Anak-anak yang sudah dapat berdiri sendiri dapat ditimbang dengan posisi
berdiri di timbangan biasa.

Gambar 2.8 Timbangan anak yang mampu berdiri sendiri


Pakaian yang berlebih dapat mengganggu keakuratan timbangan, sehingga
lebih baik apabila anak ditimbang dalam kondisi hanya menggunakan pakaian
seminim mungkin. Kemudian jelaskan bahwa anak perlu menginjak skala sendirian
dan berdiri dengan tenang. Minta si anak untuk berdiri di tengah-tengah timbangan
dengan kaki sedikit terpisah dan tetap diam sampai jarum skala tidak bergerak
(WHO, 2008).

12
2.1.3 Lingkar Kepala
Lingkar kepala diukur pada anak-anak sejak lahir sampai usia 3 tahun. Cara
pengukuran lingkar kepala, (HRSA, 2018):
- Instruksikan orang tua (atau wali) untuk berdiri dengan memegang anak di
atas bahu kiri orang tua atau duduk dengan anak di pangkuan orang tua.
Mintalah orang tua untuk menyingkirkan hiasan atau kepangan rambut anak-
anak.
- Letakkan meteran kepala di sekitar kepala anak melewati glabella atau supra
orbitalis ke arah oksipital di bagian belakang kepala. Gerakkan pita ke atas
dan ke bawah di bagian belakang kepala untuk menemukan keliling
maksimal. Kencangkan meteran sehingga pas di sekitar kepala. Ukur lingkar
kepala dengan ketelitian hingga 1 mm.
- Sebelum memulai pengukuran, berbagai ikatan dan hiasan rambut yang dapat
mengganggu pengukuran harus terlebih dahulu dilepas.
- Bayi atau anak biasanya akan merasa lebih nyaman saat berada di pangkuan
orang tua.
- Meteran diposisikan tepat di atas alis, di atas telinga, dan di sekitar bagian
terbesar dari belakang kepala. Tujuannya adalah menemukan keliling
maksimum kepala.Rekaman ditarik pas untuk menekan rambut dan jaringan
lunak di bawahnya.Pengukuran dibaca hingga 0,1 cm dan dicatat pada grafik.

Gambar 2.9 Pengukuran lingkar kepala yang benar

13
2.1.4 Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas adalah indikator pertumbuhan otot dalam semua usia.
Pengukuran lingkar lengan atas biasanya dilakukan pada lengan kiri menggunakan
meteran yang sama seperti pada pengukuran lingkar kepala. Lokasi pengukuran
terletak tepat di tengah antara acromion (bahu) dengan olecranon (siku). Meteran
lalu diposisian melingkari lengan dan dikencangkan sampai meteran menyentuh
kulit tetapi tidak menekan maupun merubah kontur kulit (Kleinman, 2009).
Rasio perbandingan antara lingkar lengan atas dengan lingkar kepala
dikembangakn oleh Kanawati dan McLaren sebagai sebuah metode untuk
memperkirakan status gizi disaat pengukuran berat badan dan tinggi badan tidak
dapat dilakukan atau tidak dapat memberikan hasil pengukuran yang akurat,
misalnya pada kondisi anak dengan edema, tumor, kista, dan sebagainya. Lingkar
lengan atas sangat dipengaruhi oleh lemak subkutan, sehingga berfluktuasi
mengikuti berat badan total anak. Sedangkan lingkar kepala pada bayi dan anak
linier dengan pertumbuhan sehingga rasio lingkar lengan atas dibandingkan dengan
lingkar kepala menggambarkan rasio berat badan dengan tinggi dan dapat
digunakan sebagai alternative penilaian status gizi untuk anak usia kurang dari tiga
tahun. Rasio yang lebih besar dari 0,31 dianggap normal dan apabila rasio kurang
dari 0,25 maka menunjukkan malnutrisi berat (Kleinman, 2009).

Gambar 2.10 Pengukuran lingkar lengan atas yang benar

14
2.1.5 Ketebalan Lemak di Bawah Kulit
Lemak sebagai cadangan energi yang digunakan ketika tubuh mengalami
kekurangan sumber energi karbohidrat dan protein. Sebagai cadangan sumber
energi, lemak tubuh diukur melalui tebal lemak bawah kulit atau skinfold.
Pengukuran lemak tubuh dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misal: tulang
belikat (subscapular), di tengah garis ketiak (mid-axillary), sisi dada (pectoral),
perut (abdominal), suprailiaka, paha, tempurung lutut (suprapatellar), pertengahan
tungkai bawah (medial calv) bagian depan lengan atas (bicep), bagian belakang
lengan atas (tricep), lengan bawah (forearm) (CDC, 2007).
Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi ditentukan oleh jenis kelamin dan
umur. Metode yang paling sering digunakan untuk memperkirakan kegemukan
tubuh di rumah sakit adalah pengukuran lemak-lipatan kulit. Pada bayi dan anak
muda, penggunaan pengukuran lemak-lipatan kulit sebagai indeks lemak tubuh
total belum sepenuhnya divalidasi sebagai alternatif metode penilaian status gizi.
Pengukuran lemak di bawah lipatan kulit secara akurat cukup sulit dan bahkan tidak
mungkin pada pasien dengan edema sehingga seringkali membatasi penggunaan
lemak di bawah lipatan kulit sebagai penilaian status gizi. Tetapi, pengukuran
lemak di bawah lipatan kulit dapat digunakan untuk penilaian status gizi secara
linier untuk melihat respon pasien terhadap intervensi dan perubahan pola diet.
Lokasi paling umum untuk pemeriksaan lemak di bawah lipatan kulit adalah di
bagian belakang lengan atas (triceps) dan lipatan suprailiaka. Pada triceps, bagian
yang diukur persis seperti pada pengukuran lingkar lengan atas (pertengahan
acromion dan olecranon). Pada saat pengukuran, lengan diposisikan relaks dan
menggantung, ibu jari dan telunjuk pemeriksa diposisikan seperti mencubit dan
kulit yang tercubit akan diukur ketebalannya menggunakan calliper (CDC, 2007).

15
Gambar 2.11 Pengukuran Lemak di Bawah Lipatan Kulit di Daerah Triceps dan
subscapular

2.2 Status Gizi


Status gizi merupakan salah satu indikator kesehatan karena dibutuhkan
status gizi yang baik untuk dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan berbagai metode yang kemudian hasil
pengukuran tersebut akan dibandingkan dengan standar untuk didapatkan status
gizi (Par'i, Wiyono, & Harjatmo, 2017).
Penilaian status gizi berdasarkan data antropometri didasarkan berat badan
menurut panjang badan/tinggi badan. Penilaian status gizi anak dengan usia di
bawah 5 tahun mengacu pada grafik WHO dan penilaian status gizi anak dengan
usia lebih dari 5 tahun mengacu pada grafik CDC. Grafik WHO 2006 digunakan
untuk usia 0-5 tahun karena mempunyai keunggulan metodologi dibandingkan
CDC 2000. Subyek penelitian pada WHO 2006 berasal dari 5 benua dan
mempunyai lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan optimal. Untuk usia
diatas 5 tahun hingga 18 tahun digunakan grafik CDC 2000 dengan pertimbangan
grafik WHO 2007 tidak memiliki grafik BB/TB dan data dari WHO 2007
merupakan smoothing NCHS 1981. (IDAI, 2011).

16
2.2.1 Kurva Pertumbuhan WHO
Cara menggunakan kurva pertumbuhan WHO (IDAI, 2011) :
1. Tentukan umur, panjang badan (anak di bawah 2 tahun)/tinggi badan (anak
di atas 2 tahun), berat badan.
2. Tentukan angka yang berada pada garis horisontal / mendatar pada kurva.
Garis horisontal pada beberapa kurva pertumbuhan WHO menggambarkan
umur dan panjang / tinggi badan.
3. Tentukan angka yang berada pada garis vertikal/lurus pada kurva. Garis
vertikal pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan panjang/berat
badan, umur, dan IMT.
4. Hubungkan angka pada garis horisontal dengan angka pada garis vertikal
hingga mendapat titik temu (plotted point). Titik temu ini merupakan
gambaran perkembangan anak berdasarkan kurva pertumbuhan WHO.

Cara menginterpretasi kurva pertumbuhan WHO (IDAI, 2011)


1. Garis 0 pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan median, atau rata-
rata
2. Garis yang lain dinamakan garis z-score. Pada kurva pertumbuhan WHO
garis ini diberi angka positif (1, 2, 3) atau negatif (-1, -2, -3). Titik temu yang
berada jauh dari garis median menggambarkan masalah pertumbuhan.
3. Titik temu yang berada antara garis z-score -2 dan -3 diartikan di bawah -2.
4. Titik temu yang berada antara garis z-score 2 dan 3 diartikan di atas 2.
5. Untuk menginterpretasikan arti titik temu ini pada kurva pertumbuhan WHO
dapat menggunakan tabel berikut ini.

17
2.1 Tabel klasifikasi status gizi (WHO, Country Profile Indicators :
Interpretation Guide, 2010)

Catatan :
1. Anak dalam kelompok ini berperawakan tubuh tinggi. Hal ini tidak masih
normal. Singkirkan kelainan hormonal sebagai penyebab perawakan tinggi.
2. Anak dalam kelompok ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan tapi lebih
baik jika diukur menggunakan perbandingan beratbadan terhadap panjang /
tinggi atau IMT terhadap umur.
3. Titik plot yang berada di atas angka 1 menunjukan berisiko gizi lebih. Jika
makin mengarah ke garis Z-skor 2 resiko gizi lebih makin meningkat.
4. Mungkin untuk anak dengan perawakan pendek atau sangat pendek memiliki
gizi lebih.
5. Gizi sangat kurang.

2.2.2 Kurva Pertumbuhan CDC


Cara menggunakan kurva pertumbuhan CDC (IDAI, 2011) :
1. Tentukan umur, tinggi badan dan berat badan.
2. Sesuaikan kurva CDC dengan jenis kelamin, dan kelompok usia
3. Tentukan BB/U : Tentukan titik perpotongan antara berat badan dengan
umur, lihat posisi titik perpotongan terhadap percentile. Titik perpotongan

18
berat badan dengan umur di garis percentile 50 merupakan berat badan
normal pada umur tersebut.
4. Tentukan stature (TB/U) : Tentukan titik perpotongan antara tinggi badan
dengan umur, lihat posisi titik perpotongan terhadap percentile. Titik
perpotongan tinggi badan dengan umur di garis percentile 50 merupakan
tinggi badan normal pada umur tersebut.

Tabel 2.2 Interpretasi Kurva Pertumbuhan CDC

19
BAB 3

PENUTUP

Pemeriksaan antropometri dapat memberikan evaluasi yang mudah dan


cukup akurat mengenai status gizi anak. Antropometri terdiri dari berbagai
pengukuran tubuh manusia, seperti berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar
kepala (LK), lingkar lengan atas (LiLA) dan lainnya. Antropometri dapat
digunakan untuk mengumpulkan data pengukuran tubuh apabila melalui
pemeriksaan dan penggunaan peralatan yang terkalibrasi. Data yang akurat ini
sangat penting untuk evaluasi tren hasil pengukuran tubuh yang bermakna terhadap
status gizi seseorang.
Penilaian status gizi sangatlah penting dalam menilai status kesehatan
individu, khususnya pada anak. Status gizi dapat mencerminkan pertumbuhan
seorang anak dan membantu klinisi untuk memberikan intervensi yang sesuai
apabila dibutuhkan. Salah satu metode penilaian status gizi adalah dengan
antropometri. Penilaian status gizi berdasarkan data antropometri didasarkan berat
badan menurut panjang badan/tinggi badan. Penilaian status gizi anak dengan usia
di bawah 5 tahun mengacu pada grafik WHO dan penilaian status gizi anak dengan
usia lebih dari 5 tahun mengacu pada grafik CDC.

20
DAFTAR PUSTAKA
ADSA. (2009). Anthropometry Guideline Paediatrics. Retrieved from Association
for Dietetics in South Africa: http://www.adsa.org.za/
CDC. (2007). National Health and Nutrition Examination Survey. 1-26.
CDC. (2015). Division of Nutrition, Physical Activity, and Obesity. Retrieved
from Centers for Disease Control and Preventionn:
https://www.cdc.gov/nccdphp/dnpao/growthcharts/index.htm
HRSA. (2018). Growth Charts Training. Retrieved from Health Resources &
Services Administration : Maternal and Child Bureau: HRSA's Maternal
and Child Health Bureau (MCHB).
IDAI. (2011). Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Asuhan Nutrisi
Pediatrik, hal. 1-24.
IDAI. (2016, Januari 5). Pemantauan Pertumbuhan Anak. Retrieved from
Indonesian Pediatric Society:
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pemantauan-
pertumbuhan-anak
Kemenkes. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Kleinman, R. E. (2009). Nutrition in Acute and Chronic Illness: Assessment of
Nutritional Status. In Pediatric Nutrition Handbook (6th ed., pp. 559-576).
Illinois: American Academy of Pediatrics.
Par'i, H. M., Wiyono, S., & Harjatmo, T. P. (2017). Penilaian Status Gizi. Jakarta:
Kemenkes RI.
WHO. (2008). Training Course on Child Growth Assessment. Geneva: WHO.
WHO. (2010). Country Profile Indicators : Interpretation Guide. Nutrition
Landscape Information System (pp. 1-51). Geneva: World Health
Organization.

21
LAMPIRAN
Lampiran 1

Lampiran 2

22
Lampiran 3

Lampiran 4

23
Lampiran 5

Lampiran 6

24
Lampiran 7

Lampiran 8

25
Lampiran 9

Lampiran 10

26
Lampiran 11

Lampiran 12

27
Lampiran 13

Lampiran 14

28
Lampiran 15

Lampiran 16

29
Lampiran 17

Lampiran 18

30
Lampiran 19

Lampiran 20

31
Lampiran 21

Lampiran 22

32
Lampiran 23

Lampiran 24

33
Lampiran 25

Lampiran 26

34
Lampiran 27

Lampiran 28

35
Lampiran 29

36
Lampiran 30

37

Anda mungkin juga menyukai