Anda di halaman 1dari 37

PENGARUH ANGIN TERHADAP PENENTUAN

ARAH LANDASAN PACU

OLEH:
AULIA VINANDHITHA
1515011037

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
LATAR BELAKANG
Arah dan kecepatan angin merupakan salah satu unsur
cuaca yang dibutuhkan dalam operasi penerbangan.
Informasi cuaca termasuk data arah dan kecepatan angin
sangat dibutuhkan untuk take off dan landing. Data arah
dan kecepatan angin yang terkumpul melalui pengamatan
satsiun meteorology penerbangan setiap jam dalam
jangka waktu yang lama dapat digunakan sebagai salah
satu dasar uji kelayakan landas pacu (runway) di suatu
bandar udara melalui analisa klimatologi. Analisa tersebut
dilakukan untuk mengetahui frekuensi dan prosentase
angin yang memotong landasan (crosswind) dan
ditampilkan dalam bentuk diagram mawar angin atau
dikenal dengan windrose.
Analisis arah angin (windrose analysis) merupakan hal
yang sangat esensial guna penentuan arah landas pacu.
Berdasarkan rekomendasi dari ICAO, arah landas pacu
sebuah bandar udara secara prinsip diupayakan sedapat
mungkin harus searah dengan arah angin yang dominan.

Pada saat pesawat udara mendarat atau lepas landas,


pesawat udara dapat melakukan pergerakan di atas
landasan pacu sepanjang komponen angin yang bertiup
tegak lurus dengan bergeraknya pesawat udara (cross
wind) tidak berlebihan.
WINDROSE (MAWAR ANGIN)
 Windrose adalah sebuah grafik yang memberikan gambaran
tentang bagaimana arah dan kecepatan angin
terdistribusikan di sebuah lokasi dalam periode tertentu.
 Windrose merupakan representasi yang sangat bermanfaat
karena dengan jumlah data yang sangat banyak namun
dapat diringkas dalam sebuah diagram.
 Wind rose memberikan gambaran ringkas namun sarat akan
informasi tentang bagaimana arah dan kecepatan angin
terdistribusi pada sebuah lokasi atau area.
 Windrose menampilkan frekuensi dari arah mana angin
berhembus. Panjang dari masing-masing kriteria yang
mngelilingi lingkaran diasumsikan sebagai frekuensi waktu
dimana angin berhembus dari arah tertentu.
SKALA BEAUFORT
"Beaufort wind scale" atau "Beaufort wind force scale"
atau yang lebih dikenal dengan sebutan skala beaufort
adalah sistem menaksir laporan kecepatan kecepatan
angin berdasarkan efek yang di timbulkan dari
kecepatan angin.

Skala Beaufort merupakan ukuran empiris yang


berkaitan dengan kecepatan angin untuk pengamatan
kondisi di darat atau di laut.
Satuan Satuan
Beufort Kategori dalam dalam Keadaan di daratan Keadaan di lautan
km/jam knots
Udara Asap bergerak secara
0 0 0 Permukaan laut seperti kaca
Tenang vertical
Angin terasa di wajah;
Riuk kecil terbentuk namun tidak
Angin daun-daun berdesir;
1~3 ≤ 19 ≤ 10 pecah; permukaan tetap seperti
lemah kincir angin bergerak
kaca
oleh angina
Mengangkat debu dan
Angin menerbangkan kertas; Ombak kecil mulai memanjang;
4 20~29 11~16
sedang cabang pohon kecil garis-garis buih sering terbentuk
bergerak
Pohon kecil berayun;
Angin gelombang kecil Ombak ukuran sedang; buih
5 30~39 17~21
segar terbentuk di perairan di berarak-arak
darat
Cabang besar bergerak;
Ombak besar mulai terbentuk,
Angin siulan terdengar pada
6 40~ 50 22~ 27 buih tipis melebar dari puncaknya,
kuat kabel telepon; payung
kadang-kadang timbul percikan
sulit digunakan

Laut mulai bergolak, buih putih


Pohon-pohon bergerak;
Angin mulai terbawa angin dan
7 51~ 62 28 ~33 terasa sulit berjalan
ribut membentuk alur-alur sesuai arah
melawan arah angin
angin

Gelombang agak tinggi dan lebih


Angin Ranting-ranting patah; panjang; puncak gelombang yang
8 ribut 63~ 75 34~ 40 semakin sulit bergerak pecah mulai bergulung; buih yang
sedang maju terbesar anginnya semakin jelas
alur-alurnya
Gelombang tinggi terbentuk buih
Kerusakan bangunan
tebal berlajur-lajur; puncak
Angin mulai muncul; atap
9 76~ 87 41~ 47 gelombang roboh bergulung-
ribut kuat rumah lepas; cabang
gulung; percik-percik air mulai
yang lebih besar patah
mengganggu penglihatan

Gelombang sangat tinggi dengan


puncak memayungi; buih yang
Jarang terjadi di daratan; ditimbulkan membentuk tampal-
88~ pohon-pohon tercabut; tampal buih raksasa yang didorong
10 Badai 48~ 55
102 kerusakan bangunan angin, seluruh permukaan laut
yang cukup parah memutih; gulungan ombak
menjadi dahsyat; penglihatan
terganggu
Gelombang amat sangat tinggi
(kapal-kapal kecil dan sedang
terganggu pandangan karenanya),
permukaan laut tertutup penuh
Badai 103
11 56~ 63 tampal -tampal putih buih karena
kuat ~117
seluruh puncak gelombang
Sangat jarang terjadi- menghamburkan buih yang
kerusakan yang terdorong angin; penglihatan
menyebar luas terganggu
Udara tertutup penuh oleh buih
dan percik air; permukaan laut
memutuh penuh oleh percik-percik
12+ Topan ³118 ³64
air yang terhanyut angin;
penglihatan amat sangat
terganggu
ANALISIS WINDROSE
Prosedur pengolahan data untuk analisis windrose adalah sebagai berikut :

 Melakukan evaluasi terhadap kualitas data dan berkonsultasi dengan


institusi sumber data (di Indonesia dilakukan oleh BMKG-Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) dalam hal tata cara pencatatan atau
pendataannya, untuk mengetahui perilaku dan karakteristik data yang akan
diolah.
 Melakukan pemilihan data yang akan dipakai untuk data terpakai
 Membagi masing-masing data ke dalam beberapa kecepatan sehingga
menjadi enam kelompok sesuai ketentuan ICAO, yaitu:
• Kecepatan kurang dari 4 knot
• Kecepatan antara empat hingga 10 knot
• Kecepatan antara 10 hingga 13 knot
• Kecepatan antara 13 hingga 20 knot
• Kecepatan antara 20 hingga 40 knot, dan
• Kecepatan lebih dari 40 knot.
Langkah selanjutnya setelah pembangian data dalam kelompok kecepatan
angin tersebut adalah sebagai berikut:

 Membagi masing-masing data dalam setiap kelompok ke dalam arah


angin per 10 derajat untuk mengelompokkan data terhadap arah angin.

 Membuat matrik arah angin terhadap kecepatan angin, sehingga


didapatkan sejumlah data untuk masing-masing arah dan kelompok
kecepatan tertentu.

 Membuat windrose type-1, terkait dengan prosentase jumlah data


terhadap arah angin yang dominan

 Membuat windrose type-2, terkait dengan prosentase jumlah data


terhadap arah dan kecepatan angin sesuai matrik.
Untuk menentukan arah Runway, dicari arah angin dominan dengan
melakukan analisa Wind Rose. Landasan pacu dari sebuah lapangan terbang
harus dibuat sedemikian rupa sehingga searah dengan “prevaling wind” (arah
angin dominan). Hal ini dimaksudkan ketika melakukan pendaratan manuver
sejauh komponen arah samping (cross wind) tidak berlebihan. Persyaratan
ICAO Chapter 3.1.3, pesawat dapat mendarat dan lepas landas pada sebuah
lapangan terbang pada 95 % dari waktu crosswind dengan tidak melebihi :

Tabel ICAO Crosswind Design Criteria


CONTOH ANALISIS WINDROSE
Adapun data-data dalam perencanaan desain lapangan terbang
adalah sebagai berikut :

 Data Umum
Ketinggian lokasi dari muka laut (TML) : 270 m
Gradien efektif (GE) : 0,2%
Temperatur udara (T) : 32,9° C
Type runway : Tipe precisions
dengan instrument
runway
Panjang Runway Rencana (ARFL) : 7015 m
Data angin (tiap 22,5°)
10-13 13-20 20-40
Arah Angin Total
(knot) (knot) (knot)
0° 1,70 1,70 1,80 5,20
22,5° 2,50 3,00 1,80 7,30
45° 2,00 2,70 5,51 10,21
67,5° 2,80 9,00 0,20 12,00
90° 0,50 3,00 9,00 125
112,5° 2,00 0,20 2,00 4,20
135° 1,20 0,20 4,00 5,40
157,5° 2,00 3,00 1,00 6,00
180° 2,90 1,00 1,00 4,90
202,5° 2,90 0,50 0,90 4,30
225° 1,50 2,90 3,20 7,60
247,5° 0,20 0,10 1,70 2,00
270° 2,10 0,50 2,00 4,60
292,5° 1,50 2,80 1,20 5,50
315° 1,00 1,50 2,50 5,00
337,5° 1,70 0,50 0,20 2,40
Angin < 10 knot 0,89 0,89
Jumlah 100,00
 Dalam desain ini panjang runway rencana yaitu 7015
m ( > 1500 m), maka kekuatan angin yang digunakan
adalah tidak melebihi 20 knot.
MEMBUAT WINDROSE BERDASARKAN PERSENTASE
KECEPATAN ANGIN
Persentase kecepatan angin yang paling dominan
yaitu berasal dari arah Timur – Barat, dalam
perencanaan desain ini pada saat pesawat take-off
dan landing harus bebas dari komponen angin yang
arahnya tegak lurus (cross wind kecil) :
 Timur = 0.5 + 3.0 + 9.0 + 0,89 = 13.39 %
(prevailing wind)
 Barat = 2.1 + 0.5 + 2.0 + 0.89 = 5.49 %
Sehingga dapat direncanakan landasan pacu
(runway) satu arah.
MENCARI ARAH ANGIN DOMINAN UNTUK
RENCANA LANDASAN PACU
 Tinjauan U – S (0° – 180°)
 Total Kecepatan Angin Arah U-S
= 0,89 + ( 2,1 + 0,5) + (1,5 + 2,8) + (1 + 1,5 + 2,5) + (1,7 + 0,5 +
0,2) + (1,7 + 1,7 + 1,8) + (2,5 + 3 + 1,8) + (2 + 2,7 + 5,51) + (2,8
+ 9) + (0.5 + 3) + (2 + 0,2) + (1,2 + 0,2 + 4) + (2 + 3 + 1) + (2,9 +
1 + 1) + (2,9 + 0,5 +0,9) + (1,5 +2,9 + 3,2) + (0,2 + 0,1)

= 83.90
MENCARI ARAH ANGIN DOMINAN UNTUK
RENCANA LANDASAN PACU
 Tinjauan UTL – SBD (22,5° – 202,5°)
 Total Kecepatan Angin Arah UTL - SBD
= 0,89 + ( 2,1 + 0,5) + (1,5 + 2,8) + (1 + 1,5) + (1,7 + 0,5 + 0,2)
+ (1,7 + 1,7 + 1,8) + (2,5 + 3 + 1,8) + (2 + 2,7 + 5,51) + (2,8 + 9
+ 0,2) + (0.5 + 3) + (2 + 0,2) + (1,2 + 0,2) + (2 + 3 + 1) + (2,9 + 1
+ 1) + (2,9 + 0,5 +0,9) + (1,5 +2,9 + 3,2) + (0,2 + 0,1 + 1,7)

= 79.30
MENCARI ARAH ANGIN DOMINAN UNTUK
RENCANA LANDASAN PACU
 Tinjauan TL – BD (45° – 225°)
 Total Kecepatan Angin Arah TL - BD
= 0,89 + ( 2,1 + 0,5 + 2) + (1,5 + 2,8) + (1 + 1,5) + (1,7 + 0,5) +
(1,7 + 1,7 + 1,8) + (2,5 + 3 + 1,8) + (2 + 2,7 + 5,51) + (2,8 + 9 +
0,2) + (0.5 + 3 + 9) + (2 + 0,2) + (1,2 + 0,2) + (2 + 3) + (2,9 + 1 +
1) + (2,9 + 0,5 +0,9) + (1,5 +2,9 + 3,2) + (0,2 + 0,1 + 1,7)

= 89.10
MENCARI ARAH ANGIN DOMINAN UNTUK
RENCANA LANDASAN PACU
 Tinjauan TTL – BBD (67,5° – 247,5°)
 Total Kecepatan Angin Arah TTL - BBD
= 0,89 + ( 2,1 + 0,5 + 2) + (1,5 + 2,8+ 1,2) + (1 + 1,5) + (1,7 +
0,5) + (1,7 + 1,7) + (2,5 + 3 + 1,8) + (2 + 2,7 + 5,51) + (2,8 + 9 +
0,2) + (0.5 + 3 + 9) + (2 + 0,2 + 2) + (1,2 + 0,2) + (2 + 3) + (2,9 +
1) + (2,9 + 0,5 +0,9) + (1,5 +2,9 + 3,2) + (0,2 + 0,1 + 1,7)

= 89.50
MENCARI ARAH ANGIN DOMINAN UNTUK
RENCANA LANDASAN PACU
 Tinjauan T – B (90° – 270°)
 Total Kecepatan Angin Arah T - B
= 0,89 + ( 2,1 + 0,5 + 2) + (1,5 + 2,8+ 1,2) + (1 + 1,5 + 2,5) +
(1,7 + 0,5) + (1,7 + 1,7) + (2,5 + 3) + (2 + 2,7 + 5,51) + (2,8 + 9
+ 0,2) + (0.5 + 3 + 9) + (2 + 0,2 + 2) + (1,2 + 0,2 + 4) + (2 + 3) +
(2,9 + 1) + (2,9 + 0,5) + (1,5 + 2,9 + 3,2) + (0,2 + 0,1 + 1,7)

= 93.30
MENCARI ARAH ANGIN DOMINAN UNTUK
RENCANA LANDASAN PACU
 Tinjauan TTG – BBL (112,5° – 292,5°)
 Total Kecepatan Angin Arah TTG - BBL
= 0,89 + ( 2,1 + 0,5 + 2) + (1,5 + 2,8+ 1,2) + (1 + 1,5 + 2,5) +
(1,7 + 0,5 + 0,2) + (1,7 + 1,7) + (2,5 + 3) + (2 + 2,7) + (2,8 + 9 +
0,2) + (0.5 + 3 + 9) + (2 + 0,2 + 2) + (1,2 + 0,2 + 4) + (2 + 3 + 1)
+ (2,9 + 1) + (2,9 + 0,5) + (1,5 + 2,9) + (0,2 + 0,1 + 1,7)

= 85.79
MENCARI ARAH ANGIN DOMINAN UNTUK
RENCANA LANDASAN PACU
 Tinjauan TG – BL (135° – 315°)
 Total Kecepatan Angin Arah TG - BL
= 0,89 + ( 2,1 + 0,5 + 2) + (1,5 + 2,8+ 1,2) + (1 + 1,5 + 2,5) +
(1,7 + 0,5 + 0,2) + (1,7 + 1,7 + 1,8) + (2,5 + 3) + (2 + 2,7) + (2,8
+ 9) + (0.5 + 3 + 9) + (2 + 0,2 + 2) + (1,2 + 0,2 + 4) + (2 + 3 + 1)
+ (2,9 + 1 +1) + (2,9 + 0,5) + (1,5 + 2,9) + (0,2 + 0,1)

= 86.69
MENCARI ARAH ANGIN DOMINAN UNTUK
RENCANA LANDASAN PACU
 Tinjauan TG – BL (157,5° – 337,5°)
 Total Kecepatan Angin Arah TG - BL
= 0,89 + ( 2,1 + 0,5) + (1,5 + 2,8+ 1,2) + (1 + 1,5 + 2,5) + (1,7 +
0,5 + 0,2) + (1,7 + 1,7 + 1,8) + (2,5 + 3 + 1,8) +(2 + 2,7) + (2,8 +
9) + (0.5 + 3) + (2 + 0,2 + 2) + (1,2 + 0,2 + 4) + (2 + 3 + 1) + (2,9
+ 1 +1) + (2,9 + 0,5 + 0,9) + (1,5 + 2,9) + (0,2 + 0,1)

= 78.39
HASIL ANALISA ANGIN
No Arah Angin Kecepatan Angin Dominan

1 Utara – Selatan 83,90


Utara Timur Laut – Selatan
2 79,30
Barat daya

3 Timur Laut – Barat Daya 89,10

Timur Timur Laut – Barat


4 89,50
Barat Daya
5 Timur – Barat 93,30
Timut Tenggara – Barat
6 85,79
Barat Laut
7 Tenggara Barat Laut 86,69
Selatan Tenggara – Utara
8 78,39
Barat Laut
Orientasi runway (R/W) selalu berorientasi terhadap arah angin
(prevailing wind). Dimana pada saat pesawat take-off dan
landing harus bebas dari komponen angin yang arahnya tegak
lurus arah pesawat seminimal mungkin (cross wind kecil). Pada
desain ini, arah angin dominan adalah dari arah Timur – Barat,
maka Runway mengarah ke arah Timur – Barat (sesuai dengan
arah angin dominan). Posisi arah runway yaitu :
 Timur pada 90°
 Barat pada 270°

Maka akan didesain runway satu arah dengan penomoran


pada landasan (runway designator) yang mengarah dari Timur
ke Barat adalah dengan angka 9.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Heru. 1986. Merancang, Merencana Lapangan Terbang. Bandung : Penerbit Alumni.

Direktorat Jendral Perhubungan Udara. 2004. Standar Manual, Bagian 139 – Aerodrome. Jakarta

FAA. 1989. Airport Design Vol.150/5300-13. United State : Federal Aviation Administration.

ICAO. 2009. Annex 14, Volume 1 for Aerodrome Design and Operations. Montreal : International Civil Aviation Organization.

Kepmen Perhubungan No. KM 44 Tahun 2002 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional.

Muttaqin, Aulia, dkk. 2009. Analisis Geometrik Fasilitas Sisi Udara Bandar Udara Internasional Lombok (BIL) Nusa Tenggara Barat. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada.

Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/77/VI/2005 tentang Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar
Udara.

Priyono, Rahmat. 2012. Wind Rose (Diagram Mawar Angin). http://rahmat-priyono.blogspot.co.id/2012/11/wind-rose-diagram-mawar-


angin.html. (19 September 2018)

Wahyudi. 2013. Wind Rose (Mawar Angin). http://www.slideshare.net/WahhYudi/windrose. ( 19 September 2018)

Permana, Giwa. 2015. Perhitungan Windrose. https://www.scribd.com/document/326952327/Perhitungan-Windrose. (19 September 2018)

Dewansyah, Ismawan. 2015. Windrose (Mawar Angin). https://www.academia.edu/19793530/WINDROSE_MAWAR_ANGIN_. (19 September


2018)

Anda mungkin juga menyukai