Anda di halaman 1dari 28

EPIDEMIOLOGI HAJI

PERATURAN PERATURAN
INTERNASIONAL KELUAR MASUK KE
NEGARA LAIN DALAM BIDANG
KESEHATAN

NAMA ; DINA PUTRI


NO.BP : 1611212020
EPIDEMIOLOGI DAN BIOSTATISTIK
FKM UNANAD
OUTLINE
UNDANG UNDANG
01 TENTANG HAJI (DEPKES)

UNDANG UNDANG
02 KARANTINA
UNDANG UNDANG NOMOR 1
TAHUN 1962 (LAUT)
UNDANG UNDANG NOMOR 2
TAHUN 1962 (UDARA)
UNDANG UNDANG
TENTANG HAJI
(DEPKES)
A. UNDANG UNDANG TENTANG HAJI

 UU No. 17 tahun1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji


 UU No. 34 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji
 UU No. 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
 UU No 34 tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti UU No. 2 tahun 2009 tentang Perubahan atas UU No.
13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Menjadi
Undang Undang
B. KEPRES/PEPRES/PERPU
 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 8 tahun 2017 tentang Penetapan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji tahun 438H/2017M
 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2016 Tentang Cara Pemilihan, Pengusulan, Dan Penetapan Anggota Badan
Pelaksana Dan Anggota Dewan Pengawas Serta Calon Anggota Pengganti Antarwaktu Anggota Badan Pelaksana Dan Anggota Dewan
Pengawas BPKH
 Perpres No. 3 Tahun 1960 Tentang Penyelenggaraan Urusan Haji
 Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019
 Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1996 tentang Perubahan Keputusan Presiden Nomor 35 Tahun 1996 tentang Badan Pengelola Dana
Ongkos Naik Haji Indonesia
 Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1971 tentang Tambahan/Penyempurnaan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1969
 Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 1969 tentang Petunjuk Pelaksanaan Urusan Haji
 Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1981 tentang Penyelenggaraan Urusan Haji
 Keputusan Presiden Nomor 63 Tahun 1983 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Umroh
 Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2001 tentang Badan Pengelola Dana Abadi Umat
 Keputusan Presiden Nomor 62 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Urusan Haji
 Peraturan Presiden Nomor 50 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Pengawas Haji Indonesia
 Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Komisi Pengawas Haji Indonesia
 Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah
Haji
 Perpres RI No. 3 tahun 1960 tentang penyelenggaraan urusaPerpres RI No 112 tahun 1964 tentang penyelenggaraan urusan haji secara
interdepartemental
UNDANG UNDANG
TENTANG
KARANTINA
UNDANG UNDANG NOMOR 1
TAHUN 1962 (LAUT)
UNDANG UNDANG NOMOR 2
TAHUN 1962 (UDARA)
UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1962 (LAUT)
TATA-CARA DAN TINDAKAN KARANTINA

Tata-cara pada pemberangkatan kapal.


• Dokter pelabuhan mengambil tindakan untuk :
• Mencegah pemberangkatan orang yang terjangkit atau tersangka berpenyakit karantina;
• mencegah dimasukkannya barang-barang, tanamanan atau hewan, dan lain-lain benda yang dapat diduga akan
menyebarkan infeksi penyakit karantina di dalam kapal yang akan berangkat.
• Untuk mempercepat pemberangkatan kapal, maka pemeriksaan kesehatan terhadap penumpang
dilakukan pada waktu yang sama dengan pemeriksaan jawatan Bea dan Cukai dan lain-
lainjawatan.
• Seorang dalam perjalanan antar negara yang pada waktu tiba dipelabuhan berada dalam
pengawasan karantina, diperkenankan untuk meneruskan perjalanannya.
• Nakhoda kapal menyiapkan pada waktunya segala dokumen kesehatan (5) Dokter pelabuhan
memeriksa segala dokumen kesehatan dan mencegah pemberangkatan sesuatu kapal yang tidak
mempunyai dokumen
• Jika diminta, diberikan surat keterangan perihal tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap kapal
serta alasannya dan cara melakukannya tanpa pembayaran keterangan dapat juga diberikan
• mengenai penumpang dan muatan.
UNDANG UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1962 (UDARA)
• Tindakan karantina: ialah tindakan-tindakan terhadap pesawat udara beserta isinya dan
daerah pelabuhan untuk mencegah penjangkitan dan penjalaran penyakit karantina.
• Dalam karantina: ialah suatu keadaan pesawat udara yang berada disuatu tempat yang
tertentu untuk dapat menyelenggarakan tindakan karantina.
• Pemeriksaan kesehatan: ialah pengunjungan dan pemeriksaan kesehatan oleh dokter
pelabuhan dan/atau stafnya terhadap keadaan pesawat udara dengan isinya.
• Wabah: ialah penjalaran atau penambahan banyaknya peristiwa penyakit karantina.
• Seorang terjangkit: ialah seorang yang menderita atau yang dianggap oleh dokter pelabuhan
menderita penyakit karantina.
• Seorang tersangka: ialah seorang yang dianggap oleh dokter pelabuhan telah mengalami
kemungkinan ketularan suatu penyakit karantina.
• Isolasi: ialah pengasingan seseorang atau beberapa orang dari yang lain dalam suatu stasion
karantina, rumah sakit atau tempat lain oleh dokter pelabuhan untuk mencegah penularan
penyakit.
• Pengawasan karantina: ialah suatu tindakan karantina yang mewajibkan seseorang
memenuhi syarat-syarat tertentu sehingga ia dapat melanjutkan perjalanannya
UNDANG UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1962 (UDARA)
Penyakit karantina ialah:
• Pes (Plague);
• Kolera (Cholera)
• Demam kuning (Yellow fever);
• Cacar (smallpox);
• Tifus bercak wabah Typhus exanthematicus infectiosa (Louse borne typhus);
• Demam balik balik (Louse borne Relapsing fever);
UNDANG UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1962 (UDARA)
1. Penyakit Pes
• Masa tunas penyakit karantina ialah enam hari
• Pesawat udara ditetapkan terjangkit pes, jika ; pada waktu tiba terdapat penderita pes;
terdapat tikus pes.
• Tindakan terhadap peesawat udara terjangkit atau tersangka pes:
 pemeriksaan kesehatan awak pesawat udara dan penumpang;
 para penderita diturunkan, diisolasikan dan dirawat;
 para tersangka dihapus seranggakan dan diawasi untuk selama-lamanya enam hari terhitung dari hari
tibanya;
 bagasi seorang terjangkit atau seorang tersangka serta barang barang lainnya dan bagian pesawat udara
yang dianggap mengandung hama, dihapushamakan;
 seluruh pesawat udara dihapus tikus, jika perlu
• Pada pesawat udara yang sehat, yang datang dari daerah terjangkit pes, dilakukan tindakan :
 seorang tersangka yang turun, diawasi selama-lamanya enam hari, terhitung dari tanggal ia meninggalkan
daerah terjangkit;
 jika perlu dinas kesehatan pelabuhan udara dapat melakukan tindakan hapus tikus terhadap muatan
dan/atau pesawat udara
UNDANG UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1962 (UDARA)
2. Penyakit Kolera
• Pesawat udara ditetapkan terjangkit kolera jika pada waktu tiba terdapat
penderita kolera didalamnya.
• Pesawat udara ditetapkan tersangka kolera, jika dalam perjalanan terdapat
penderita kolera walupun ia telah diturunkan.
• Pesawat udara tidak termasuk setelah diperiksa ditetapkan sehat, walaupun
pesawat udara itu datang atau dalam pesawat udara itu terdapat orang yang
datang dari suatu pelabuhan yang terjangkit
• Orang yang datang dari daerah terjangkit dalam waktu masa tunas diawasi
selama-lamanya 5 hari, terhitung dari hari berangkatnya dari daerah tersebut,
kalau mereka mempunyai surat keterangan vaksinasi yang berlaku.
• Orang yang tidak memiliki surat keterangan vaksinasi kolera, diisolasikan
selama-lamanya 5 hari
UNDANG UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1962 (UDARA)
2. PENYAKIT KOLERA
• Tindakan terhadap pesawat udara terjangkit atau tersangka kolera :
• pemeriksaan kesehatan awak pesawat udara dan penumpang;
• penderita diturunkan, diisolasikan dan dirawat;
• penderita dengan tanda-tanda klinis kolera, diperlakukan sebagai penderita kolera;
• pengandung hama diturunkan, diisolasikan, dirawat dan baru dibebaskan sesudah hasil pemeriksaan
bakteriologis selama tiga hari berturut- turut, terdapat negatip;
• penumpang dan awak pesawat udara, yang mempunyai surat keterangan vaksinasi kolera yang berlaku
diawasi selaman
• lamanya lima hari, terhitung dari waktu tibanya; penumpang dan awak pesawat yang tidak mempunyai
keterangan vaksinasi kolera yang berlaku, diisolasikan;
• Barang-barang seseorang yang terjangkit atau tersangka atau barang-barang lain yang disangka
mengandung hama, dihapushamakan;
• air dan tempatnya dalam pesawat udara, yang dianggap mengandung hama, dihapushamakan.Tindakan ini
juga dilakukan terhadap makanan terbuka, sayur-sayuran, ikan-ikan (kering), buah-buahan dan lain-lain;
• tinja, air kemih, muntah, air kotor dan segala sesuatu yang dianggap mengandung hama, tidak boleh dibuang
atau dikeluarkan sebelum dihapushamakan;
• pembongkaran dilakukan dibawah pengawasan dinas kesehatan pelabuhan udara yang melakukan segala
sesuatu untuk mencegah kemungkinan penularan;
• Orang-orang yang telah melakukan pembongkaran tersebut, diawasi selama lima hari
UNDANG UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1962 (UDARA)
3. CACAR.
• Pesawat udara ditetapkan terjangkit cacar, jika : pada waktu tiba terdapat penderita
cacar didalamnya; dalam perjalanan terdapat penderita cacar yang telah diturunkan.
• Seseorang yang dalam perjalanan antar negara datang dari daerah terjangkit cacar
dan yang belum menderita cacar, harus memperlihatkan keterangan vaksinasi cacar
yang berlaku.
• Seseorang yang tidak mempunyai surat keterangan vaksinasi cacar tersebut di atas
dan tidak mau dicacar,diawasi selama-lamanya 14 hari.
• Tindakan terhadap pesawat udara terjangkit adalah sebagai berikut :
 pemeriksaan kesehatan awak pesawat udara dan penumpang;
 penderita diturunkan, diisolasikan dan dirawat;
 mereka yang dianggap tidak cukup mempunyai kekebalan, dicacar dan dokter pelabuhan
mengisolasikan atau mengawasi penumpang yang turun selamalamanya 14 (empat belas) hari;
 bagasi atau barang- barang lain serta bagian pesawat udara yang dianggap mengandung
hama, dihapushamakan
UNDANG UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1962 (UDARA)
4. DEMAM KUNING
• Pesawat udara ditetapkan terjangkit demam kuning, jika waktu tiba terdapat
penderita demam kuning didalamnya.
• Pesawat udara yang datang dari daerah demam kuning atau yang mengangkut
seorang penumpang yang datang dari daerah demam kuning, ditetapkan tersangka
demam kuning, jika pada waktu tiba terdapat bahwa pembasmian serangga yang
dilakukan sebelumnya, tidak memuaskan menurut pendapat dokter pelabuhan
dan/atau terdapat nyamuk hidup dipesawat udara itu.
• Tindakan terhadap pesawat udara terjangkit atau tersangka adalah sebagai berikut :
 pemeriksaan yang teliti terhadap semua penumpang dan awak pesawat udara;
 pengukuran suhu badan semua penumpang dan awak pesawat udara;
 pesawat udara dihapusseranggakan;
 penderita demam kuning diturunkan, diisolasikan dan dilindungi terhadap gigitan nyamuk;
 penumpang dan awak pesawat lainnya yang mempunyai surat keterangan vaksinasi demam
kuning yang belum berlaku, diisolasikan sampai surat keterangannya berlaku, selama-lamanya
6 hari; mereka yang tidak mempunyai surat keterangan vaksinasi demam kuning, diisolasikan
selama-lamanya 6 hari.
UNDANG UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1962 (UDARA)
5. TIFUS BERCAK WABAH
• Pesawat udara ditetapkan sehat, walupun terdapat seorang penderita tifus
bercak wabahi.
• Tindakan terhadap pesawat udara yang mengangkut seorang terjangkit atau
tersangka terjangkit tifus tercak wabahi adalah sebagai berikut :
 pemeriksaan kesehatan semua penumpang dan awak pesawat udara;
 penderita diturunkan, diisolasikan, dihapusseranggakan dan dirawat;
 mereka yang tersangka dihapus seranggakan dan diawasi selama-lamanya 14 hari;
 bagasi, barang barang lain dan bagian pesawat udara, yang dianggap mengandung hama,
dihapusseranggakan dan dihapushamakan
UNDANG UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1962 (UDARA)
6. DEMAM BALIK
• Semua yang ditetapkan dalam pasal 11 mengenai tifus bercak wabahi juga
berlaku untuk demam balik-balik.
• Tindakan terhadap pesawat udara mengenai demam balik-balik adalah sama
seperti untuk tifus bercak wabahi,hanya waktu pengawasan adalah 8
(delapan) hari
UNDANG UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1962 (UDARA)
• PENGGOLONGAN PELABUHAN UDARA.

• Untuk pemeriksaan kesehatan dan pelaksanaan tindakan


karantina, Menteri Kesehatan menggolongkan pelabuhan udara
Indonesia dalam :
• Pelabuhan udara internasional dimana dokter pelabuhan dapa
menyelenggarakan tindakan karantina sepenuhnya.
• Pelabuhan udara dalam negeri dimana dokter pelabuhan dapat
menyelenggarakan sebagian dari pada tindakan karantina.
UNDANG UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1962 (UDARA)
DOKUMEN KESEHATAN.

Dokumen yang dapat diminta dari suatu pesawat udara adalah


sebagai berikut:
 Health Part of the Air Craft General Declaration;
 surat keterangan hapus-serangga yang terakhir;
 surat keterangan hapus-hama, jika ada diadakan hapus-hama;
 buku kesehatan pesawat udara (hanya pada pesawat udara yang mengadakan perjalanan
dalam negeri).
Dokumen dokumen tersebut harus memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan oleh MenteriKesehatan.
UNDANG UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1962 (UDARA)
TATA-CARA DAN TINDAKAN KARANTINA (KEDATANGAN)

• Pesawat udara yang datang dari luar negeri berada dalam


karantina.
• Pesawat udara yang datang dari suatu pelabuhan di Indonesia
yang terjangkit berada dalam karantina.
• Nakhoda dilarang menurunkan atau menaikkan orang, barang,
hewan, tanaman dan lain-lain benda sebelum mendapat izin
karantina.
• Pesawat udara bebas dari karantina bila telah mendapat izin lepas
atau izin terbatas dari dokter pelabuhan.
UNDANG UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1962 (UDARA)
TATA-CARA DAN TINDAKAN KARANTINA (KEDATANGAN)

• Izin lepas diberikan oleh dokter pelabuhan setelah dilakukan pemeriksaan dan
terdapat bahwa pesawat udara itu sehat atau kalau segala tindakan yang
dianggap perlu oleh dokter pelabuhan telah selesai dilakukan.
• Terhadap pesawat udara angkatan bersenjata pemeriksaan kesehatan dapat
diganti dengan keterangan-keterangan tertulis atas pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh dokter pelabuhan; keterangan-keterangan tertulis itu
dibuat oleh komandan pesawat udara tersebut.
• Jika keterangan-keterangan yang dimaksudkan pada ayat (2) berdasarkan
pendapat/pertimbangan dokter pelabuhan tidak mencukupi, maka dilakukan
pemeriksaan kesehatan.
• Izin terbatas diberikan kalau semua tindakan yang dianggap perlu oleh dokter
pelabuhan tidak dapat dilakukan dipelabuhan udara tersebut.
UNDANG UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1962 (UDARA)
TATA-CARA DAN TINDAKAN KARANTINA (KEDATANGAN)

• Pesawat udara dari luar negeri hanya diperbolehkan mendarat dipelabuhan udara
internasional dan pelabuhan udara dalam negeri yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
• Pesawat udara yang berasal dari suatu tempat yang terjangkit demam kuning hanya
diperbolehkan mendarat disuatu pelabuhan udara internasional yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan untuk pendaratan tersebut.
• Kepada pesawat udara yang tidak mau tunduk pada peraturan karantina, tidak diberikan "Izin
lepas"; kepadanya diperintahkan supaya berangkat lagi atas tanggungan sendiri dan tidak
diizinkan mendarat dipelabuhan lain di Indonesia.
• Pesawat udara diizinkan mengambil bahan bakar, air dan bahan makanan dibawah
pengawasan dokter pelabuhan.
• Pesawat udara yang terjangkit demam kuning, terhadapnya harus dilakukan tindakan
karantina
UNDANG UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1962 (UDARA)
TATA-CARA DAN TINDAKAN KARANTINA (KEDATANGAN)

• Dokter pelabuhan berhak memeriksa tiap penumpang dan keadaan kesehatan pada tiap
pesawat udara yang berada dipelabuhannya.
• Nachoda dan awak pesawat udara membantu dan memberi segala keterangan atas sumpah
yang diminta oleh dokter pelabuhan.
• Pemeriksaan kesehatan oleh dokter pelabuhan terhadap suatu pesawat udara dilakukan
secepat mungkin.
• Pada waktu pesawat udara datang, orang yang terjangkit dapat dikeluarkan dari pesawat
udara dan diasingkan; jika diminta oleh nachoda, hal ini adalah suatu keharusan.
• Dokter pelabuhan dapat melakukan pengawasan karantina terhadap seorang tersangka.
• Pengawasan karantina ini tidak boleh diganti dengan isolasi, kecuali bila dokter pelabuhan
berpendapat,bahwa kemungkinan penularan oleh sitersangka besar sekali
UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1962 (LAUT)
• Dipelabuhan Indonesia, yang ditetapkan terjangkit penyakit karantina, ditempatkan
untuk kapal tanda-tanda karantina sebagai berikut :
• pada siang hari; bendera Q (kuning);
• pada malam hari; dua lampu putih, yang satu ditempatkan diatas yang lain, dengan jarak dua
meter yang tampak dari jarak dua mil.
• Terhadap penyakit karantina kapal digolongkan dalam
 kapal sehat;
 kapal terjangkit;
 kapal tersangka
• Untuk pemeriksaan kesehatan dan pelaksanaan tindakan karantina Menteri
Kesehatan menggolongkan pelabuhan-pelabuhan Indonesia dalam:
• Pelabuhan karantina kelas I, dimana dokter pelabuhan dapat menyelenggarakan tindakan
karantina sepenuhnya.
• Pelabuhan karantina kelas II, dimana dokter pelabuhan dapat menyelenggarakan sebagian dari
tindakan karantina.
• Pelabuan bukan pelabuhan karantina, dimana sama sekali tidak dapat diselenggarakan
tindakan karantina.
UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1962 (LAUT)
• DOKUMEN KESEHATAN

• Untuk kapal yang dikenakan pemeriksaan kesehatan di isi suatu keterangan


kesehatan maritim yang harus diberikan kepada dokter pelabuhan oleh nakhoda
mengenai keadaan kesehatan di kapal.
• Tiap penumpang dan awak kapal dari suatu kapal yang ada di dalam perjalanan
internasional diharuskan memiliki keterangan vaksinasi cacar yang berlaku; Menteri
Kesehatan menetapkan bentuk dan isi keterangan vaksinasi tersebut.
• Tiap kapal harus memiliki surat keterangan hapus-tikus/atau surat keterangan bebas
hapus-tikus; bentuk dan isi surat keterangan tersebut ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.
• Dokumen-dokumen tersebut tentang bentuk dan isinya disesuaikan dengan bentuk-
bentuk yang dilampirkan pada "International Sanitary Regulations 1951".
• Kapal yang berbendera Indonesia dan kapal yang melakukan pelayaran pantai di
dalam wilayah Indonesia, harus mempunyai suatu buku kesehatan, yang bentuk dan
isinya ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1962 (LAUT)
TATA-CARA DAN TINDAKAN KARANTINA
• Tiap kapal yang datang dari luar negeri berada dalam karantina.
• Tiap kapal yang datang dari suatu pelabuhan dan/atau daerah wilayah Indonesia yang
ditetapkan terjangkit suatu penyakit karantina berada dalam karantina.
• Tiap kapal yang mengambil penumpang dan/atau muatan dari kapal yang dalam karantina.
• Kapal bebas dari karantina, bila telah mendapat surat izin karantina.
• Nakhoda kapal yang dalam karantina dilarang menurunkan atau menaikkan orang barang,
tanaman dan hewan, sebelum memperoleh surat izin karantina.
• Nakhoda kapal menyampaikan permohonan untuk memperoleh suatu izin atau
memberitahukan suatu keadaan dikapal dengan memakai isyarat sebagai berikut :
• Siang hari
• Bendera Q : kapal saya sehat/saya minta izin karantina.
• Bendera Q diatas panji pengganti kesatu : kapal saya tersangka.
• Bendera Q diatas bendera L : kapal saya terjangkit.
• Malam hari.
• Lampu merah diatas lampu putih dengan jarak maximum 1,80 meter : saya belum mendapat izin karantina.
UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1962 (LAUT)
TATA-CARA DAN TINDAKAN KARANTINA

• Pemeriksaan kesehatan atas suatu kapal oleh dokter pelabuhan dilakukan secepat mungkin kecuali kalau
keadaan cuaca tidak mengizinkan.
• Urutan pemeriksaan ditetapkan dokter pelabuhan.
• Nakhoda kapal menyampaikan segala keterangan kepada dokter pelabuhan dan memberi segala bantuan
yang diminta oleh penjabat tersebut. Jika dkapal bekerja seorang dokter kapall maka dokter tersebut ikut
serta melakukan pemeriksaan kesehatan
• Keterangan mengenai keadaan kesehatan kapal diberikan oleh nakhoda (dan jika ada dokter kapal, juga oleh
dokter tersebut) atau dokter kapal di bawah sumpah kepada dokter pelabuhan.
• Pada waktu kapal tiba di pelabuhan orang yang terjangkit dapat diturunkan dari kapal dan diasingkan; jika
diminta oleh nakhoda, hal ini adalah suatu keharusan.
• Dokter pelabuhan dapat melakukan pengawasan karantina terhadap seorang tersangka.
• Pengawasan karantina ini tidak boleh diganti dengan isolasi, kecuali bila dokter pelabuhan berpendapat,
bahwa kemungkinan penularan oleh siter sangka besar sekali.
• Terhadap kapal Angkatan Bersenjata pemeriksaan kesehatan dapat diganti dengan keterangan- keterangan
tertulis atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh dokter pelabuhan; keterangan- keterangan tertulis itu
dibuat oleh komandan kapal tersebut.
• Jika keterangan-keterangan berdasarkan pendapat/pertimbangan dokter pelabuhan tidak mencukupi, maka
dilakukan pemeriksaan kesehatan.
UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1962 (LAUT)
TATA-CARA DAN TINDAKAN KARANTINA

Tata-cara pada pemberangkatan kapal.


• Dokter pelabuhan mengambil tindakan untuk :
• Mencegah pemberangkatan orang yang terjangkit atau tersangka berpenyakit karantina;
• mencegah dimasukkannya barang-barang, tanamanan atau hewan, dan lain-lain benda yang dapat diduga akan
menyebarkan infeksi penyakit karantina di dalam kapal yang akan berangkat.
• Untuk mempercepat pemberangkatan kapal, maka pemeriksaan kesehatan terhadap penumpang
dilakukan pada waktu yang sama dengan pemeriksaan jawatan Bea dan Cukai dan lain-
lainjawatan.
• Seorang dalam perjalanan antar negara yang pada waktu tiba dipelabuhan berada dalam
pengawasan karantina, diperkenankan untuk meneruskan perjalanannya.
• Nakhoda kapal menyiapkan pada waktunya segala dokumen kesehatan (5) Dokter pelabuhan
memeriksa segala dokumen kesehatan dan mencegah pemberangkatan sesuatu kapal yang tidak
mempunyai dokumen
• Jika diminta, diberikan surat keterangan perihal tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap kapal
serta alasannya dan cara melakukannya tanpa pembayaran keterangan dapat juga diberikan
• mengenai penumpang dan muatan.
We Create
Professional Presentation

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai