Anda di halaman 1dari 36

THT-KL

Pemeriksaan pendengaran
RINNE WEBER SCHWABACH HASIL
POSITIF LATERALISASI (-) SAMA NORMAL
NEGATIF LATERALISASI KE MEMANJANG TULI KONDUKTIF
TELINGA SAKIT
POSITIF LATERALISASI KE MEMENDEK TULI SENSORI
TELINGA SEHAT NEURAL

KETIGA PEMERIKSAAN HARUS DILAKUKAN UNTUK MENDAPATKAN JENIS


TULI YANG PALING TEPAT
Serumen Prop - Diagnosis
Faktor Risiko
1. Dermatitis kronik liang telinga luar
2. Liang telinga sempit
3. Produksi serumen banyak dan kering
4. Adanya benda asing di liang telinga
5. Kebiasaan mengorek telinga
Tanda dan Gejala:
• Hearing impairment (deafness)  CHL
• Earache
• Reflex cough
• Fullness in the ear
• Tinitus – vertigo
Serumen Prop - Tatalaksana
• Menghindari membersihkan telinga secara berlebihan
• Menghindari memasukkan air atau apapun ke dalam telinga
• Serumen yang lembek, dibersihkan dengan kapas yang
dililitkan pada pelilit kapas.
• Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.
Apabila dengan cara ini
• Serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus
dilunakkan lebih dahulu dengan tetes karbogliserin 10%
selama 3 hari
• Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam liang
telinga sehingga dikuatirkan menimbulkan trauma pada
membran timpani sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan
dengan mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya
disesuaikan dengan suhu tubuh.
Otitis Media Akut - Diagnosis
• Stadium Oklusi
• Oklusi tuba eustachius
• Pendengaran menurun
• Demam (-)
• Stadium Hiperemis
• Demam (+)
• Nyeri telinga
• Membran timpani hiperemis
• Stadium Supuratif
• Membran timpani bulging
• Stadium Perforasi
• Keluar cairan
• Stadium Resolusi
• Cairan berkurang
Otitis Media Akut - Tatalaksana
• Stadium Oklusi
• Tetes HCl efedrin 0,5%-1% (atau oksimetazolin 0,025 – 0,05%)
• Stadium Hiperemis
• Ampisilin
• Amoksisilin
• Eritromisin
• Stadium Supuratif
• Miringotomi (anteroinferior dan anterosuperior) + antibiotik
• Stadium Perforasi
• H2O2 3% 3-5 hari
• Ofloxacin tetes 3 minggu
• Stadium Resolusi
• Observasi
Otitis Media Supuratif Kronik -
Diagnosis
• OMSK : OMA + Perforasi memb. timpani > 2 bulan
Otitis Media Supuratif Kronik -
Tatalaksana
• OMSK benigna : konservatif atau medikamentosa
• Sekret aktif :
• Aural toilet H2O2 3% selama 3-5 hari.
• Tetesi antibiotik lokal non ototoksik maksimal 2 minggu.
• antibiotik oral golongan penisilin, ampisilin, eritromisin
• Sekret tenang:
• Observasi selama 2 bulan
• Bila membran timpani belum menutup, dilakukan miringoplasti
atau timpanoplasti
• OMSK maligna : pembedahan
• Mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti
• Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, dilakukan
insisi abses sebelum mastoidektomi
• Terapi medikamentosa hanyalah sementara sebelum
pembedahan
Otitis Eksterna
• Onset gejala selama 48 jam dalam 3 minggu terakhir
• Gejala peradangan liang telinga:
• Nyeri telinga
• Gatal
• Terasa penuh
• Dengan atau tanpa penurunan pendengaran atau nyeri
rahang
• Tanda peradangan liang telinga:
• Nyeri tekan tragus atau eritema liang telinga
• Dengan atau tanpa otorea, eritema membrane timpani,
selulitis pina atau limfadenitis lokal
Otitis Eksterna
• Otitis Eksterna Furunkulosa (Sirkumskripta)
• Penyebab: Staph. Aureus, Staph. Albus.
• Terletak di folikel rambut atau gld.sebasea yang
tersumbat.
• Hanya terjadi di 1/3 ext canal (part kartilaginosa)
• TRAUMAABRASION / MACERATION  STAPHY. SP
(DM)  INFECTION  SPONTANEUS / RECURRENCY
• Otitis eksterna difusa (swimmer’s ear)
• Penyebab: Pseudomonas (usually), Staph albus, E. Coli.
• Mengenai seluruh CAE, menyebabkan penyempitan
kanal
Otitis Eksterna - Terapi
• Furunkulosa/Sirkumskripta
• Otitis eksterna sirkumskripta pada stadium infiltrat diberikan
salep ikhtiol atau antibiotik dalam bentuk salep seperti
polymixin B atau basitrasin.
• Difusa
• Pada otitis eksterna difus dengan memasukkan tampon yang
mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat
kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang.
Pilihan antibiotika yang dipakai adalah campuran polimiksin B,
neomisin, hidrokortison dan anestesi topikal.
• Jika furunkel 24-48 jam maka dilakukan insisi dan
drainase
Otitis Media Efusi
• Transudasi cairan serosa (non-infeksi) di telinga tengah.
Penyebab: kelanjutan OMA, disfungsi tuba, barotrauma
(setelah naik pesawat terbang), maupun alergi
• Gangguan pendengaran (telinga "kemasukan air"),
tanpa rasa nyeri. Pada PF ditemukan memran timpani
suram, tidak hiperemis, mobilitas terganggu (tes
Toynbee / Valsava negatif).
• Swasirna (self-limiting) dalam 3 bulan. Jika tidak ada
perbaikan, miringotomi dilanjutkan pemasangan
grommet tube (pipa timpanostomi). Dekongestan
dapat diberikan.
Vertigo - Klinis
• Pusing berputar (pasien berputar atau lingkungan
yang berputar). Dapat disebabkan proses sentral
maupun perifer.
• Keluhan subjektif pusing berputar. disertai dengan
mual-muntah. Pada kasus vertigo perifer keluhan
mual-muntah lebih hebat dibandingkan vertigo
sentral. Vertigo sentral sering disertai defisit
neurologi.
Vertigo - Klasifikasi
• Vertigo perifer: disebabkan oleh organ vestibular
hingga n. VIII. Contoh penyebab: BPPV, meniere,
neuronitis vestibular.
• Vertigo sentral: disebabkan oleh batang otak hingga
otak. Contoh penyakit: tumor sudut
serebelopontin, stroke batang otak.
BPPV
• Vertigo saat perubahan posisi kepala, sangat berat
namun hanya singkat. Mual dan muntah hampir
pasti ada. Nistagmus dijumpai
• Diagnosis dengan manuver Dix-Hallpike.
• Tatalaksana adalah manuver Epley, Liberatory, dan
Brandt-Daroff. Manuver dilakukan sendiri oleh
pasien
Meniere
• Trias: vertigo, tinitus, tuli sensorineural (turun
pendengaran) pada nada rendah.
• Simpatomatik: diazepam saat serangan. Diuretik
(seperti HCT atau furosemid) dan kortikosteroid
(oral dan injeksi intratimpani) untuk pengendali.
Edukasi diet rendah garam.
Epistaksis - Klinis
• Epistaksis anterior: perdarahan dari pleksus
Kisselbach, a. ethmoidalis anterior.
• Epistaksis posterior: perdarahan dari a. ethmoidalis
posterior, a. sphenopalatina. Perdarahan lebih
hebat, jarang berhenti sendiri, darah menetes ke
belakang tenggorok.
• Cari faktor risiko: trauma (mengorek hidung),
infeksi, tumor, hipertensi, gangguan pembekuan
darah.
Epistaksis - Tatalaksana
• Epistaksis anterior:
• Tekan hidung 10-15 menit -->
• Kauter dengan AgNO3 25-30% jika sumber perdarahan
terlihat -->
• Tampon anterior (dengan pelumas vaselin/salap antibiotik
+ epinefrin) selama 2 hari.
• Epistaksis posterior:
• tampon posterior (bellocq) selama 3 hari.
• Tampon anterior sebaiknya juga dipasang.
Rhinitis Alergi - Diagnosis
• Bersin berulang, rinorea, hidung gatal (dominan),
kadang dapat diikuti konjungtivitis, hiposmia, dan
post-nasal drip. Gejala pagi hari dominan.
• PF: allergic shiners (stasis vena di bawah mata),
crease (garis di hidung), dan salute (gerakan
menggosok-gosok hidung).
• DItemukan mukosa edema yang pucat/livide, sekret
cair.
Rhinitis Alergi - Klasifikasi
• Sifat berlangsungnya
• Intermiten (<4 hari/minggu atau <4 minggu)
• Persisten (>=4 hari/minggu dan >=4 minggu)
• Beratnya penyakit:
• Ringan: tidak ada gangguan aktivitas, berolahraga,
maupun istirahat
• Sedang-berat: ada gangguan aktivitas, berolahraga,
maupun istirahat
Rhinitis Alergi - Tatalaksana
• Penunjang: uji cukit kulit (skin-prick test) atau IgE
RAST (in-vitro). Pemeriksaan tidak spesifik: eosinofil
dan IgE total).
• Medikamentosa: antihistamin, jika gejala berat
tambahkan steroid intranasal.
Rhinitis Vasomotor
• Keluhan utama pasien hidung tersumbat,
bergantian kiri dan kanan tergantung posisi tidur
pasien.
• Pada pagi hari saat bangun tidur, kondisi
memburuk karena adanya perubahan suhu yang
ekstrem, udara yang lembab, dan karena adanya
asap rokok.
Rhinitis Medikamentosa
• Rinitis karena obat dapat karena pemakaian obat
sistemik dan topikal.
• Pemakaian obat sistemik yang paling sering adalah
obat antihipertensi seperti reserpin metildopa,
beta bloker, ACE-I.
• Obat-obat topikal adalah cocain, nasal
dekongestan.
Rhinitis Atrophy
• Rinitis atropi atau rinitis sicca ditandai adanya
atropi mukosa septum, konka, dinding lateral
rongga hidung.
• Rinitis atropi dg ozaena ditandai adanya krusta yg
tebal berbau. Yang tanpa ozaena akan tampak
mukosa atropi dfan kering
Rhinosinusitis - Pendahuluan
• Terdapat 4 pasang sinus paranasal: maksila, frontal,
ethmoid, dan sphenoid.
• Merupakan Inflamasi sinus paranasal akibat infeksi
terutama viral dan bacterial dengan gangguan
klirens mukosiliar. Penyebab tersering: S.
pneumoniae, H. influenzae, dan M. catarrhalis.
• Faktor risiko: ISPA, polip hidung, kelainan anatomi,
infeksi tonsil/gigi, hipertrofi adenoid. Infeksi kronik
terutama akibat sinusitis akut yang tidak terobati
dengan adekuat.
Rhinosinusitis - Diagnosis
• Rinosinusitis akut ditegakan jika terdapat sekret
nasal purulen yang disertai dengan obstruksi nasal,
gejala nyeri/sensasi penuh pada wajah atau
keduanya dalam kurun waktu 4 minggu
• Kronis: Dalam jangka waktu 12 minggu atau lebih
terdapat 2 atau lebih tanda berikut
• Discharge nasal purulen
• Obstruksi nasal
• Nyeri atau sensasi penuh di wajah
• Menurunnya fungsi penghidu
Rhinosinusitis - Tatalaksana
• Sinusitis akut: simptomatik (dekongestan,
analgesik), antibiotik jika bakterial (amosksiilin /
amoksisilin + klavulanat)
• Sinusitis kronik: tidak responsif terhadap antibiotik
(kuman gram negatif), definitif: bedah sinus
endoskopi fungsional (FESS).
Tonsilitis - Diagnosis
• Tonsilitis akut: sering didahului common cold,
disertai dengan nyeri tenggorok. Pada infeksi
bakterial, dapat timbul detritus (kumpulan leukosit
mati). Demam, nyeri menelan, otalgia dapat
ditemukan. Pembesaran KGB dapat pula
ditemukan.
• Tonsilitis akut menjadi kronis jika faktor predisposisi
tidak teratasi. Tampak pelebaran kripta yang dapat
terisi detritus disertai napas berbau.
• Tonsilitis akut viral: analgesik, antibiotik jika
bakterial
• Tonsilitis akut bakterial: antibiotik (penisilin), obat
kumur desinfektan.
• Tonsilitis kronis: ada indikasi untuk tonsilektomi jika
>3x serangan/tahun, maloklusi gigi, sumbatan jalan
napas, hingga rinosinusitis kronis.
Tonsilitis Difteri - Diagnosis
• Demam, nyeri tenggorok, disfagia, dapat disertai
sesak napas.
• PF ditemukan pseudomembran yang berwarna
abu-abu, mudah berdarah apabila pseudomembran
diambil.
• Pembesaran KGB dapat menyebabkan bull's neck
appearance
Tonsilitis Difteri - Tatalaksana
• Antibiotik (eritromisin), ADS (serum anti-difteri)
• Suportif (antipiretik jika demam, intubasi jika ada
ancaman gagal napas)
• Vaksinasi setelah pasien sembuh (difteri tidak
menimbulkan kekebalan)
Abses Peritonsil
• Gejala: Demam, nyeri tenggorok, disfagia, hot
potato voice. Tampak uvula terdorong ke sisi
kontralateral.
• Tatalaksana: Insisi/drainase abses disertai dengan
pemberian antibiotik.
Karsinoma Nasofaring - Diagnosis
• Gejala dibagi menjadi gejala nasofaring, telinga,
mata, dan saraf.
• Gejala utama timbul akibat tumbuhnya tumor di
fossa Rossenmuller.
• Nasofaring: epistaksis ringan, sumbatan hidung.
• Telinga: tinitus, rasa tidak nyaman di telinga, otalgia.
• Mata: diplopia akibat paresis n. III, IV, VI
• Saraf: neuralgia trigeminalis, destruksi tulang tengkorak.
• Metastasis ke kelenjar getah bening leher adalah
fase lanjutan.
Karsinoma Nasofaring - Diagnosis
• Baku emas: biopsi nasofaring. Dapat ditunjang
dengan CT scan.
• Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk EBV
Karsinoma Nasofaring -
Tatalaksana
• Radioterapi adalah pengobatan utama, disertai
kemoterapi untuk fase lanjutan (Pembedahan tidak
dianjurkan).
Juvenile Angiofibroma
• Gejala:
• Hidung tersumbat progresif, epistaksis masif berulang.
Rinoskopi posterior: massa kenyal, warna abu hingga
merah muda. Tumor sangat mudah berdarah.
• Penunjang:
• CT scan dan arteriografi.
• Tatalaksana:
• Operasi merupakan pilihan utama, disamping hormonal
dan radioterapi.

Anda mungkin juga menyukai