Anda di halaman 1dari 151

MINGGU 5 BLOK 4.

2 Kelompok 7A
Angkatan 2015
TERMINOLOGI
DOA : Death on Arrival, Pasien datang telah meninggal ketika sampai di rumah sakit
Visum : Laporan tentang apa yang dilihat untuk kegunaan peradilan
PERTANYAAN
Apa Kemungkinan Hasil Visum Yang ditemukan pada korban pemerkosaan?
 Tanda-tanda persetubuhan, kekerasan, kesadaran menurun / tidak berdaya
 Cek urin, untuk tanda-tanda kehamilan
 Cek genatalia, vulva semuanya dicek
 Ambil sampel jika masik <72 jam
 Ada, bercak, diambil, cek.
 Selaput darah  robekan lama atau baru, cek arah robekan sesuai jarum jam, sampai ke dasar
vagina atau tidak
Bagaimana laopran visumnya?
 Cek tanda-tanda perkosaan & pencabulan
 Tanda-tanda penetrasi
 Cek cairan mani
 Tulis semua yang ditemukan
Bagaimana langkah-langkah pemeriksaan visum?
 Cek RPV
 Informed consent
 Foto
 Lakukan pemeriksaan
 Kronlogis usaha pembunuhan
 Periksa
Pihak mana yang memberikan visum?
 Penyidik, polri, militer
 TTD kop surat, tanggal, stempel dinas, ttd
 Diberikan ke dokter secara tertulis, langsung ke dokter gaboleh dititip ke pasien.
Hasil pemeriksaan korban minum racun?
 Pemeriksaan toksikologi, lambung, usus, hat, ginjal,
 Keracunan CO  lebam mayat merah, nitrit coklat
Tujuan SKK/surat keterangan kematian?
 Untuk pemakaman, asuransi, utang piutang, wariasn, statisik.
LEARNING OBJECTIVE
Struktur Visum et Repertum & peran dokter?
Peran forensic dalam korban kekerasann seksual dan perlukaan?
Proses identifikasi forensic dengan analisis DNA?
Peran analisis toksikologi?
Proses Autopsi & VER?
Apa arti DOA certification of death?
VISUM ET REPERTUM &
DOKTER FORENSIK SEBAGAI
SAKSI AHLI
DEFINISI VER
Laporan (jawaban) tertulis dokter yang berdasarkan sumpah jabatan dan
keilmuannya, tentang obyek medik-forensik yang dilihat dan diperiksa atas
permintaan tertulis penyidik berwenang, untuk kepentingan peradilan. Obyek
medik-forensik ini adalah manusia (hidup ataupun mati), bahagian tubuh manusia
maupun sesuatu yang diduga bahagian tubuh manusia.
IMPLIKASI
SPV tertulis penyidik berwenang = syarat formal utama
Bukan perintah lisan
Bukan penyelidik/pihaklain
 dugaan pelaku militer  SPV POM ABRI
 keluarga korban +/- SH/LSM / asuransi  SKM (medical report).

Obyek : manusia dan atau bahan tubuhnya


IMPLIKASI :
orang mati  patologi forensik  sebab dan mekanisme kematian korban
spesialis IKF  terbiasa melakukan analisis sebab kematian (dalam linear
causality) saksi ahli dalam perkara dugaan malpraktek kedokteran
Untuk kepentingan peradilan
PERSIDANGAN PENGADILAN
VeR tidak meyakinkan hakim sehingga tidak dipergunakan sebagai alat bukti
sebagaimana KUHAP ps. 184
“Alat bukti yang sah adalah : keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan
keterangan terdakwa”.
KETENTUAN DALAM UU
KUHAP ps 184
Alat bukti yang sah adalah
Keterangan Saksi
Keterangan Ahli
Surat
Petunjuk
Keterangan terdakwa
BENTUK VISUM ET REPERTUM

Pembukaan
Pendahuluan
Pemberitaan
Kesimpulan
Penutup
FORMAT VISUM ET REPERTUM
Bagian PEMBUKAAN
berisikan kata-kata

PRO JUSTITIA
UNTUK MENANDAKAN BAHWA DOKUMEN INI ADALAH KHUSUS
DIBUAT UNTUK KEPENTINGAN PERADILAN
FORMAT VISUM ET REPERTUM

Bagian PENDAHULUAN
Memuat identitas
Dokter pemeriksa
Institusi tempat dokter bertugas
Tanggal dan Tempat pemeriksaan
Institusi Peminta pemeriksaan
Objek (“korban”) pemeriksaan, sesuai uraian
identitas dalam Surat Permintaan Pemeriksaan dari
Penyidik
Format Visum et Repertum

Bagian PEMBERITAAN

MEMUAT HASIL PEMERIKSAAN MEDIK TENTANG KELAINAN YANG BERKAITAN


DENGAN PERKARA, DIURAIKAN SECARA RINCI DAN OBJEKTIF
FORMAT VISUM ET REPERTUM
Bagian KESIMPULAN

MEMUAT KESIMPULAN DOKTER PEMERIKSA (BERDASARKAN


KEILMUANNYA) TENTANG TEMUANNYA PADA PEMERIKSAAN.
SELALU “KAITKAN” DENGAN PASAL YANG TERDAPAT DALAM KUHP
FORMATVISUM ET REPERTUM
Bagian PENUTUP

MEMUAT PENEGASAN BAHWA VISUM ET REPERTUM INI DIBUAT DENGAN SEJUJUR-


JUJURNYA BERDASARKAN KEILMUAN YANG DIMILIKI OLEH DOKTER TERSEBUT DI
BAWAH SUMPAH, SESUAI KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU
JENIS V ET R
V et R korban Hidup
V et R Perlukaan
V et R Kejahatan Susila
V et R Peracunan

V et R Jenazah
V et R Psikiatrik
YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMBUATAN
V ET R
Lengkap dan Jelas

Tidak menggunakan istilah/bahasa yang hanya lazim bagi


kalangan kedokteran

Mengacu pada pasal yang terkait dalam undang-undang


V ET R JENAZAH
Menentukan sebab mati korban tindak pidana melalui autopsi forensik
Kadangkala memerlukan pemeriksaan tambahan/laboratorium
Bila permintaan pemeriksaan dari penyidik tidak berupa permintaan
autopsi, sebab mati korban TIDAK DAPAT DITENTUKAN
PRINSIP KERJA
DOKTER FORENSIK
INPUT
PROSES
•Tubuh/bag
(pelaku/korban)
tbh
Penalaran Ilmiah OUTPUT
Dokumentasi •Visum et Repertum
•SpF (std profesi)
Koordinasi •Keterangan ahli
•Sarana
ADMINISTRATIF • Ekspertis lain2
Prasarana
•Pembiayaan

Lembaga Pribadi
SAKSI AHLI
“ SETIAP ORANG YANG DIMINTA PENDAPATNYA SEBAGAI AHLI
KEDOKTERAN KEHAKIMAN ATAU DOKTER ATAU AHLI LAINNYA WAJIB
MEMBERIKAN KETERANGAN AHLI DEMI KEADILAN ”

KUHAP PASAL 179


DASAR HUKUM
KUHAP 185 ayat 1:
Keterangan saksi sbg alat bukti– apa yg saksi nyatakan disidang pengadilan.
KUHAP 186 ayat 1:
Keterangan ahli—apa yg ahli nyatakan di pengadilan
PRINSIP PENJELASAN
KESAKSIAN AHLI

Hipotetik Konkrit
•Prinsip ilmiah PROSES • Kasus konkrit
•Kajian teoretik Penyidikan
• Faktual + Opini
pendasaran kasus Penuntutan ?
Persidangan

Membuat terang + KEYAKINAN


perkara HAKIM

Alat bukti sah


PERAN FORENSIK DALAM
KASUS KEKERASAN SEKSUAL
PERSIAPAN DI TEMPAT KEJADIAN PERKARA

Perhatikan apakah korban memerlukan pertolongan pertama akibat


kekerasan yang dideritanya. Perhatikan juga apakah korban telah cukup
umur atau belum selanjutnya lihat skema persetubuhan;
Perhatikan apakah pada tubuh korban terdapat tanda-tanda kekerasan
Amankan tempat kejadian dan barang bukti
Kumpulkan barang bukti sebaik-baiknya seperti noda darah, bercak pada
kain, celana, sprei, dan lain-lain
Perhatikan sikap korban, apakah takut, gelisah, malu atau tenang-tenang
saja.
Perhatikan caranya berpakaian dan berhias, adalah berlebihan atau
mengandung gairah
Kirimkan korban/tersangka korban ke rumah sakit pemerintah dengan
formulir visum et repertum model IV tanpa diperkenankan membersihkan
badan dahulu. Korban diantar oleh petugas polisi
Jelaskan kepada ahli kebidanan/dokter yang bertugas tentang maksud
pemeriksaan ini.
Bila dipandang perlu maka korban dapat diisolasi dengan pengawasan
ketat dan tidak boleh ditemui seorang pun atau berhubungan dengan
tamu/keluarga.
PENGUMPULAN ALAT BUKTI DI TEMPAT KEJADIAN
PERKARA
Barang bukti/material kimia, biologik dan fisik yang
ditemukan ditempat kejadian perkara dapat berupa:
– Material kimia: alkohol, obat-obatan, atau bahan kimia lain
yang ditemukan di tempat kejadian perkara
– Material fisik: serat pakaian, selimut, kain penyekap korban
dll.
– Material biologik: cairan tubuh, air liur, semen/sperma,
darah, rambut dll.
PERSIAPAN SEBELUM PEMERIKSAAN KORBAN
Sebelum pemeriksaan forensik syarat yang harus dipenuhi adalah:
Harus ada permintaan tertulis untuk pemeriksaan kasus kekerasan
seksual dari penyidik atau yang berwenang.
Korban datang dengan didampingi polisi/penyidik.
Memperoleh persetujuan (inform consent) dari korban.
Pemeriksaan dilakukan sedini mungkin untuk mencegah hilangnya
alat bukti yang penting bagi pengadilan.
PEMERIKSAAN KORBAN KEKERASAN SEKSUAL

Umum:
Rambut, wajah, emosi secara keseluruhan
Apakah korban pernah pingsan sebelumnya, mabuk atau tanda-tanda
pemakaian narkotik.
Tanda-tanda kekerasan diperiksa di seluruh tubuh korban.
Alat bukti yang menempel ditubuh korban yang diduga milik pelaku.
Memeriksa perkembangan seks sekunder untuk menentukan umur korban.
Pemeriksaan antropometri; tinggi badan dan berat badan
Pemeriksaan rutin lain
Khusus:
Genitalia: pemeriksaan akibat-akibat langsung dari kekerasan seksual
yang dialami korban, meliputi:
– Kulit genital
– Eritema vestibulum atau jaringan sekitar
– Perdarahan dari vagina.
– Kelainan lain dari vagina yang mungkin disebabkan oleh infeksi atau
penyebab lain.
– Pemeriksaan hymen meliputi bentuk hymen, elastisitas hymen, diameter
penis. Robekan penis bisa jadi tidak terjadi pada kekerasan seksual
penetrasi karena bentuk, elastisitas dan diameter penis.
– Untuk yang pernah bersetubuh, dicari robekan baru pada wanita yang
belum melahirkan
– Pemeriksaan ada tidaknya ejakulasio dalam vagina dengan mencari
spermatozoa dalam sediaan hapus cairan dalam vagina
Pemeriksaan anal
– Kemungkinan bila terjadi hubungan seksual secara anal akan
menyebabkan luka pada anal berupa robekan, ireugaritas,
keadaan fissura.

Pemeriksaan laboratorium
– Pemeriksaan darah
– Pemeriksaan cairan mani (semen)
– Tes kehamilan
– Pemeriksaan lain seperti hepatitis, gonorrhea, HIV.
– Pemeriksaan cairan tubuh, mani, liur, atau rambut yang
dianggap pelaku.
EVALUASI, PENANGANAN DAN KONSELING
KORBAN PERKOSAAN
Evaluasi dan penanganan infeksi akibat transmisi seksual
Evaluasi dan Pencegahan Resiko Kehamilan
Konseling intervensi krisis dan follow up
Penanganan korban pada pusat layanan primer
Penanganan korban di rumah sakit provinsi/daerah
DESKRIPSI LUKA
KLASIFIKASI
Tajam
Benda
Mekanik Tumpul
Senjata
api

Listrik
Luka

Termik Kimiawi

Sebab lain Suhu tinggi


& rendah
PENULISAN KUALIFIKASI LUKA PADA KESIMPULAN VER:

Luka yg tdk mengakibatkan penyakit atau


halangan dalam menjalankan pekerjaan
/jabatan.
Luka yg mengakibatkan penyakit atau
halangan dlm menjalankan pekerjaan/jabatan
untuk sementara waktu.

Luka yg termasuk dalam pengertian luka berat


LUKA AKIBAT BENDA TAJAM
LUKA AKIBAT BENDA TAJAM
Benda • Bermata tajam (mengiris) & berujung
tajam runcing (menusuk)

Sebab • Perdarahan
• Kerusakan organ vital
Kematian • Infeksi/Sepsis

• Luka Iris (Incised Wound)


Macam • Luka Tusuk (Stab Wound)
• Luka Bacok (Chop Wound)
CARA MENDRISKRIPSIKAN LUKA
Jumlah luka

Lokasi

Ukuran: panjang & kedalaman

Ciri-ciri luka

Benda asing

Terjadinya intravital/post mortal

Luka tersebut menyebabkan kematian/tidak

Cara kejadian luka: kecelakaan/bunuh diri/pembunuhan


LUKA IRIS
Luka akibat persentuhan benda bermata tajam yg terjadi dengan tekanan ringan
dan goresan pada permukaan tubuh
LUKA IRIS
• Pinggir luka rata
• Sudut luka tajam
Ciri •

Rambut ikut terpotong
Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh
darah, & tidak sampai tulang.

Cara • Bunuh diri (tersering)


• Pembunuhan
Kematian • Kecelakaan
LUKA IRIS

 Lokasi luka pd daerah yg  Sukar membunuh seseorang


BUNUH DIRI dpt dicapai: leher, PEMBUNUHAN
dengan irisan, kec. fisik >
pergelangan tangan,lekuk lemah/dibuat tdk berdaya.
siku, lipatan paha
 Luka di sembarang tempat
 Ditemukan Luka Iris
Percobaan: sejajar,  Luka tangkisan/tanda
kedalaman luka tdk sama perlawanan (+)
 Tidak ditemukan Luka  Luka iris percobaan (-)
Tangkisan
 Pakaian ikut koyak
 Pakaian disingkirkan
dahulu  tidak ikut robek
LUKA IRIS
Luka yang fatal/mematikan.
Dilakukan dengan tangan kanan.
Kasus bunuh diri.

Luka percobaan, sejajar dengan luka


yang fatal.
LUKA TUSUK
Luka akibat benda berujung runcing dan bermata tajam/tumpul yg terjadi dg
tekanan tegak lurus/sorong dg permukaan tubuh.
Bentuk luka tergantung lokasi
& bentuk permukaan alat
penyebab.
LUKA TUSUK
• Tepi luka tajam

Ciri •


Dalam luka lebih besar dari panjang luka
Sudut luka tajam
Sering ada memar di sekitarnya akibat gagang pisau.

Cara • Pembunuhan (paling sering)


• Bunuh diri
Kematian • Kecelakaan

Penting • Ukuran luka dpt untuk menentukan ukuran senjata,


terutama luka pada dada (Stabil)
IDENTIFIKASI SENJATA PADA LUKA TUSUK:

1. Panjang Luka :
• ukuran maksimal dari lebar senjata

2. Dalam luka :
• ukuran minimal dari panjang
senjata
LUKA BACOK
Luka akibat benda yang berat dengan mata tajam/agak tumpul yang terjadi dg
ayunan disertai tenaga agak besar.
LUKA BACOK
• Luka biasanya besar
• Pinggir & Sudut luka rata/kurang rata (tergantung mata

Ciri senjata)
• Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat
memutuskan bagian tubuh yang terkena bacokan,
• Kadang-kadang pada tepi luka terdapat memar & lecet

Cara • Pembunuhan (terbanyak)

Kematian • Kecelakaan
LUKA AKIBAT
BENDA TUMPUL

53
LUKA AKIBAT BENDA TUMPUL
• Tidak bermata tajam
Benda tumpul • Konsistensi keras / kenyal
• Permukaan halus / kasar

• Tersering kecelakaan
Cara kematian • Pembunuhan
• Jarang bunuh diri

Sebab • Kerusakan organ vital


• Perdarahan
Kematian • Infeksi

• Luka Lecet (Abrasion)


Macam • Luka Memar (Contusion)
• Luka Robek/Retak/Koyak (Laceration)
LUKA LECET
 Kerusakan lapisan atas epidermis akibat
kekerasan benda yang mempunyai permukaan
kasar  sebagian/seluruh lapisan kulit hilang.
 Kadang dapat memberi petunjuk jenis benda
yang menyebabkan, misal: luka berbentuk ban
mobil.
 Memperkirakan umur LUKA LECET
 Membedakan luka lecet ante dan post mortem.
55
PERKIRAAN UMUR LUKA LECET
Hari 1-3 : warna coklat kemerahan krn eksudasi darah.
2-3 hari kemudian : bertambah suram dan lebih gelap.
1-2 minggu : pembentukan epidermis baru.
Beberapa minggu : penyembuhan sempurna.
LUKA LECET

Luka lecet jenis geser akibat kecelakaan lalu lintas.


Arah kekuatan yang mengakibatkan dapat dilihat pada tanda panah.
Arah kekuatan ditandai dengan tumpukan epidermis.
57
LUKA MEMAR
Kerusakan jaringan subkutan dimana pembuluh darah (kapiler) pecah  darah
meresap ke jaringan sekitarnya  bengkak & merah kebiruan.

58
BEDA LUKA MEMAR & LEBAM MAYAT
Luka Memar
Lokasi di sembarang Lokasi
Lebampada bagian
mayat
tempat tubuh terendah
Pembengkakan & Pembengkakan &
tanda intravital (+) tanda intravital (-)
Bila ditekan tidak Bila ditekan
menghilang menghilang
LUKA MEMAR

1. Luka memar akibat


gigitan (Bite mark)
2. Luka memar akibat
cekikan.
3. Lebam mayat. 3
60
LUKA ROBEK
Kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan bawah kulit
Mudah terjadi pada kulit yang ada tulang di bawahnya
Biasanya meninggalkan jaringan parut pada penyembuhan.

61
LUKA ROBEK (LASERASI)
1

1. Luka robek di atas mata kiri dan goresan pada kecelakaan lalu lintas
2. Luka robek pada tungkai akibat kecelakaan lalu lintas

62
PEMERIKSAAN NDNA
1. Pengumpulan dan pengawetan sampel
2. Isolasi/ekstraksi DNA
3. Pengukuran kadar dan kemurnian DNA
4. Amplifikasi PCR
5. Elektroforesis
6. Jika genotyping konvensional: RFLP (pemotongan
dengan enzim restriksi)analisis datakesimpulan
7. Jika pemeriksaan STR digunakan elektroforesis kapiler
otomatiselektroforegramanalisis datakesimpulan
1. PENGUMPULAN DAN PENGAWETAN
SAMPEL

DNA ada pada semua sel tubuh


Sumber nDNA: Darah (whole blood), Otot, Tulang, Gigi, Rambut (folikel), Urine
(sel-sel yang terikut dalam filtrasi ginjal), sperma dsb.
Bisa pada pakaian yang dipakai lama dan didaerah yang basah (mis:
aksila)keringat, epitel
Bibir gelas yang dipakai untuk minumsaliva, epitel
Jaga sampel dari kerusakan/degradasi DNA
Hindari kontaminasiantar 2 individu
Purity of DNA templatehindarkan kontaminasi DNA lain (peneliti
memakai APD)
Pengawetan dan penyimpanan sampel misalnya dengan formalin,
nitrogen,parraffin blockuntuk jaringan, kalau darah dengan
EDTAkulkas. Darah bisa dikemas dalam kartu FTA
Labelharus
2. EKSTRAKSI/ISOLASI DNA
Bisa secara konvensional (misalnya:fenolkloroform) dan Kit (lebih
mudah) contoh: Wizard® Genomic DNA Putrification Kit
Melisiskan sellysis buffer
Melisiskan nukleus
Lalu hilangkan proteinnya. Lysis buffer+proteinasediamkan
semalam lalu kasih fenolkloroformsentrifuge.
Simpan dikulkas suhu 4 c agar tidak rusak.
3. MENILAI KADAR DAN KEMURNIAN DNA
Menilai hasil ekstraksi DNAspektrofotometer (murah, ada
blankocahaya dengan panjang gelombang tertentu).
Bisa juga dengan elektroforesis.
Hasil ekstraksi DNA; jumlah DNA (100ng/ul baru bisa di PCR)
4. AMPLIFIKASI PCR

PCRfragment DNA yang akan dianalisis direplikasi secara


invivomemeriksa 1 gen sangat sulitPCR dengan membuat
tiruan.
Mesin PCRalat thermocycle, suhu berubah otomatis
PCR tidak boleh: untuk diagnosis penyakit infeksi,
mutasipositive palsu
Komponen reaksi PCR/proses PCR
1. DNA templatebahan yang akan dianalisis
2. 1 pasang primer
3. dNTPmixbahan baku sintesis nukleotida
4. PCR buffer
5. DNA polimerasepemanjangan DNA
6. Airpenyesuaian volume
Langkah-langkah PCR

1. Denaturasi
Ikatan hidrogen rusak,semuanya bisa lepasdouble strandssingle strands
Misalnya suhu 94 C selama 4 menit
2. Annealingpenempelan primer
Primergene bank DNA pada gen yang akan diteliti. Setiap PCR primernya sepasang
(primer F dan R)
Prinsip merancang primerpasangan komplementer akan menempel,contohnya
merancang primer P30masukkan keyword P30 gene pada programkeluar urutan
basanyayang dipesan kepabrik pasangan/komplementernya.
Suhu Annealing 3-5 C dibawah suhu meltingsuhu melting: 4x (#G+#C)+2 (#A+#T)
Misalnya suhu 55 C selama 1 menit
3. Elongasi
Bertambah panjangDNA polimerase
Diakhir proses didapatkan lagi dua pita berpilin
Misalnya suhu 72 C selama 1 menit
Siklus akan berulang-ulangNormal 32 siklus
5. Elektroforesis
Elektroforesismemisahkan DNA berdasarkan panjang molekul, butuh
waktu 20-30 menit,butuh pewarnaan dengan ethidium bromide+UV. Ladder
dirancang dipabrik, nilainya sudah diketahui.
Hasil tidak ada pitatidak ada DNA. Pita lebih pendeksuhu PCR rendah.
Pita lebih panjangmutasi insersi.
Proses elektroforesis:
1.Agarose
2. Tae Buffer
3. Panaskan sampai agarose larut
4. Cetak
5. Sampel hasil PCR dicampur dengan loading buffer
6. Tetesi sampel hasil PCR pada kotak-kotak agarose
7. Campur dengan ethadium bromide
CONTOH
6. Genotyping RFLP
Proses RFLP (Restriction Fragmen Length Polymorphism) menggunakan
enzim restriksi/Enzim gunting DNA
Enzim ini berguna untuk rekayasa genetika dan konfirmasi apakah ada
mutasi.
Membaca pada sisi yang spesifik
Contoh:
1. Alu1 : memotong DNA urutan AGCT dengan suhu yang pas
2. HaeIII: GGCC
3. BamHI: GGATCCmemotong seperti L
4. HindIII: AAGCTT
5. Ecori: GAATTC
Enzim-enzim diatas bisa untuk konfirmasi PCR product
Contoh: Alu1 memotong AGCT pada bp 99,100,101,102pada elektroforesis
180bpterbagi 2100bp dan 80bp
Selain memotong, enzim ini juga bisa untuk ligasi, ex: BamHI
CONTOH
7. PEMERIKSAAN STR

• Jumlah lokus STR yang digunakan untuk identifikasi


nDNA senantiasa berkembang.
•Salah satunya Combined DNA Index System (CODIS)
yang merupakan database elektronik profil DNA di AS
yang terdiri dari 13 lokus STR
•Pemeriksaan CODIS STR diterapkan dibanyak negara
termasuk Indonesia (walaupun database DNA di Indonesia
belum ada)
Lokus STR yang dipakai dalam pemeriksaan harus yang spesifik
Penelitian tentang parameter forensik/nilai efisiensi forensik
sebuah lokus STR dalam satu populasi/etnis menjadi penting
Parameter tersebut meliputi: frekuensi alel, power of
discrimination, heterozigositas, Hardy-Weinberg Equilibrium,
match probability
LOKUS STR YANG TERMASUK 13 CODIS

CSF1PO: pengulangan tetranukleotida (AGAT) pada intron ke-6 dari c-fms


proto-oncogen reseptor CSF-1 pada lengan panjang kromosom 5
FGA: pengulangan CTTT pada intron ke-3 dari lokus human alpha fibrinogen
pada lengan panjang kromosom 4
TH01: pengulangan TCAT/AATG pada intron ke-1 gen tyrosine hydroxylase
pada lengan pendek kromosom 11
TPOX: pengulangan AATG pada intron ke-10 dari gen human thyroid
peroxydase pada lengan pendek kromosom 2
VWA: pengulangan TCTA/TCTG pada intron ke-40 dari gen faktor Von
Willebrand pada lengan pendek kromosom 12
D13S317: pengulangan TATC pada lengan panjang kromosom 13
D16S539: pengulangan GATA pada lengan panjang kromosom 16
D18S51: pengulangan AGAA pada lengan panjang kromosom 18
D21S11: pengulangan TCTA&TCTG pada lengan panjang kromosom 21
D3S1358: pengulangan AGAT&AGAC pada lengan pendek kromosom 3
D5S818: pengulangan AGAT pada lengan panjang kromosom 5
D7S820: pengulangan GATA pada lengan panjang kromosom 7
D8S1179: pengulangan TCTA&TCTG pada kromosom 8
Contoh hasil pemeriksaan 4 loki STR-DNA (elektroforegram) pada kasus ragu ayah

AnalisisLikelihood ratio dan Probability of identity atau pada kasus ragu


ayah menjadi probability of paternity bisa manual atau dengan software.
Hasil yang memuaskan jika diperiksa 9-15 lokus STR DNA
Teknik analisis hasil pemeriksaan STR DNA
1. Eksklusiseseorang dapat disingkirkan, jika terdapat
beda dua atau lebih lokus STR yang diperiksa (derajat
keyakinan 100%)tidak perlu analisis statistik
2. Inklusiseseorang tidak dapat disingkirkan dari
kemungkinan sebagai orang yang dicari, terjadi jika
match pada semua lokus STR yang diperiksaperlu
analisis statistik genetika populasi dengan faktor koreksi
berupa frekuensi alel masing-masing lokus STR yang
diperiksalikelihood ratioprobability of identity.
Probability of identity inklusi: 99,99%
3. Inkonklusi: Misalnya hanya beda pada 1 alel lokus
STRtambah marker yang diperiksa
Pernyataan kesimpulan:
1. Eksklusi: Tn A terbukti bukan orang yang menjadi sumber
spesimen
2. Inklusi: Tn A tidak dapat disingkirkan dari kemungkinan
sebagai orang yang menjadi sumber spesimen.
Walaupun kurang memuaskan penegak hukum/awam
namun kita tidak boleh melampaui pengetahuan yang
hanya dibuat berdasarkan estimasi statistik, maka
gunakan frasa khusus “kesimpulan tsb tidak terbantah
secara ilmiah/beyond reasonable doubt.
3. Inkonklusifjangan memaksa untuk mengambil
kesimpulan
Ingat filosofi forensik: Lebih baik membebaskan orang yang bersalah karena tidak cukup bukti, daripada
menghukum orang yang belum tentu bersalah.
PEMANFAATAN NDNA PROFILLING DALAM
BIDANG FORENSIK
1. Untuk menegakkan identitas seseorang pada kasus: kejahatan seksual
(perkosaan/sodomi/oral seks), kriminalitas (pembunuhan), kecelakaan/bencana
massal, orang hilang, perang, bayi yang tertukar, amnesia/orang cacat dan
kesalahan identitas
2. Untuk membebaskan orang tak bersalah
3. Identifikasi postmortem: kecelakaan, bencana, pembusukan, tubuh termutilasi,
kerangka, ekshumasi, jaringan yang terawetkan.
4. Pemecahan kasus ragu ayah, ragu ibu, ragu kekerabatan lainnya.
5. Untuk menyelesaikan kasus perzinahan, incest, anak hasil perkosaan, peradilan
anak hasil hubungan diluar nikah, kesalahan penetapan ayah seorang anak.
6. Menyelesaikan kasus pemerasan
7. Menyelesaikan kasus keimigrasian
8. Penentuan identitas anak kembar
9. Identifikasi jenis kelamin.
1. DISPUTED PATERNITY/RAGU AYAH
A. HASIL ELEKTROFORESIS

C M F1 F2 F3

8
7
6
5
4
3
2
B. DNA profilling using single locus probes
C. ELEKTROFOREGRAM
D. CONTOH HASIL PEMERIKSAAN DNA MIKROSATELIT/STR PADA KASUS
RAGU AYAH
Hasil Pemeriksaan 15 loki marka STR-DNA pada kasus trio paternitas

Pria Y (Terduga ayah) Bayi C (Anak) Si istri B (Ibu)


Lokus
ALEL 1 ALEL 2 ALEL 1 ALEL 2 ALEL 1 ALEL 2

1 D8SII79 2 3 3 6 5 6

2 D2ISII 1 8 1 9 2 9

3 D7S820 7 7 6 8 8 11

4 CSF1F0 12 13 12 12 12 15

5 D3S1358 4 7 4 4 4 8

6 TH01 9 12 9 12 8 12

7 D13S317 5 7 9 9 9 9

8 D16S539 14 16 8 10 8 10

9 D20S1338 1 13 13 15 4 15

10 D19S433 3 7 7 14 7 14

11 VWA 5 5 5 5 5 6

12 TPOX 6 8 8 9 4 9

13 D18S818 7 14 12 12 12 15

14 D5S818 9 13 13 15 8 15

15 FGA 1 4 2 3 3 8
Kesimpulan:
Pria Y bukan ayah biologis bayi Ceksklusi>2 buah lokus beda
Probability of paternity: 0%tidak perlu uji statistik (genetika populasi)
2. MATCHING BB DENGAN TERSANGKA (HASIL ELEKTROFORESIS)

E 1 2 3

8
7
E=2
6
5
4
3
2
3. TUBUH TERMUTILASI
L1 L2 L3 A1 A2 B1

8
7
6
5
4
3
2

1: L1.L2,A2 2: L3,A1,B2
Y-DNA Pada manusia panjang kromosom Y sekitar 60 Mb (jutaan pasang basa)
namun hanya memiliki 78 gen.
Gen SRY (sex-determining regio Y) berada pada kromosom Y yang
mengkode protein yang memicu perkembangan testis dan melalui
rangkaian hormon yang panjang akan memberi jenis kelamin laki-laki
kepada janin.
Dengan pengecualian dua regio PAR (pseudoautosomal region), yang
berlokasi diujung kromosom, tidak ada rekombinansi yang terjadi selama
meiosis.
Sekitar 95% kromosom Y bersifat non-recombining, spesifik untuk laki-laki
dan diwariskan tak berubah dari ayah kepada anak laki-laki, kecuali ada
mutasi.
Kromosom Y mengandung sejumlah besar polimorfisme termasuk variable
number and short tandem repeats (VNTRs dan STRs), insersi, delesi and
single nucleotide polymorphisms (SNPs).
PEMANFAATAN POLIMORFISME KROMOSOM Y DALAM
BIDANG FORENSIK

1. Y kromosom hanya ditemukan pada laki-laki sehingga merupakan


salah satu alat identifikasi berharga khususnya dalam menganalisis
sampel yang bercampur antara laki-laki dan perempuan pada kasus
kekerasan seksual jika ekstraksi DNA yang berbeda tidak
memungkinkan.
2. Y kromosom juga bermanfaat untuk memecahkan kasus ragu ayah
khususnya ketika terduga ayah tidak tersedia.
Pada kasus ini, setiap laki-laki yang bersaudara dari pihak ayah dapat
dijadikan referensi.
Contoh kasus terkenal yang dipecahkan dg Y kromosom adalah
analisis keayahan dari anak budak presiden Thomas Jefferson
(presiden AS ke-3)
DNA MITOKONDRIA
3 alasan pemanfaatan mtDNA untuk identifikasi:

1. Variasi tinggilaju mutasi tinggi (10-17x dari nDNA). Alasan


karena struktur tidak terlindung histon dan metabolisme energi
sangat aktif dan mekanisme repair mtDNA tidak berkembang
2. Diwariskan hanya dari garis ibuTidak dapat membedakan
individu dari garis maternal yang sama.
3. Sebuah sel mengandung ribuan mitokondriaisolasi mtDNA
mudah dilakukan pada bahan yang memiliki sedikit sel (saliva), sel
yang tidak berinti (epitel kulit, batang rambut, kuku) atau yang sudah
mengalami degradasi
mtDNA manusia mengandung :16,569 base pairs DNA dan terorganisasi secara
sirkular tertutup.
mtDNAmolekul polimer rantai ganda, satu kaya guanin (heavy strand), satu
kaya sitosin (light strand)
mtDNA memiliki kode genetik berbeda dengan nDNA
Daerah noncoding pada mtDNA: D-loop yang disebut juga control region
D-loop tdd: Hypervariabel Segment I (HVS I) dan HVS II
Jika populasi mtDNA dalam satu sel identik: homoplasmy, jika berbeda
heteroplasmy
Pewarisan mtDNA hanya melalui garis keturunan ibusaat pembuahan mtDNA
ayah tidak masuk kedalam ovum karena terletak didaerah leher/ekor sperma
(yang masuk kedalam ovum adalah bagian kepala sperma). Pendapat lain,
mtDNA ayah dapat masuk ke dalam ovum, namun kalah jumlah. mtDNA sperma
100-1500,sementara mtDNA ovum 100.000
Variasi mtDNA dalam populasi mengalami evolusi. Jika terjadi mutasi muncul
varian (haplotip) baru. Individu berkerabat mtDNA disebut haplogrup
ANALISIS MTDNA
Pengumpulan dan pengambilan
sampel
Ekstraksi DNA
Amplifikasi PCR
Sequencing mtDNAVariasi
Sekuens
Analisis data
Kesimpulan
INTERPRETASI URUTAN MTDNA
Yang diperiksa adalah D-loop (HVS I dan HVS II) dan dibaca urutan nukleotidanya/sekuensing
dua arah
Setelah urutan mtDNA (haplotipe) diperoleh, kemudian dibandingkan dengan segmen HVS I
dan HVS II pembanding (rCRS) yang dapat diakses di genebank
Kesimpulan:
1. Eksklusi=kesimpulan nDNA
2. Inklusi: Tn.A tidak dapat disingkirkan dari kemungkinan sebagai orang yang menjadi sumber
spesimen, atau memiliki hubungan kekerabatan segaris keturunan ibu dengan orang yang
menjadi sumber spesimen atau:
Orang yang menjadi sumber spesimen tidak dapat disingkirkan dari kemungkinan memiliki
hubungan kekerabatan segaris keturunan ibu dengan Tn.A
PEMANFAATAN MTDNA PROFILLING DALAM
BIDANG FORENSIK
1. Tingginya jumlah copy mtDNA membuat mtDNA dapat dianalisis
walaupun jumlah sampel sangat sedikit. Materi dari TKP biasanya
dilakukan analisis mtDNA termasuk batang rambut dan sampel feses.
2. mtDNA pada sampel manusia yang telah terdegradasi berat dan tidak
mungkin lagi untuk dilakukan analisis STR-DNA.
3. Pola pewarisan maternal mtDNA bermanfaat untuk identifikasi
kekerabatan ketika sampel dari keluarga inti tidak bisa didapatkan
sebagai referensi, contoh kasus nya adalah identifikasi potongan tulang
yang diduga sebagai keluarga Romanov (Tsar Rusia terakhir yang
dibunuh sekeluarga saat revolusi Bolsevik) yang menggunakan referensi
sampel dari Pangeran Phillip duke of Edinburg yang neneknya adalah
saudari Tsarina/istriTsar (untuk identifikasi Tsarina dan anak-anak Tsar)
dan saudara laki-laki Tsar sebagai pembanding untuk Tsar)
4. Studi genealogis/asal usul dan migrasi manusia
PENENTUAN ETNIS/RAS DENGAN
DNA
SNPs lebih berpotensi daripada STRs dalam penentuan asal usul etnis (Kidd et al. , 2006 )
Sudah ada tes-nya dengan DNAWitness ™
PENENTUAN PENAMPILAN FISIK DENGAN DNA

Sebagian besar penelitian forensik dalam bidang ekspresi fenotip adalah pada pigmentasi
(Tully,2007 ) meskipun hal ini merupakan fenomena kompleks dan dipengaruhi oleh lebih
dari interaksi 120 gen.
Gen Melanocortin 1 receptor (MC1R) bervariasi diantara sesama individu ras Kaukasoid.
Branicki et al. (2007) mengidentifikasi secara forensik manfaat SNPs pada gen MC1R
yang bisa digunakan untuk memprediksi rambut kemerahan dan warna iris.
Tes komersial Retinome ™ untuk mengetahui warna iris berdasarkan analisis SNP tersedia
dalam DNAPrint ™ . (akurat 90% pada keturunan Eropa)
TOKSIKOLOGI FORENSIK
Cara racun masuk tubuh :
1. Melalui mulut (oral / ingesti)
2. Saluran Pernapasan (Inhalasi)
3. Suntikan (Injeksi)
4. Kulit sehat / sakit
5. Rectal / Vaginal
MEKANISME KERJA
(MECHANISM OF ACTION)

1. Hambatan / gangguan pada sistem


enzym.
Contoh : Sianida Cytochrom oxidase
MEKANISME KERJA
(MECHANISM OF ACTION)

2. Gangguan transport oksigen Extraselular

Contoh : - CO (Carbon monoksida)

3. Inaktivasi Acetyl Choline Esterase


Contoh : - Insektisida Organo Phosphat
- Carbamate
Faktor-faktor yg mempengaruhi kerja racun
Keadaan tubuh :
 Umur
 Keadaan umum
 Habituation
 Hipersensitifitas
Racunnya sendiri :
 Dosis
 Konsentrasi (racun efek lokal)
 Bentuk racun
CARA KERJA RACUN
Lokal / Setempat.
Iritasi ringan - berat
Luka Etsa

Contoh : H2SO4 pekat


Umum ( sistemik ).
Diabsorbsi --> Pered. Darah --> target organ
Contoh : - alkohol
- Narkotika
Kombinasi lokal & sistemik.
Contoh : - Asam Oksalat
- Mercury khlorida
Kriteria Diagnostik
1. Anamnesa :Korban kontak dgn racun.
2. Ada tanda / gejala yg sesuai dgn tanda/gejala terhadap racun yg diduga.
3. Kelainan pd tubuh korban (makros/mikros) yg sesuai dgn yg diakibatkan racun
ybs.
4. Analisa kimia :(+) racun pd makanan/minuman, obat/sisa bahan yg masuk tubuh.
5. Analisa kimia : (+)racun/metabolitnya dalam tubuh/jaringan/cairan tubuh secara
sistemik.
PEMERIKSAAN PERISTIWA KERACUNAN
Pemeriksaan TKP
Pemeriksaan Jenazah :
 Pemeriksaan Luar
 Pemeriksaan Dalam
Informasi ttg perkiraan racun dari polisi, keluarga, saksi
Hindari merokok, parfum dll
PEMERIKSAAN LUAR
Pakaian :
Adanya bercak, distribusinya, baunya --> suspek cara kematian
Lebam mayat :
- CO --> LM Cherry red (COHb)
- Sianida --> LM Bright Red (HbO2)
- Nitrit --> LM Coklat kebiruan (MetHb)
Warna, distribusi bercak sekitar mulut :
Pada racun korosif --> Khas.
Bau dari mulut / hidung :
Mis : Alkohol, minyak tanah, karbol.
Kelainan lain :
Bekas suntik --> Narcotic Addict.
PEMERIKSAAN DALAM
Perhatikan bau pada :
Rongga dada
Rongga perut
Rongga kepala

Perhatikan warna organ


Racun Korosif --> Lambung ( hiperemi, perlunakan, ulcerasi,perforasi ).
OTOPSI
Terdiri dari pemeriksaan :
Pemeriksaan Luar ( PL )
Pemeriksaan Dalam ( PD )
Pemeriksaan Penunjang
1. Toksikologi.
2. Histopatologi.
3. Laboratorium lainnya.
Identifikasi
TEKNIK PL
1. Label 8. Rambut
2. Bungkus Mayat 9. Mata
3. Benda samping 10. Hidung
mayat 11. Telinga
4. Pakaian 12. Gigi-geligi
5. Perhiasan
6. Antropometri
7. Ciri khusus
LABEL
Catat :
Dari Kepolisian
Lokasi temuan
Bahan dan warna
Tulisan terlampir
PEMBUNGKUS/PENUTUP JENAZAH
Jenis pembungkus/
tutup jenazah
Bahan
Warna
Corak / bertuliskan
PERHIASAN
Jenis
Bahan
Warna
Lokasi temuan
Motif
“lepas dan simpan dalam kantong plastik serta beri
label”
PAKAIAN
Jenis pakaian
Bahan
Warna
Corak
Merek
Ukuran
Robekan/pengotoran
BENDA SAMPING MAYAT

Sebatas brangkar/keranda
Dalam kantong jenazah
Patokan truncus
Termasuk tempayak/belatung warna, panjang terbesar
ANTROPOMETRI

Identifikasi Umum :
Jenis kelamin
Ras/kebangsaan/warga negara
Umur
Warna kulit
Status gizi
Panjang badan
Berat badan
Zakar disunat/tidak
CIRI KHUSUS/IDENTIFIKASI KHUSUS
Tatto
Jaringan parut/bekas luka/operasi
Kelainan kongenital
Cacat didapat
MATA

Terbuka/tertutup
Selaput bening
Teleng
Tirai mata
Selaput bola mata
Selaput kelopak mata
HIDUNG & TELINGA

Bentuk
Kelainan tertentu
GIGI-GELIGI
Keterangan perkuadran
Jumlah gigi

Kanan Kiri
87654321 12345678 atas
87654321 12345678 bawah

kuadran, nama/no.gigi, kelainan yang ditemukan


PERUBAHAN POSTMORTEM

1.Lebam mayat.
2.Kaku mayat.
3.Tanda pembusukan.
LEBAM MAYAT
Yang dinilai :
Distribusi: tubuh di bagian paling bawah
Warna :
Normal : merah kebiruan/keunguan
Bila lebih gelap (asfiksia), merah terang (keracunan
CO,CN), coklat (methemoglobinemia)
Luas: meluas (asfiksia, jantung, stroke,
narkoba), minim (perdarahan)
Hilang/tidak hilang pada penekanan
(8-12 jam)
LEBAM MAYAT
KAKU MAYAT
Yang dinilai :
1. Masih lemas: kurang dari 2 jam
2. Kaku tidak sempurna, mudah dilawan:
sudah meninggal 2-12 jam
3. Kaku sempurna, sukar dilawan:
sudah meninggal 12-24 jam
4. Kaku tidak sempurna,
perut kanan bawah hijau, bau: lebih dari 24 jam
Cara periksa :
persendian digerakkan
TANDA PEMBUSUKAN
PEMERIKSAAN LUBANG TUBUH

Mulut
Hidung
Telinga
Kemaluan
PEMERIKSAAN LUKA
Jumlah luka.
Jenis perlukaan (memar, lecet, terbuka)
Lokasi regio anatomi.
Koordinat ( x,y).
Ukuran luka.
Gambaran luka (tepi, sudut, bentuk, dasar, arah)
Sekitar luka.
REGIO & KOORDINAT
Regio sebutkan dengan jelas
misal, lengan atas kanan sisi dalam
Koordinat pada daerah kepala dan badan/punggung mempunyai aksis dan ordinat
Pada anggota gerak atas dapat dipakai siku atau pergelangan tangan
Pada anggota gerak bawah dipakai lutut atau tumit
GAMBARAN LUKA
Tepi luka rata/tidak rata
Sudut luka tajam/ tumpul
Bentuk beraturan/setelah dirapatkan
Arah luka
Tebing luka
Jembatan jaringan
Dasar luka
JENIS PERLUKAAN
Luka memar
Luka lecet
Luka terbuka

Deskripsikan secara sistematis :


Jumlah luka, jenis luka, regio anatomi, koordinat, ukuran luka, gambaran luka, sekitar
luka
PEMERIKSAAN PATAH TULANG.

Teraba untuk patah tulang tertutup.


Tampak untuk patah tulang terbuka.
KESIMPULAN PL

Identitas
Jenis perlukaan
Jenis kekerasan penyebab perlukaan
Perkiraan waktu kematian
KASUS KERACUNAN

Penekanan dinding dada, uap dari mulut dan hidung di hirup: bau minyak (racun
serangga), bau manis (alkohol)
Perhatikan sekat hidung: serbuk putih, mimisan dan luka (narkotik)
Lengan : luka suntik baru, needle tract, tattoo (narkoba)
Busa dan darah dari hidung dan mulut
KASUS KERACUNAN (2)
Usapan kapas lidi dari mukosa hidung
Ambil darah vena 5 cc, pakai heparin /EDTA
Lakukan Supra Pubic Puncture (SPP): ambil sebanyak
mungkin, kalau perlu bilas dengan aquadest (untuk
strip test)
Kalau perlu lakukan test narkoba di tempat
PEMERIKSAAN DALAM
Dilakukan pembukaan rongga kepala, dada, dan
perut-panggul
Setiap organ dalam diperiksa secara makroskopik:
Inspeksi luar, palpasi, timbang dan
irisan/penampang
Jika diperlukan dilakukan pemeriksaan PA dan
toksikologi
Semua organ dikembalikan ke tempatnya
KESIMPULAN OTOPSI
Identitas Umum
Jenis Perlukaan
Jenis Kekerasan
Sebab Mati
Mekanisme Kematian
Perkiraan Saat Kematian
DEATH ON ARRIVAL
Merupakan istilah yang digunakan pada keadaan pasien yang meninggal secara
klinis sebelum tiba di Rumah Sakit
PENYEBAB PALING SERING
Trauma
Serangan jantung
Penyakit lainnya

 faktor transportasi : peralatan dan petugas di ambulans


 faktor pertolongan pertama
CARA KEMATIAN
Kematian wajar : jika tidak ditemukannya luka-luka, tanda kekerasan, tanda
keracunan dan lainnya
Kematian tidak wajar : jika ditemukannya luka-luka, tanda kekerasan, tanda
keracunan dan lainnya
Ketika pasien dinyatakan meninggal, dokter harus memastikannya dengan cara :
mengevaluasi 3 sistem organ yang berkaitan (saraf, kardiovaskular dan respirasi)
Melakukan observasi selama 2 jam, evaluasi setiap 30 menit
Perhatikan ada lebam mayat atau kaku mayat
PENERBITAN SURAT KETERANGAN KEMATIAN
Surat keterangan kematian adalah surat yang menyatakan tentang meninggalnya
seseorang dengan identitas tertentu
MENGAPA SKK ITU PENTING?
Izin mengubur/kremasi
Syarat embalming
Syarat mengurus akte kematian
Warisan
Deposito
Pensiun
Asuransi
perkawinan
BILA DITEMUKAN MATI TIDAK WAJAR
Pelaporan ke polisi
Penerbitan surat permintaan visum oleh polisi
Pemeriksaan forensik:
- jika dilakukan maka diterbitkan SKK melalui pengisian form dari pemerintah
- jika tidak dilakukan maka tidak diterbitkan

Anda mungkin juga menyukai